Disusun oleh:
Svetlana Solascriptura L
NIM. 2018-84-052
Pembimbing:
dr. David Santoso T, Sp.KJ., Mars
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan hidayah-Nya, maka saat ini penulis dapat menyelesaikan
pembuatan referat dengan judul “Anxiety disorder on cyberchondrium” ini dengan
baik. Referat ini dibuat dalam rangka tugas kepaniteraan klinik pada bagian ilmu
kesehatan Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura Ambon tahun
2020.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih banyak kekurangan, oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun selalu penulis harapkan, dan semoga referat
ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Akhir kata penulis mengucapkan terima aksih atas segala pihak yang telah
membantu penulis dalam penyelesaian pembuatan referat ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL I
KATA PENGANTAR Ii
DAFTAR ISI Iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar belakang 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi 3
2.2 Epidemiologi 4
2.3 Etiologi 4
2.4 Gambaran Klinis 5
2.5 Klasifikasi 8
DAFTAR PUSTAKA 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Cemas didefinisikan sebagai suatu sinyal yang menyadarkan, cemas
memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang
mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman. Rasa tersebut ditandai dengan
gejala otonom seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, rasa sesak di dada, tidak
nyaman pada perut, dan gelisah. Rasa cemas dapat datang dari eksternal atau
internal. Masalah eksternal umumnya terkait dengan hubungan antara seseorang
dengan komunitas, teman, atau keluarga. Masalah internal umumnya terkait
dengan pikiran seseorang sendiri.1,2
2.2 Epidemiologi
Ganguan ansietas merupakan kelompok gangguan psikiatri yang paling sering
ditemukan. National Comorbidity Study melaporkan bahwa satu diantara empat
orang memenuhi kriteria untuk sedikitnya satu gangguan ansietas dan terdapat
angka prevalensi 12 bulan sebesar 17,7%. Perempuan (Prevalensi seumur hidup
30,5%) lebih cenderung mengalami gangguan ansietas daripada laki-laki
(prevalensi seumur hidup 19,2%). Prevalensi gangguan ansietas menurun dengan
meningkatnya status sosioekonomik.1,2
2.3 Etiologi
1. Faktor Biologis
5
Dugaan akan peranan norepinefrin pada gangguan cemas didasarkan percobaan
pada hewan primata yang menunjukkan respon kecemasan pada perangsangan
locus sereleus yang ditunjukan pada pemberian obat-obatan yang meningkatkan
kadar norepinefrin dapat menimbulkan tanda-tanda kecemasan, sedangkan obat-
obatan menurunkan kadar norepinefrin akan menyebabkan depresi.1,2
Peranan Gamma Amino Butiric Acid pada gangguan ini berbeda dengan
norepinefrin. Norepinefrin bersifat merangsang timbulnya kecemasan, sedangkan
Gamma Amino Butiric Acid atau GABA bersifat menghambat terjadinya
kecemasan ini. Pengaruh dari neutronstransmitter ini pada gangguan kecemasan
didapatkan dari peranan benzodiazepin pada gangguan tersebut. Benzodiazepin
dan GABA membentuk “GABA Benzodiazepin complex” yang akan menurunkan
ansietas atau kecemasan.1,6
2. Faktor Psikososial
6
terhadap bahaya yang dihadapi, ketidakteraturan tersebut disebabkan oleh
perhatian selektif terhadap perincian negatif didalam lingkungan oleh distorsi
pemprosesan informasi, dan oleh pandangan yang terlalu negatif tentang
kemampuan seseorang untuk mengatasinya. Bidang psikoanalitik
menghipotesiskan bahwa kecemasan adalah suatu gejala konflik bawah sadar
yang tidak terpecahkan.1
2. Gejala fisik
Gemetar, berkeringat, jantung berdebar, kepala terasa ringan, pusing,
ketegangan otot, mual, sulit bernafas, diare, gelisah, rasa gatal, gangguan
di lambung dan lain-lain. Keluhan yang dikemukakan pasien dengan
anxietas kronik seperti: rasa sesak nafas; rasa sakit dada; kadang-kadang
merasa harus menarik nafas dalam; ada sesuatu yang menekan dada;
jantung berdebar; mual; vertigo; tremor; kaki dan tangan merasa
kesemutan; kaki dan tangan tidak dapat diam ada perasaan harus bergerak
terus menerus; kaki merasa lemah, sehingga berjalan dirasakan beret;
kadang- kadang ada gagap dan banyak lagi keluhan yang tidak spesifik
untuk penyakit tertentu. Keluhan yang dikemukakan disini tidak semua
terdapat pada pasien dengan gangguan anxietas kronik, melainkan
7
seseorang dapat saja mengalami hanya beberapa gejala 1 keluhan saja.
Tetapi pengalaman penderitaan dan gejata ini oleh pasien yang
bersangkutan biasanya dirasakan cukup gawat.1,2,3
2.5 Klasifikasi
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders ( DSM-
V), gangguan cemas terdiri dari :
F40.0 Agorafobia
.00 Tanpa gangguan panik
.01 Dengan gangguan panik
F40.1 Fobia sosial
8
F40.2 Fobia khas (terisolasi)
F40.8 Gangguan anxietas fobik lainnya
F40.9 Gangguan anxietas fobik YTT
9
2.6 Gangguan Somatoform
Istilah somatoform berasal dari bahsa Yunani soma yang artinya tubuh.
Gangguan ini merupakan kelompok besar dari berbagai gangguan yang komponen
utama dari tanda dan gejalanya adalah tubuh. Gangguan ini mencakup interaksi
tubuh-pikiran. Pemeriksaan fisik dan laboratorium tidak menunjukan adanya
kaitan dengan keluhan pasien. Gangguan ini meliputi gangguan somatisasi,
gangguan konversi, gangguan nyeri, hipokondriasis, cyberchondria, body
dysmophic disorder. 2,7,8
Ciri utama gangguan somatoform adalah keluhan-keluhan fisik yang berulang
– ulang disertai permintaan pemeriksaan medis, meskipun sudah berkali-kali
terbukti hasilnya negatif dan sudah dijelaskan oleh dokter juga bahwa tidak
ditemukan kelainan yang menjadi dasar keluhannya. Pasien juga menyangkal dan
menolah untuk membahas kemungkinan kaitan antara keluhan fisiknya dengan
konflik kehidupan yang dialaminya, bahkan jika ditemukan adanya gejala anxietas
dan depresi. 2,7,8
1. Gangguan Somatisasi F45.0
Untuk mendiagnosis pasti memerlukan semua hal berikut : 2,7,8
- Adanya banyak keluhan – keluhan fisik yang bermacam-macam
yang tidak dapat dijelaskan atas dasar adanya kelainan fisik yang
sudah berlangsung sedikitnya 2 tahun.
- Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapaa dokter
bahwa tidak ada kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhan-
keluhannya.
- Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masayarakat dan keluarga
yang berkaitan dengan sifat keluhan dan dampak dari perilakunya.
Penangan yang sebaiknya dengan satu orang dokter sebab apabila dengan
beberapa dokter pasien akan mendapatkan kesempatan lebih banyak
mengungkapkan keluhan somatiknya. Interval pertemuan setidaknya sebulan
sekali. Meskipun pemeriksan fisik tetap dilakukan untuk setiap keluhan
somatik yang baru. Psikoterapi baik yang individual maupun kelompok akan
10
menurunkan pengeluaran dana perawatan kesehatannya. Terapi
psikofarmakologi dianjurkan apabila terdapat gangguan lain. 2,7,8
11
4. Disfungsi Otonomik Somatoform F45.3
Diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut :
- Adanya gejala-gejala bangkitan otonomik, seperti palpitasi,
berkeringat, tremor, muka panas atau flushing, yang menetap dan
menganggu.
- Gejala subjektif tambahan mengacu pada system atau organ tertentu
(gejala tidak khas).
- Preokupasi dengan dan penderitaan mengenai kemungkinan adanya
gangguan yang serius dari system atau organ tertentu yang tidak
terpengaruh oleh hasil pemeriksaan-pemeriksaan berulang, maupun
penjelasan-penjelasan dari para dokter.
- Tidak terbukti adanya gangguan yang cukup berarti pada struktur atau
fungsi dari system atau organ yang dimaksud. 2,7,8
12
8. Cyberchondria
Cyberchondria mengacu pada fenomena klinis di mana pencarian
Internet berulang-ulang mengenai informasi medis menghasilkan
kekhawatiran berlebihan tentang kesehatan fisik. Hal ini bisa disebabkan
karena perkembangan ilmu teknologi sehingga sangat mudah dan cepat
mengetahui informasi medis dengan menggunakan mesin pencari, ruang
obrolan, diagnostik melalui situs internet, aplikasi, dan ketakutan akan
kesehatan secara global yang dilakukan oleh media dan acara televisi bahkan
juga menunjukkan seluk-beluk operasi, semua hal ini menghasilkan sejumlah
besar informasi medis yang didukung teknologi. Sehingga pasien yang
mencari jaminan akan kesehatan meraka secara online menjadi cemas, dan
beberapa para ahli berpendapat bahwa cyberchondria hampir menjadi
diagnosis formal.9
Fox menemukan bahwa 10% dari peserta menjadi takut oleh sifat
informasi medis yang mereka temui secara online. Mengingat semakin
meningkatnya keingintahuan dan rasa tanggung jawabnya pasien untuk
mengetahui biografi kesehatan mereka sendiri, internet dapat dianggap
sebagai sumber daya yang berguna bagi individu sehat yang mengelola
sendiri, tetapi sumber kecemasan yang cukup besar bagi individu yang rentan.
10
13
Sebuah tinjauan literatur mendukung pendapat bahwa pencarian terkait
kesehatan melalui situs internet dapat menyebabkan peningkatan perilaku
pencarian dan kecemasan. Ada hubungan antara kecemasan kesehatan dan
hipokondria, dan pencarian medis online dapat menyebabkan kecemasan; ini
dapat mengarah pada hubungan antara kecemasan, hipokondria dan
cyberchondria. Pengetahuan, pemberdayaan dan jaminan dapat dianggap
sebagai aspek positif dari pencarian online yang berhubungan dengan
kesehatan. Peningkatan akses ke informasi dapat menyebabkan seseorang
kelebihan pengetahuan medis. 10,11
Penelitian menunjukkan bahwa orang yang mencari jaminan online
sering mengalami kecemasan sebagai akibat dari meningkatnya perilaku
pencarian mereka. Beberapa penulis berpendapat bahwa telah terjadi
perubahan dalam tanggung jawab untuk manajemen kesehatan kepada pasien,
dan teknologi seperti internet media yang sempurna untuk warga negara yang
sehat dan mampu mengelola diri sendiri. Untuk menurunkan atau mengatasi
cyberchondria berdasarkan penelitian yang dilakukan di Australia tahun 2019
dapat dilakukan terapi internet cognitive behavioural therapy. 10,11
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan
Perilaku Psikiatri Klinis Jilid I. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher. 2010.
2. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-5. 2013
3. American Pshyciatryc Association : Anxiety Disorder, Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorder IV (DSM-IV), Washington , USA, 2012
4. Stahl MS; Stahl’s Essential Psychopharmacology, ed 3, Cambridge university,
2013
5. American Psychiatric Association. DSM-5 Diagnostic and Statistical Manual
of Mental Disorders: Fifth Edition. American Psychiatric Publishing;
Washington DC. 2013.
6. Puri, Basant K. Laking, Paul J, Treaseden. Text Book of Psychiatry 2nd
Edition. London: Churchill Livingstone. 2002.
7. Maramis, Willy F. Ilmu Kedokteran Jiwa. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Airlangga . 2009. Surabaya
8. Elvira SD., Hadisukanto G, Buku ajar Psikiatri. Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Ed 3rd . 2017: Jakarta.
9. Health anxiety and cyberchondria among ege university health science
studens. [internet], [cited on 19 January 2020], available on :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/30290320
10. Cyberchondria:Overlap with heakth anxiety and unique relations with
imparment quality of life and service utilization. [internet], [cited on 19
January 2020], Available on :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/29324396
11. Newby JM., Mcelroy E., The impact of internet delivered cognitive
behavioural therapy for health anxiety on chyberchondria. Anxiety Disorders
Journal.Publish 31 October 2020. Elxevier: Australia
15