KEPERAWATAN ANSIETAS
Nama Kelompok 5:
JOMBANG
1
2017
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah serta inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan lancar.
Sholawat serta salam kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang
kita nanti-nantikan syafa’atnya besok di hari kiamat.
Terima kasih kami sampaikan kepada kedua orang tua kami, teman-teman
semua dan pihak-pihak yang telah membantu dalam penulisan dan pengerjaan
makalah ini, sehingga makalah ini bisa terselesaikan.
Semoga makalah yang sederhana ini dapat memberikan manfa’at bagi kami
dan bagi semua pembaca pada umumnya. Kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini terdapat kesalahan yang mungkin kami sengaja dan tidak sengaja,
untuk itu kami mohon maaf bila tejadi kekeliruan dalam penulisan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
4. Apa manifestasi klinis dari ansietas?
5. Bagaimana penatalaksanaan ansietas?
6. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada klien ansietas?
2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini
tidak memiliki objek yang spesifik. (Stuart, 1995)
Ansietas adalah suatu perasaan yang tidak menyenangkan dan tidak dapat
dibenarkan yang disertai gejala fisiologis, sedangkan pada gangguan ansietas
terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan gangguan fungsi yang
disebabkan oleh kecemasan tersebut (David A. Tomb, 1993)
a. Ansietas Ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari, ansietas ini
menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang
persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan
pertumbuhan serta kreatifitas.
b. Ansietas Sedang
Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Ansietas ini mempersempit lapang persepsi
individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak perhatian yang
selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk
melakukannya.
3
c. Ansietas Berat
Sangan mengurangi lapang persepsi individu. Individu cenderung berfokus
pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain.
Semua perilaku ditunjukkan untuk mengurangi ketegangan. Individu
tersebut memerlukan banyakarahan untuk berfokus pada area lain.
d. Tingkat panik dari ansietas
Berhubungan dengan terpengaruh, ketakutan, dan teror. Hal yang rinci
terpecah dr proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, individu
yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan
arahan. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan
peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan
kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan
dengan kehidupan. Jika berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat
terjadi kelelahan dan kematian.
2.2 Etiologi
Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun
gangguan keseimbangan neurotransmitter dalam otak dapat menimbulkan
ansietas pada diri seseorang. Faktor genetik juga merupakan faktor yang dapat
menimbulkan gangguan ini. Ansietas terjadi ketika seseorang mengalami
kesulitan menghadapi situasi, masalah dan tujuan hidup (Videbeck, 2008).
Setiap individu menghadapi stres dengan cara yang berbeda-beda,
seseorang dapat tumbuh dalam suatu situasi yang dapat menimbulkan stres
berat pada orang lain.
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi ansietas adalah :
A. Faktor Predisposisi
1) Dalam pandangan psikoanalisis, ansietas adalah konflik emosional
yang terjadi antara dua elemen kepribadiani yaitu id, ego dan superego.
Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego
mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya,
4
sedangakan ego di gambarkan sebagai mediator antara tuntunan dari id
dan super ego
2) Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut
terhadap ketidak setujuan dan penolakan interpersonal.
3) Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu
segala sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai
tujuan yang di inginkan.
4) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan
hal yang biasa di temui dalam suatu keluarga.
5) Kajian biologis menunjukkan bahwa otak megandung reseptor khusus
untuk benzodiasepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator
inhibisi asam-asam gama-aminobutirat (GABA), yang berperan
penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan ansietas.
Menurut beberapa teori terjadinya faktor predisposisi, yaitu:
a. Teori Psikoanalisa
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara antara 2
elemen kepribadian – id dan superego. Id mewakili dorongan insting
dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani
seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego
berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan
fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b. Teori Interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya
penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan dengan
perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang
menimbulkan kelemahan spesifik. Orang yang mengalami harga diri
rendah terutama mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
c. Teori Perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Pakar perilaku menganggap sebagai dorongan belajar
berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan.
5
Individu yang terbiasa dengan kehidupan dini dihadapkan pada
ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas dalam
kehidupan selanjutnya.
d. Kondisi keluarga
Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada
tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas
dengan depresi. Faktor ekonomi, latar belakang pendidikan berpengaruh
terhadap terjadinya ansietas.
e. Keadaan Biologis
Keadaan biologis menunjukkan bahwa otak megandung reseptor
khususuntuk benzodiasepin, obat-obatan yang meningkatkan
neuroregulator inhibisi asam-asam gama-aminobutirat (GABA), yang
berperan penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan
ansietas
B. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang
dapat mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stresor
presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam
integritas fisik yang meliputi :
a. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya :
hamil).
b. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak
adekuatnya tempat tinggal.
2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
a. Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di
rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru.
Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam
harga diri.
6
b. Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.
2.4 Manifestasi Klinis
Manifestasi dengan gejala setiap kategori yaitu, ansietas ringan, ansietas
sedang, ansietas berat, dan ansietas panik.
1) Ansietas Ringan
a. Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari.
b. Lapang persepsi meluas/melebar dan individu berhati-hati serta
waspada.
c. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan
dan kreatifitas.
Respon Ansietas Ringan
a. Fisiologis
Kadang nafas pendek, nadi dan TD naik, gejala ringan pada lambung,
muka berkerut dan bibir bergetar.
b. Kognitif
Lapang persepsi meluas/melebar, mampu menerima rangsangan yang
kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara
efektif.
c. Perilaku dan Emosi
Tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang
meninggi.
2) Ansietas Sedang
Pada tingkat ini lapang pandang terhadap linngkungan menurun,
individu lebih memfokuskan pada hal penting saat itu dn
mengesampingkan hal lain.
Respon Ansietas Sedang
a. Fisiologis
Sering nafas pendek, nadi dan TD naik, mulut kering, anoreksia,
diare/konstipasi, gelisah
b. Kognitif
Lapang persepsi menyempit
7
Rangsang luar tidak mampu diterima
Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
c. Perilaku dan Emosi
Gerakan tersentak-sentak (meremas tangan)
Bicara banyak & lebih cepat
Susah tidur
Perasaan tidak aman
3) Ansietas Berat
Pada tingkat ini lapang persepsi menjadi sangat sempit, individu
cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang lain.
Individu tidak mampu berpikir berat lagi dan membutuhkan banyak
pengarahan/ tuntunan.
Respon Ansietas Berat
a. Fisiologis
Nafas pendek, nadi dan TD naik, berkeringat dan sakit kepala,
penglihatan kabur, ketegangan.
b. Kognitif
Lapang persepsi sangat sempit
Tidak mampu menyelesaikan masalah
c. Perilaku dan Emosi
Perasaan ancaman tinggi
Verbalisasi cepat
Blocking
4) Ansietas Panik
Terganggu sehingga individu sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi
dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun sudah diberi pengarahan/
tuntunan
Respon Ansietas Panik
a. Fisiologis
Nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi,
koordinasi motorik rendah.
b. Kognitif
8
Lapang pandang persepsi sangat sempit
Tidak dapat berpikir logis
c. Perilaku dan Emosi
Agitasi mengamuk dan marah
Ketakutan dan berteriak-teriak, blocking
Kehilangan diri kendali/ kontrol diri
Persepsi kacau
2.5 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan
suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik
(somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius (Hawari,
2008) selengkapnya seperti pada uraian berikut :
1) Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan makan yang bergizi dan seimbang.
b. Tidur yang cukup.
c. Cukup olahraga.
d. Tidak merokok.
e. Tidak meminum minuman keras.
2) Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan
memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-
transmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic
system). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas
(anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam,
buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
3) Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala
ikutan atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk
menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-
obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
4) Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
9
a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan
dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan
diberi keyakinan serta percaya diri.
b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila
dinilai bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
c. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali
(rekonstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat
stressor.
d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
e. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak
mampu menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami
kecemasan.
f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar
faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga
dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.
5) Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya
dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem
kehidupan yang merupakan stressor psikososial.
10
BAB 3
3.1 Pengkajian
1) Data dasar
Pengkajian ini penting dilakukan untuk mengetahui latar belakang,
status sosial ekonomi, adat/kebudayaan, dan keyakinan spiritual, sehingga
mudah dalam komunikasi dan menentukan tindakan keperawatan yang
sesuai.
a. Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama,
suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan,
alamat,nomor register, diagnosa medis, sumber biaya, dan sumber
informasi). Terjadi pada semua umur baik laki-laki maupun perempuan.
b. Identitas Penanggung jawab (nama, jenis kelamin, umur, status
perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan,
pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan pasien).
2) Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi secara umum yang mempengaruhi terjadinya
ansietas:
a. Panik
b. Ketegangan menghadapi sesuatu
c. Kurang percaya diri
d. Ketakutan kehilangan
e. Preoperasi
f. Obsesius
Menurut beberapa teori terjadinya faktor predisposisi, yaitu:
f. Teori Psikoanalisa
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara antara 2
elemen kepribadian – id dan superego. Id mewakili dorongan insting
dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani
seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego
11
berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan
fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
g. Teori Interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya
penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan dengan
perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang
menimbulkan kelemahan spesifik. Orang yang mengalami harga diri
rendah terutama mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
h. Teori Perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Pakar perilaku menganggap sebagai dorongan belajar
berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan.
Individu yang terbiasa dengan kehidupan dini dihadapkan pada
ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas dalam
kehidupan selanjutnya.
i. Kondisi keluarga
Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada
tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas
dengan depresi. Faktor ekonomi, latar belakang pendidikan berpengaruh
terhadap terjadinya ansietas.
j. Keadaan Biologis
Keadaan biologis menunjukkan bahwa otak megandung reseptor
khususuntuk benzodiasepin, obat-obatan yang meningkatkan
neuroregulator inhibisi asam-asam gama-aminobutirat (GABA), yang
berperan penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan
ansietas
3) Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dibedakan menjadi:
12
1) Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan
fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan
aktivitas hidup sehari-hari.
2) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas,
harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
4) Mekanisme Koping
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme
koping sbb:
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang di sadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi
stres, misalnya perilaku menyerang untuk mengubah atau mengatasi
hambatan pemenuhan kebutuhan, Menarik diri untuk memindahkan dari
sumber stress, Kompromi untuk mengganti tujuan atau mengorbankan
kebutuhan personal.
b. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan
sedang, tetapi berlangsung tidak sadar dan melibatkan penipuan diri dan
distorsi realitas dan bersifat maladaptif.
5) Perilaku
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan
fisiologi dan perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau
mekanisme koping dalam upaya melawan kecemasan. Intensietas perilaku
akan meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan.
Respon fisiologis terhadap ansietas meliputi:
a. Sistem kardiovaskuler: jantung berdebar, palpitasi, tekanan darah
meningkat, rasa ingin pingsan, tekanan darah menurun, denyut nadi
menurun.
b. Sistem respirasi: napas cepat, sesak napas, tekanan pada dada, napas
dangkal, sensasi tercekik.
c. Neuromuskuler: reflex meningkat, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip,
insomnia, kelemahan umum.
d. GI: kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman pada
abdomen, nyeri abdomen, mual, nyeri, ulu hati, diare.
13
e. Perkemihan: sering berkemih
f. Kulit: berkeringat setempat, gatal, rasa panas dan dingin pada kulit,
wajah pucat.
6) Data yang perlu di kaji
a. Data subyektif:
Klien mengatakan: perasaan saya gelisah, berdebar-debar, sering
berkemih, mengalami ketegangan fisik, panik, tidak dapat konsentrasi,
tidak percaya diri.
b. Data obyektif:
Klien tampak gelisah, pucat, mulut kering, suara tremor, sering
mondar-mandir sambil berbicara sendiri atau berbicara kepada orang lain
tetapi tidak di respon, menarik diri dari lingkungan interpersonal.
7) Status kesehatan mental
a. Kebenaran data:
Apakah semua informasi yang diberikan oleh klien sesuai dengan apa yang
disampaikan oleh keluarganya saat melakukan kunjungan rumah.
b. Status sensorik:
Kaji apakah ada gangguan pada penglihatan, pendengaran, penciuman,
dan pengecapan dan perabaan.
c. Status persepsi
Klien mendengarkan suara-suara yang membisik di telinganya.
Klien sering melamun, menyendiri, senyum sendiri karena mendengar
sesuatu,atau kadang-kadang mata menatap tajam seperti mengawasi
sesuatu.
d. Status motorik
Motorik kasar: cara klien berjalan, berpakaian, dan berbicara apakah masih
terkontrol atau tidak.
Motorik halus : misalnya Klien mampu menulis, menggenggam sesuatu,
memasukan kancing ke dalamlubang kancing tanpa tremor.
e. Afek
Emosi yang ditunjukan sesuai dengan apa yang di ungkapkan.
Misalnya jika klien menceritakan hal-hal yang lucu, klien turut tertawa.
14
f. Orientasi
Klien mengenal orang yang ada di sekitarnya, Klien mengetahui tentang
waktu.
g. Ingatan
Apakah Klien masih mengingat apa yang di alaminya selama ini, Apakah
klien kehilangan sebagaian memori yang di ingatnya.
8) Psikologis
a. Status emosi
Suasana hati yang menonjol adalah tampak purtus asa. Ekspresi muka
tampak datar. Saat berinteraksi, klien mampu menjawab pertanyaan
perawat dengan jawaban sejelas-jelasnya. Apakah Perasaan klien saat ini
cukup baik.
b. Konsep diri
Tanyakan apa yang di inginkan oleh kilen, pandangan hidup yang
bertentangan, menarik diri dari realitas dll.
c. Gaya komunikasi
Apakah klien berbicara secara santai, sulit di ajak berkomunikasi
dll.Perhatikan juga ekspresi nonverbal saat berinteraksi tampak serius dan
antusias, ada kontak mata.
d. Pola interaksi
Bagaimana cara klien berinteraksi dengan perawat, dengan anggota
keluarga yang lain di rumah.
e. Pola pertahanan
Bila mengatasi situasi yang sangat menekan atau sedih, klien lebih suka
berdiam diri di kamar, melamun. Klien mengatakan tidak
9) Sosial
a. Pendidikan dan pekerjaan
b. Hubungan sosial
c. Faktor sosial budaya
d. Gaya hidup
15
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas
2. Harga Diri Rendah
3. Gangguan Citra Tubuh
4. Koping Individu Inefektif
5. Kurangnya Pengetahuan
3.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan : Ansietas Berat
Tujuan Jangka Pendek Intervensi Rasional
Pasien dapat terlindung - Dukung dan terima Ansietas berat dan panik
dari bahaya mekanisme pertahanan dapat dikurangi dengan
diri klien mengizinkan klien untuk
- Kenalkan klien pada menentukan besarnya
kriteria kesedihan yang stress yang dapat
berhubungan dengan ditangani
mekanisme kopingnya Jika klien tidak mampu
saat ini menghilangkan ansietas,
- Berikan umpan balik ketegangan dapat
pada klien tentang mencapai tingkat panik
perilaku, stressor, dan dan klien dapat
sumber koping kehilangan kendali
- Hindari perhatian pada
fobia, ritual atau
keluhan fisik
- Kuatkan ide bahwa
kesehatan fisik sama
dengan kesehatan
emosional
- Batasi perilaku
maladaptif klien dengan
cara yang mendukung
16
Klien akan mengalami - Bersikap tenang Perilaku klien dapat
situasi yang lebih sedikit terhadap klien dimodifikasi dengan
menimbulkan ansietas - Kurangi stimulus mengubah lingkungan
lingkungan dan interaksi klien
- Identifikasi dan dengan lingkungan
modifikasi situasi yang
yang dapat
menimbulkan ansietas
bagi klien
- Berikan tindakan fisik
yang mendukung seperti
mandi air hangat dan
masase
Klien akan terlibat dalam - Ikutlah terlibat dengan Dengan mendorong
aktivitas yang aktivitas klien untuk aktivitas keluar rumah,
dijadwalkan sehari hari memberikan dukungan perawat membatasi
pada penguatan perilaku waktu klien yang tersedia
produktif secara sosial untuk mekanisme koping
- Berikan beberapa jenis distruktif sambil
latihan fisik meningkatkan partisipasi
- Rencanakan jadwal tau dan menikmati aspek
dafatr aktivitas yang kehidupan lainnya
dapat dilakukan setiap
hari
- Libatkan anggota
keluarga dan sistem
pendukung lainnya
Klien akan mengalami - Berikan medikasi yang Efek hubungan
penyembuhan dan dapat membantu terapeutik dapat
gejala-gejala ansietas mengurangi rasa tidak ditingkatkan jika kendali
berat nyaman klien kimiawi terhadap gejala
memungkinkan klien
17
- Amati efek sampng untuk mengarahkan
medikasi dan lakukan perhatian pada konflik
penyuluhan kesehatan yang mendasari.
yang relevan
18
dan interaksi yang perkembangannya
mendahului ansietas termasuk stressor
- Tinjau penilaian klien pencetus, penilaian
terhadap stressor, nilai- stressor dan sumber
nilai yang terancam dan yang tersedia
cara konflik
berkembang
- Hubungkan pengalaman
klien dengan
pengalaman yang
relevan pada masa lalu
Klien akan menguraikan - Kaji bagaimana klien Respons koping adaptif
respons koping adaptif menurunkan dapat dipelajari melalui
dan maladaptif ansietasnya dimasa lalu analisa mekanisme
dan tindakan yang koping yng digunakan
dilakukan untuk dimasa lalu, penilaian
menurunkannya ulang stressor,
- Tunjukkan efek menggunakan sumber
maladaptif dan koping yang tersedia dan
destruktif dari respons menerima tanggung
koping saat ini jawab untuk berubah
- Dorong klien
menggunakan koping
adaptif yang efektif
dimasa lalu
- Fokuskan klien pada
tanggung jawab untuk
berubah
- Bantu klien untuk
mengevaluasi nilai, dan
arti stressor pada saat
yang tepat
19
- Bantu klien secara aktif
mengaitkan hubungan
sebab akibat
20
3.4 Strategi Pelaksanaan Ansietas
SP 1
b. Evaluasi/validasi
SP 2
b. Evaluasi/validasi
21
c. Membuat kontrak (topik, waktu, tempat, tujuan)
SP 3
b. Evaluasi/validasi
22
3.5 Role Play Strategi Pelaksanaan : Ansietas
A. Kondisi Klien
B. Diagnosa Keperawatan
Ansietas
C. Tujuan
Tujuan Khusus :
Fase Orientasi
23
Salam Terapeutik
Evaluasi/validasi
Kontrak :
· Topik
· Waktu
· Tempat
· Tujuan
“Agar ibu dapat mengetahui kecemasan yang ibu rasakan serta cara
mengatasinya”
Fase Kerja
“Sekarang coba ibu ceritakan apa yang bapak rasakan saat ini”
24
“Ouw jadi bapak merasa takut jika ketakutan bapak terhadap botol
diketahui oleh murid-murid bapak. Jika boleh saya tahu, bagaimana
cara bapak mengatasi ketakutan tersebut”
Fase Terminasi
25
Evaluasi
· Subyektif
· Obyektif
“Mari, kita masukkan dalam jadwal harian bapak. Jadi, setiap bapak
merasa cemas, bapak bisa langsung praktikkan cara ini”
· Topik
· Waktu
“Bagaimana kalau kita latihan cara yang kedua ini besok, dengan jam
yang sama seperti hari ini. Berapa lama bapak punya waktu untuk
berbincang-bincang dengan saya besok? Bagaimana kalau 20 menit
saja”
· Tempat
26
SP 2 Pasien : Mengajarkan pasien teknik distraksi untuk meningkatkan kontrol
diri dan mengurangi ansietas :Melakukan hal yang
disukai, Menonton TV, Mendengarkan music yang
disukai, Membaca koran, buku atau majalah, Motivasi pasien untuk
melakukan teknik distraksi setiap kali ansietas muncul.
Salam Terapeutik
Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah ibu sudah melatih cara
mengalihkan situasi untuk menghilangkan kecemasan bapak seperti yang saya
ajarkan kemarin?”
Kontrak :
· Topik
“Baiklah pak sesuai janji kita kemarin, hari ini saya datang kembali untuk
mendiskusikan tentang latihan distraksi dengan tehnik pengalihan.”
· Waktu
· Tempat
27
· Tujuan
“Tujuan dari latihan hari ini adalah agar bapak dapat meningkatkan
kontrol kecemasan pada diri bapak dan bapak dapat mempraktekkannya dalam
kehidupan sehari-hari bapak.”
Fase Kerja
“bapak, kemarin waktu kita diskusi bapak mengatakan bahwa saat cemas
rasanya seluruh badan ibu tegang, baik pikiran maupun fisik. Nah, latihan
distraksi ini bermanfaat untuk mengalihkan rasa cemasbapak sehingga
membuat pikiran dan fisik ibu relak atau santai. Dalam teknik ini ibu harus
melakukan hal-hal yang dapat membuat bapak relak misalnya dengan
menonton acara televisi kesukaan bapak, membaca buku atau majalah
yang bapak suka, atau dengan mendengar music yang bapak sukai. Nah,
sekarang bapak sudah tau kan hal-hal apa saja yang dapat bapak lakukan untuk
mengurangi rasa cemas bapak. Nanti apabila ibu merasa cemas
lagi, bapak bisa melakukan salah satu teknik distraksi atau pengalihan yang
saya beritahu tadi.kegiatan mana yang bapak sukai? Baiklah sekarang kita
mendengarkan musik, bapak suka musik apa? Saya putarkan ya pak?
Fase Terminasi
Evaluasi
· Subjektif
“Bagaimana apa ada yang ingin bapak tanyakan dari penjelasan saya tadi?”
· Objektif
“Coba ibu ulangi lagi cara yang sudah kita pelajari. Wah bagus sekali,nanti
jika ibu merasa cemas, ibu dapat melakukan teknik ditraksi yang tadi saya
jelaskan ya.”
28
Rencana Tindak Lanjut (RTL)
· Topik
“Nah, bapak, masih ada cara yang bisa digunakan untuk mengatasi
kecemasan bapak yaitu dengan teknik hipnotis diri sendiri atau hipnotis dengan
5 jari.”
· Waktu
“Bagaimana kalau kita latihan cara yang ketiga ini besok dengan jamyang
sama seperti hari ini?”
· Tempat
“Mau latihan dimana kita pak? Bagaimana jika disini lagi ? Apa masih ada
yang mau ditanyakan pak? Baiklah kalau tidak ada saya pamit dulu. Selamat
siang.”
Fase Orientasi
Salam Terapeutik
29
Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan bapak pagi ini? Apakah bapak masih gelisah dan tidak
bisa tidur? Apakah yang kemaren saya ajarkan sudah di praktekkan dalam
jadwal harian bapak? Nah kalau sudah coba di praktikkan kembali ya. Bagus
pak”
Kontrak :
· Tujuan
“Tujuan perbincangan kita hari ini adalah agar bapak mengetahui cara untuk
menghilangkan rasa gelisah bapak dengan teknik relaksasi hipnotis 5 jari dan
bapak dapat mempraktekkan ketika rasa gelisah bapak datangkembali.”
. Fase Kerja
“Tadi bapak katakan, bapak merasa gelisah, tidak bisa tidur, coba bapak
ceritakan lebih lanjut tentang perasaan bapak, kenapa bapak tidak gelisah, apa
yang bapak pikirkan? Oh, jadi bapak merasa takut jika ketakutan bapak
terhadap botol diketahui orang lain, Nah bapak, sekarang saya akan
mengajarkan bapak teknik relaksasi degan cara hipnotis 5 jari. Kita mulai ya
pak. bapak pejamkan mata bapak, nah sekarang tautkan jari telunjuk ibu
dengan jempol bapak, sekarang bayangkan pada saat bapak sedang bahagia.
Sekarang tautkan jari tengah ibu dengan jempol, bayangkan saat bapak
bersama orang yang bapak sayangi/ cintai, sekarang taukan jari manis bapak
dengan jempol, bayangkan ketika bapak di puji oleh seseorang karena prestasi
30
bapak, dan sekarang tautkan jari kelingking bapak, bayangkan tempat yang
paling indah yang pernah di kunjungi. bapak, coba ulangi lagi cara teknik
hipnotis 5 jari yang sudah kita pelajari tadi. Wah bagus sekali, mari kita
masukkan dalam jadwal harian bapak. Jadi, setiap bapak merasa cemas, bapak
bisa langsung praktikkan cara ini, dan bisa melakukannya lagi sesuai jadwal
yang telah kita buat.”
Fase Terminasi
Evaluasi
· Subyektif
· Obyektif
“Nah, coba bapak praktikkan kembali apa yang telah saya ajarkan tadi.Bagus,
ternyata bapak masih ingat apa yang telah saya ajarkan.”
“Saya harap apa yang tadi saya ajarkan kepada bapak, bapak dapat
mempraktekkan kembali sekitar 2 kali dalam sehari ya pak.”
31
bincang tentang apa yang sudah saya ajarkan kepada bapak mau jam berapa
pak? Seperti biasa jam 10 pagi ya dikamarbapak? Masih ada yang mau
ditanyakan atau tidak pak? Baiklah kalau tidak ada saya pamit dulu. Selamat
siang pak.”
32
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ansietas masih menjadi salah satu masalah gangguan kesehatan jiwa
yang masih banyak terjadi baik di negara-negara maju maupun di negara
berkembang seperti Indonesia. Ansietas sendiri merupakan kekhawatiran
atau keadaan emosional yang tidak jelas, berkaitan dengan perasaan tidak
pasti dan tidak memiliki objek yang spesifik.
Tingkatan Ansietas :
a. Ansietas Ringan
b. Ansietas Sedang
c. Ansietas Berat
b. Tingkat Panik dari Ansietas
Faktor Predisposisi
Dalam pandangan psikoanalisis
Menurut pandangan interpersonal
Menurut pandangan perilaku
Kajian keluarga
Sedangkan kajian biologis
Faktor Presipitasi
Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam
integritas fisik
Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal
4.2 Saran
Ansietas merupakan gangguan kejiwaan berupa cemas yang tidak
berobyek, sehingga memerlukan pencegahan sedini mungkin pada tiap lapisan
masyarakat. Langkah-langkah pencegahan tersebut dapat berupa : Kurikulum
pendidikan kesehatan jiwa pada tiap jenjang pendidikan, Perbaikan pelayanan
kesehatan jiwa pada di setiap lapisan institusi kesehatan, Gaya hidup yang
sehat, Makan makan yang bergizi dan seimbang, Istirahat yang cukup, Cukup
olahraga, Tidak merokok.
33
34
DAFTAR PUSTAKA
Herman Ade. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika
Doenges, Marilynn. 2006. Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran, Ed3.
Videbeck, Sheila. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran.
Stuart, G. W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. (5th ed). Jakarta : EGC.
Tomb, D. A. (2001). Buku Saku Psikiatri (5th ed). Jakarta : EGC.
35