Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN


KECEMASAN

Disusun Oleh :

- M. Sidiq Arifa (212113016)


- Mersy Ayunda Putri (212113018)
- Riska Nurmayunita (212113027)

Dosen Pembimbing :

Mawar Eka Putri S.Kep, Ns, M.Kep

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG

T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Konsep dan Asuhan
Keperawatan Pasien dengan Kecemasan" dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa. Selain itu, makalah ini bertujuan
menambah wawasan tentang kesehatan jiwa bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Tanjungpinang, 29 Agustus 2023

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................5
C. Tujuan.........................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................6
TINJAUAN TEORITIS.........................................................................................................6
A. Pengertian...................................................................................................................6
B. Penyebab Ansietas......................................................................................................6
C. Tingkat Ansietas.........................................................................................................7
D. Tanda dan Gejala Ansietas........................................................................................8
E. Faktor Predisposisi.....................................................................................................9
F. Bentuk Gangguan Ansietas.....................................................................................11
G. Terapi dan Prognosis...........................................................................................11
BAB III.................................................................................................................................12
ASUHAN KEPERAWATAN..............................................................................................12
A. Pengkajian................................................................................................................13
B. Diagnosis Keperawatan...........................................................................................14
C. Intervensi..................................................................................................................15
D. Implementasi............................................................................................................21
E. Evaluasi.....................................................................................................................21
BAB IV..................................................................................................................................22
PENUTUP............................................................................................................................22
A. Kesimpulan...............................................................................................................22
B. Saran.........................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................23
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kecemasan atau ansietas merupakan salah satu bentuk emosi individu
yang bertujuan dengan adanya rasa terancam oleh sesuatu, biasanya dengan
objek ancaman yang wajar yang dapat dianggap memiliki nilai positif sebagai
motivasi, tetapi bila intensitasnya begitu kuat dan bersifat negetif justru akan
menimbulkan kerugian dan dapat mengganggu terhadap keadaan fisik dan
psikis individu yang bersangkutan.
Kecemasan dapat dialami oleh siapapun dan dimanapun serta kapan
pun tergantung dari faktor pencetus dari kecemasan tersebut. Fakta
membuktikan bahwa diseluruh lapisan dunia kecemasan paling banyak terjadi
saat ini. Banyak orang mendefenisikan tentang cemas, antara lain Musfir Bin
Said Az-Zahrani (2015) mendefiniskan “kecemasan adalah kondisi kejiwaan
yang penuh dengan kekhawatiran dan ketakutan akan apa yang mungkin
terjadi, baik berkaitan dengan permasalahan yang terbatas maupun hal-hal
yang aneh”. Menurut Lynn S. Bicley (2019) “kecemasan merupakan reaksi
yang sering terjadi pada keadaan sakit, pengobatan, dan sistem perawatan
kesehatan itu sendiri. Bagi sebagian pasien, kecemasan merupakan saringan
terhadap semua persepsi dan reaksi mereka, bagi sebagian lainnya, kecemasan
dapat menjadi bagian dari sakit yang dideritanya”.
Masalah gangguan jiwa yang menyebabkan menurunnya kesehatan
mental ini ternyata hampir di seluruh Negara di dunia. WHO (World Health
Organization) badan dunia PBB yang menangani masalah kesehatan dunia,
memandang serius masalah kesehatan mental dengan menjadikan isu global
WHO. WHO mengangkat beberapa jenis gangguan jiwa seperti Schizoprenia,
Alzheimer, Epilepsy, Keterbelakangan mental dan ketergantungan alkohol
sebagai isu yang perlu mendapatkan perhatian.
Di Indonesia jumlah penderita penyakit jiwa berat sudah cukup
memprihatinkan, yakni mencapai 6 juta orang atau sekitar 2,5% dari total
penduduk. Berdasarkan hasil survei Kesehatan Mental Rumah Tangga
(SKMRT) pada tahun 1985 yang dilakukan terhadap penduduk di 11
kotamadya oleh Jaringan Epidemiologi Psikiatri Indonesia, ditemukan 185 per
1.000 penduduk rumah tangga dewasa menunjukkan adanya gejala gangguan
kesehatan jiwa baik yang ringan maupun berat. Dengan analogi lain bahwa
satu dari lima penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa dan mental.
Dengan analogi lain bahwa satu dari lima penduduk Indonesia menderita
gangguan jiwa dan mental. Sebuah fenomena angka yang sangat
mengkhawatirkan bagi sebuah bangsa.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada
makalah ini yaitu “Bagaimana Asuhan keperawatan pada klien dengan
masalah kecemasan?”

C. Tujuan
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan masalah
kecemasan.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Ansietas adalah kecemasan suatu keadaan perasaan yang kompleks
berkaitan dengan perasaan takut, sering disertai oleh sensasi fisik seperti jantung
berdebar, nafas pendek atau nyeri dada. Gangguan ansietas mungkin juga akibat
adanya gangguan otak yang berhubungan dengan gangguan fisik atau gangguan
kejiwaan (Rusmadi, 2020)

Ansietas adalah suatu perasaan was-was seakan sesuatu yang buruk akan
terjadi dan merasa tidak nyaman seakan ancaman yang disertai gejala-gejala fisik
seperti jantung berdebar-debar, kerimgat dingin, tangan gemetaran.

Ansietas memiliki dua aspek yakni yang sehat dan membahayakan, yang
bergantung pada tingkat ansietas, lama ansietas dialami, dan seberapa baik
individu melakukan koping terhadap ansietas. Ansietas dapat dilihat dalam rentang
ringan, sedang, berat sampai panic. Setiap tingkat menyebabkan perubahan
fisiologis dan emosional pada individu (Sulastri, 2016).

B. Penyebab Ansietas
(Roy, 2018) Penyebab ansietas dibagi menjadi dalam tiga kelompok, yaitu :
1. Genetik dan early learning. Gangguan ansietas cenderung diturunkan dalam
keluarga. Bila ibu, bapak, atau keluarga dekat lainnya menderita ansietas,
anaknya kemungkinan besar mengalami ansietas. Proses tumbuh kembang
didalam suatu keluarga dengan ansietas merupakan suatu pengalaman yang
dapat memicu pasien ansietas.
2. Biokimia otak. Ansietas berkaitan dengan fungsi pembawa pesan di otak
(biokimiawi otak) yang berhubungan dengan ketidakseimbangan
neurotransmitter serotonin dan dopamine.
3. Mekanisme flight-flight. Apabila seseorang merasa dalam bahaya, tubuh akan
menyiapkan diri untuk mempertahanka diri (flight) atau melarikan diri dari
situasi yang membahayakan tersebut (flight). Mekanisme flight-flight tersebut
menyebabkan denyut jantung meningkat, pupil dilatasi, dan tubuh
menyiapkan diri terhadap situasi berbahaya tersebut. Oleh karena itu, otak
harus “dilatih” untuk tidak terbiasa menggunakan mekanisme penyelesaian
masalah flight-flight.
Penyebab ansietas lainnya yaitu :
1. Perasaan takut tidak diterima dalam lingkungan tertentu
2. Pengalaman traumatis seperti trauma perpisahan, kehilangan atau
bencana
3. Rasa frustasi akibat kegagalan dalam mencapai tujuan
4. Ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis
atau gangguan terhadap kebutuhan dasar
5. Ancaman terhadap konsep diri (identitas diri, harga diri, dan
perubahan peran).
C. Tingkat Ansietas
Ansietas terbagi menjadi tiga macam atau tiga tingkatan yaitu:
1. Ansietas ringan, adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan
membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan
membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan
masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan melindungi dirinya sendiri.
Misalnya ansietas ringan membantu mahasiswa berfokus pada informasi
baru yang diberikan dikelas atau klinik
2. Ansietas sedang, merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada
seuatu yang benar-benar berbeda, individu menjadi gugup atau agitasi,
misalnya, seorang wanita mengunjungi ibunya untuk pertama kali dalam
beberapa bulan dan merasa bahwa ada sesuatu yang sangat berbeda.
Ibunya mengatakan bahwa berat badannya turun banyak tanpa ia berupaya
menurunkannya.
3. Ansietas berat, dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu yang
berbeda dan ada ancaman, ia memperlihatkan respon takut dan distress,
ketika individu mencapai tingkat tertinggi ansietas, panic berat, semua
pemikiran rasional berhenti dan tidak dapat berpikir tentang hal lain,
kebutuhan untuk pergi secepatnya, tetap di tempat dan berjuang, atau
menjadi beku dan tidak dapat melakukan sesuatu.

D. Tanda dan Gejala Ansietas


(Arifudin, 2019) Tanda dan gejala pada ansietas adalah :
1. Respons fisik (mungkin ditemukan): sering napas pendek, nadi dan tekanan
darah naik, mulut kering, anoreksia, diare/konstipasi, gelisah, berkeringat,
tremor, sakit kepala, dan sulit tidur
2. Respon kognitif : lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima
rangsang luar, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
3. Respons perilaku dan emosi: gerakan tersentak-sentak, bicara berlebihan dan
cepat, perasaan tidak aman.
Bila individu telah mengalami koping tidak efektif, tanda dan gejala yang
dijumpai adalah:
1. Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah atau
meminta bantuan
2. Menggunakan mekanisme pertahanan yang tidak sesuai
3. Ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan (mengalami
ketegangan peran, konflik peran)
4. Mengungkapkan tentang kesulitan kehidupan
5. Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar seperti makan minum,
kebersihan diri, istirahat dan tidur, berdandan
6. Perubahan dalam interaksi social (menarik diri, bergantung,
manipulative, impulsive)
7. Perilaku destruktif seperti merusak diri dan penyalahgunaan zat
8. Sering sakit
9. Mengungkapkan rasa khawatir kronis
10. Berbohong atau memanipulasi.

E. Faktor Predisposisi
1. Teori Biologi
Penelitian terkini berfokus pada penyebab biologis terjadinya ansietas
yang berlawanan dengan penyebab psikologis. Penelitian ini dimulai setelah
tampak jelas bahwa benzodiazepine yang ditemukan pada tahun 1950-an,
mengurangi ansietas. Liberthson et al. (2016) mempelajari hubungan antara
prolaps katup mitral dengan gangguan panik. Beberapa individu yang
mengalami episode sikap bermusuhan, irritabilitas, perilaku asosial, dan
perasaan mendadak bahwa segala sesuatu tidak nyata, dapat menunjukkan
gangguanpanic atipikal. Mereka mengalami abnormalitas elektroensefalo
grafik pada lobus temporal yang biasanya berespons terhadap karbazepin
(suatu antikonsulvan) atau obat-obat lain dalam kategori ini (Sullivan &
Coplan, 2020).
2. Teori Genetik
Ansietas dapat memiliki komponen yang diwariskan karena kerabat
tingkat pertama individu yang mengalami peningkatan ansietas memiliki
kemungkinan lebih tinggi mengalami ansietas. Insiden gangguan panic
mencapai 25% pada kerabat tingkat pertama, dengan wanita beresiko dua kali
lipat lebih besar darai pada pria. Kembar monozigot memiliki concordance
lima kali lebih besar dari pada kembar dizigot (DSM-IV-TR, 2020). Horwath
dan Weissman (2019) menjelaskan suatu kemungkinan “sindrom kromosom
13.” Kromosom ini dikatakan terlibat dalam hubungan genetik yang mungkin
pada gangguan panic, sakit kepala hebat, dan masalah ginjal, kandung kemih,
atau tiroid (kebanyakan hipotiroid) atau prolaps katup miltral.
3. Teori Neurokimia
Asam gama-amino butirat (GABA) merupakan neurotransmiter asam
amino yang diyakini tidak berfungsi pada gangguan ansietas. GABA, suatu
neurotransmiter inhibitor, berfungsi sebagai agens antiansietas alami tubuh
dengan mengurangi eksitabilitas sel sehingga mengurangi frekuensi bangkitan
neuron.

4. Teori Psikodinamik
Freud (2017) menilai ansietas alamiah seseorang sebagai stimulus
untuk perilaku. Ia menjelaskan mekanisme pertahanan sebagai upaya manusia
untuk mengendalikan kesadaran terhadap ansietas. Individu yang mengalami
gangguan ansietas diyakini menggunakan secara berlebihan salah satu atau
pola tertentu dari beberapa mekanisme pertahanan, yang menempatkan
individu tersebut pada salah satu tahap perkembangan psikoseksual Freud.

5. Teori Interpersonal
Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini
juga dihubungkan akan trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan,
perpisahan individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat
mudah mengalami ansietas yang berat.

6. Teori Perilaku
Ansietas merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Teori ini meyakini bahwa manusia yang pada awal kehidupannya dihadapkan
pada rasa takut yang berlebihan akan menunjukkan kemungkinan ansietas
yang berat pada kehidupan masa dewasanya.
F. Bentuk Gangguan Ansietas
1. Gangguan Panik
Serangan panik adalah suatu episode ansietas yang cepat, intens, dan
meningkat, berlangsung 15-30 menit, ketika individu mengalami ketakutan
emosional yang besar juga ketidaknyamanan fisiologis.
Diagnosis gangguan panik ditegakkan ketika individu mengalami
serangan panik berulang dan tidak diharapkan yang diikuti oleh rasa khawatir
yang menetap sekurang-kurangnya satu bulan bahwa ia akan mengalami
serangan panik berikutnya atau khawatir tentang makna serangan panik, atau
perubahan perilaku yang signifikan terkait dengan serangan panik, saat gejala-
gejala tersebut bukan akibat penyalahgunaan zat atau gangguan jiwa lain.
Sedikitnya lebih dari 75% individu dengan gangguan panik mengalami serangan
awal spontan tanpa ada pemicu dari lingkungan.
Ada dua kriteria gangguan panik yaitu gangguan panik tanpa
agoraphobia dan gangguan panic dengan agoraphobia kedua gangguan panic ini
harus ada serangan panik (Eric, 2016).

G. Terapi dan Prognosis


Terapi perilaku efektif dalam mengatasi gangguan ansietas, terutama jika
dikombinasikan dengan farmakoterapi (Mavissakalian & Michelson, 2015).

PSIKOTERAPI

Beberapa teknik digunakan ahli psikoterapi perilaku. Positive reframing


adalah mengubah pesan negative menjadi positif. Ahli terapi mengajarkan individu
menciptakan pesan positif yang digunakan selama episode panik. Misalnya, klien
diajarkan untuk berpikir “saya dapat memperlambat denyut jantung saya. Ini pasti
Cuma rasa cemas.” Dari pada berpikir, “jantung saya berdegup kencang, saya rasa
saya akan meninggal”. Pesan tersebut dapat ditulis dibuku alamat atau calendar atau
pada kartu di dompet. Latihan asertif membantu individu lebih mengendalikan
situasi hidup. Teknik latihan asertif membantu individu menegosiasikan situasi
interpersonal dan membangun keyakinan diri.

PSIKOFARMAKOLOGI

Empat kategori obat yang digunakan untuk mengobati gangguan panik yaitu :

1. SSRI, adalah obat-obatan yang paling efektif, yang digunakan untuk


mengobati gangguan panik. Obat-obatan ini tidak adiktif. Apabila diberikan
selama sekurang-kurangnya 6 sampai 18 bulan dan dosisnya dikurangi secara
bertahap dan lambat, angka relapsnya adalah 23%
2. Fluoksetin (Prozac), dengan waktu paruh 4 sampai 16 hari, terbukti efektif
dalam mengobati gangguan panik dengan dosis satu kali setiap minggu
3. Ansiolitik. Ansoaltik benzodiazepine digunakan selama periode singkat
(empat minggu atau kurang)
4. Antidepresan, ATS, obat-obatan ini tidak adiktif dan terapi jangka panjang
direkomendasikan.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian dutujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku melalui
gejala atau mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap kecemasan.
1. Kaji Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan seperti :
a. Peristiwa traumatic yang dapat memicu terjadinya kecemasan dengan
krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situsional
b. Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan
baik. Konflik antara id dan super ego atau antara keinginan dan kenyataan
dapat menimbulkan kecemasan pada individu
c. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respon
individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya
d. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan
yang mengandung benzodiepin, karena benzodiepin dapat menekan
neurotrasmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol
aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan
2. Kaji Stressor Presipitasi
Stressor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang
dapat mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor presipitasi kecemasan
dikelompokkan menjadi dua bagian:
a. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam
integritas fisik meliputi :
 Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis system
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya
hamil)
 Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatntya
tempat tinggal
b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal
 Sumber internal: kesulitan dalam berhubungan interpersonal
dirumah dan di tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru.
Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam
harga diri
 Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, social dan budaya
3. Kaji Perilaku
Secara langsung kecemasan dapat di ekspresikan melalui respon
fisiologis dan psikologis dan secara tidak langsung melalui pengembangan
mekanisme koping sebagai pertahanan melawan kecemasan.
 Respon fisiologis
Mengaktifkan system saraf otonom (simpatis dan parasimpatis)
 Respon psikologis
Kecemasan dapat mempengaruhi aspek intrapersonal maupun
personal
 Respon kognitif
Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir baik proses
pikir maupun isis pikir, diantaranya adalah tidak mampu
memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah lupa, menurunnya
lapangan persepsi, bingung
 Respon afektif
Klien akan mengekspresikan dalam bentuk kebingungan dan curiga
berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan
4. Kaji Penilaian Terhadap Stressor
5. Kaji Sumber dan Mekanisme Koping
B. Diagnosis Keperawatan
1. Ansietas
2. Koping individu tidak efektif

C. Intervensi
Tindakan Keperawatan

Tujuan tindakan keperawatan untuk pasien ansietas:

1. Pasien mampu mengenali ansietas


2. Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi
3. Pasien mampu memeragakan dan menggunakan teknik relaksasi untuk
mengatasi ansietas

Tindakan yang dilakukan pada pasien:

1. Bina hubungan saling percaya. Dalam membina hubungan saling


percaya, perlu dipertimbangkan kenyamanan pasien dan kenyamanan
saat berinteraksi. Tindakan yang harus dilakukan dalam membina
hubungan saling percaya adalah:
a. Ucapkan salam terpeutik
b. Berjabat tangan
c. Jelaskan tujuan relaksasi
d. Buat kontrak topic, waktu, dan tempat setiap kali bertemu pasien
2. Bantu pasien mengenali ansietasnya:
a. Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaanya
b. Bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan ansietas
c. Bantu pasien mengenal penyebab ansietasnya
d. Bantu klien menyadari perilaku akibat ansietasnya
3. Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa
percaya diri:
a. Pengalihan situasi
b. Latihan relaksasi:
 Tarik nafas dalam
 Mengerutkan dan mengendurkan otot-otot
c. Hipnotis teknik lima jari. Motivasi klien untuk melakukan teknik
relaksasi setiap kali muncul ansietas.

SP 1- Pasien. Membina hubungan saling percaya, membantu pasien


mengenal ansietas, mengajarkan teknik relaksasi dengan pengalihan
situasi, memasukkan ke jadwal kegiatan harian pasien.

SP 2- Pasien. Mengevaluasi latihan pengalihan situasi, mengajarkan


dan melatih latihan relaksasi tarik nafas dalam, memasukkan ke
jadwal kegiatan harian.

SP-3 Pasien. Mengevaluasi latihan tarik nafas dalam, mengajarkan


dan melatih latihan mengerutkan dan mengendurkan otot,
memasukkan ke jadwal kegiatan harian.

SP-4 Pasien. Mengevaluasi latihan mengerutkan dan mengendurkan


otot, mengajarkan dan melatih latihan relaksasi dengan teknik hipnotis
lima jari, memasukkan ke jadwal kegiatan harian.

Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk keluarga

Tujuan:

1. Keluarga mampu mengenal masalah ansietas pada anggota


keluarganya
2. Keluarga mampu memahami proses terjadinya masalah ansietas
3. Keluarga mampu mempraktikkan cara merawat pasien ansietas
4. Keluarga mampu merujuk anggota keluargaaa yang mengalami
ansietas

Tindakan:

1. Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat


pasien
2. Diskusikan proses terjadinya ansietas serta tanda dan gejala
3. Diskusikan penyebab dan akibat ansietas
4. Diskusikan cara merawat pasien ansietas dengan mengajarkan
teknik relaksasi
5. Diskusikan dengan keluarga perilaku pasien yang perlu dirujuk
dan bagaimana merujuk pasien

SP1-Keluarga. Membina hubungan saling percaya, mendiskusikan


masalah yang dihadapi keluarga, menjelaskan proses terjadi, tanda dan
gejala, penyebab ansietas pada pasien.

SP 2-Keluarga. Mengajarkan cara merawat pasien dengan latihan


relaksasi.

SP-3 Keluarga. Melatih keluarga merawat pasien ansietas (tarik napas


dalam). Keluarga dapat mengulang teknik relaksasi yang lain

SP 4-Keluarga. Merujuk pasien ansietas.

Tujuan tindakan keperawatan untuk pasien dengan koping tidak efektif:

1. Pasien mampu mengenal koping individutidak efektif


2. Pasien mampu mengatasi koping individu tidak efektif
3. Pasien mampu memeragakan dan menggunakan koping yang
konstruktif untuk mengatasi ansietas.

Tindakan untuk pasien dengan koping tidak efektif:

1. Kaji status koping yang digunakan oleh klien


a. Tentukan kapan mulai terjadi perasaan tidak nyaman , gejala,
hubungannya dengan peristiwa dan perubahannya
b. Kaji kemampuan menghubungkan fakta-fakta pengalaman dan
perilakunya
c. Dengarkan dengan cermat dan amati ekspresi wajah, gerakan
tubuh, kontak mata, posisi tubuh, intonasi dan intensitas suara
d. Tentukan risiko terhadap membahayakan diri sendiri dan
tindakan yang dibutuhkan
2. Berikan dukungan jika pasien mengungkapkan perasaannya
a. Jelaskan bahwa perasaan-perasaan yang dimilikinya memang
sulit
b. Jika individu menjadi pesimis, upayakan untuk lebih
memberikan harapan dan pandangan realistis
3. Motivasi untuk melakukan evaluasi perilakunya sendiri
a. Apa yang positif pada dirinya?
b. Apa yang perlu ditingkatkan?
c. Apa yang dipelajari tentang dirinya dan penguatan diri (self
reinforcement)?
4. Bantu klien untuk memecahkan masalah dengan cara yang
konstruktif
a. Identifikasi masalah yang dirasakan
b. Identifikasi penyebab masalah
c. Gali cara pasien menyelesaikan masalah di masa lalu
d. Diskusikan beberapa cara menyelesaikan masalah
e. Diskusikan keuntungan dan kerugian dari setiap pilihan
f. Bantu pasien memilih cara penyelesaian masalah yang berhasil
5. Ajarkan alternative koping yang konstruktif, seperti:
a. Bicara terbuka dengan orang lain untuk kekuatan social
b. Kegiatan fisik untuk pemulihan kekuatan fisik
c. Melakukan cara berpikir yang konstruktif untuk kemampuan
kognitif
d. Melakukan aktivitas konstruktif untuk kekuatan psikomotor

SP 1-Pasien. Membina hubungan saling percaya, membantu


pasien mengenal koping yang tidak efektif, mengajarkan koping
yang konstruktif (bicara terus terang dengan orang lain)

SP 2-Pasien. Mengevaluasi pelaksanaan teknik bicara terus terang


dengan orang lain, mengajarkan koping konstruktif: melakukan
kegiatan yang konstruktif, memasukkan ke jadwal kegiatan harian.

SP 3-Pasien. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian, mengajrkan


koping konstruktif: kegiatan fisik/olahraga, memasukkan ke
jadwal kegiatan harian.

Tujuan tindakan keperawatan untuk keluarga:

1. Keluarga mampu mengenal masalah koping tidak efektif pada


anggota keluarganya
2. Keluarga mampu memahami proses terjadinya masalah koping
tidak efektif
3. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami
koping tidak efektif
4. Keluarga mampu mempraktikkan cara merawat pasien koping
tidak efektif
5. Keluarga mampu merujuk anggota keluarga yang mengalami
koping tidak efektif.

Tindakan keperawatan untuk keluarga:

1. Diskusikan pengertian koping tidak efektif


2. Diskusikan tanda dan gejala koping tidak efektif
3. Diskusikan penyebab koping tidak efektif
4. Diskusikan cara merawat pasien koping tidak efektif dengan
cara
a. Membantu pasien mengenal koping yang tidak efektif
b. Mengajarkan pasien mengembangkan koping yang sehat
 Bicara dengan orang lain
 Melakukan aktivitas yang konstruktif
 Olahraga
 Dampingi keluarga menerapkan cara merawat
pasien langsung pada pasien
 Diskusikan cara merujuk anggota keluarga jika
sudah tidak dapat ditangani dirumah

SP 1-Keluarga. Membina hubungan saling percaya, menjelaskan


pengertian, tanda dan gejala, dan penyebab koping tidak efektif

SP 2-Keluarga. Mengajarkan cara merawat pasien koping individu


tidak efektif

SP 3-Keluarga. Melatih keluarga menerapkan cara merawat pasien


dengan koping tidak efektif langsung pada pasien

SP 4-Keluarga. Merujuk pasien koping tidak efektif.


D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan,
dimana perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan.
Implementasi keperawatan jiwa yang dilakukan perawat adalah sesuai
dengan starategi pelaksanaan (sp) yang telah direncanakan (Ami.,AR 2020).

E. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.
Evaluasi dilakukan terhadap kemampuan pasien dan keluarga dengan
masalah ansietas dan koping individu tidak efektif, juga terhadap kemampuan
perawat merawat pasien ansietas dan koping individu tidak efektif (Arifin,
2017).
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ansietas adalah kecemasan suatu keadaan perasaan yang kompleks berkaitan
dengan perasaan takut, sering disertai oleh sensasi fisik seperti jantung berdebar,
nafas pendek atau nyeri dada. Gangguan ansietas mungkin juga akibat adanya
gangguan otak yang berhubungan dengan gangguan fisik atau gangguan kejiwaan.
Penyebab ansietas terbagi menjadi tiga kelompok yaitu genetic dan early
learning, biokimia otak dan mekanisme flight-flight. Tingkat ansietas terbagi tiga
macam atau tiga tingkatan yaitu ansietas ringan, ansietas sedang, dan ansietas berat.

Tanda dan gejala nasietas yaitu, respon fisik (mungkin ditemukan), respon
kognitif, respon perilaku dan emosi. Faktor predisposisi dari ansietas yaitu teori
biologi, teori genetik, teori neurokimia, teori psikodinamik, teori interpersonal, dan
teori perilaku. Diagnosis yang muncul pada pasien ansietas yaitu ansietas dan koping
individu tidak efektif.

B. Saran
Dari uraian makalah diatas diharapkan agar bisa memberi pemahaman untuk
pembaca dan mahasiswa dan agar dapat lebih memahami tentang asuhan keperawatan
pada pasien dengan gangguan kecemasan serta dapat mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari, dan terakhir makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu agar pembaca senantiasa memberikan kritik dan saran kepada kami.

DAFTAR PUSTAKA
Videbeck Sheila L, PhD, RN. Alih bahasa oleh Komalasari Renata, S.Kp dan Hany
Afrina, S.Kp. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Keliat, Anna Budi, Wiyono Pawiro Akemat dan Susanti Herni. 2011. Manajemen
Kasus Gangguan Jiwa. Jakarta: EGC

Tantri, Sisilia. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Jiwa (Anxietas).
Dikutip29September2019.Tersedia:
https://www.academia.edu/5108215/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_KL
IEN_JIWA_DENGAN_KECEMASAN_ANXIETAS

Anda mungkin juga menyukai