Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH:

KECEMASAN DAN KEHILANGAN

Disusun sebagai Salah Satu Syarat dalam Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Keperawatan Jiwa Semester IV Tahun Akademik 2021 – 2022

Disusun Oleh:
Neng Maudi Yulianti KHGA20095
Putri Miraz Nurjanah KHGA20102
Risma Silviyani KHGA20107
Sri Mustika KHGA20112
Yuniar Nurasiah KHGA20115
Sania Artyandi Cahya KHGA20125
Rian KHGA20134

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
Keperawatan Jiwa yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah:
Kecemasan dan Kehilangan” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Keperawatan Jiwa. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang konsep asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan
masalah kecemasan dan kehilangan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak
yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Garut, April 2022

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I ............................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ........................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 2
BAB II ........................................................................................................................... 3
2.1 Konsep dasar .................................................................................................. 3
2.1.1 Definisi .................................................................................................... 3
2.1.2 Etiologi .................................................................................................... 4
2.1.3 Klasifikasi ............................................................................................... 5
2.1.4 Manifestasi klinis .................................................................................... 6
2.1.5 Patofisiologi ............................................................................................ 9
2.1.6 Penatalaksanaan .................................................................................... 10
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan ...................................................................... 12
2.2.1 Pengkajian ............................................................................................. 12
2.2.2 Pengkajian psikologis ........................................................................... 17
2.2.3 Pengkajian sosial ................................................................................... 18
2.2.4 Diagnosa keperawatan .......................................................................... 18
2.2.5 Perencanaan........................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Globalisasi telah membuat perubahan diberbagai bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi. Persaingan kelompok dan individu semakin ketat, dampak dari
perubahan tersebut merupakan salah satu stressor bagi individu, apabila seseorang
tidak bisa bertahan dengan perubahan yang terjadi. Hal tersebut akan dirasakan
sebagai stressor yang berkepanjangan, koping individu yang tidak efektif
menjadikan seseorang mengalami gangguan secara psikologis. Menurut
Organisasi kesehatan dunia (WHO), bahwa 10% dari populasi mengalami
gangguan jiwa, hal ini didukung oleh laporan dari hasil studi bank dunia dan hasil
survei Badan Pusat Statistik yang melaporkan bahwa penyakit yang merupakan
akibat masalah kesehatan jiwa mencapai 8,1% yang merupakan angka tertinggi
dibanding prosentase penyakit lain.
Data riset kesehatan dasar tahun 2007 menunjukkan bahwa gangguan mental
emosional (depresi dan kecemasan) di alami oleh sekitar 11,6% populasi usia di
atas 15 tahun sedangkan sekitar 0,48% populasi mengalami gangguan jiwa berat
atau psikosis (Depkes, 2012). Gangguan ansietas lebih sering di alami oleh wanita
individu berusia kurang dari 45 tahun, bercerai atau berpisah, dan individu yang
berasal dari status sosial-ekonomi rendah (Videbeck. 2008)
1.2 Rumusan masalah
1. Apa definisi dari ansietas?
2. Apa etiologi dari ansietas?
3. Apa saja klasifikasi ansietas?
4. Apa manifestasi klinis dari ansietas?
5. Bagaimana patofisiologi ansietas?
6. Bagaimana penatalaksanaan ansietas?
7. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada klien ansietas?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari ansietas
2. Untuk mengetahui etiologi ansietas
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari ansietas
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari ansietas
5. Untuk mengetahui patofisiologi ansietas
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari ansietas
7. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan ansietas

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep dasar


2.1.1 Definisi
Ansietas adalah suatu perasaan takut dengan gejala fisiologis,
sedangkan pada gangguan ansietas terkandung unsur penderitaan yang
bermakna dan gangguan fungsi yang di sebabkan oleh kecemasan tersebut
(Tomb. Dafit A 2003)
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi
ini tidak memiliki objek yang spesifik. Ansietas di alami secara subjektif
dan dikomunikasikan secaar interpersonal. (Stuart & Laraia 2005).
Ansietas adalah respons emosional terhadap penilaian intelektual
terhadap bahaya. (Stuart & Laraia 2005).
Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan yang tidak di
dukung oleh situasi (Videbeck. 2008) Ansietas merupakan satu keadaan
yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan gejala somatik yang
menandakan suatu kegiatan berlebihan dari Susunan Saraf Autonomic
(SSA). Ansietas merupakan gejala yang umum tetapi non-spesifik yang
sering merupakan satu fungsi emosi. Sedangkan depresi merupakan satu
masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan
yang sedih dan gejala penyertanya termasuk perubahan pola tidur dan nafsu
makan, psikomotor. konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya,
serta gagasan bunuh diri.
Kecemasan memiliki nilai yang positif. Menurut Stuart dan Laraia
(2005) aspek positif dari individu berkembang dengan adanya konfrontasi,
gerak maju perkembangan dan pengalaman mengatasi kecemasan. Tetapi

3
pada keadaan lanjut perasaan cemas dapat mengganggu kehidupan
seseorang.
2.1.2 Etiologi
Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun
gangguan keseimbangan neurotransmitter dalam otak dapat menimbulkan
ansietas pada diri seseorang. Faktor genetik juga merupakan faktor yang
dapat menimbulkan gangguan ini. Ansietas terjadi ketika seseorang
mengalami kesulitan menghadapi situasi. masalah dan tujuan hidup
(Videbeck, 2008). Setiap individu menghadapi stres dengan cara yang
berbeda-beda, seseorang dapat tumbuh dalam suatu situasi yang dapat
menimbulkan stres berat pada orang lain. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi ansietas adalah :
A. Faktor Predisposisi
1. Dalam pandangan psikoanalisis, ansietas adalah konflik emosional
yang terjadi antara dua elemen kepribadiani yaitu id, ego dan superego.
Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego
mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya,
sedangakan ego di gambarkan sebagai mediator antara tuntunan dari
id dan super ego
2. Menurut pandangan interpersonal, ansictas timbul dari perasaan takut
terhadap ketidak setujuan dan penolakan interpersonal.
3. Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi
yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk
mencapai tujuan yang di inginkan.
4. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan
hal yang biasa di temui dalam suatu keluarga.
5. Kajian biologis menunjukkan bahwa otak megandung reseptor khusus
untuk benzodiasepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator
inhibisi asam asam gama-aminobutirat (GABA), yang berperan

4
penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan
ansietas.
B. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang
dapat mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stresor
presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam
integritas fisik yang meliputi :
a. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis
sistem imun. regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal
(misalnya: hamil).
b. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi,
tidak adekuatnya tempat tinggal.
2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan
eksternal
a. Sumber internal: kesulitan dalam berhubungan interpersonal
di rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru.
Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat
mengancam harga diri.
b. Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial
budaya.
2.1.3 Klasifikasi
1. Tingkatan Ansietas:
a. Ansietas Ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari.
Menyebabkan individu menjadi lebih waspada dan meningkatkan

5
lapang persepsinya. Ansictas ini dapat memotivasi belajar dan
menghasilakn pertumbuhan serta kreativitas.
b. Ansietas Sedang
Memungkinkan individu unutk berfokus pada hal yang penting dan
mengesampingkan hal yang lain. Mempersempit lapang persepsi
individu. Sehingga individu mengalami tidak perhatian yang
selektif namun dapat lebih berfokus pasda area jika diarahkan untuk
melakukannya.
c. Ansietas Berat
Sangat mengurangi lapang persepsi individu, cenderung berfokus
ada sesuatu yang rinci dan spesifik sehingga tidak memikirkan hal
yang lain. Semua perilaku ditujukkan untuk mengurangi ketegangan.
Individu memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada hal lain.
d. Tingkat Panik dari Ansietas
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Individu yang
mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu meskipun dengan
arahan, karena mengalami kehilangan kendali.
2.1.4 Manifestasi klinis
Manifestasi dengan gejala setiap kategori yaitu, ansietas ringan, ansietas
sedang. ansietas berat, dan ansietas panik.
1. Ansietas Ringan
a. Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan
sehari-hari.
b. Lapang persepsi meluas melebar dan individu berhati-hati serta
waspada.
c. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan
pertumbuhan dan kreatifitas.

6
1) Respon Ansietas Ringan
a) Fisiologis
Kadang nafas pendek, nadi dan TD naik, gejala ringan
pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar.
b) Kognitif
Lapang persepsi meluas/melebar, mampu menerima
rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah,
menyelesaikan masalah secara efektif.
c) Perilaku dan Emosi
Tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara
kadang meninggi.

2. Ansietas Sedang
Pada tingkat ini lapang pandang terhadap lingkungan menurun,
individu lebih memfokuskan pada hal penting saat itu dna
mengesampingkan hal lain.
1) Respon ansietas sedang
a) Fisiologis
Sering nafas pendek, nadi dan TD naik, mulut kering,
anoreksia, diare/konstipasi. gelisah
b) Kognitif
i. Lapang persepsi menyempit
ii. Rangsang luar tidak mampu diterima
iii. Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
iv. Perilaku dan Emosi
v. Gerakan tersentak-sentak (meremas tangan)
vi. Bicara banyak & lebih cepat

7
vii. Susah tidur
viii. Perasaan tidak aman
3. Ansietas Berat
Pada tingkat ini lapang persepsi menjadi sangat sempit, individu
cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal
yang lain. Individu tidak mampu berpikir berat lagi dan
membutuhkan banyak pengarahan/tuntunan.
1) Respon Ansietas Berat:
a) Fisiologis
i. Nafas pendek
ii. Nadi dan TD naik
iii. Berkeringat dan sakit kepala
iv. Penglihatan kabur
v. Ketegangan.
b) Kognitif
i. Lapang persepsi sangat sempit
ii. Tidak mampu menyelesaikan masalah
c) Perilaku dan Emosi
i. Perasaan ancaman tinggi
ii. Verbalisasi cepat
iii. Blocking
4. Ansietas Panik
Terganggu sehingga individu sudah tidak dapat mengendalikan diri
lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun sudah diberi
pengarahan/ tuntunan
1) Respon Ansietas Panik:
a) Fisiologis
Nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat,
hipotensi, koordinasi motorik rendah.

8
b) Kognitif
i. Lapang pandang persepsi sangat sempit
ii. Tidak dapat berpikir logis
c) Perilaku dan Emosi
i. Agitasi mengamuk dan marah
ii. Ketakutan dan berteriak-teriak, blocking
iii. Kehilangan diri kendali/ kontrol diri
iv. Persepsi kacau

2.1.5 Patofisiologi
Berdasarkan proses perkembangannya:
1. Bayi/anak-anak
a. Berhubungan dengan perpisahan
b. Berhubungan dengan lingkungan atau orang yang tidak dikenal
c. Berhubungan dengan perubahan dalam hubungan teman sebaya
2. Remaja
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
a. Perkembangan seksual
b. Perubahan hubungan dengan teman sebaya
3. Dewasa
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
a. Kehamilan
b. Menjadi orang tua
c. Perubahan karir
d. Efek penuaan
4. Lanjut usia
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
a. Penurunan sensori
b. Penurunan motorik

9
c. Masalah keuangan
d. Perubahan pada masa pension

2.1.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi
memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu
mencangkup fisik (somatik). psikologik atau psikiatrik, psikososial dan
psikoreligius (Hawari, 2008) selengkapnya seperti pada uraian berikut:
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan makan yang bergizi dan seimbang.
b. Tidur yang cukup.
c. Cukup olahraga.
d. Tidak merokok.
e. Tidak meminum minuman keras.
2. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan
memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan
neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak
(limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat
anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam,
lorazepam, buspirone HCI, meprobamate dan alprazolam.
3. Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala
ikutan atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk
menghilangkan keluhan-keluhan Somat (fisik) itu dapat diberikan obat-
obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain:

10
a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan
dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan
diberi keyakinan serta percaya diri.
b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi
bila dinilai bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
c. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali
(rekonstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat
stressor.
d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya
ingat.
e. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan
proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa
seseorang tidak mampu menghadapi stressor psikososial sehingga
mengalami kecemasan.
f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan,
agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor
keluarga dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.
5. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem
kehidupan yang merupakan stressor psikososial

11
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Dalam bagian ini perawat harus dapat memahami dan menangani pasien
yang mengalami diagnosis keperawatan ansietas, baik menggunakan cara
individual maupun kelompok. Bagian ini juga memberikan pedoman
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga pasien dengan
kecemasan. Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar,
yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan
emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Ansietas dialami secara
subjektif dan di komunikasikan secaar interpersonal.
Adapun tanda dan gejala dari ansietas:
a. Perilaku gelisah
b. Ketegangan fisik
c. Tremor
d. Kurang koordinasi
e. Cenderung mengalami cedera
f. Menarik diri dari hubungan interpersonal
g. Kreativitas menurun

A. Data dasar
Pengkajian ini penting dilakukan untuk mengetahui latar belakang,
status sosial ekonomi, adat/kebudayaan, dan keyakinan spiritual,
sehingga mudah dalam komunikasi dan menentukan tindakan
keperawatan yang sesuai.
a. Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan,
agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan,
pekerjaan, alamat,nomor register. diagnosa medis, sumber biaya,
dan sumber informasi). Terjadi pada semua umur baik laki-laki
maupun perempuan.

12
b. Identitas Penanggung jawab (nama, jenis kelamin, umur, status
perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang
digunakan, pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan pasien).
B. Faktor predisposisi
Beberapa faktor predisposisi secara umum yang mempengaruhi
terjadinya ansietas:
a. Panik
b. Ketegangan menghadapi sesuatu
c. Kurang percaya diri
d. Ketakutan kehilangan
e. Preoperasi
f. Obsesius

Menurut beberapa teori terjadinya faktor predisposisi, yaitu:

a. Teori Psikoanalisa
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara antara 2
elemen kepribadian id dan superego. Id mewakili dorongan
insting dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan
hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma
budaya seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua
elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah
mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b. Teori Interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya
penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan
dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan
kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang yang
mengalami harga diri rendah terutama mudah mengalami
perkembangan ansietas yang berat.

13
c. Teori Perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Pakar perilaku menganggap sebagai dorongan
belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari
kepedihan. Individu yang terbiasa dengan kehidupan dini
dihadapkan pada ketakutan berlebihan lebih sering
menunjukkan ansietas dalam kehidupan selanjutnya.
d. Kondisi keluarga
Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada
tumpang tindih dalam gangguan ansictas dan antara gangguan
ansietas dengan depresi. Faktor ekonomi, latar belakang
pendidikan berpengaruh terhadap terjadinya ansietas.
e. Keadaan Biologis
Keadaan biologis menunjukkan bahwa otak megandung reseptor
khususuntuk benzodiasepin, obat-obatan yang meningkatkan
neuroregulator inhibisi asam-asam gama-aminobutirat (GABA),
yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang
berhubungan dengan ansietas
C. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dibedakan menjadi:
1. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan
fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk
melakukan aktivitas hidup sehari hari.
2. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan
identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.

14
D. Mekanisme koping
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme
koping sbb:
1. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang di sadari
dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik
tuntutan situasi stres, misalnya perilaku menyerang untuk
mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan,
Menarik diri untuk memindahkan dari sumber stress, Kompromi
untuk mengganti tujuan atau mengorbankan kebutuhan personal.
2. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansictas ringan
dan sedang. tetapi berlangsung tidak sadar dan melibatkan
penipuan diri dan distorsi realitas dan bersifat maladaptif.
E. Perilaku
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan
fisiologi dan perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya
gejala atau mekanisme koping dalam upaya melawan kecemasan.
Intensietas perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan
tingkat kecemasan. Respon fisiologis terhadap ansietas meliputi:
1. Sistem kardiovaskuler: jantung berdebar, palpitasi, tekanan darah
meningkat, rasa ingin pingsan, tekanan darah menurun, denyut
nadi menurun.
2. Sistem respirasi: napas cepat, sesak napas, tekanan pada dada,
napas dangkal, sensasi tercekik.
3. Neuromuskuler. reflex meningkat, reaksi terkejut, mata berkedip-
kedip, insomnia, kelemahan umum.
4. Gl: kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman
pada abdomen, nyeri abdomen, mual, nyeri, ulu hati, diare.
5. Perkemihan: sering berkemih

15
6. Kulit: berkeringat setempat, gatal, rasa panas dan dingin pada
kulit, wajah pucat.
7. Respon perilaku meliputi: motorik, afektif, dan kognitif.
F. Data yang perlu dikaji
1. Data subyektif
Klien mengatakan: perasaan saya gelisah, berdebar-debar, sering
berkemih, mengalami ketegangan fisik, panik, tidak dapat
konsentrasi, tidak percaya diri.
2. Data obyektif:
Klien tampak gelisah, pucat, mulut kering, suara tremor, sering
mondar-mandir sambil berbicara sendiri atau berbicara kepada
orang lain tetapi tidak di respon. menarik diri dari lingkungan
interpersonal.
G. Status kesehatan mental
1. Kebenaran data:
Apakah semua informasi yang diberikan oleh klien sesuai dengan
apa yang disampaikan oleh keluarganya saat melakukan
kunjungan rumah.
2. Status sensorik:
Kaji apakah ada gangguan pada penglihatan, pendengaran,
penciuman, pengecapan dan perabaan.
3. Status persepsi
Klien mendengarkan suara-suara yang membisik di telinganya.
Klien sering melamun, menyendiri, senyum sendiri karena
mendengar sesuatu,atau kadang-kadang mata menatap tajam
seperti mengawasi sesuatu.
4. Status motorik
Motorik kasar: cara klien berjalan, berpakaian, dan berbicara
apakah masih terkontrol atau tidak. Motorik halus: misalnya Klien

16
mampu menulis, menggenggam sesuatu, memasukan kancing ke
dalamlubang kancing tanpa tremor.
5. Afek
Emosi yang ditunjukan sesuai dengan apa yang di ungkapkan.
Misalnya jika klien menceritakan hal-hal yang lucu, klien turut
tertawa.
6. Orientasi
Klien mengenal orang yang ada di sekitarnya. Klien mengetahui
tentang waktu.
7. Ingatan Apakah Klien masih mengingat apa yang di alaminya
selama ini. Apakah klien kehilangan sebagaian memori yang di
ingatnya.

2.2.2 Pengkajian psikologis


1. Status emosi
Suasana hati yang menonjol adalah tampak purtus asa. Ekspresi muka
tampak datar. Saat berinteraksi, klien mampu menjawab pertanyaan
perawat dengan jawaban sejelas-jelasnya. Apakah Perasaan klien saat
ini cukup baik.
2. Konsep diri
Tanyakan apa yang di inginkan oleh kilen, pandangan hidup yang
bertentangan, menarik diri dari realitas dll.
3. Gaya komunikasi
Apakah klien berbicara secara santai, sulit di ajak berkomunikasi
dll.Perhatikan juga ekspresi nonverbal saat berinteraksi tampak serius
dan antusias, ada kontak mata.

17
4. Pola interaksi
Bagaimana cara klien berinteraksi dengan perawat, dengan anggota
keluarga yang lain di rumah.
5. Pola pertahanan
Bila mengatasi situasi yang sangat menekan atau sedih, klien lebih
suka berdiam diri di kamar, melamun. Klien mengatakan tidak.
2.2.3 Pengkajian sosial
1. Pendidikan dan pekerjaan.
2. Hubungan sosial
3. Faktor sosial budaya
4. Gaya hidup
2.2.4 Diagnosa keperawatan
1. Resiko menciderai diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan
ansietas
2. Ansietas berhubungan dengan koping individu tak efektif
2.2.5 Perencanaan
Diagnosa Perencanaan Intervensi
1. Resiko TUM: 1. Lihat/observasi ada tidaknya
menciderai Klien menahan diri untuk tidak perilaku kekerasan
diri sendiri membahayakan diri dan orang 2. Diskusikan ansietas, perasaan
dan orang lain lain dan bagaimana peningkatan
berhubungan TUK 1: ketegangan dapat menyebabkan
dengan Klien mengatakan perasaan permusuhan
ansietas agresif tetapi tidak 3. Bantu merawat diri dengan cara
melakukannya. mengikuti kecemasan
Memperagakan keterampilan 4. Bantu klien untuk
koping yang sesuai untuk mengidentifikasi isyarat yang
mengatasi distress mengindikasikan peningkatan

18
frustasi yang dapat
menimbulkan perilaku merusak
5. Dorong klien untuk membentuk
kesadaran diri akan perilaku non
verbal dan pernyataan verbal
yang menunjukan
memuncaknya ansietas
6. Ajari klien tentang cara cara
penyaluran ansietas secara fisik
7. Bantu klien mempelajari
keterampilan asertif dan
ekspresi yang sesuai untuk
emosinya yang kuat
8. Bersama dengan klien
melakukan upaya
pengembangan toleransi
terhadap frustasi dan
kekecewaan
9. Dorong klien untuk meminta
bantuan dari sumber-sumber
ansietas
2. Ansietas TUM: 1. Dorong pasien mengungkapkan
berhubungan Klien menunjukan secara verbal perasaan yang
dengan kemampuan mengatasi panik kuat tidak nyaman, khususnya
koping dengan mengurangi perilaku ansietas, rasa bersalah, dan
individu tak penyebab panik frustasi
efektif TUK 1:

19
Pasien bercerita tentang 2. Bantu klien mengidentifikasi
stressor kehidupan, yang b.d stessor internal yang umumnya
serangan panik di masa lalu terjadi sebelum serangan
3. Diskusikan dan analisa situasi
panik dengan klien, berfokus
pada stimulus eksternal yang
merangsang serangan
4. Diskusikan mekanisme koping,
seperti gerakan fisik dan latihan
nafas dalam yang lambat.
5. Ajari klien srategi untuk
mengatasi stressor internal
seperti ketakutan atau perasaan
tidak menentu
6. Ajari klien tentang cara
perpindah dari keadaan internal
ke keadaan eksternal
7. Diskusikan hubungan antara
ansietas dengan respon
fisiologis yang secara khas di
tunjukan dalam serangan panik
8. Bantu klien untuk memodifikasi
situasi yang dapat diubah
9. Dorong klien membentuk
sistem pendukung dan mencari
bantuan ketika tanda dan gejala
ansietas muncul

20
DAFTAR PUSTAKA

Tarwoto dan wartona 2006, Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses keperawatan,
Jakarta: Salemba Medika. Marilynn E Doenges, dkk. 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan Edisi 8. ECG
Maramis, W.F. 2005. Catatan ilmu kedokteran Jiwa. Airlangga University Press:
Surabaya.
Jakarta Yosep, lyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

21

Anda mungkin juga menyukai