Disusun Oleh:
Kelompok 1
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Masalah-Masalah Kesehatan Wanita pada Masa Reproduksi: Infertilitas
dan Klimakterium”.
Tak lupa shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Besar
Muhammad SAW beserta keluarga para sahabat dan pengikutnya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Maternitas II. Dalam penyusunan makalah ini kami banyak
mendapatkan saran, dorongan, serta keterangan-keterangan dari berbagai sumber
yang merupakan pengalaman yang tidak dapat diukur secara materi, sesungguhnya
pengalaman dan pengetahuan tersebut adalah guru terbaik bagi kami sebagai
penyusun. Oleh karena itu, dengan segala hormat dan kerendahan hati
perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak
mungkin kami sebutkan satu persatu yang telah membantu sehingga makalah ini
dapat diselesaikan.
Semoga amal baik yang telah mereka berikan kepada penyusun mendapat
imbalan yang setimpal bahkan berlipat dari Allah SWT. Akhirnya kami berharap
semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya. Amin.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ii
BAB 1 : PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan 3
1. Tujuan Umum 3
2. Tujuan Khusus 3
BAB 2 : PEMBAHASAN 4
A. Infertilitas 4
1. Definisi Infertilitas 4
2. Klasifikasi Infertilitas 4
3. Epidemiologi Infertilitas 5
4. Etiologi Infertilitas 6
5. Faktor Risiko Infertilitas 7
6. Diagnosis Infertil Pada Wanita 10
7. Pencegahan Infertilitas 12
8. Penanganan Infertilitas 12
B. Klimakterium 13
1. Pengertian Klimakterium 13
2. Masa-Masa Klimakterium 13
3. Etiologi 14
4. Patofisiologi 14
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Klimakterium 14
6. Kondisi Fisik pada Masa Klimakterium 15
7. Kondisi Psikis pada Masa Klimakterium 16
8. Gangguan Perilaku Pada Fase Klimakterium 16
9. Kehidupan Seks Pada Masa Klimakterium 17
10. Pencegahan beberapa dampak masa klimakterium 18
BAB 3 :PENUTUP 20
A. Kesimpulan 20
B. Saran 21
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Atas dasar penentuan latar belakang di atas, maka kami dapat mengambil
perumusan masalah yaitu:
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum disusunnya makalah ini adalah untuk mengetahui tentang
masalah-masalah kesehatan wanita pada masa reproduksi: infertilitas dan
klimakterium.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar infertilitas.
b. Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar klimakterium.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Infertilitas
1. Definisi Infertilitas
Infertilitas adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri belum
mampu memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2-3
kali seminggu dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakan alat
kontrasepsi jenis apapun (Djuwantono, 2008). Angka sattu tahun ditetapkan karena
biasanya 85% pasangan dalam satu tahun sudah memiliki keturunan. Ini berarti,
15% pasangan usia subur mempunyai masalah infertilitas.
2. Klasifikasi Infertilitas
Menurut Kumalasari, I. & Andhyantoro, I. (2012), infertilitas pada PUS
dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut:
a. Infertilitas Primer
Infertilitas primer adalah suatu keadaan ketika PUS yang telah menikah lebih
dari satu tahun melakukan hubungan seksual secara teratur dan benar tanpa usaha
pencegahan, tetapi belum juga terjadi kehamilan, atau belum pernah melahirkan
anak hidup.
b. Infertilitas Sekunder
Infertilitas sekunder adalah suatu keadaan ketika PUS yang sudah
mempunyai anak, sulit memperoleh anak lagi, walaupun sudah melakukan
hubungan seksual secara teratur dan benar tanpa usaha pencegahan.
3. Epidemiologi Infertilitas
Prevalensi pasangan infertil di dunia diperkirakan satu dari tujuh pasangan
bermasalah dalam hal kehamilan. Survei kesehatan rumah tangga di Indonesia
tahun 2000, diperkirakan ada kurang lebih 3,5 juta pasangan (7 juta orang) infertil.
Pasangan infertil telah meningkat mencapai 15-20% dari sekitar 50 juta. Infertilitas
sebanyak 40% disebabkan oleh wanita, 20% oleh pria dan 40% lainnya di sebabkan
oleh faktor pria dan wanita.21 Prevalensi kejadian infertilitas perempuan di
Indonesia sebanyak infertil primer 15% pada usia 30-34 tahun, meningkat 30%
pada usia 35-39 tahun dan 64% pada usia 40-44 tahun.
Berdasarkan laporan WHO, secara global diperkirakan adanya kasus
infertilitas pada 8-10% pasangan, yaitu sekitar 50 juta hingga 80 juta pasangan. Di
Amerika sekitar 5 juta orang mengalami permasalahan infertilitas, sedangkan di
Eropa angka kejadiannya mencapai 14%2. Pada tahun 2002, dua juta wanita usia
reproduktif di Amerika merupakan wanita infertil3. Sedangkan di Indonesia,
berdasarkan survei kesehatan rumah tangga tahun 1996, diperkirakan ada 3,5 juta
pasangan (7 juta orang) yang infertil. Mereka disebut infertil karena belum hamil
setelah setahun menikah. Kini, para ahli memastikan angka infertilitas telah
meningkat mencapai 15-20 persen dari sekitar 50 juta pasangan di Indonesia.
Pasangan suami istri yang mengalami gangguan kesuburan pada tingkat
dunia mencapai 10-15%, dari jumlah tersebut 90% diketahui penyebabnya, sekitar
40% diantaranya berasal dari faktor wanita (Hadibroto, 2013). Pasangan infertil di
Indonesia tahun 2013 adalah 50 juta pasangan atau 15-20% dari seluruh pasangan
yang ada (Riskesdas, 2013).
4. Etiologi Infertilitas
a. Etiologi Infertilitas Pada wanita
Penyebab infertilitas pada wanita sebagai berikut :
1) Hormonal
Gangguan glandula pituitaria, thyroidea, adrenalis atau ovarium yang
menyebabkan kegagalan ovulasi, kegagalan endometrium uterus untuk
berproliferasi sekresi, sekresi vagina dan cervix yang tidak menguntungkan bagi
sperma, kegagalan gerakan (motilitas) tuba falopii yang menghalangi spermatozoa
mencapai uterus.
2) Obstruksi
Tuba falopii yang tersumbat bertanggung jawab sepertiga dari penyebab
infertilitas. Sumbatan tersebut dapat disebabkan oleh kelainan kongenital, penyakit
radang pelvis yang umum, contohnya apendisitis dan peritonitis, dan infeksi tractus
genitalis, contohnya gonore.
3) Faktor Lokal
Faktor-faktor lokal yang menyebabkan infertil pada wanita adalah fibroid
uterus yang menghambat implantasi ovum, erosi cervix yang mempengaruhi pH
sekresi sehingga merusak sperma, kelainan kongenital vagina, cervix atau uterus
yang menghalangi pertemuan sperma dan ovum, mioma uteri oleh karena
menyebabkan tekanan pada tuba, distrorsi, atau elongasi kavum uteri, iritasi
miometrium, atau torsi oleh mioma yang bertangkai.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk mendiagnosis infertil adalah :
1) Vital Sign
Pemeriksaan vital sign yang terdiri dari tekanan darah, nadi, respiratory
rate, suhu badan.
2) Penghitungan BMI
Penghitungan indeks massa tubuh (body mass index (BMI)) dihitung dari
tinggi dan berat badan (kg/m2), kisaran normal BMI adalah 20-25 kg/m2. Wanita
dengan tampilan overweight atau obesitas mengalami kelainan berupa resistensi
insulin atau bahkan sindroma metabolik. Wanita dengan siklus menstruasi yang
tidak teratur dan tampilan fisik obesitas mungkin saja berhubungan dengan
diagnosis sindrom ovarium polikistik.
3) Pemeriksaan Gangguan Endokrin
Penampilan/rupa pasien secara keseluruhan dapat memberikan petunjuk
mengenai penyakit sistemik ataupun masalah endokrin. Keberadaan ciri-ciri
seksual sekunder normal sebaiknya diamati.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk mencari penyebab dari gangguan
endokrin seperti jerawat, hirsutisme, kebotakan, acanthosis nigrican, virilisasi,
gangguan lapang pandang, gondok, dan adanya ciri penyakit tiroid.
4) Pemeriksaan pelvis
Pemeriksaan pelvis sebaiknya dilakukan untuk mencari dugaan
endometriosis yang ditandai dengan adanya nodul pada vagina, penebalan forniks
posterior, nyeri tekan, nyeri pada organ-organ pelvis. Jika saat pemeriksaan muncul
rasa nyeri, sebaiknya diwaspadai adanya kemungkinan patologi pelvis.
8. Penanganan Infertilitas
Penanganan infertilitas dilakukan menuru kategorinya, apakah pasangan
tersebut infertilitas primer atau sekunder. Hal tersebutt perlu diketahui terlebih
dahulu sebelum dilakukan tindakan.
Penanganan dilakukan sesuai dengan usia pernikahan dan dilakukan secara
bertahap dari risiko yang paling ringan dengan biaya murah, sampai dengan
penanganan yang menggunakan teknologi modern yang membutuhkan biaya besar.
Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mendapatkan keturunan adalah
sebagai berikut:
a. Konsultasi medis, terkait cara senggama yang benar yang memungkinkan
terjadinya pembuahan.
b. Manajemen masa subur yang benar
c. Pemberian obat-obatan untuk kesuburan
d. Tindakan inseminasi buatan, yaitu peletakan sperma ke folikel ovarian
(Intravolikular) uterus (intrauterin), serviks (intraservikal), atau tuba Fallofi
(Intratubal) perempuan fdengan menggunakan cara buatan dan bukan dengan
kopulasi alami.
e. Bayi tabung/pembuahan in vitro, yaitu teknik pembuahan dimana ovum
dibuahi diluar tubuh perempuan. Metode ini dlakukan untuk mengatasi
masalah ksuburan ketika metode lain tidak berhasil.
B. Klimakterium
1. Pengertian Klimakterium
Klimakterium adalah masa yang bermula dari akhir masa reproduksi sampai
awal masa senium dan terjadi pada wanita berumur 40-65 tahun. Klimakterium
adalah waktu ketika siklus haid berhenti dan berkurangnya sekresi hormon estrogen
dan progesteron ovarium (Nelson, 2008). Sedangkan menurut Adji (2007)
klimakterium adalah berhentinya menstruasi karena berhentinya proses fisiologis
akibat menurunnya estrogen tanpa obat-obatan dan intervensi.
Fase klimakterium adalah masa peralihan yang dilalui seorang wanita dari
periode reproduktif ke periode non reproduktif. Tanda, gejala atau keluhan yang
kemudian timbul sebagai akibat dari masa peralihan ini disebut tanda atau gejala
menopause. Pada fase ini fungsi reproduksi wanita menurun.
2. Masa-Masa Klimakterium
Masa klimakterium ini berlangsung secara bertahap menurut Kasdu (2002)
sebagai berikut:
a. Premenopause : masa sebelum berlangsungnya perimenopause, yaitu sejak
fungsi reproduksinya mulai menurun, sampai timbulnya keluhan atau tanda-
tanda menopause, mula pada usia 40 tahun. Perdarahan terjadi karena
menurunnya kadar hormon estrogen, insufisiensi corpus lutheum, kegagalan
proses ovulasi sehingga bentuk kelainan haid dapat bermanifestasi seperti
amenore, polimenor dan hipermenore.
b. Perimenopause: periode dengan keluhan memuncak, rentang 1-2 tahun
sebelum dan 1-2 tahun sesudah menopause. Masa wanita mengalami akhir dai
datangnya haid sampai berhenti sama sekali. Pada masa ini menopause masih
berlangsung. Keluhan sistimatik berkaitan dengan vasomotor, keluhan yang
sering dijumpai adalah berupa gejolaj panas (hot flushes), berkeringat banyaj,
depresi, serta perasaan mudah tersinggung.
c. Post menopause: masa setalah menopause sampai senilis. Masa berlangsung
kurang lebih 3-5 tahun setelah menopause. Keluhan lokal pada sistem
urogenital bagian bawah, atrofi vulva dan vagina menimbulkan berkurangnya
produksi lendir atau timbulnya nyeri senggama.
3. Etiologi
Sebelum haid berhenti, sebenarnya pada seorang wanita terjadi berbagai
perubahan dan penurunan fungsi pada ovarium seperti sklerosis pembuluh darah,
berkurangnya jumlah folikel dan menurunnya sintesis steroid seks, penurunan
sekresi estrogen, gangguan umpan balik pada hipofise.
4. Patofisiologi
Penurunan fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya kemampuan
ovarium untuk menjawab rangsangan gonadotropin, sehingga terganggunya
interaksi antara hipotalamus–hipofise. Pertama-tama terjadi kegagalan fungsi
luteum. Kemudian turunnya fungsi steroid ovarium menyebabkan berkurangnya
reaksi umpan balik negatif terhadap hipotalamus. Keadaan ini meningkatkan
produksi FSH dan LH. Dari kedua gonadoropin itu, ternyata yang paling mencolok
peningkatannya adalah FSH.
c. Pencegahan Osteoporosis
Pencegahan osteoporosis pascamenopause bukan hanya bergantung pada
estrogen, karena pengobatan dengan progestogen juga efektif dalam mencegah
kehilangan tulang (bone loss). Penambahan progestogen ke pengobatan estrogen
mungkin penting dalam mencegah osteoporosis tetapi mungkin penting dalam
mengobati penderita yang telah mengalami osteoporosis. Sementara kebanyakan
kajian menunjukkan bahwa pengobatan estrogen menghambat penyerapan kalsium
dari tulang, sangat mungkin dengan memulihkan kadar kalsitonin yang turun
setelah menopause, sekurang-kurangnya 3 kajian telah memperli-hatkan bahwa
kombinasi pengobatan estrogen-progestogen sesungguhnya meningkatkan massa
tulang dengan memajukan pembentukan tulang baru.
A. Kesimpulan
B. Saran
Semoga makalah dari kelompok kami dapat berguna bagi rekan-rekan dan
semoga makalah kami dapat menjadi suatu acuan untuk kedepannya, khususnya
tentang konsep keperawatan anak dengan penyakit kronik/ terminal dalam konteks
keluarga. Untuk Kritik dan saran akan kami terima untuk membentuk makalah yang
lebih baik lagi kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Aziza, N. (2014). Hubungan Pengetahuan Ibu Usia 45-60 Tahun dengan Sindrom
Klimakterium. Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, 221-225.
Oktarina, A., Abadi, A., & Bachsin, R. (2014). Faktor-faktor yang Memengaruhi
Infertilitas pada Wanita di Klinik Fertilitas Endokrinologi Reproduksi.
MKS, Th. 46, No. 4, 295-300.
http://repository.ump.ac.id/4480/3/EMI%20PRIYATI%20BAB%20II.pdf
(Diunduh pada 27 Agustus 2018 Pukul 16.40 WIB).
http://googleweblight.com/i?u=http://ayarizkyani.blogspot.com/2013/04/klimakter
ium-dan-menopause.html?m%3D1&hl=id-ID (Diunduh pada 27 Agustus 2018
Pukul 17.00 WIB).