Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Syilvia 221301051
Dosen Pengampu:
Raras Sutatminingsih, S.Psi., M.Si., Ph.D., Psikolog
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat-Nya
kami masih diberikan Kesehatan sehingga tugas makalah kelompok 4 di Mata Kuliah
Psikopatologi dan Kesehatan Mental dengan materi “ Anxiety disorder, OCD and related
disorder dan Personality disorder” dapat terselesaikan. Makalah ini dibuat dengan tujuan
penugasan tugas kelompok Psikopatologi dan Kesehatan Mental Budaya pada semester
empat.
Kami mengucapkan terima kasih kepada para dosen pada Mata Kuliah Psikopatologi
dan Kesehatan Mental yang telah membimbing kami. Kami berharap makalah yang kami
susun ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah, serta saran dan
kritik yang membangun di harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
BAB I....................................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN..................................................................................................................... 5
1.1 Latar Belakang............................................................................................................. 5
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................... 5
1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 5
BAB II...................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN....................................................................................................................... 6
2.1 Anxiety Disorder........................................................................................................... 6
2.1.1 Separation Anxiety Disorder................................................................................6
2.1.2 Selective Mutism............................................................................................... 10
2.1.3 Specific Phobia..................................................................................................12
2.1.4 Social Anxiety Disorder..................................................................................... 16
2.1.5 Panic Disorder................................................................................................... 20
2.1.6 Agoraphobia...................................................................................................... 25
2.1.7 Generalized Anxiety Disorder............................................................................29
2.1.8 Substance/Medication-Induced Anxiety Disorder..............................................32
2.1.9 Anxiety Disorder Due to Another Medical Condition......................................... 34
2.2 Obsessive-Compulsive and Related Disorders..........................................................36
2.2.1 Body Dysmorphic Disorder................................................................................40
2.2.2 Hoarding Disorder............................................................................................. 42
2.2.3 Trichtollominia (Hair-Pulling Disorder)...............................................................45
2.2.4 EXCORIATIN (SKIN-PICKING) DISORDER..................................................... 47
2.2.5 Subtance/Mediciaton-induced obsessive-complusif and related disorder.........50
2.2.6 Obsesisive-Complusif and Related Disorder Due to another medical condition...
52
2.3 PERSONALITY DISORDERS....................................................................................54
CLUSTER A PERSONALITY DISORDER....................................................................... 57
2.3.1 Paranoid Personality Disorder...........................................................................57
2.3.2 Schizoid Personality Disorder........................................................................... 60
2.3.3 Schizotypal Personality Disorder.....................................................................64
CLUSTER B PERSONALITY DISORDERS.....................................................................68
2.3.4 Antisocial Personality Disorder..........................................................................68
2.3.5 Borderline Personality Disorder.......................................................................77
2.3.6 Narcissistic Personality Disorder....................................................................... 88
CLUSTER C PERSONALITY DISORDERS.................................................................... 93
2.3.7 Avoidant Personality Disorder........................................................................... 93
2.3.8 Obsessive-Compulsive Personality Disorder.................................................. 102
OTHER PERSONALITY DISORDERS.......................................................................... 107
2.3.9 Personality Change Due to Another Medical Condition.................................. 107
2.3.10 Other Specified Personality Disorder............................................................ 109
BAB III..................................................................................................................................111
KESIMPULAN...................................................................................................................... 111
Daftar Pustaka.................................................................................................................... 112
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dan manifestasi
Anxiety Disorder, OCD, dan Personality Disorder.
BAB II
PEMBAHASAN
Criteria Diagnostic
A. Ketakutan atau kecemasan yang berlebihan sehubungan dengan perpisahan dengan
orang yang dekat dengannya, sebagaimana dibuktikan oleh setidaknya tiga hal
berikut:
1. Kesedihan berlebihan yang berulang-ulang ketika mengantisipasi atau
mengalami perpisahan dari rumah atau dari tokoh-tokoh penting.
2. Kekhawatiran yang terus-menerus dan berlebihan mengenai kehilangan sosok
yang sangat dekat atau kemungkinan bahaya yang menimpa mereka, seperti
penyakit, cedera, bencana, atau kematian.
3. Kekhawatiran yang terus-menerus dan berlebihan terhadap peristiwa yang
tidak diinginkan (misalnya tersesat, diculik, mengalami kecelakaan, jatuh
sakit) yang menyebabkan perpisahan dengan sosok yang memiliki keterikatan
utama.
4. Keengganan atau penolakan terus-menerus untuk pergi keluar, jauh dari
rumah, ke sekolah, ke tempat kerja, atau ke tempat lain karena takut akan
perpisahan.
5. Rasa takut yang berlebihan untuk sendirian atau tanpa sosok yang memiliki
keterikatan besar di rumah atau di tempat lain.
6. Keengganan atau penolakan yang terus-menerus untuk tidur jauh dari rumah
atau tidur tanpa berada di dekat orang yang dekat dengan Anda.
7. Mimpi buruk berulang yang bertemakan perpisahan.
8. Keluhan gejala fisik yang berulang (misalnya sakit kepala, sakit perut, mual,
muntah) ketika terjadi atau diperkirakan akan terjadi perpisahan dengan tokoh
utama.
B. Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran bersifat terus-menerus, berlangsung
setidaknya 4 minggu pada anak-anak dan remaja dan biasanya 6 bulan atau lebih pada
orang dewasa.
C. Kecemasan ini menyebabkan penderitaan atau gangguan yang signifikan secara klinis
dalam bidang sosial, akademik, pekerjaan, atau bidang fungsi penting lainnya.
D. Gangguan tersebut tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh gangguan jiwa lain,
seperti menolak keluar rumah karena resistensi berlebihan terhadap perubahan autism
spectrum disorder; delusi atau halusinasi mengenai perpisahan pada psychotic
disorders; penolakan untuk pergi keluar tanpa teman terpercaya dalam agoraphobia;
kekhawatiran tentang kesehatan yang buruk atau bahaya lain yang menimpa orang
terdekat dalam gangguan kecemasan umum; atau kekhawatiran tentang penyakit
dalam gangguan kecemasan.
Diagnostic Features
Ciri penting dari gangguan kecemasan akan perpisahan adalah ketakutan atau
kecemasan berlebihan mengenai perpisahan dari rumah atau figur keterikatan. Kecemasan
melebihi apa yang diharapkan berdasarkan tingkat perkembangan individu (Kriteria A).
Individu dengan gangguan kecemasan akan perpisahan memiliki gejala yang memenuhi
setidaknya tiga kriteria berikut: Mereka mengalami tekanan berlebihan yang berulang ketika
perpisahan dari rumah atau figur keterikatan utama diantisipasi atau terjadi (Kriteria A1).
Mereka mengkhawatirkan kesejahteraan atau kematian figur keterikatan, terutama ketika
terpisah dari mereka, dan mereka perlu mengetahui keberadaan figur keterikatan mereka dan
ingin tetap berhubungan dengan mereka (Kriteria A2). Mereka juga khawatir akan
kejadian-kejadian yang tidak diinginkan pada diri mereka, seperti tersesat, diculik, atau
mengalami kecelakaan, yang akan menghalangi mereka untuk bertemu kembali dengan sosok
yang paling dekat dengan mereka (Kriteria A3). Individu dengan gangguan kecemasan akan
perpisahan enggan atau menolak keluar sendiri karena ketakutan akan perpisahan (Kriteria
A4). Mereka memiliki ketakutan atau keengganan yang terus-menerus dan berlebihan untuk
sendirian atau tanpa sosok yang memiliki keterikatan besar di rumah atau di lingkungan lain.
Anak-anak dengan gangguan kecemasan akan perpisahan mungkin tidak dapat tinggal atau
masuk ke dalam kamar sendirian dan mungkin menunjukkan perilaku “menempel”, tetap
dekat atau “membayangi” orang tuanya di sekitar rumah, atau meminta seseorang untuk
menemani mereka ketika pergi ke ruangan lain di dalam rumah (Kriteria A5). Mereka
memiliki keengganan atau penolakan yang terus-menerus untuk tidur tanpa berada di dekat
orang yang dekat dengan mereka atau tidur jauh dari rumah (Kriteria A6). Anak-anak dengan
kelainan ini sering kali mengalami kesulitan pada waktu tidur dan mungkin memaksa
seseorang untuk menemani mereka sampai mereka tertidur. Pada malam hari, mereka
mungkin pergi ke tempat tidur orang tuanya (atau tempat tidur orang terdekatnya, seperti
saudara kandungnya). Anak-anak mungkin enggan atau menolak menghadiri perkemahan,
tidur di rumah teman, atau melakukan keperluan lain. Orang dewasa mungkin merasa tidak
nyaman saat bepergian sendiri (misalnya, tidur di kamar hotel yang jauh dari rumah atau
figur yang terikat). Mungkin terdapat mimpi buruk berulang yang isinya mengungkapkan
kecemasan individu akan perpisahan (misalnya, kehancuran keluarga karena kebakaran,
pembunuhan, atau bencana lainnya) (Kriteria A7). Gejala fisik (misalnya, sakit kepala,
keluhan perut, mual, muntah) sering terjadi pada anak-anak ketika perpisahan dari figur
keterikatan utama terjadi atau diantisipasi (Kriteria A8). Gejala kardiovaskular seperti
jantung berdebar, pusing, dan perasaan ingin pingsan jarang terjadi pada anak kecil, namun
dapat terjadi pada remaja dan orang dewasa.
Gangguan ini harus berlangsung selama minimal 4 minggu pada anak-anak dan
remaja di bawah 18 tahun dan biasanya berlangsung selama 6 bulan atau lebih pada orang
dewasa (Kriteria B). Namun, kriteria durasi untuk orang dewasa harus digunakan sebagai
panduan umum, dengan memberikan fleksibilitas tertentu. Gangguan tersebut harus
menyebabkan penderitaan yang signifikan secara klinis atau gangguan pada fungsi sosial,
akademik, pekerjaan, atau bidang fungsi penting lainnya (Kriteria C).
Etiology
a. Lingkungan
Gangguan kecemasan akan perpisahan sering berkembang setelah stres hidup,
terutama kehilangan (misalnya, kematian kerabat atau hewan peliharaan; penyakit individu
atau kerabat; pindah sekolah; perceraian orang tua; pindah ke lingkungan baru; imigrasi; a
bencana yang melibatkan periode pemisahan dari figur keterikatan). Ditindas selama masa
kanak-kanak telah terbukti menjadi faktor risiko berkembangnya gangguan kecemasan akan
perpisahan. Pada orang dewasa muda, contoh lain dari stres hidup termasuk meninggalkan
rumah orang tua, menjalin hubungan romantis, dan menjadi orang tua. Riwayat perlindungan
dan campur tangan orang tua yang berlebihan mungkin berhubungan dengan gangguan
kecemasan akan perpisahan pada masa kanak-kanak dan dewasa.
Differential Diagnostic
1. Agoraphobia
Tidak seperti individu dengan agoraphobia, mereka yang mengalami separation anxiety
disorder tidak cemas terjebak atau tidak berdaya dalam situasi di mana melarikan diri
dianggap sulit jika terjadi gejala seperti panik atau tidak berdaya lainnya.
2. Post traumatic stress disorder
Ketakutan akan perpisahan dari orang yang dicintai adalah setelah peristiwa traumatis
seperti bencana, terutama ketika periode perpisahan dari orang yang dicintai dialami selama
peristiwa traumatis.
3. Illness anxiety disorder
Individu dengan gangguan kecemasan khawatir tentang penyakit tertentu yang
mungkin mereka miliki, tetapi perhatian utama adalah tentang diagnosis medis itu sendiri,
bukan tentang dipisahkan dari figur keterikatan.
4. Depressive and bipolar disorders
Gangguan ini mungkin terkait dengan keengganan untuk meninggalkan rumah, tetapi
perhatian utamanya bukanlah kekhawatiran atau ketakutan akan kejadian yang tidak
diinginkan menimpa tokoh-tokoh keterikatan, melainkan motivasi yang rendah untuk terlibat
dengan dunia luar.
5. Oppositional defiant disorder
Anak-anak dan remaja dengan separation anxiety disorder mungkin menentang dalam
konteks dipaksa untuk berpisah dari figur keterikatan.
6. Personality disorders
Personality disorder ditandai dengan rasa takut ditinggalkan oleh orang yang dicintai,
tetapi masalah dalam identitas, pengarahan diri, fungsi interpersonal, dan impulsif juga
merupakan pusat dari gangguan itu, sedangkan mereka bukan pusat dari separation anxiety
disorder.
Selective mutism adalah kondisi ketika seseorang mendadak tidak mampu berbicara
pada situasi tertentu, misalnya di depan banyak orang atau dengan orang yang jarang ditemui.
Kriteria Diagnostik
1. Kegagalan terus-menerus dalam berbicara dalam situasi sosial tertentu di mana
terdapat harapan untuk berbicara (misalnya di sekolah) meskipun berbicara dalam
situasi lain.
2. Gangguan mengganggu prestasi pendidikan atau pekerjaan atau komunikasi sosial.
3. Durasi gangguan minimal 1 bulan (tidak terbatas pada bulan pertama sekolah).
4. Kegagalan berbicara tidak disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, atau kenyamanan
dengan, bahasa lisan yang diperlukan dalam situasi sosial.
5. Gangguan ini tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh gangguan komunikasi
(misalnya, gangguan kefasihan yang terjadi pada masa kanak-kanak) dan tidak terjadi
secara eksklusif selama perjalanan gangguan spektrum autisme, skizofrenia, atau
gangguan psikotik lainnya.
Diagnostic Features
Saat bertemu dengan individu lain dalam interaksi sosial, anak dengan mutisme
selektif tidak memulai berbicara atau memberikan respons timbal balik ketika diajak bicara
oleh orang lain. Kurangnya bicara terjadi dalam interaksi sosial dengan anak-anak atau orang
dewasa. Anak-anak dengan mutisme selektif akan berbicara di rumah mereka di hadapan
anggota keluarga dekat tetapi seringkali tidak di depan teman dekat atau kerabat tingkat dua,
seperti kakek-nenek atau sepupu. Gangguan tersebut paling sering ditandai dengan
kecemasan sosial yang tinggi. Anak-anak dengan mutisme selektif sering kali menolak
berbicara di sekolah, sehingga menyebabkan gangguan akademik atau pendidikan, karena
guru sering kali mengalami kesulitan dalam menilai keterampilan seperti membaca.
Etiology
a. Tempramental
Afektifitas negatif (neurotisme) atau hambatan perilaku mungkin berperan, begitu
pula riwayat orang tua yang pemalu, isolasi sosial, dan kecemasan sosial. Anak-anak dengan
mutisme selektif mungkin memiliki kesulitan bahasa reseptif yang tidak kentara
dibandingkan dengan teman sebayanya, meskipun bahasa reseptif masih dalam kisaran
normal.
b. Lingkungan
Hambatan sosial yang dilakukan oleh orang tua dapat menjadi contoh sikap diam
sosial dan sikap diam selektif pada anak. Selain itu, orang tua dari anak-anak dengan mutisme
selektif digambarkan sebagai orang yang terlalu protektif atau lebih mengontrol dibandingkan
orang tua dari anak-anak dengan gangguan kecemasan lain atau tanpa gangguan.
c. Gen dan Psikologis
Karena adanya tumpang tindih yang signifikan antara mutisme selektif dan gangguan
kecemasan sosial, mungkin terdapat faktor genetik yang sama di antara kondisi-kondisi ini.
Ada juga bukti peningkatan kelainan pada aktivitas saraf eferen pendengaran selama
vokalisasi pada individu dengan mutisme selektif, yang dapat menyebabkan kekhasan dalam
persepsi suara mereka sendiri dan karenanya menjadi enggan berbicara.
Differential Diagnostic
1. Communication disorders
Tidak seperti selective mutism, gangguan bicara dalam kondisi ini tidak terbatas pada
situasi sosial tertentu.
2. Neurodevelopmental disorders and schizophrenia and other psychotic
disorders
Individu dengan gangguan spektrum autisme, skizofrenia atau gangguan psikotik
lainnya, atau kecacatan intelektual yang parah mungkin memiliki masalah dalam
komunikasi sosial dan tidak dapat berbicara dengan tepat dalam situasi sosial.
Sebaliknya, selective mutism harus didiagnosis hanya ketika seorang anak
memiliki kapasitas yang mapan untuk berbicara dalam beberapa situasi sosial
(misalnya, biasanya di rumah).
3. Social anxiety disorder (social phobia)
Kecemasan sosial dan penghindaran sosial pada social anxiety disorder dapat dikaitkan
dengan mutisme selektif. Dalam kasus tersebut, kedua diagnosis dapat diberikan.
Specific phobia adalah rasa takut berlebihan terhadap objek atau situasi yang
sebetulnya hanya sedikit atau bahkan tidak berbahaya sama sekali
Kriteria Diagnostik
A. Ketakutan atau kecemasan yang nyata terhadap objek atau situasi tertentu (misalnya
terbang, ketinggian, binatang, menerima suntikan, melihat darah).
Catatan: Pada anak-anak, ketakutan atau kecemasan dapat diekspresikan dengan menangis,
mengamuk, membeku, atau menempel.
B. Objek atau situasi fobia hampir selalu langsung memicu ketakutan atau kecemasan.
C. Objek atau situasi fobia secara aktif dihindari atau ditanggung dengan rasa takut atau
cemas yang hebat.
D. Ketakutan atau kecemasan tersebut tidak sebanding dengan bahaya aktual yang
ditimbulkan oleh objek atau situasi tertentu dan konteks sosiokultural.
E. Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran bersifat terus-menerus, biasanya berlangsung
selama 6 bulan atau lebih.
F. Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran menyebabkan penderitaan atau gangguan yang
signifikan secara klinis dalam bidang sosial, pekerjaan, atau bidang fungsi penting lainnya.
Diagnostic Features
Ciri utama dari gangguan ini adalah ketakutan atau kecemasan terbatas pada
kehadiran situasi atau objek tertentu (Kriteria A), yang dapat disebut sebagai stimulus fobia.
Kategori situasi atau objek yang ditakuti disediakan sebagai penentu. Banyak orang takut
terhadap objek atau situasi dari lebih dari satu kategori, atau stimulus fobia. Untuk diagnosis
fobia spesifik, responsnya harus berbeda dari ketakutan normal dan sementara yang biasa
terjadi pada populasi. Untuk memenuhi kriteria diagnosis, ketakutan atau kecemasan haruslah
intens atau parah (yaitu, “ditandai”) (Kriteria A). Besarnya rasa takut yang dialami dapat
berbeda-beda tergantung kedekatannya dengan objek atau situasi yang ditakuti dan dapat
terjadi sebagai antisipasi atau saat kehadiran sebenarnya dari objek atau situasi tersebut.
Selain itu, ketakutan atau kecemasan dapat berupa gejala serangan panik yang lengkap atau
terbatas (yaitu, serangan panik yang diharapkan). Karakteristik lain dari fobia spesifik adalah
ketakutan atau kecemasan muncul hampir setiap kali individu bersentuhan dengan stimulus
fobia (Kriteria B). Dengan demikian, seseorang yang menjadi cemas hanya sesekali ketika
dihadapkan dengan situasi atau objek (misalnya menjadi cemas ketika terbang hanya pada
satu dari setiap lima penerbangan pesawat) tidak akan didiagnosis dengan fobia spesifik.
Namun, tingkat ketakutan atau kecemasan yang diungkapkan dapat bervariasi (dari
kecemasan antisipatif hingga serangan panik penuh) pada berbagai kesempatan saat
menghadapi objek atau situasi fobia karena berbagai faktor kontekstual seperti kehadiran
orang lain, durasi paparan, dan ancaman lainnya. elemen seperti turbulensi dalam
penerbangan bagi individu yang takut terbang. Ketakutan dan kecemasan sering kali
diungkapkan secara berbeda antara anak-anak dan orang dewasa. Selain itu, ketakutan atau
kecemasan muncul segera setelah objek atau situasi fobia ditemui (yaitu segera, bukan
ditunda).
Individu secara aktif menghindari situasi tersebut, atau jika dia tidak mampu atau
memutuskan untuk tidak menghindarinya, situasi atau objek tersebut menimbulkan ketakutan
atau kecemasan yang intens (Kriteria C). Penghindaran aktif berarti individu dengan sengaja
berperilaku dengan cara yang dirancang untuk mencegah atau meminimalkan kontak dengan
objek atau situasi fobia (misalnya, menggunakan terowongan daripada jembatan dalam
perjalanan sehari-hari ke tempat kerja karena takut ketinggian; menghindari memasuki
ruangan gelap karena takut laba-laba; menghindari menerima pekerjaan di lokasi di mana
stimulus fobia lebih umum terjadi). Perilaku penghindaran sering terlihat jelas (misalnya,
seseorang yang takut darah menolak pergi ke dokter) namun terkadang kurang jelas
(misalnya, seseorang yang takut ular menolak melihat gambar yang menyerupai wujud atau
bentuk ular). Banyak individu dengan fobia spesifik telah menderita selama bertahun-tahun
dan telah mengubah keadaan hidup mereka dengan cara yang dirancang untuk sebisa
mungkin menghindari objek atau situasi fobia tersebut (misalnya, seseorang yang didiagnosis
dengan fobia spesifik, hewan, yang pindah untuk tinggal di daerah tanpa fobia tersebut. dari
hewan tertentu yang ditakuti). Oleh karena itu, mereka tidak lagi mengalami ketakutan atau
kecemasan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kasus seperti ini, perilaku penghindaran atau
penolakan terus-menerus untuk terlibat dalam aktivitas yang melibatkan paparan terhadap
objek atau situasi fobia (misalnya, penolakan berulang kali untuk menerima tawaran
perjalanan terkait pekerjaan karena takut terbang) dapat membantu dalam memastikan
diagnosis pada penyakit ini. tidak adanya kecemasan atau kepanikan yang nyata.
Ketakutan atau kecemasan tersebut tidak sebanding dengan bahaya sebenarnya yang
ditimbulkan oleh objek atau situasi tersebut, atau lebih hebat dari yang dianggap perlu
(Kriteria D). Meskipun individu dengan fobia spesifik sering kali menyadari bahwa reaksi
mereka tidak proporsional, mereka cenderung melebih-lebihkan bahaya dalam situasi yang
mereka takuti, dan dengan demikian penilaian bahwa reaksi tersebut tidak proporsional
dibuat oleh dokter. Konteks sosiokultural individu juga harus dipertimbangkan. Misalnya,
ketakutan terhadap kegelapan mungkin masuk akal dalam konteks kekerasan yang sedang
berlangsung, dan tingkat ketakutan terhadap serangga yang dianggap tidak proporsional akan
lebih tinggi di lingkungan dimana serangga dikonsumsi dalam makanannya. Ketakutan,
kecemasan, atau penghindaran bersifat terus-menerus, biasanya berlangsung selama 6 bulan
atau lebih (Kriteria E), yang membantu membedakan gangguan ini dari ketakutan sementara
yang umum terjadi pada populasi, khususnya di kalangan anak-anak. Fobia spesifik harus
menyebabkan penderitaan atau gangguan yang signifikan secara klinis dalam bidang sosial,
pekerjaan, atau bidang fungsi penting lainnya agar gangguan tersebut dapat didiagnosis
(Kriteria F).
Etiology
a. Tempramental
Faktor risiko temperamental untuk fobia spesifik, seperti afektifitas negatif
(neurotisme) atau hambatan perilaku, juga merupakan faktor risiko gangguan kecemasan
lainnya.
b. Lingkungan
Faktor risiko lingkungan untuk fobia tertentu, seperti sikap orang tua yang terlalu
protektif, kehilangan dan perpisahan orang tua, serta kekerasan fisik dan seksual, cenderung
memprediksi gangguan kecemasan lainnya juga. Seperti disebutkan sebelumnya, pertemuan
negatif atau traumatis dengan objek atau situasi yang ditakuti terkadang (tetapi tidak selalu)
mendahului perkembangan fobia spesifik.
c. Genetik dan fisiologis
Mungkin ada kerentanan genetik terhadap kategori fobia spesifik tertentu (misalnya,
seseorang dengan kerabat tingkat pertama yang memiliki fobia spesifik terhadap hewan
secara signifikan lebih mungkin memiliki jenis fobia spesifik yang sama dibandingkan
kategori fobia lainnya).
Differential Diagnostic
1. Agoraphobia
Specific phobia situasional dapat menyerupai agoraphobia dalam tampilan klinisnya,
mengingat tumpang tindih dalam situasi yang ditakuti (misalnya, ketinggian, tempat tertutup,
elevator). Jika seseorang hanya takut pada salah satu situasi agoraphobia, maka specific
phobia, situasional, dapat didiagnosis. Jika dua atau lebih situasi agoraphobia ditakuti,
diagnosis agoraphobia kemungkinan diperlukan. Misalnya, seseorang yang takut pada
pesawat terbang dan lift (yang tumpang tindih dengan situasi agoraphobia “transportasi
umum”) tetapi tidak takut pada situasi agoraphobia lainnya akan didiagnosis dengan specific
phobia, situasional, sedangkan individu yang takut pada pesawat terbang, lift, dan keramaian.
Kriteria B agoraphobia (situasi yang ditakuti atau dihindari “karena pikiran bahwa melarikan
diri mungkin sulit atau bantuan mungkin tidak tersedia jika timbul gejala seperti panik atau
gejala yang melumpuhkan atau memalukan lainnya”). Jika situasi ditakuti karena alasan lain,
seperti takut disakiti secara langsung oleh objek atau situasi (misalnya, takut pesawat jatuh,
takut digigit hewan), diagnosis specific phobia mungkin lebih tepat.
2. Panic disorder
Individu dengan specific phobia dapat mengalami serangan panik ketika dihadapkan
dengan situasi atau objek yang mereka takuti.
3. Obsessive-compulsive disorder
Jika ketakutan atau kecemasan utama individu adalah objek atau situasi sebagai akibat
dari obsesi (misalnya, takut darah karena pikiran obsesif tentang kontaminasi dari patogen
yang ditularkan melalui darah [yaitu, HIV].
6. Trauma and stressor related disorder
Jika fobia berkembang setelah peristiwa traumatis, gangguan stres pascatrauma
(PTSD) harus dipertimbangkan sebagai diagnosis. Dalam hal ini, diagnosis specific phobia
akan ditetapkan hanya jika semua kriteria PTSD tidak terpenuhi.
7. Eating disorders
Diagnosis specific phobia tidak diberikan jika perilaku penghindaran hanya terbatas
pada penghindaran makanan dan isyarat terkait makanan, dalam hal ini diagnosis anoreksia
nervosa atau bulimia nervosa harus dipertimbangkan.
8. Schizophrenia spectrum and other psychotic disorders
Ketika ketakutan dan penghindaran disebabkan oleh pemikiran delusi, diagnosis
specific phobia tidak diperlukan.
2.1.4 Social Anxiety Disorder
Gangguan kecemasan sosial, juga disebut fobia sosial, adalah ketakutan jangka
panjang dan berlebihan terhadap situasi sosial.
Kriteria Diagnostik
A. Ketakutan atau kecemasan yang nyata terhadap satu atau lebih situasi sosial di mana
individu kemungkinan akan diawasi oleh orang lain. Contohnya termasuk interaksi sosial
(misalnya bercakap-cakap, bertemu orang asing), diamati (misalnya makan atau minum), dan
tampil di depan orang lain (misalnya memberikan pidato).
Catatan: Pada anak-anak, kecemasan harus terjadi di lingkungan teman sebaya dan bukan
hanya saat berinteraksi dengan orang dewasa.
B. Individu takut bahwa dia akan bertindak dengan cara tertentu atau menunjukkan gejala
kecemasan yang akan dievaluasi secara negatif (yaitu, akan mempermalukan atau
mempermalukan; akan menyebabkan penolakan atau menyinggung perasaan orang lain).
C. Situasi sosial hampir selalu menimbulkan rasa takut atau cemas.
Catatan: Pada anak-anak, ketakutan atau kecemasan dapat diekspresikan dengan menangis,
mengamuk, membeku, menempel, mengecil, atau tidak berbicara dalam situasi sosial.
D. Situasi sosial dihindari atau ditanggung dengan rasa takut atau cemas yang hebat.
E. Ketakutan atau kecemasan tersebut tidak sebanding dengan ancaman aktual yang
ditimbulkan oleh situasi sosial dan konteks sosiokultural.
F. Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran bersifat terus-menerus, biasanya berlangsung
selama 6 bulan atau lebih.
G. Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran menyebabkan penderitaan atau gangguan yang
signifikan secara klinis dalam bidang sosial, pekerjaan, atau bidang fungsi penting lainnya.
H. Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat
(misalnya penyalahgunaan obat-obatan) atau kondisi medis lainnya.
I. Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh
gejala gangguan mental lain, seperti gangguan panik, gangguan dismorfik tubuh, atau
gangguan spektrum autisme.
J. Jika terdapat kondisi medis lain (misalnya penyakit Parkinson, obesitas, cacat akibat luka
bakar atau cedera), maka rasa takut, cemas, atau penghindaran tersebut jelas tidak
berhubungan atau berlebihan.
Diagnostic Features
Ciri penting dari gangguan kecemasan sosial adalah ketakutan atau kecemasan yang
nyata atau intens terhadap situasi sosial di mana individu mungkin diawasi oleh orang lain.
Pada anak-anak, ketakutan atau kecemasan harus terjadi dalam lingkungan teman sebaya dan
bukan hanya saat berinteraksi dengan orang dewasa (Kriteria A). Ketika dihadapkan pada
situasi sosial seperti itu, individu takut akan dievaluasi secara negatif. Individu khawatir
bahwa dia akan dinilai sebagai orang yang cemas, lemah, gila, bodoh, membosankan,
mengintimidasi, kotor, atau tidak disukai. Individu takut bahwa dia akan bertindak atau
tampil dengan cara tertentu atau menunjukkan gejala kecemasan, seperti wajah memerah,
gemetar, berkeringat, tersandung kata-kata, atau menatap, yang akan dievaluasi secara negatif
oleh orang lain (Kriteria B). Beberapa orang takut menyinggung orang lain atau ditolak
sebagai akibatnya. Ketakutan untuk menyinggung orang lain—misalnya, dengan tatapan
mata atau dengan menunjukkan gejala kecemasan—mungkin merupakan ketakutan utama
pada individu dari budaya dengan orientasi kolektivistik yang kuat. Seseorang yang takut
tangannya gemetar mungkin menghindari minum, makan, menulis, atau menunjuk di depan
umum; seseorang yang takut berkeringat mungkin menghindari berjabat tangan atau makan
makanan pedas; dan seseorang yang takut tersipu malu mungkin menghindari penampilan di
depan umum, cahaya terang, atau diskusi tentang topik intim. Beberapa orang takut dan
menghindari buang air kecil di toilet umum ketika ada orang lain (misalnya, paruresis, atau
“sindrom kandung kemih malu”).
Situasi sosial hampir selalu menimbulkan rasa takut atau cemas (Kriteria C). Dengan
demikian, seseorang yang hanya sesekali merasa cemas dalam situasi sosial tidak akan
didiagnosis menderita gangguan kecemasan sosial. Namun, tingkat dan jenis ketakutan dan
kecemasan dapat bervariasi (misalnya, kecemasan antisipatif, serangan panik) pada berbagai
kesempatan. Kecemasan antisipatif terkadang muncul jauh sebelum situasi yang akan datang
(misalnya, khawatir setiap hari selama berminggu-minggu sebelum menghadiri acara sosial,
mengulang pidato berhari-hari sebelumnya). Pada anak-anak, ketakutan atau kecemasan
dapat diekspresikan dengan menangis, mengamuk, membeku, menempel, atau menyusut
dalam situasi sosial. Individu akan sering menghindari situasi sosial yang ditakuti.
Alternatifnya, situasi tersebut dialami dengan rasa takut atau cemas yang hebat (Kriteria D).
Penghindaran bisa bersifat ekstensif (misalnya, tidak pergi ke pesta, menolak sekolah) atau
halus (misalnya, mempersiapkan teks pidato secara berlebihan, mengalihkan perhatian
kepada orang lain, membatasi kontak mata).
Ketakutan atau kecemasan dinilai tidak sebanding dengan risiko sebenarnya jika
dievaluasi secara negatif atau dengan konsekuensi dari evaluasi negatif tersebut (Kriteria E).
Kadang-kadang, kecemasan tersebut tidak dianggap berlebihan, karena kecemasan tersebut
berkaitan dengan bahaya yang sebenarnya (misalnya, diintimidasi atau disiksa oleh orang
lain). Namun, individu dengan gangguan kecemasan sosial sering kali melebih-lebihkan
konsekuensi negatif dari situasi sosial, dan dengan demikian penilaian yang tidak
proporsional dibuat oleh dokter. Konteks sosiokultural individu perlu dipertimbangkan ketika
penilaian ini dibuat. Misalnya, dalam budaya tertentu, perilaku yang mungkin tampak cemas
secara sosial mungkin dianggap pantas dalam situasi sosial (misalnya, mungkin dilihat
sebagai tanda hormat).
Durasi gangguan biasanya minimal 6 bulan (Kriteria F). Ambang batas durasi ini
membantu membedakan gangguan ini dari ketakutan sosial sementara yang umum terjadi,
khususnya di kalangan anak-anak dan masyarakat. Ketakutan, kecemasan, dan penghindaran
harus secara signifikan mengganggu rutinitas normal individu, fungsi pekerjaan atau
akademik, atau aktivitas atau hubungan sosial, atau harus menyebabkan tekanan yang
signifikan secara klinis (Kriteria G). Misalnya, seseorang yang takut berbicara di depan
umum tidak akan didiagnosis menderita gangguan kecemasan sosial jika aktivitas ini tidak
dilakukan secara rutin di tempat kerja atau di kelas, dan jika individu tersebut tidak merasa
tertekan secara signifikan karenanya. Namun, jika individu menghindari, atau tidak diterima,
pekerjaan atau pendidikan yang sebenarnya dia inginkan karena gejala kecemasan sosial,
Kriteria G terpenuhi.
Etiology
a. Tempramental
Ciri-ciri mendasar yang mempengaruhi individu terhadap gangguan kecemasan sosial
termasuk penghambatan perilaku dan ketakutan akan evaluasi negatif, serta penghindaran
bahaya. Ciri-ciri kepribadian yang secara konsisten dikaitkan dengan gangguan kecemasan
sosial adalah afektifitas negatif yang tinggi (neurotisme) dan ekstraversi yang rendah.
b. Lingkungan
Terdapat bukti bahwa pengalaman sosial yang negatif, khususnya viktimisasi teman
sebaya, berhubungan dengan berkembangnya gangguan kecemasan sosial. Penganiayaan dan
kesulitan pada masa kanak-kanak merupakan faktor risiko gangguan kecemasan sosial.
c. Genetik dan fisiologis
Ciri-ciri yang mempengaruhi individu terhadap gangguan kecemasan sosial, seperti
hambatan perilaku, sangat dipengaruhi secara genetik. Pengaruh genetik bergantung pada
interaksi gen-lingkungan; Artinya, anak-anak dengan hambatan perilaku yang tinggi lebih
rentan terhadap pengaruh lingkungan, seperti teladan orang tua yang cemas secara sosial.
Selain itu, gangguan kecemasan sosial juga merupakan faktor keturunan. Kontribusi genetik
terhadap gangguan kecemasan sosial ditemukan lebih tinggi pada gangguan kecemasan sosial
pada anak-anak dibandingkan gangguan kecemasan sosial pada orang dewasa dan lebih
tinggi pada gejala kecemasan sosial dibandingkan diagnosis klinis gangguan kecemasan
sosial.
Diagnosa Banding
1. Normative shyness
Rasa malu (yaitu, keengganan sosial) adalah ciri kepribadian yang umum dan tidak
dengan sendirinya bersifat patologis. Di beberapa masyarakat, rasa malu bahkan dinilai
positif. Namun, ketika ada dampak buruk yang signifikan pada fungsi sosial, pekerjaan, dan
fungsi penting lain, diagnosis social anxiety disorder harus dipertimbangkan, dan ketika
kriteria diagnostik lengkap.
2. Agoraphobia
Individu dengan agoraphobia mungkin takut dan menghindari situasi sosial (misalnya,
pergi ke bioskop) karena melarikan diri mungkin sulit atau bantuan mungkin tidak tersedia
jika terjadi ketidakmampuan atau gejala seperti panik.
3. Generalized anxiety disorder
Kekhawatiran sosial umum terjadi pada generalized anxiety disorder tetapi
fokusnya lebih pada sifat hubungan yang berkelanjutan daripada ketakutan akan evaluasi
negatif.
4. Separation anxiety disorder
Individu dengan gangguan separation anxiety disorder mungkin menghindari
pengaturan sosial (termasuk penolakan sekolah) karena kekhawatiran akan dipisahkan dari
figur keterikatan atau pada anak-anak, tentang membutuhkan kehadiran orang tua ketika itu
tidak sesuai perkembangannya.
5. Specific phobia
Individu dengan specific phobia mungkin takut malu atau terhina (misalnya, malu
pingsan ketika darah mereka diambil), tetapi mereka umumnya tidak takut akan evaluasi
negatif dalam situasi sosial lainnya.
6. Selective mutism
Individu dengan selective mutism mungkin gagal berbicara karena takut akan evaluasi
negatif, tetapi mereka tidak takut akan evaluasi negatif dalam situasi sosial di mana tidak
diperlukan pembicaraan.
7. Major depressive disorder
Individu dengan major depressive disorder mungkin khawatir akan dievaluasi secara
negatif oleh orang lain karena mereka merasa buruk atau tidak layak untuk disukai..
8. Personality disorder
Mengingat seringnya timbul pada masa kanak-kanak dan bertahan hingga dewasa,
social anxiety disorder mungkin menyerupai personality disorder. Individu dengan
personality disorder menghindar memiliki pola penghindaran yang lebih luas
dibandingkan dengan social anxiety disorder.
Kriteria Diagnostik
A. Serangan panik yang tidak terduga dan berulang. Serangan panik adalah gelombang rasa
takut yang hebat atau rasa tidak nyaman yang tiba-tiba dan mencapai puncaknya dalam
beberapa menit, dan selama waktu tersebut empat (atau lebih) gejala berikut muncul:
Catatan: Lonjakan mendadak dapat terjadi dari keadaan tenang maupun keadaan cemas.
1. Jantung berdebar, jantung berdebar kencang, atau detak jantung bertambah cepat.
2. Berkeringat.
3. Gemetar atau gemetar.
4. Sensasi sesak napas atau tercekik.
5. Perasaan tercekik.
6. Nyeri atau rasa tidak nyaman di dada.
7. Mual atau gangguan perut.
8. Merasa pusing, tidak stabil, pusing, atau pingsan.
9. Rasa menggigil atau panas.
10. Parestesia (mati rasa atau kesemutan).
11. Derealisasi (perasaan tidak nyata) atau depersonalisasi (terlepas dari diri sendiri).
12. Takut kehilangan kendali atau “menjadi gila”.
13. Takut akan kematian.
B. Setidaknya salah satu serangan telah diikuti oleh salah satu atau kedua hal berikut dalam 1
bulan (atau lebih):
1. Kekhawatiran atau kekhawatiran yang terus-menerus terhadap serangan panik tambahan
atau konsekuensinya (misalnya kehilangan kendali, terkena serangan jantung, “menjadi
gila”).
2. Perubahan perilaku maladaptif yang signifikan terkait serangan (misalnya, perilaku yang
dirancang untuk menghindari serangan panik, seperti menghindari olahraga atau situasi yang
tidak biasa).
C. Gangguan ini tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat (misalnya penyalahgunaan
obat, pengobatan) atau kondisi medis lain (misalnya hipertiroidisme, gangguan jantung paru).
D. Gangguan tersebut tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh gangguan mental lain
(misalnya, serangan panik tidak terjadi hanya sebagai respons terhadap situasi sosial yang
ditakuti, seperti pada gangguan kecemasan sosial; sebagai respons terhadap objek atau situasi
fobia yang terbatas, seperti pada fobia spesifik; dalam respons terhadap obsesi, seperti pada
gangguan obsesif-kompulsif; sebagai respons terhadap pengingat peristiwa traumatis, seperti
pada gangguan stres pasca trauma; atau sebagai respons terhadap perpisahan dari figur
keterikatan, seperti pada gangguan kecemasan akan perpisahan).
Diagnostic Features
Gangguan panik ditandai dengan serangan panik berulang yang tidak terduga (Kriteria
A). (Untuk penjelasan rinci tentang gejala dan perjalanan penyakit serangan panik, lihat
Penentu Serangan Panik, bagian “Fitur”, setelah teks tentang gangguan panik ini.) Serangan
panik adalah gelombang rasa takut yang sangat hebat atau rasa tidak nyaman yang tiba-tiba
yang mencapai puncaknya di dalam hati. menit, dan selama waktu tersebut 4 atau lebih dari
13 gejala fisik dan kognitif terjadi. Istilah berulang berarti lebih dari satu serangan panik yang
tidak terduga. Istilah tak terduga mengacu pada serangan panik yang tidak ada isyarat atau
pemicu yang jelas pada saat terjadinya—yakni, serangan tersebut tampaknya terjadi secara
tiba-tiba, seperti ketika seseorang sedang bersantai atau bangun dari tidur (nokturnal).
serangan panik). Sebaliknya, serangan panik yang diperkirakan terjadi adalah serangan yang
memiliki isyarat atau pemicu yang jelas, misalnya situasi di mana serangan panik biasanya
terjadi. Penentuan apakah serangan panik diharapkan atau tidak diharapkan dilakukan oleh
dokter, yang membuat penilaian ini berdasarkan kombinasi pertanyaan yang cermat mengenai
urutan kejadian sebelum atau menjelang serangan dan penilaian individu sendiri mengenai
apakah serangan tersebut tampak seperti serangan panik. terjadi tanpa alasan yang jelas.
Interpretasi budaya dapat mempengaruhi penetapan serangan panik seperti yang diharapkan
atau tidak terduga (lihat bagian “Masalah Diagnostik Terkait Budaya” untuk gangguan ini).
Di Amerika Serikat dan Eropa, sekitar setengah dari individu dengan gangguan panik
memperkirakan serangan panik serta serangan panik yang tidak terduga. Dengan demikian,
adanya serangan panik yang diperkirakan tidak mengesampingkan diagnosis gangguan panik.
Etiology
1. Temperamental
Afektifitas negatif (neurotisme) yaitu, kecenderungan untuk mengalami emosi negatif
dan sensitivitas kecemasan yaitu, disposisi untuk percaya bahwa gejala kecemasan berbahaya
adalah faktor risiko timbulnya serangan panik dan kekhawatiran. Meskipun status risiko
mereka untuk diagnosis panic disorder tidak diketahui. Sejarah “serangan yang menakutkan”
(yaitu, serangan gejala terbatas yang tidak memenuhi kriteria lengkap untuk panic disorder)
dapat menjadi faktor risiko untuk serangan panik dan panic disorder di kemudian hari.
Meskipun kecemasan akan perpisahan di masa kanak-kanak, terutama saat parah dapat
mendahului perkembangan panic disorder di kemudian hari, ini bukanlah faktor risiko yang
konsisten.
2. Environmental
Laporan pengalaman masa kanak-kanak tentang pelecehan seksual dan fisik umum
lebih banyak pada panic disorder daripada gangguan kecemasan tertentu lainnya. Merokok
merupakan faktor risiko serangan panik dan panic disorder. Sebagian besar individu
melaporkan stressor yang dapat diidentifikasi pada bulan sebelum serangan panik pertama
mereka (misalnya, stressor interpersonal dan stresor yang berkaitan dengan kesejahteraan
fisik, seperti pengalaman negatif dengan obat-obatan terlarang atau resep, penyakit, atau
kematian dalam keluarga).
3. Genetik dan fisiologis
Dipercayai bahwa banyak gen yang memberikan kerentanan terhadap panic disorder.
Namun, gen yang tepat, produk gen, atau fungsi yang terkait dengan wilayah genetik yang
masih belum diketahui. Model sistem saraf saat ini untuk panic disorder menekankan
amigdala dan struktur terkait, sama seperti anxiety disorder lainnya. Ada peningkatan risiko
panic disorder di antara keturunan dari orang tua dengan gangguan kecemasan, depresi, aktif,
dan bipolar. Gangguan pernapasan, seperti asma, dikaitkan dengan panic disorder, dalam hal
riwayat masa lalu, komorbiditas, dan riwayat keluarga.
Diagnosa Banding
1. Anxiety disorder due to another medical condition
Panic disorder tidak terdiagnosis jika serangan panik dinilai sebagai konsekuensi
fisiologis langsung dari kondisi medis lain. Contoh kondisi medis yang dapat menyebabkan
serangan panik termasuk hipertiroidisme, hiperparatiroidisme, pheochromocytoma, disfungsi
vestibular, gangguan kejang, dan kondisi kardiopulmoner (misalnya, aritmia, takikardia
supraventrikular, asma, penyakit paru obstruktif kronik [PPOK]. Tes laboratorium yang tepat
(misalnya, kadar kalsium serum untuk hiperparatiroidisme; Monitor Holter untuk aritmia)
atau pemeriksaan fisik (misalnya, untuk kondisi jantung) dapat membantu dalam menentukan
peran etiologi dari kondisi medis lain.
2. Substance/medication-induced anxiety disorder
Panic disorder tidak terdiagnosis jika serangan panik dinilai sebagai konsekuensi
fisiologis langsung dari suatu zat. Intoksikasi dengan stimulan sistem saraf pusat (misalnya,
kokain, amfetamin, kafein)atau ganja dan penarikan dari depresan sistem saraf pusat
(misalnya, alkohol, barbiturat) dapat memicu serangan panik. Namun, jika serangan panik
terus terjadi di luar konteks penggunaan zat (misalnya lama setelah efek intoksikasi atau
putus obat terakhir), diagnosis panic disorder harus dipertimbangkan.
3. Other mental disorders with panic attacks as an associated feature (misal, other anxiety
disorder and psychotic disorder)
Serangan panik yang terjadi sebagai gejala gangguan kecemasan lainnya diharapkan
(misalnya, dipicu oleh situasi sosial dalam social anxiety disorder, oleh objek atau situasi
fobia dalam fobia spesifik atau agoraphobia, oleh kekhawatiran pada gangguan kecemasan
umum, oleh pemisahan dari angka rumah atau keterikatan dalam separation anxiety disorder
dan dengan demikian, tidak akan memenuhi kriteria untuk panic disorder.
4. Panic Attack Specifier
Serangan panik ditandai oleh timbulnya rasa takut yang sangat hebat atau rasa tidak
nyaman secara tiba-tiba, mencapai puncaknya dalam beberapa menit, dengan munculnya
empat atau lebih dari 13 gejala yang meliputi :
1. Jantung berdebar, jantung berdebar kencang, atau detak jantung bertambah cepat.
2. Berkeringat.
3. Sensasi sesak napas atau tercekik.
4. Gemetar atau gemetar.
5. Perasaan tercekik.
6. Nyeri atau rasa tidak nyaman di dada.
7. Mual atau gangguan perut.
8. Merasa pusing, tidak stabil, pusing, atau pingsan.
9. Rasa menggigil atau panas.
10. Parestesia (mati rasa atau kesemutan).
11. Derealisasi (perasaan tidak nyata) atau depersonalisasi (terlepas dari diri sendiri).
12. Takut kehilangan kendali atau “menjadi gila”.
13. Takut akan kematian.
Etiologi
● Temperamental . Efektifitas negatif (neurotisme) (yaitu kecenderungan untuk
mengalami emosi negatif), kepekaan terhadap kecemasan (yaitu kecenderungan untuk
percaya bahwa gejala kecemasan itu berbahaya), penghambatan perilaku, dan
penghindaran bahaya merupakan faktor risiko timbulnya serangan panik. Riwayat
"masa-masa ketakutan" (yaitu serangan dengan gejala terbatas yang tidak memenuhi
kriteria serangan panik) mungkin merupakan faktor risiko serangan panik di
kemudian hari.
● Environmental. Merokok merupakan faktor risiko serangan panik. Kebanyakan
individu melaporkan penyebab stres yang dapat diidentifikasi pada bulan-bulan
sebelum serangan panik pertama mereka (misalnya, penyebab stres antarpribadi dan
penyebab stres). terkait dengan kesejahteraan fisik, seperti pengalaman negatif dengan
obat-obatan terlarang atau resep, penyakit, atau kematian dalam keluarga). Perpisahan
dari orang tua, pola asuh yang terlalu protektif, dan penolakan orang tua merupakan
faktor risiko serangan panik.
● Genetic and physiological . Individu dengan penyakit paru obstruktif kronik yang
melaporkan rendahnya persepsi pengendalian penyakit dan keyakinan negatif tentang
konsekuensi serangan sesak napas yang tidak dapat diprediksi lebih cenderung
mengalami gejala panik.
Diagnosa Banding
● Other paroxysmal episodes (e.g., “anger attacks”). seperti serangan kemarahan, tidak
dapat dianggap sebagai serangan panik kecuali jika terdapat pengalaman mendadak
yang hebat dari rasa takut atau ketidaknyamanan yang tidak terkendali, bukan hanya
perasaan emosional lain seperti kemarahan atau kesedihan.
● Anxiety disorder due to another medical condition. Kondisi medis yang dapat
menyebabkan atau keliru didiagnosis sebagai serangan panik termasuk
hipertiroidisme, hiperparatiroidisme, pheochromocytoma, disfungsi vestibular,
gangguan kejang, dan masalah kardiopulmoner seperti aritmia, takikardia
supraventrikular, asma, dan penyakit paru obstruktif kronik. Pemeriksaan
laboratorium yang sesuai, seperti pemeriksaan kadar kalsium serum untuk
hiperparatiroidisme, serta pemeriksaan fisik untuk kondisi jantung, seperti monitor
Holter untuk aritmia, dapat membantu dalam mengidentifikasi penyebab medis dari
gejala yang muncul.
● Substance/medication-induced anxiety disorder. Keracunan oleh stimulan sistem saraf
pusat seperti kokain, amfetamin, kafein, atau ganja, serta penarikan obat depresan
sistem saraf pusat seperti alkohol atau barbiturat, dapat memicu serangan panik.
Penting untuk mengambil anamnesis yang rinci untuk menentukan apakah serangan
panik terjadi sebelum penggunaan narkoba berlebihan. Tanda-tanda seperti timbulnya
serangan panik setelah usia 45 tahun atau adanya gejala atipikal seperti vertigo,
kehilangan kesadaran, kehilangan kontrol kandung kemih atau usus, bicara tidak jelas,
atau amnesia, dapat menunjukkan kemungkinan keterlibatan kondisi medis atau
pengaruh zat tertentu yang menyebabkan gejala serangan panik.
● Panic disorder. Serangan panik yang tiba-tiba dan berulang merupakan syarat yang
diperlukan tetapi tidak mencukupi untuk mendiagnosis gangguan panik. Ini berarti
bahwa untuk membuat diagnosis gangguan panik, selain dari serangan panik yang tak
terduga dan berulang, juga harus memenuhi semua kriteria diagnostik yang telah
ditetapkan.
2.1.6 Agoraphobia
Diagnostic Criteria
A. Ketakutan atau kecemasan yang nyata terhadap dua (atau lebih) dari lima situasi berikut:
1. Menggunakan angkutan umum (misalnya mobil, bus, kereta api, kapal laut, pesawat
terbang).
2. Berada di ruang terbuka (misalnya tempat parkir, pasar, jembatan).
3. Berada di tempat tertutup (misalnya toko, teater, bioskop).
4. Berdiri dalam antrean atau berada di tengah keramaian.
5. Berada di luar rumah sendirian.
B. Individu takut atau menghindari situasi ini karena pikiran-pikiran yang keluar mungkin
sulit atau bantuan mungkin tidak tersedia jika timbul gejala seperti panik atau gejala lain yang
melumpuhkan atau memalukan (misalnya, takut akan jatuh pada orang lanjut usia; takut
inkontinensia).
C. Situasi agorafobia hampir selalu menimbulkan ketakutan atau kecemasan.
D. Situasi agorafobia yang secara aktif dihindari, memerlukan kehadiran a teman, atau
dialami dengan ketakutan atau kecemasan yang hebat.
E. Ketakutan atau kecemasan yang tidak sebanding dengan bahaya sebenarnya yang
ditimbulkan oleh situasi agorafobia dan konteks sosiokultural.
F. Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran bersifat terus-menerus, biasanya berlangsung
selama 6 bulan atau lagi.
G. Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran menyebabkan penderitaan yang signifikan
secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau bidang fungsi penting
lainnya.
H. Jika ada kondisi medis lain (misalnya penyakit radang usus, Parkinson penyakit) hadir,
ketakutan, kecemasan, atau penghindaran jelas berlebihan.
I. gejala takut, cemas, atau penghindaran dalam suatu gangguan tidak dapat lebih baik
dijelaskan oleh gangguan mental lain, seperti fobia tertentu, kecemasan sosial, gangguan
obsesif-kompulsif, gangguan dismorfik tubuh, gangguan stres pasca trauma, atau gangguan
kecemasan akan perpisahan. Ini menyoroti pentingnya memastikan bahwa gejala tersebut
tidak sesuai dengan kriteria gangguan lain untuk menetapkan diagnosis yang tepat.
Diagnostik features
Agorafobia melibatkan pengalaman ketakutan atau kecemasan yang kuat dalam
situasi tertentu, seperti menggunakan transportasi umum, berada di tempat terbuka atau
tertutup, antrian, atau berada di luar rumah sendirian. Individu dengan agorafobia sering
merasa bahwa sesuatu yang buruk mungkin terjadi dan sulit untuk melarikan diri atau
mendapatkan bantuan saat menghadapi situasi yang ditakuti. Mereka mungkin mengalami
gejala serangan panik atau perasaan takut yang terus-menerus saat berada dalam situasi
tersebut. Orang dengan agorafobia cenderung menghindari situasi yang memicu ketakutan
mereka, dan penghindaran ini bisa sangat ekstrem hingga mereka harus tinggal di rumah
sepenuhnya. Agorafobia hanya didiagnosis jika ketakutan, kecemasan, atau penghindaran
terjadi secara berkelanjutan dan menyebabkan penderitaan atau gangguan fungsi yang
signifikan dalam kehidupan sehari-hari, dan hal ini biasanya berlangsung selama minimal
enam bulan.
Etiologi
● Temperamental. Penghambatan perilaku, afektifitas negatif (neurotisme), sensitivitas
kecemasan, dan kecemasan sifat berhubungan erat dengan agorafobia tetapi relevan
dengan sebagian besar gangguan kecemasan. (fobia spesifik, gangguan kecemasan
sosial, gangguan panik, gangguan kecemasan umum). Sensitivitas kecemasan
(kecenderungan untuk percaya bahwa gejala kecemasan itu berbahaya) juga
merupakan ciri khasnya individu dengan agorafobia.
● Environmental. Peristiwa negatif di masa kanak-kanak (misalnya perpisahan,
kematian orang tua) dan peristiwa stres lainnya, seperti diserang atau dirampok,
berhubungan dengan timbulnya agorafobia. Selain itu, individu dengan agorafobia
menggambarkan iklim keluarga dan perilaku mengasuh anak ditandai dengan
berkurangnya kehangatan dan peningkatan perlindungan yang berlebihan.
● Genetic and physiological. Warisan untuk agorafobia adalah 61%. Dari berbagai fobia
tersebut, agorafobia mempunyai hubungan yang paling kuat dan spesifik dengan
faktor genetik yang mewakili kecenderungan terhadap fobia. Riwayat gangguan
kecemasan dalam keluarga dikaitkan dengan usia timbulnya agorafobia yang lebih
dini (<27 tahun), dan riwayat keluarga dengan gangguan panik khususnya dikaitkan
dengan agorafobia.
Differential Diagnosis
● Specific phobia, situational type . Membedakan agorafobia dari fobia spesifik tipe
situasional bisa menjadi sulit karena keduanya memiliki beberapa ciri dan gejala yang
serupa. Agorafobia harus didiagnosis jika ketakutan, kecemasan, atau penghindaran
terbatas pada salah satu situasi agorafobia, sementara fobia spesifik tipe situasional
melibatkan rasa takut terhadap satu situasi spesifik. Memiliki ketakutan terhadap dua
atau lebih situasi agorafobia adalah cara yang efektif untuk membedakan agorafobia
dari fobia spesifik, terutama subtipe situasional. Isi pikiran individu juga dapat
menjadi ciri pembeda tambahan; jika situasi tersebut ditakuti karena alasan selain
gejala seperti panik atau perasaan tidak berdaya atau memalukan, maka diagnosis
fobia spesifik mungkin lebih sesuai.
● Separation anxiety disorder. Gangguan kecemasan akan perpisahan dapat dibedakan
dengan baik dari agorafobia dengan memperhatikan pola pikir individu. Pada
gangguan kecemasan akan perpisahan, pikiran terutama terkait dengan keterpisahan
dari orang-orang terdekat dan lingkungan rumah, seperti orang tua atau figur yang
penting, sementara pada agorafobia, perhatian lebih difokuskan pada gejala-gejala
seperti serangan panik atau gejala lain yang menghambat atau memalukan dalam
situasi yang ditakuti.
● Social anxiety disorder. Agoraphobia harus dibedakan dari gangguan kecemasan
sosial berdasarkan terutama pada kelompok situasional yang memicu ketakutan,
kecemasan, atau penghindaran dan individu kognisi. Dalam gangguan kecemasan
sosial, fokusnya adalah rasa takut dievaluasi secara negatif.
● Panic disorder. Jika kriteria gangguan panik terpenuhi, agorafobia tidak boleh
didiagnosis jika: perilaku penghindaran yang terkait dengan serangan panik tidak
mencakup penghindaran dua atau lebih situasi agorafobia
● Acute stress disorder and posttraumatic stress disorde. Gangguan stres akut dan
gangguan stres pasca trauma (PTSD) bisa dibedakan dari agorafobia dengan
memeriksa apakah ketakutan, kecemasan, atau penghindaran hanya terkait dengan
situasi yang mengingatkan individu akan peristiwa traumatis. Jika rasa takut,
kecemasan, atau penghindaran hanya terbatas pada pengingat trauma, dan jika
perilaku penghindaran tidak melibatkan dua atau lebih situasi agorafobia, maka
diagnosis agorafobia tidak dapat ditegakkan.
● Major depressive disorder. Dalam gangguan depresi mayor, seseorang mungkin
menghindari untuk keluar rumah karena merasa apatis, kekurangan energi, rendah
diri, dan kehilangan minat pada hal-hal yang biasanya menyenangkan. Namun, jika
penghindaran ini tidak disebabkan oleh rasa takut akan serangan panik atau gejala lain
yang menghambat atau memalukan, maka diagnosis agorafobia tidak dapat
dibenarkan.
● Avoidance related to other medical conditions. Jika seseorang dengan kondisi medis
tertentu menghindari situasi tertentu karena kekhawatiran yang realistis akan
ketidakmampuannya (misalnya, pingsan pada seseorang dengan serangan iskemik
sementara) atau karena merasa malu (misalnya, diare pada seseorang dengan penyakit
Crohn), maka diagnosis agorafobia harus diperhitungkan hanya jika rasa takut atau
penghindaran melebihi tingkat yang biasanya terkait dengan kondisi medis tersebut.
2.1.7 Generalized Anxiety Disorder
Kriteria Diagnostik
A. Kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan (apprehensive Expectation), terjadi
lebih hari lagi daripada tidak selama minimal 6 bulan, tentang sejumlah peristiwa
atau aktivitas (misalnya prestasi kerja atau sekolah).
B. Individu merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya.
C. Kecemasan dan kekhawatiran berhubungan dengan tiga (atau lebih) dari enam hal
berikut gejala (dengan setidaknya beberapa gejala telah muncul selama beberapa hari
daripada tidak selama 6 bulan terakhir):
Catatan: Hanya satu item yang diperlukan pada anak-anak.
1. Kegelisahan atau perasaan tegang atau gelisah.
2. Mudah lelah.
3. Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi blank.
4. Iritabilitas.
5. Ketegangan otot.
6. Gangguan tidur (kesulitan untuk tertidur atau tetap tertidur, atau gelisah, tidak puas
tidur).
D. Kecemasan, kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan penderitaan yang signifikan
secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau bidang fungsi penting
lainnya.
E. Gangguan tersebut tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat (misalnya,
penyalahgunaan obat, pengobatan) atau kondisi medis lainnya (misalnya, hipertiroidisme).
F. gangguan yang didiagnosis tidak dapat lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lain,
seperti gangguan panik, kecemasan sosial, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan stres pasca
trauma, anoreksia nervosa, gangguan gejala somatik, gangguan dismorfik tubuh, gangguan
kecemasan berat, skizofrenia, atau gangguan delusional. Ini menekankan perlunya
memastikan bahwa gejala yang ada tidak sesuai dengan kriteria gangguan lain untuk
diagnosis yang tepat.
Diagnostic Features
Ciri penting dari gangguan kecemasan umum adalah kecemasan yang berlebihan dan
kekhawatiran yang tidak proporsional terhadap sejumlah peristiwa atau aktivitas. Intensitas,
durasi, dan frekuensi kecemasan tersebut tidak sebanding dengan dampak yang sebenarnya
dari peristiwa yang dikhawatirkan. Individu sulit mengendalikan kekhawatiran mereka dan
menjaga fokus pada tugas-tugas yang ada. Orang dewasa dengan gangguan kecemasan umum
sering merasa cemas terhadap aspek-aspek rutin kehidupan seperti tanggung jawab pekerjaan,
kesehatan keluarga, atau masalah sehari-hari. Anak-anak dengan gangguan kecemasan umum
cenderung terlalu khawatir tentang kemampuan atau kualitas pekerjaan mereka. Gejala lain
termasuk gelisah, kelelahan, kesulitan berkonsentrasi, mudah tersinggung, ketegangan otot,
dan gangguan tidur. Jumlah dan rentang kekhawatiran yang luas serta gangguan dalam fungsi
sosial dan pekerjaan dapat membedakan gangguan kecemasan umum dari kecemasan
nonpatologis.
Etiologi
● Temperamental. terkait dengan penekanan perilaku, tingkat afektif negatif
(neurotisme), upaya menghindari situasi berbahaya, ketergantungan pada imbalan,
dan kecenderungan untuk memusatkan perhatian pada ancaman.
● Environmental. Kesulitan masa kanak-kanak dan praktik pengasuhan (misalnya,
perlindungan yang berlebihan, pengendalian yang berlebihan, penguatan
penghindaran) telah dikaitkan dengan gangguan kecemasan umum.
● Genetic and physiological. Sebagian besar risiko terkena gangguan kecemasan umum
memiliki komponen genetik, dimana sepertiga dari risiko tersebut terkait dengan
faktor genetik. Faktor genetik ini berkaitan dengan tingkat afektifitas negatif
(neurotisme) dan juga memiliki dampak pada gangguan kecemasan serta suasana hati
lainnya, terutama gangguan depresi mayor.
Differential Diagnosis
● Anxiety disorder due to another medical condition. Diagnosis gangguan kecemasan
yang disebabkan oleh kondisi medis lain harus dilakukan jika kecemasan dan
kekhawatiran individu diidentifikasi sebagai hasil fisiologis dari suatu kondisi medis
tertentu, baik melalui riwayat medis, temuan dari pemeriksaan laboratorium, atau
pemeriksaan fisik.
● Substance/medication-induced anxiety disorder. Gangguan kecemasan yang
disebabkan oleh zat atau pengobatan berbeda dari gangguan kecemasan umum dengan
mempertimbangkan bahwa zat atau pengobatan tertentu (seperti pengiriman obat atau
paparan racun) dianggap sebagai penyebab utama kecemasan secara etiologis.
Misalnya, jika kecemasan parah hanya terjadi saat seseorang mengonsumsi kopi
dalam jumlah besar, itu akan didiagnosis sebagai gangguan kecemasan akibat kafein.
● Social anxiety disorder. Orang dengan gangguan kecemasan sosial khawatir tentang
situasi sosial yang akan datang di mana mereka harus tampil atau dievaluasi oleh
orang lain, sementara individu dengan gangguan kecemasan umum memiliki
kekhawatiran apakah mereka sedang dievaluasi atau tidak.
● Separation anxiety disorder. Orang dengan gangguan kecemasan akan perpisahan
hanya khawatir berlebihan tentang perpisahan dari sosok dekat, sementara individu
dengan gangguan kecemasan umum khawatir tentang perpisahan dan kekhawatiran
berlebihan lainnya.
● Panic disorder. Serangan panik yang timbul dari kekhawatiran dalam gangguan
kecemasan umum tidak dianggap sebagai bagian dari gangguan panik. Namun, jika
seseorang juga mengalami serangan panik yang tidak terduga dan menunjukkan
kekhawatiran yang terus-menerus atau perubahan perilaku akibat serangan tersebut,
maka diagnosis gangguan panik tambahan harus dipertimbangkan.
● Illness anxiety disorder and somatic symptom disorder. Orang dengan gangguan
kecemasan umum cenderung khawatir tentang berbagai peristiwa, situasi, atau
aktivitas, dengan hanya satu dari itu mungkin terkait dengan kesehatan mereka. Jika
satu-satunya kekhawatiran seseorang adalah tentang kondisi kesehatannya sendiri,
maka diagnosis yang sesuai adalah gangguan kecemasan penyakit. Fokus
kekhawatiran pada gejala somatik adalah karakteristik utama dari gangguan gejala
somatik.
● Obsessive-compulsive disorder. Beberapa perbedaan antara kekhawatiran berlebihan
dalam gangguan kecemasan umum dan pikiran obsesif dalam gangguan
obsesif-kompulsif dapat dilihat. Secara umum, kekhawatiran pada gangguan
kecemasan umum cenderung terfokus pada masalah yang akan datang, yang
merupakan kekhawatiran berlebihan tentang peristiwa di masa depan yang tidak
normal. Di sisi lain, dalam gangguan obsesif-kompulsif, obsesi merujuk pada pikiran
yang tidak pantas, mengganggu, dan tidak diinginkan, serta desakan atau gambaran
yang terkait.
● Posttraumatic stress disorder and adjustment disorders. Kecemasan yang muncul
dalam gangguan stres pasca trauma selalu ada. Gangguan kecemasan umum tidak
didiagnosis jika kecemasan dan kekhawatiran lebih baik dijelaskan oleh gejala
gangguan stres pasca trauma. Gangguan penyesuaian hanya digunakan jika kriteria
gangguan mental lain tidak terpenuhi, termasuk gangguan kecemasan umum.
Kecemasan dalam gangguan penyesuaian terjadi sebagai respons terhadap stresor
yang dapat diidentifikasi dalam waktu 3 bulan sejak timbulnya stresor, dan tidak
bertahan lebih dari 6 bulan setelah penghentian stresor atau konsekuensinya.
● Depressive, bipolar, and psychotic disorders. Walaupun kecemasan atau kekhawatiran
umumnya terkait dengan gangguan depresi, bipolar, dan psikotik, gangguan
kecemasan umum dapat dinyatakan sebagai komorbiditas jika kecemasan atau
kekhawatiran tersebut mencapai tingkat keparahan yang membutuhkan perhatian
klinis.
Kriteria Diagnostik
A. Serangan panik atau kecemasan mendominasi gambaran klinis.
B. Terdapat bukti dari anamnesis, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium dari (1) dan
(2):
1. Gejala-gejala dalam Kriteria A berkembang selama atau segera setelah penggunaan zat
keracunan atau penarikan atau setelah terpapar atau penarikan dari pengobatan.
2. Zat/obat yang terlibat mampu menimbulkan gejala Kriteria A.
C. Gangguan tersebut tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik daripada gangguan
kecemasan akibat zat/obat. Demikian bukti kegelisahan yang mandiri gangguan tersebut
dapat mencakup hal-hal berikut:
Gejalanya mendahului permulaan penggunaan zat/obat; itu gejalanya menetap untuk jangka
waktu yang cukup lama (misalnya sekitar 1 bulan) setelahnya penghentian penarikan akut
atau keracunan parah; atau ada yang lain bukti yang menunjukkan adanya gangguan
kecemasan yang disebabkan oleh non-zat/pengobatan (misalnya, riwayat penyakit berulang)
episode yang tidak berhubungan dengan zat/pengobatan).
D. Gangguan tidak hanya terjadi selama delirium.
E. Gangguan tersebut menyebabkan penderitaan atau gangguan yang signifikan secara klinis
dalam bidang sosial, pekerjaan, atau bidang fungsi penting lainnya.
Catatan: Diagnosis ini harus ditegakkan, bukan diagnosis substansi
keracunan atau penghentian zat hanya jika gejalanya memenuhi Kriteria A
mendominasi gambaran klinis dan cukup parah untuk menjamin klinis
Perhatian.
Diagnostic Features
Ciri penting dari gangguan kecemasan akibat zat atau pengobatan adalah gejala panik
atau kecemasan yang menonjol yang dinilai sebagai akibat efek suatu zat atau pengobatan.
Gejala ini muncul selama atau setelah penggunaan zat atau obat, dan zat atau obat tersebut
memiliki kemampuan untuk menimbulkan efek samping yang merugikan. Gangguan
kecemasan yang disebabkan oleh obat yang diresepkan untuk gangguan mental atau kondisi
medis lainnya dimulai saat individu mengonsumsi obat tersebut. Gejala cenderung membaik
setelah obat dihentikan. Namun, diagnosis gangguan kecemasan akibat zat atau pengobatan
tidak tepat jika gejala panik atau kecemasan sudah ada sebelum penggunaan zat atau obat,
atau jika gejala tersebut berlangsung lebih dari satu bulan setelah penghentian penggunaan
zat atau obat. Diagnosis ini harus dibedakan dari intoksikasi zat atau penarikan zat, dengan
penekanan pada gejala kecemasan yang signifikan yang memerlukan perhatian klinis.
Differential Diagnosis
● Substance intoxication and substance withdrawal. Gejala kecemasan sering terjadi
selama intoksikasi zat dan penarikan zat. Namun, diagnosis intoksikasi atau penarikan
zat tertentu biasanya sudah cukup untuk mengidentifikasi gejala yang muncul.
Diagnosis gangguan kecemasan yang disebabkan oleh zat atau obat harus
dipertimbangkan ketika gejala kecemasan atau panik mendominasi gambaran klinis
dan cukup serius sehingga memerlukan perhatian medis, terlepas dari diagnosis
intoksikasi atau penarikan zat. Sebagai contoh, gejala panik atau kecemasan sering
kali merupakan karakteristik penarikan alkohol.
● Independent anxiety disorder (i.e., not induced by a substance/medication). Gangguan
kecemasan yang terjadi bersamaan dengan penggunaan zat atau obat dibedakan dari
gangguan kecemasan yang disebabkan oleh zat atau obat oleh karena gejala
kecemasan terjadi pada waktu-waktu yang tidak terkait langsung dengan penggunaan
zat atau obat tersebut. Meskipun penggunaan zat atau obat mungkin berkontribusi
pada gejala kecemasan secara etiologis, gejala kecemasan tetap terjadi pada
waktu-waktu tertentu, seperti sebelum penggunaan zat atau obat dimulai atau bertahan
setelah periode keracunan zat, penarikan zat, atau penggunaan obat, sehingga
membenarkan diagnosis gangguan kecemasan yang mandiri.
● Delirium. Jika gejala panik atau kecemasan hanya muncul selama masa delirium,
maka gejala tersebut dianggap sebagai bagian dari kondisi delirium dan tidak
diperlakukan sebagai gangguan terpisah.
Kriteria Diagnostik
A. Serangan panik atau kecemasan mendominasi gambaran klinis.
B. Terdapat bukti dari anamnesis, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium
bahwa gangguan tersebut merupakan konsekuensi patofisiologis langsung dari gangguan lain
kondisi medis.
C. Gangguan tersebut tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh gangguan mental
lainnya.
D. Gangguan tidak hanya terjadi selama delirium.
E. Gangguan tersebut menyebabkan penderitaan atau gangguan yang signifikan secara klinis
dalam bidang sosial, pekerjaan, atau bidang fungsi penting lainnya.
Diagnostic Features
Ciri penting dari gangguan kecemasan akibat kondisi medis lain adalah bahwa gejala
kecemasan yang signifikan diyakini terutama disebabkan oleh efek fisiologis dari kondisi
medis tersebut. Untuk menegakkan diagnosis ini, penting untuk mengkonfirmasi keberadaan
kondisi medis dan menetapkan bahwa gejala kecemasan berhubungan dengan kondisi medis
melalui mekanisme fisiologis yang dapat dijelaskan. Evaluasi yang hati-hati dan menyeluruh
diperlukan, mempertimbangkan berbagai faktor seperti hubungan temporal antara kondisi
medis dan gejala kecemasan, fitur-fitur atipikal dari gangguan kecemasan, dan bukti literatur
yang mendukung mekanisme fisiologis yang terkait. Beberapa contoh kondisi medis yang
dapat menyebabkan kecemasan termasuk penyakit endokrin, gangguan kardiovaskular,
penyakit pernapasan, gangguan metabolisme, dan penyakit neurologis.
Differential Diagnosis
● Delirium and major or mild neurocognitive disorder. Gejala kecemasan sering terjadi
selama intoksikasi zat atau penghentian penggunaan zat. Biasanya, diagnosis
keracunan atau penghentian zat tertentu sudah cukup untuk mengidentifikasi gejala
yang muncul. Namun, jika gejala kecemasan lebih dominan dan parah, maka
diagnosis gangguan kecemasan yang disebabkan oleh zat atau pengobatan harus
ditegakkan, daripada hanya mengkategorikan sebagai intoksikasi atau penghentian
zat. Sebagai contoh, gejala kecemasan yang muncul saat seseorang menarik diri dari
alkohol menunjukkan gangguan kecemasan yang spesifik terhadap kondisi tersebut.
● Mixed presentation of symptoms (e.g., mood and anxiety). Jika presentasi mencakup
campuran berbagai jenis gejala, gangguan mental tertentu akibat kondisi medis lain
tergantung pada gejala mana yang mendominasi gambaran klinis.
● Substance/medication-induced anxiety disorder. Jika ada tanda-tanda penggunaan
substansi baru atau berkepanjangan, penghentian suatu zat, atau paparan racun,
gangguan kecemasan yang disebabkan oleh zat/obat harus dipertimbangkan. Beberapa
obat diketahui dapat meningkatkan kecemasan, seperti kortikosteroid dan estrogen.
Dalam kasus ini, pengobatan mungkin menjadi penyebab yang paling mungkin,
meskipun sulit untuk membedakan apakah kecemasan disebabkan oleh obat atau oleh
kondisi medis yang mendasarinya. Jika gangguan kecemasan terjadi sehubungan
dengan penggunaan narkoba, pemeriksaan urin atau darah mungkin diperlukan untuk
evaluasi lebih lanjut. Gejala yang timbul selama atau setelah keracunan zat atau
penghentian obat mungkin menandakan gangguan kecemasan akibat zat/obat,
tergantung pada jenis, durasi, dan jumlah zat yang digunakan. Jika gangguan tersebut
terkait dengan kondisi medis lain dan penggunaan narkoba, diagnosis ganda dapat
diberikan. Gejala atipikal selama serangan panik, seperti vertigo atau kehilangan
kesadaran, dapat menandakan adanya kondisi medis lain atau pengaruh zat tertentu.
● Anxiety disorder (not due to a known medical condition).Gangguan kecemasan akibat
kondisi medis lain harus dibedakan dari gangguan kecemasan lainnya, seperti
gangguan panik dan gangguan kecemasan umum. Pada gangguan kecemasan lainnya,
tidak ada penyebab spesifik dari kondisi medis lain yang dapat ditunjukkan. Faktor
seperti usia timbulnya penyakit yang terlambat, gejala yang tidak biasa, dan ketiadaan
riwayat kecemasan pribadi atau keluarga menekankan perlunya evaluasi menyeluruh
untuk menyingkirkan diagnosis gangguan kecemasan akibat kondisi medis lain.
Penting untuk memperhatikan bahwa gangguan kecemasan dapat memperburuk atau
meningkatkan risiko kondisi medis lain, seperti penyakit kardiovaskular dan infark
miokard, dan tidak boleh didiagnosis sebagai gangguan kecemasan karena kondisi
medis lain dalam kasus ini.
● Illness anxiety disorder. Gangguan kecemasan akibat kondisi medis lain harus
dibedakan dari gangguan kecemasan penyakit. Gangguan kecemasan penyakit
ditandai dengan kekhawatiran terhadap penyakit, kekhawatiran terhadap rasa sakit,
dan kecemasan terhadap kondisi fisik tubuh. Dalam gangguan kecemasan penyakit,
individu mungkin telah mendiagnosis kondisi medis atau belum. Meskipun seseorang
dengan gangguan kecemasan penyakit dan kondisi medis yang terdiagnosis
kemungkinan akan mengalami kecemasan terhadap kondisi medisnya, kondisi medis
tersebut secara fisiologis tidak terkait dengan gejala kecemasan.
● Adjustment disorders. Gangguan kecemasan akibat kondisi medis lain harus
dibedakan dari gangguan penyesuaian dengan kecemasan atau gangguan penyesuaian
dengan kecemasan dan depresi suasana hati. Pada gangguan penyesuaian, individu
menunjukkan respons maladaptif terhadap stres yang terkait dengan diagnosis atau
penanganan kondisi medis. Gejala kecemasan dalam gangguan penyesuaian berkaitan
dengan koping terhadap stres yang disebabkan oleh kondisi medis, sementara pada
gangguan kecemasan akibat kondisi medis lain, gejala fisik cenderung lebih menonjol
dan individu lebih fokus pada isu-isu selain stres dari penyakit itu sendiri.
OCD ditandai dengan adanya obsesi dan/atau kompulsi. Obsesi adalah pikiran,
dorongan, atau gambaran yang berulang dan persisten yang dirasakan sebagai mengganggu
dan tidak diinginkan, sedangkan kompulsi adalah perilaku berulang atau tindakan mental
yang seseorang merasa terdorong untuk melakukan sebagai respons terhadap obsesi atau
menurut aturan yang harus diterapkan dengan ketat. Beberapa gangguan obsesif-kompulsif
dan terkait lainnya juga ditandai dengan prasangka dan dengan perilaku berulang atau
tindakan mental sebagai respons terhadap prasangka tersebut. Gangguan lainnya terutama
ditandai oleh perilaku berulang yang difokuskan pada tubuh (misalnya, menarik rambut,
mencabut kulit) dan upaya berulang untuk mengurangi atau menghentikan perilaku tersebut.
Diagnostic Criteria
Obsesi didefinisikan:
1. Pikiran, desakan, atau gambaran yang berulang dan terus-menerus yang dialami, pada
suatu waktu selama gangguan, sebagai sesuatu yang mengganggu dan tidak diinginkan, dan
pada sebagian besar individu menyebabkan kecemasan atau tekanan yang nyata.
Kompulsi didefinisikan:
2. Perilaku atau tindakan mental ditujukan untuk mencegah atau mengurangi kecemasan
atau kesusahan, atau mencegah kejadian atau situasi yang menakutkan tetapi, perilaku atau
tindakan mental ini tidak terhubung secara realistis dengan apa yang dirancang untuk
dinetralisir atau dicegah, atau jelas-jelas berlebihan.
B. Obsesi atau kompulsi memakan waktu (misalnya lebih dari 1 jam per hari) atau
menyebabkan tekanan atau gangguan yang signifikan secara klinis dalam bidang sosial,
pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
C. Gejala obsesif-kompulsif tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat (misalnya
penyalahgunaan obat-obatan) atau kondisi medis lainnya.
D. Gangguan ini tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh gejala gangguan mental lain
(misalnya, kekhawatiran yang berlebihan, seperti pada gangguan kecemasan umum;
keasyikan dengan penampilan, seperti pada gangguan dismorfik tubuh; kesulitan membuang
atau berpisah dengan harta benda, seperti pada gangguan menimbun; rambut menarik, seperti
pada trikotilomania [gangguan mencabut rambut]; mencabuti kulit, seperti pada gangguan
eksoriasi [mencabut kulit]; stereotip, seperti pada gangguan gerakan stereotip; perilaku
makan yang diritualkan, seperti pada gangguan makan dan gangguan pada hal lainnya.
Diagnostic Features
Gejala khas OCD adalah adanya obsesi dan kompulsif (kriteria A). Obsesi adalah
pikiran, gambaran, atau dorongan yang berulang dan menetap (misalnya, tentang kontaminasi
atau kekerasan) yang tidak diinginkan dan menyebabkan ketidaknyamanan atau kecemasan
yang signifikan. Individu cenderung mencoba mengabaikan atau menekan obsesi ini, atau
mencoba menghilangkannya dengan tindakan atau pikiran lain (kompulsi). Kompulsi adalah
perilaku berulang (misalnya, mencuci atau memeriksa) atau tindakan mental (misalnya,
menghitung atau mengulang kata-kata secara diam-diam) yang dilakukan sebagai respons
terhadap obsesi atau aturan yang harus diterapkan secara ketat. Kebanyakan orang dengan
OCD memiliki baik obsesi maupun kompulsi. Obsesi dan kompulsi biasanya memiliki tema
yang terkait (misalnya, pikiran tentang kontaminasi terkait dengan ritual mencuci; pikiran
tentang bahaya terkait dengan pemeriksaan berulang). Banyak orang melaporkan bahwa
mereka melakukan kompulsi untuk mengurangi ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh
obsesi atau untuk mencegah kejadian yang ditakuti. Namun, kompulsi ini sering tidak
terhubung dengan cara yang realistis dengan kejadian yang ditakuti atau berlebihan.
Kriteria B menekankan bahwa obsesi dan kompulsi harus memakan waktu atau
menyebabkan ketidaknyamanan yang signifikan secara klinis agar didiagnosis sebagai OCD.
Hal ini membantu membedakan gangguan tersebut dari pikiran intrusif atau perilaku repetitif
yang umum terjadi pada populasi umum. Frekuensi dan keparahan obsesi dan kompulsi
bervariasi antara individu dengan OCD.
Etiology
Differential Diagnosis
1. Anxiety disorders. OCD ditandai dengan obsesi yang tidak terkait dengan kekhawatiran
nyata, berbeda dengan kekhawatiran yang nyata pada gangguan kecemasan.
2. Major depressive disorder. Rumination pada OCD tidak selalu berkaitan dengan suasana
hati dan tidak terhubung dengan kompulsi, berbeda dengan depresi mayor.
5. Eating disorders. OCD berbeda dari anoreksia nervosa karena obsesi dan kompulsi tidak
terbatas pada kekhawatiran tentang berat badan dan makanan.
6. Tics (in tic disorder) and stereotyped movements. Tics berbeda dari kompulsi dalam
kompleksitasnya dan sering kali tidak berkaitan dengan obsesi.
7. Psychotic disorders. Meskipun beberapa individu dengan OCD memiliki wawasan yang
buruk atau keyakinan OCD yang delusional, diagnosis gangguan psikotik harus
dibedakan karena kurangnya gejala lain seperti halusinasi atau gangguan pikiran.
8. Other compulsive-like behaviors. Misalnya, perilaku seksual, perjudian, atau penggunaan
zat, yang berbeda dari kompulsi OCD karena biasanya membawa kesenangan bagi
individu.
Body dysmorphic disorder merupakan preokupasi dengan satu atau lebih kecacatan
atau kekurangan yang dirasakan dalam penampilan fisik yang tidak dapat diamati atau hanya
tampak kecil bagi orang lain. Pada titik tertentu selama masa gangguan, individu telah
melakukan perilaku berulang (misalnya, memeriksa cermin, perawatan berlebihan, menguliti
kulit, atau mencari kepastian) atau tindakan mental (misalnya, membandingkan penampilan
seseorang dengan orang lain) sebagai respons terhadap preokupasi tersebut. Preokupasi
menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial,
pekerjaan, atau fungsi penting lainnya. Preokupasi penampilan tidak lebih baik dijelaskan
oleh kekhawatiran tentang lemak tubuh atau berat badan pada individu dengan gangguan
makan. Dismorfia otot adalah suatu bentuk gangguan dismorfik tubuh yang ditandai dengan
keyakinan bahwa bentuk tubuh seseorang terlalu kecil atau kurang berotot.
Diagnostic Criteria
A. Fokus dengan satu atau lebih cacat fisik yang dirasakan dalam yang tidak terlihat atau
tampak sedikit terh adap orang lain.
C. Gangguan tersebut menyebabkan gangguan atau penurunan signifikan secara klinis di area
kerja sosial, pekerjaan, atau bidang penting lainnya.
D. Gangguan ini tidak lebih baik dijelaskan oleh gejala gangguan mental lainnya.
Diagnostic Features
Individu dengan gangguan dismorfik tubuh memiliki satu atau lebih cacat yang
dirasakan pada fisik, yang tenurut mereka terlihat jelek, tidak menarik, tidak normal, atau
cacat (Kriteria A). Hal ini mengganggu, tidak dinginkan, menyita waktu rata-rata 3-8 jam per
hari dan biasanya sulit untuk dikendalikan oleh individu tersebut. Individu ini juga
melakukan perilaku berulang (misalnya pengecekan cermin, atau tindakan mental (misalnya
membandingkan penampilannya dengan orang lain) karna kekhawatiran penampilan (Kriteria
B). Gangguan tersebut menyebabkan gangguan atau penurunan signifikan secara klinis di
area kerja sosial, pekerjaan, atau bidang penting lainnya (Kriteria C).
Etiology
Model kognitif BDD fokus pada apa yang terjadi ketika orang dengan sindrom ini
melihat tubuh mereka. Mereka sebenarnya bisa melihat dan memahami fitur fisik mereka
dengan benar—tidak ada masalah distorsi. Namun, orang dengan BDD lebih peka terhadap
fitur yang penting untuk kecantikan, seperti simetri wajah, dibandingkan dengan yang tidak
punya BDD.
Ketika melihat gambar atau wajah, mereka cenderung fokus pada detail-detail kecil,
bukan keseluruhan gambaran. Ini membuat mereka cenderung terpaku pada menemukan
kekurangan kecil di satu fitur. Mereka juga menganggap penampilan jauh lebih penting dan
merasa harga diri mereka tergantung pada penampilan. Karena penampilan sangat penting
bagi mereka, orang dengan BDD sering menghabiskan waktu untuk memerhatikan
penampilan mereka saja, dan mengabaikan hal-hal positif lainnya. Upaya mereka untuk
menghindari situasi di mana penampilan mereka dinilai juga bisa mengganggu kehidupan
mereka.
Differential Diagnosis
3. Other obsessive-compulsive and related disorders. BDD berbeda dari OCD karena hanya
fokus pada penampilan fisik, bukan obsesi dan kompulsi yang lebih luas. BDD juga
memiliki perbedaan lain, seperti tingkat wawasan yang lebih rendah dan lebih seringnya
depresi.
4. Illness anxiety disorder. Individu dengan BDD tidak terobsesi dengan memiliki atau
mendapatkan penyakit serius dan tidak memiliki tingkat somatisasi yang tinggi.
5. Major depressive disorder. BDD dibedakan dari depresi mayor oleh pemikiran dominan
tentang penampilan dan perilaku berulang yang berlebihan. Namun, gejala depresi sering
muncul pada individu dengan BDD sebagai respons terhadap penderitaan yang
disebabkan oleh kondisi tersebut.
6. Anxiety disorders. Kecemasan dan penghindaran sosial sering terjadi pada BDD,
disebabkan oleh kekhawatiran tentang penampilan diri yang dirasakan. Fokus kecemasan
pada kekurangan penampilan yang dirasakan.
7. Psychotic disorders. Banyak individu dengan BDD memiliki keyakinan delusi tentang
penampilan mereka yang tidak akurat. Ini terkait dengan BDD, bukan gangguan delusi.
8. Other disorders and symptoms. Kekhawatiran dismorfik yang tidak mencapai tingkat
BDD adalah konstruksi yang lebih luas daripada BDD. Ini melibatkan kekhawatiran yang
berlebihan terhadap kekurangan penampilan yang kecil atau imajiner.
Diagnostic Criteria
A. Kesulitan yang persisten untuk membuang atau memisahkan diri dari barang-barang,
terlepas dari nilai sebenarnya.
B. Kesulitan ini disebabkan oleh kebutuhan yang dirasakan untuk menyimpan barang-barang
tersebut dan oleh kesulitan emosional yang terkait dengan membuangnya.
D. Penimbunan menyebabkan penderitaan atau gangguan yang signifikan secara klinis dalam
fungsi sosial, pekerjaan, atau area penting lainnya (termasuk menjaga lingkungan yang aman
bagi diri sendiri dan orang lain).
E. Penimbunan tidak disebabkan oleh kondisi medis lainnya (misalnya, cedera otak, penyakit
serebrovaskular, sindrom Prader-Willi).
F. Penimbunan tidak dapat dijelaskan lebih baik oleh gejala gangguan mental lainnya
(misalnya, obsesi dalam gangguan obsesif-kompulsif, energi yang menurun dalam gangguan
depresi mayor, delusi dalam skizofrenia atau gangguan psikotik lainnya, defisit kognitif
dalam gangguan neurokognitif mayor, minat yang terbatas dalam spektrum gangguan
autisme).
Diagnostic Features
Etiology
Differential Diagnosis
Diagnostic Features
Ciri dari trichotillomania ( gangguan mencabut rambut ) adalah mencabut rambut
sendiri secara berulang kali. pencabutan rambut dapat terjadi di bagian tubuh mana pun
tumbuhnya rambut. lokasi yang paling umum terjadi seperti di kepala, alis , kelopak mata
sedangkan lokasi yang jarang seperti di aksila, wajah , kemaluan dan perirektal. pencabutan
rambut dapat terjadi dengan berbagai variasi waktu ke waktu, ada yang terjadi singkat
sepanjang hari ( berjam - jam ) atau sepanjang periode (berbulan-bulan atau bertahun-tahun).
Mencabut rambut menyebabkan kerontokan rambut. penderita tricollimonia menyebabkan
penderitaan yang signifikan secara klinis ataupun gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan
atau bidang fungsi penting lainnya.
Associated Features
Pencabutan rambut dapat disertai dengan berbagai perilaku atau ritual yang melibatkan
rambut. seperti mencari jenis rambut tertentu untuk di cabut ( rambut dengan tekstur atau
warna tertentu).mencabut rambut dengan cara tertentu (akarnya tetap utuh), memeriksa
rambut secara taktil (menggulung rambut di antara jari-jari , menarik helai rambut di antara
gigi,atau menelan rambut).
pencabutan rambut bisa disertai dengan keadaan emosi yang dipicu oleh perasaan cemas atau
bosan ,meningkatnya rasa tegang ( baik sebelum mencabut rambut atau mencoba menahan
keinginan untuk menarik),yang dapat menimbulkan rasa rasa kepuasaan , kesenangan atau
perasaan lega ketika rambut dicabut. perilaku mencabut rambut melibatkan tingkat kesadaran
yang berbeda-beda. beberapa orang menunjukkan rasa lega setelah mencabut rambut dan ada
pula yang merasakan sensasi seperti gatal-gatal atau kesemutan di kulit kepala.
Diagnostic Markers
Kebanyakan penderita Trikotilomania mengaku pernah mencabut rambut nya dengan
demikian. penderita trikomoniasis mampu membedakan kelainan ini dengan alopecia lainnya
dengan dermoskopi yang menunjukkan berbagai ciri khas seperti penurunan kepadatan
rambut, rambut vellus pendek dll.
Differential Diagnosis
a. Normative hair removal/manipulation. Trikotilomania tidak boleh didiagnosa jika
pencukuran bulu yang dilakukan semata-mata hanya karena alasan kosmetik ( yaitu
untuk meningkatkan penampilan ataupun keindahan fisik ) banyak orang yang
memelintirkan dan memainkan rambut mereka akan tetapi perilaku ini biasanya tidak
dapat memenuhi syarat untuk didiagnosis sebagai trikotilomania. Karena beberapa
orang mungkin menggigit daripada mencabut rambutnya.
b. Other obsessive-compulsive and related disorder. individu dengan gangguan OCD dan
simetri yaitu menghilangkan sebagian rambutnya yang dianggap jelek
c. Stereotypic movement disorder. gangguan stereotip melibatkan perilaku menarik
rambut
d. Psychotic disorder menghilangkan rambut sebagai respon terhadap halusinasi
e. Another medical condition trikotilomania tidak terdiagnosa jika rambut dicabut oleh
kondisi medis
f. Substance-related disorders. gangguan yang berhubungan dengan zat
Comorbidity
Trichotillomania seringkali disertai oleh gangguan mental lainnya, yang paling umum yaitu
gangguan depresi mayor dan gangguan ekskoriasi ( pengangkatan kulit ). Gejala berulang
yang berfokus pada tubuh selain mencabut rambut atau mencabut kulit ( misalnya menggigit
kuku ) terjadi pada sebagian besar individu dengan trikotilomania dan mungkin itu
memerlukan diagnosis tambahan yang berupa gangguan obsesif kompulsif dan gangguan
terkait yang lain. ( Yaitu perilaku berulang yang berfokus pada tubuh lainnya - kekacauan )
Diagnostic Features
Ciri penting dari kelainan eksoriasi ( pengelupasan kulit ) yaitu pengikisan kulit
sendiri yang berulang ( kriteria A ). Bagian yang paling sering dipilih adalah wajah, lengan
dan tangan. Akan tetapi banyak orang memilih di beberapa bagian tubuh. Seseorang dapat
mengorek pada bagian kulit yang sehat, pada kelainan kulit yang ringan, pada lesi seperti
jerawat atau kapalan, atau pada koreng akibat pengetikan sebelumnya. Kebanyakan orang
akan mencabut dengan menggunakan kukunya, meskipun banyak juga yang menggunakan
pinset, peniti atau benda-benda lainnya. Selain mengorek kulit, kemungkinan juga akan
terjadi gesekan, perasan, penusukan atau gigitan pada kulit. Individu dengan kelainan
eksplorasi seringkali menghabiskan banyak waktu untuk melakukan suatu perilaku yaitu
mengorek, terkadang itu dilakukan beberapa jam per hari dan pengelupasan kulit tersebut
juga dapat berlangsung selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Kriteria a
mensyaratkan jika pengelupasan kulit akan menyebabkan lesi kulit, meskipun individu
dengan kelainan ini seringkali berusaha untuk menyembunyikannya atau menyamarkan lesi
tersebut ( semisalnya dengan riasan ataupun pakaian).
Associated Features
Pengambilan kulit yang dapat disertai dengan berbagai perilaku atau ritual yang dapat
melibatkan kulit atau koreng. Dengan demikian, individu yang mungkin mencari jenis
keropeng tertentu untuk dicabut. Dan mereka mungkin akan memeriksa, mainkan atau
mengunyah serta menelannya setelah kulit tersebut dicabut. Pengambilan kulit juga dapat
didahului atau disertai dengan berbagai keadaan emosi. Mencungkil kulit dapat dipicu oleh
suatu perasaan cemas atau bosan dan juga dapat didahului dengan meningkatnya perasaan
tegang ( baik sesaat sebelum mencabut kulit tersebut atau ketika mencoba menahan keinginan
untuk mencabut kulit tersebut ), dan dapat menimbulkan suatu kepuasan, kesenangan atau
rasa ingin tahu dan lega ketika kulit atau keropeng tersebut telah dicabut atau dipetik.
Differential Diagnosis
- Psychotic disorder ( gangguan psikotik ). pengelupasan kulit yang terjadi sebagai
respon terhadap delusi atau halusinasi
- Other obsessive-compulsive and related disorders. dorongan untuk mencuci yang
berlebihan sebagai respon terhadap obsesi kentaminasi pada individu dengan OCD itu
dapat menyebabkan pengelupasan kulit
- Neurodevelopmental disorders.
gangguan gerakan stereotipikal dapat ditandai dengan adanya perilaku berulang yang
merugikan diri sendiri, permulaannya itu terjadi pada periode perkembangan awal
- Dermatitis artefacta. Artefak dermatitis ( juga disebut sebagai dermatitis buatan )
yaitu istilah yang digunakan dalam dermatologi untuk merujuk pada lesi kulit yang
tidak dapat dijelaskan secara medis. Yang mungkin disebabkan oleh dirinya sendiri,
akan tetapi tidak ada peran yang dapat ditimbulkan oleh individu tersebut. Kasus di
mana terdapatnya bukti penipuan dari pihak individu mengenai resik kulitnya dapat
didiagnosis sebagai malingering ( jika pengambilan kulit di motif spasi oleh insentif
eksternal ) tahu kelainan buatan ( jika pengambilan kulit terjadi tanpa adanya suatu
imbalan eksternal yang sudah jelas ). Jikalau tidak ada penipuan, gangguan eksoriasi
dapat didiagnosis jika ada upaya berulang kali untuk mengurangi atau menghentikan
pengelupasan kulit.
- Other disorders. Gangguan eksoriasi tidak terdiagnosis jika penyebab utamanya yaitu
pengelupasan kulit dengan niat untuk melukai diri sendiri yang di mana itu
merupakan ciri dari tindakan melukai diri sendiri tanpa bunuh diri.
- Other medical conditions.Gangguan eksoriasi tidak terdiagnosis jika pengelupasan
kulit merupakan hal utama yang disebabkan oleh kondisi medis lainnya. Misalnya
adalah kudis yang di mana itu adalah suatu kondisi dermatologi selalu dikaitkan with
severe itching and scratching. However, excoriation disorder may be triggered or
worsened by an underlying dermatological condition. For example, acne causes
several problems yang merupakan karakteristik dari gangguan obsesif-kompulsif dan
gangguan terkait mendominasi gambaran klinis.
a. Terdapat bukti dari riwayat, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium pada (1) dan
(2):
1. Gejala-gejala dalam Kriteria A timbul selama atau segera setelah keracunan atau
penghentian zat atau setelah terpapar atau penghentian pengobatan.
2. Zat/obat yang terlibat mampu menimbulkan gejala sesuai Kriteria A
c. Gangguan ini tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh gangguan obsesif-kompulsif
Recording Procedures
Nama gangguan obsesif kompulsif dan gangguan terkait yang disebabkan oleh suatu
zat atau pengobatan yang diawali dengan adanya zat tertentu ( misalnya kokain ) yang
dianggap dapat menyebabkan obsesi kompulsif dan gejala terkait. Kode diagnostik dipilih
dari tabel yang termasuk dalam kumpulan kriteria, yang didasarkan pada kelas obat dan ada
atau tidaknya suatu gangguan pengguna narkoba komorbiditas. Untuk zat yang tidak
termasuk di dalam kelas manapun ( misalnya ropinirole ), kode untuk " zat lain ( atau tidak
diketahui ) " harus digunakan; dan di dalam kasus di mana suatu zat tersebut dinilai sebagai
faktor etiologi namun kelas spesifik zat tersebut tidak diketahui maka kode yang sama juga
harus digunakan.
Untuk mencatat nama kelainannya, maka cantumkan kelainan penggunaan zat
komoditas ( jika ada ). Pertama, " diikuti oleh obsesif kompulsif yang dipicu oleh suatu zat
atau obat dan terkait kelainan " ( memasukkan nama bahan atau obat etilogi tertentu ), yang
diikuti dengan spesifikasi permulaan ( ya itu permulaan selama intoksikasi, permulaan selama
penarikan, dengan permulaan setelah penggunaan obat ). Semisalnya saja pada suatu kasus
pengelupasan kulit yang dilakukan secara berulang-ulang yang terjadi selama keracunan pada
pria dengan gangguan penggunaan kokain parah, diagnosisnya adalah F14.288 kokain parah
gangguan penggunaan dengan gangguan obsesif kompulsif dan gangguan terkait yang dipicu
kokain, dengan permulaan selama kemabukan. Diagnosis terpisah dari gangguan penggunaan
kokain parah yang menjadi komorbiditas tidak diberikan. Jikalau gangguan obsesif kompulsif
dan gangguan terkait yang disebabkan oleh zat terjadi tanpa penyakit penyerta gangguan
penggunaan zat ( misalnya setelah satu kali penggunaan zat secara berlebihan ), tidak disertai
dengan gangguan penggunaan narkoba yang dicatat ( misalnya obsesi kompulsif yang
diindukasi amfetamin F15.988 dan kelainan terkait dengan permulaan selama saat
keracunan). Ketika lebih dari satu zat yang dinilai berperan penting di dalam perkembangan
gangguan obsesif kompulsif dan gangguan terkait maka masing-masing harus dicantumkan
secara terpisah.
Diagnostic Features
Ciri-ciri yang penting dari obsesif kompulsif yang dipicu oleh zat atau obat dan yang terkait
dengan gangguan adalah gejala yang menonjol dari gangguan obsesif kompulsif dan
gangguan terkait ( kriteria A ) yang di mana itu dinilai disebabkan oleh efek dari suatu zat (
misalnya penyalahgunaan obat-obatan atau pengobatan ).
Gejala obsesif kompulsif dan gangguan terkait lainnya itu pasti sudah berkembang selama
atau segera setelah keracunan, penarikan zat, setelah terpapar atau pada saat penghentian obat
atau toksin. Dan bahan-bahan atau obat tersebut harus mampu menimbulkan suatu gejala (
kriteria B ). Gangguan obsesif konklusif dan juga gangguan terkait yang disebabkan oleh zat
atau pengobatan karena resep pengobatan untuk gangguan mental atau kondisi medis yang
lainnya harus dimulai pada saat individu menerima obat tersebut. Setelah pengobatan
dihentikan, gejala gangguan obsesif kompulsif dan terkait biasanya akan berkunjung
membaik atau hilang dalam beberapa hari hingga beberapa minggu
Associated Features
Obsesi, kompulsi, mencabut rambut, mengupil, atau perilaku berulang-ulang yang berfokus
pada tubuh lainnya dapat terjadi sehubungan dengan terjadinya keracunan dengan golongan
zat berikut : Stimulan ( termasuk kokain ) dan zat lain ( atau tidak di ketahui ). Gejala
gangguan obsesi kompulsif dan gangguan terkait juga dapat disebabkan oleh logam berat dan
racun.
Differential Diagnosis
- Intoksikasi zat dan penarikan suatu zat. Gejala obsesif kompulsif dan gangguan
terkait dapat terjadi di dalam suatu kejadian keracunan zat atau penarikan zat. Yang di
mana diagnosis keracunan spesifik zat atau penghentian zat spesifik biasanya cukup
untuk mengategorikan gejala-gejala yang muncul. Diagnosis gangguan obsesif
kompulsif dan gangguan terkait yang disebabkan oleh zat atau pengobatan baik yang
timbul saat intoksikasi atau yang timbul saat putus zat itu harus ditegakkan. Jika
gejala obsesif kompulsif dan gangguan terkait tersebut dinilai melebihi gejala yang
biasanya berhubungan dengan intoksikasi atau penghentian obat dan cukup parah
sehingga memerlukan suatu perhatian klinis maka itu tidak termasuk diagnosis
keracunan zat atau putus zat.
- Gangguan obsesif kompulsif dan gangguan terkait ( yang tidak disebabkan oleh suatu
zat ). Gangguan obsesif kompulsif dan gangguan terkait yang dipicu oleh zat atau
pengobatan dibedakan dengan mempertimbangkan permulaan, perjalanan penyakit
dan faktor-faktor yang lain sehubungan dengan zat atau pengobatan. Untuk
penyalahgunaan obat-obatan maka harus ada bukti dari riwayat, pemeriksaan fisik
ataupun temuan laboratorium untuk penggunaannya atau keracunan. Gangguan
obsesif kompulsif dan gangguan terkait yang disebabkan oleh zat atau pengobatan
muncul hanya sehubungan dengan intoksikasi, sedangkan gangguan obsesif
kompulsif dan gangguan yang primer dapat mendahului timbulnya penggunaan zat
dan juga adanya ciri-ciri tidak lazim pada gangguan obsesif kompulsif dan gangguan
terkait yang primer. Yaitu seperti usia yang tidak lazim pada saat timbulnya gejala,
yang mungkin menunjukkan etiologi yang disebabkan oleh zat. Diagnosis gangguan
obsesif kompulsif primer dan gangguan terkait diperlukan jika gejala tersebut
menetap dalam jangka waktu yang lama ( sekitar 1 bulan atau lebih )
- Gangguan obsesif kompulsif dan gangguan terkait ini adalah akibat kondisi medis
lain. Jika gejala disebabkan oleh kondisi medis lain ( misalnya bukan dikarenakan
obat yang telah diminum atau dikonsumsi untuk kondisi medis lain ), gangguan
obsesif kompulsif dan gangguan terkait akibat kondisi medis lain ini harus
didiagnosis.
Diagnostic Features
Meskipun penderita Sydenham chorea mungkin akan menunjukkan gejala
non-neuropsikiatrik seperti demam rematik akut, karditis dan artritis, mereka pasti akan
menunjukkan gejala seperti gangguan obsesif kompulsif; individu tersebut harus didiagnosis
menderita gangguan obsesif kompulsif dan gangguan terkait lainnya yang disebabkan oleh
kondisi medis lain. Gangguan neuropsikiatri autoimun pediatric terkait dengan infeksi
streptokokus ( PANDAS ) telah diidentifikasikan sebagai kelainan autoimun pasca infeksi
lainnya yang di mana itu ditandai dengan timbulnya obsesi, kompulsi dan atau tics serta
tiba-tiba disertai dengan gejala neuropsikiatri aku tanpa adanya Korea, karditis atau artitis,
setelah terjadinya infeksi streptokokus grup berbagai infeksi atau penyakit lain, istilah
sindrom la neuropsikiatri serangan akut pediatrik ( PANS ) telah digunakan. PANS ditandai
dengan adanya suatu gejala obsesi kompulsif yang muncul secara tiba-tiba dan dramatis atau
asupan makanan yang berjumlah terbatas, dan itu disertai dengan serangkaian gejala la
neuropsikiatri tambahan. Pedoman penilaian untuk sindrom ini tersedia.
Associated Features
Sejumlah kondisi medis yang lain diketahui menyertakan suatu gejala obsesif kompulsif
gangguan terkait sebagai manifestasinya. Contohnya adalah termasuk kelainan yang
menyebabkan kerusakan striatal, seperti infrak cerebral atau kelainan Huntington. .
Differential Diagnosis
- Diagnosis terpisah dari gangguan obsesif kompulsif dan gangguan terkait lainnya
kondisi medis tidak diberikan jika gangguan tersebut tidak terjadi semata-mata, Akan
tetapi diagnosis gangguan obsesif kompulsif dan terkait disebabkan oleh kondisi
medis lain.Tampilan gejala yang beragam ( misalnya suasana hati dan gejala objektif
kompulsif serta gejala terkait lainnya ) dinilai disebabkan oleh kondisi medis lain.
- Gangguan obsesif kompulsif dan gejala terkait yang disebabkan oleh zat atau
pengobatan. Jika terdapat suatu bukti pada penggunaan narkoba baru-baru ini atau
dalam jangka waktu yang cukup lama ( termasuk obat-obatan dengan efek psikoaktif
), penarikan diri dari suatu zat atau paparan terhadap suatu racun gangguan obsesi
kompulsif dan gangguan terkait yang disebabkan oleh zat atau obat harus
dipertimbangkan.
- Gangguan obsesif kompulsif dan gangguan terkait ( primer ) gangguan obsesif
kompulsif dan gangguan terkait yang disebabkan oleh suatu kondisi medis lain harus
dibedakan dengan gangguan obsesif kompulsif dan gangguan terkait primer.
- Penyakit gangguan kecemasan. Gangguan kecemasan ditandai dengan adanya
keasyikan memiliki atau tertular penyakit serius. Di dalam kasus gangguan
kecemasan penyakit, individu mungkin telah mendiagnosis kondisi medis di dalam
kasus gangguan kecemasan penyakit, individu mungkin telah mendiagnosis kondisi
medis atau belum Fitur terkait dari gangguan mental lain. Gejala obsesi kompulsif dan
gangguan terkait mungkin merupakan ciri yang terkait dengan gangguan mental
lainnya ( misalnya skizofrenia, anoreksia nervosa ). Gangguan obsesif kompulsif dan
gangguan terkait lainnya adalah spesifik Diagnosa ini diberikan jika tidak jelas
Apakah gejala obsesif kompulsif dan gangguan terkait tersebut bersifat primer,
disebabkan oleh zat, atau disebabkan oleh kondisi medis lain
Diagnostic Criteria
A) Bentuk pengalaman batin dan perilaku yang bertahan lama yang sangat menyimpang
dari dari ekspektasi budaya individu. Pola ini dimanifestasikan dalam bidang-bidang
berikut ini:
4. Kontrol impuls.
B) Bentuk bertahan yang tidak lama, tidak fleksibel dan meresap di berbagai macam
pribadi dan situasi sosial.
C) Bentuk yang bertahan lama menyebabkan tekanan atau gangguan yang signifikan
secara klinis dalam bidang sosial, pekerjaan sosial, pekerjaan, atau area fungsi
penting lainnya.
D) Bentuk yang stabil dan berdurasi panjang, dan permulaannya dapat ditelusuri
kembali setidaknya ke masa remaja atau masa dewasa awal.
E) Bentuk yang bertahan lama tidak dapat dijelaskan dengan baik sebagai manifestasi
atau konsekuensi dari gangguan mental lainnya.
F) Bentuk pola yang bertahan lama tidak disebabkan oleh efek fisiologis dari suatu zat
(mis, penyalahgunaan obat, pengobatan) atau kondisi medis lain (misalnya, trauma
kepala).
Diagnostic Features
Ciri-ciri kepribadian adalah pola abadi dalam memahami, berhubungan dengan, dan
berpikir tentang lingkungan dan diri sendiri yang dipamerkan dalam berbagai konteks
sosial dan pribadi. Hanya ketika ciri-ciri kepribadian tidak fleksibel dan maladaptif dan
menyebabkan gangguan fungsional yang signifikan atau tekanan subjektif, mereka
merupakan gangguan kepribadian. Ciri esensial dari gangguan kepribadian adalah pola
pengalaman batin dan perilaku yang bertahan lama yang menyimpang dari harapan
budaya individu dan dimanifestasikan dalam setidaknya dua bidang berikut: kognisi,
afektivitas, fungsi interpersonal, atau kontrol denyut nadi. (Kriteria A). Pola yang
bertahan lama ini tidak fleksibel dan menyebar di berbagai situasi pribadi dan sosial
(Kriteria B) dan menyebabkan penderitaan atau gangguan yang signifikan secara klinis
dalam sosial, pekerjaan, atau area fungsi penting lainnya (Kriteria C). Polanya stabil dan
berlangsung lama, dan onsetnya dapat ditelusuri kembali setidaknya sampai masa remaja
atau dewasa awal (Kriteria D). Pola tersebut tidak lebih baik dijelaskan sebagai
manifestasi atau konsekuensi dari gangguan mental lain (Kriteria E) dan tidak dapat
dikaitkan dengan efek fisiologis suatu zat (misalnya penyalahgunaan obat, pengobatan,
paparan racun) atau kondisi medis lainnya. kondisi (misalnya, trauma kepala) (Kriteria
F). Kriteria diagnostik khusus juga disediakan untuk setiap gangguan kepribadian yang
tercakup dalam bab ini. Pola tersebut tidak lebih baik dijelaskan sebagai manifestasi atau
konsekuensi dari gangguan mental lain (Kriteria E) dan tidak dapat dikaitkan dengan efek
fisiologis suatu zat (misalnya penyalahgunaan obat, pengobatan, paparan racun) atau
kondisi medis lainnya. kondisi (misalnya, trauma kepala) (Kriteria F). Diagnosis
gangguan kepribadian memerlukan evaluasi pola fungsi jangka panjang individu, dan
ciri-ciri kepribadian tertentu harus terbukti pada awal masa dewasa. Ciri-ciri kepribadian
yang menentukan gangguan ini juga harus dibedakan dari karakteristik yang muncul
sebagai respons terhadap stresor situasional tertentu atau kondisi mental yang lebih
sementara (misalnya, gangguan bipolar, depresif, atau kecemasan; zat dalam keracunan).
Differential Diagnostic
Diagnostic Criteria
A) Ketidakpercayaan dan kecurigaan yang meluas terhadap orang lain sehingga motif
mereka saling dianggap jahat, dimulai sejak masa dewasa awal, seperti hal berikut
ini:
1. Mencurigai, tanpa dasar yang pastii, bahwa orang lain mengeksploitasi,
menyakiti, atau menipu orang lain yang mengeksploitasi, merugikan, atau
menipu dirinya.
2. Disibukkan dengan keraguan yang tidak beralasan tentang kesetiaan atau
kepercayaan teman atau rekan kerja.
3. Enggan menceritakan kepada orang lain karena ketakutan yang tidak
beralasan bahwa informasi tersebut informasi tersebut akan digunakan secara
jahat untuk melawannya.
4. Membaca makna merendahkan atau mengancam yang tersembunyi ke dalam
komentar atau peristiwa yang tidak berbahaya.
5. Terus-menerus menyimpan dendam (yaitu, tidak bisa memaafkan
penghinaan, cedera, atau gangguan).
6. Merasakan serangan terhadap karakter atau reputasinya yang tidak terlihat
oleh orang lain. Orang lain dan cepat bereaksi dengan marah atau melakukan
serangan balik.
7. Memiliki kecurigaan yang berulang, tanpa alasan yang jelas, mengenai
kesetiaan pasangan atau pasangan.
B) Tidak terjadi secara eksklusif selama masa skizofrenia, gangguan bipolar, atau
gangguan depresi dengan ciri-ciri psikotik, atau gangguan psikotik lainnya dan tidak
disebabkan oleh efek fisiologis dari kondisi medis lain.
Diagnostic Features
Ciri utama gangguan kepribadian paranoid adalah pola ketidakpercayaan yang meluas
dan rasa curiga terhadap orang lain sehingga motif mereka ditafsirkan sebagai jahat. Pola ini
dimulai pada masa dewasa awal dan muncul dalam berbagai konteks. Individu dengan
gangguan ini berasumsi bahwa orang lain akan mengeksploitasi, menyakiti, atau menipu
mereka, meskipun tidak ada bukti yang mendukung ekspektasi ini (Kriteria Al). Mereka
mencurigai dengan sedikit atau tanpa bukti bahwa orang lain berkomplot untuk melawan
mereka dan dapat menyerang mereka secara tiba-tiba, kapan saja dan tanpa alasan. Mereka
sering merasa bahwa mereka telah dilukai secara mendalam dan tidak dapat dipulihkan oleh
orang atau beberapa orang bahkan ketika tidak ada bukti objektif untuk hal ini. Mereka
disibukkan dengan keraguan yang tidak beralasan tentang kesetiaan atau kepercayaan teman
dan rekan mereka, yang tindakannya diteliti dengan cermat untuk mencari bukti niat jahat
(Kriteria A2). Setiap penyimpangan yang dirasakan dari kepercayaan atau kesetiaan
berfungsi untuk mendukung asumsi dasar mereka. Mereka sangat kagum ketika seorang
teman atau rekan bergaul menunjukkan kesetiaan sehingga mereka tidak dapat mempercayai
atau mempercayainya. Jika mereka mendapat masalah, mereka menduga bahwa teman dan
rekan kerja akan menyerang atau mengabaikan mereka.
Individu dengan gangguan kepribadian paranoid enggan untuk curhat atau menjadi
dekat dengan orang lain karena mereka takut informasi yang mereka bagikan akan digunakan
untuk melawan mereka (Kriteria A3). Mereka mungkin menolak untuk menjawab
pertanyaan- pertanyaan pribadi, dengan mengatakan bahwa informasi tersebut "bukan urusan
siapa-siapa". Mereka membaca makna tersembunyi yang merendahkan dan mengancam ke
dalam komentar atau peristiwa yang tidak berbahaya (Kriteria A4). Sebagai contoh,
seseorang dengan disor der ini dapat salah menafsirkan kesalahan yang jujur oleh pegawai
toko sebagai upaya yang disengaja untuk melakukan kembalian, atau melihat komentar lucu
dari rekan kerja sebagai serangan karakter yang serius. Pujian sering disalahartikan
(misalnya, pujian atas akuisisi baru disalahartikan sebagai kritik atas keegoisan; pujian atas
suatu prestasi disalahartikan sebagai upaya untuk memaksa kinerja yang lebih baik). Mereka
mungkin menganggap tawaran bantuan sebagai kritik bahwa mereka tidak melakukan cukup
baik sendiri.
Individu dengan gangguan ini terus-menerus menyimpan dendam dan tidak mau
memaafkan penghinaan, cedera, atau perlakuan tidak menyenangkan yang mereka anggap
telah mereka terima (Kriteria A5). Hal-hal kecil dapat menimbulkan permusuhan besar, dan
perasaan permusuhan tersebut bertahan lama. Karena mereka selalu waspada terhadap niat
jahat orang lain, mereka sering merasa bahwa karakter atau reputasi mereka telah diserang
atau diremehkan dengan cara lain. Mereka cepat melakukan serangan balik dan bereaksi
dengan kemarahan terhadap penghinaan yang dirasakan (Kriteria A6). Individu dengan
gangguan ini mungkin cemburu secara patologis, sering kali mencurigai bahwa pasangan atau
pasangan seksual mereka tidak setia tanpa alasan yang memadai (Kriteria A7). Mereka
mungkin mengumpulkan "bukti" yang sepele dan tidak langsung untuk mendukung
keyakinan cemburu mereka. Mereka ingin mempertahankan kendali penuh atas hubungan
intim untuk menghindari pengkhianatan dan mungkin terus-menerus mempertanyakan dan
menantang keberadaan, tindakan, niat, dan kesucian pasangannya.Gangguan kepribadian
paranoid tidak boleh didiagnosis jika pola perilaku tersebut muncul secara eksklusif selama
masa skizofrenia, gangguan bipolar atau gangguan depresi dengan ciri-ciri psikotik, atau
gangguan psikotik lainnya, atau jika hal tersebut disebabkan oleh efek fisiologis neurologis
(misalnya, epilepsi lobus temporalis) atau kondisi medis lainnya (Kriteria B).
Prevalensi
Differential Diagnostic
Diagnostic Criteria
A) Bentuk pelepasan diri yang meluas dari hubungan sosial, jangkauan, ekspresi emosi
yang terbatas dalam pengaturan interpersonal, dimulai pada masa dewasa awal,
seperti yang ditunjukkan oleh hal berikut:
1. Tidak menginginkan atau tidak menikmati hubungan yang dekat, termasuk
menjadi bagian dari sebuah keluarga.
2. Hampir selalu memilih kegiatan yang bersifat individual.
3. Memiliki sedikit minat untuk memiliki pengalaman seksual dengan orang lain.
4. Menikmati sedikit kegiatan.
5. Tidak memiliki teman dekat atau orang kepercayaan selain kerabat tingkat
pertama.
6. Tampak acuh tak acuh terhadap pujian atau kritik orang lain.
7. Menunjukkan sikap dingin, tidak peduli, atau afektif yang datar.
B) Tidak terjadi secara eksklusif selama masa skizofrenia, gangguan bipolar, atau
gangguan depresi dengan ciri-ciri psikotik, gangguan psikotik lain, atau autisme
gangguan spektrum dan tidak disebabkan oleh efek fisiologis dari medis lain kondisi
medis lainnya. Catatan: Jika kriteria terpenuhi sebelum timbulnya skizofrenia,
tambahkan "premorbid", yaitu "schizoid personality disorder”.
Diagnostic Features
Ciri utama dari gangguan kepribadian skizoid adalah pola keterpisahan yang meluas
dari hubungan sosial dan rentang ekspresi emosi yang terbatas dalam lingkungan
interpersonal. Pola ini dimulai pada masa dewasa awal dan muncul dalam berbagai konteks.
Individu dengan gangguan kepribadian skizoid tampaknya kurang memiliki keinginan untuk
keintiman, tampak acuh tak acuh terhadap kesempatan untuk mengembangkan hubungan
dekat, dan tampaknya tidak mendapatkan banyak kepuasan dari menjadi bagian dari
keluarga atau kelompok sosial lainnya (Kriteria Al). Mereka lebih suka menghabiskan
waktu sendirian, daripada bersama orang lain. Mereka sering merasa terisolasi secara sosial
atau "penyendiri" dan hampir selalu memilih kegiatan soliter atau hobi yang tidak
melibatkan interaksi dengan orang lain (Kriteria A2). Mereka lebih menyukai tugas-tugas
yang bersifat mekanis atau abstrak, seperti permainan komputer atau matematika. Mereka
mungkin hanya memiliki sedikit ketertarikan untuk memiliki pengalaman seksual dengan
orang lain (Kriteria A3) dan hanya menikmati sedikit kegiatan (Kriteria A4). Biasanya
terdapat penurunan pengalaman kesenangan dari pengalaman indrawi, jasmani, atau
interpersonal, seperti berjalan di pantai saat matahari terbenam atau berhubungan seks.
Individu-individu ini tidak memiliki teman dekat atau orang kepercayaan, kecuali mungkin
kerabat tingkat pertama (Kriteria A5).
Individu dengan gangguan kepribadian skizoid sering kali tampak acuh tak acuh
terhadap persetujuan atau kritik orang lain dan tampaknya tidak peduli dengan apa yang
dipikirkan orang lain tentang mereka (Kriteria A6). Mereka mungkin tidak menyadari seluk-
beluk interaksi sosial yang normal dan dari sepuluh orang tidak merespons isyarat sosial
dengan tepat sehingga mereka tampak tidak kompeten secara sosial atau super ficial dan
mementingkan diri sendiri. Mereka biasanya menampilkan eksterior yang "hambar" tanpa
reaktivitas emosional yang terlihat dan jarang membalas gerak tubuh atau ekspresi wajah,
seperti senyuman atau anggukan (Cri terion A7). Mereka mengklaim bahwa mereka jarang
mengalami emosi yang kuat seperti kemarahan dan kegembiraan. Mereka sering
menunjukkan pengaruh yang terbatas dan tampak dingin dan menyendiri. Namun, dalam
keadaan yang sangat tidak biasa di mana individu-individu ini menjadi setidaknya untuk
sementara mampu mengungkapkan diri mereka sendiri, mereka mungkin mengakui
memiliki perasaan yang menyakitkan, terutama yang berkaitan dengan interaksi sosial.
Gangguan kepribadian skizoid tidak boleh didiagnosis jika pola perilaku terjadi secara
eksklusifsselama masa skizofrenia, gangguan bipolar atau depresi dengan ciri-ciri psikotik,
gangguan psikotik lainnya, atau gangguan spektrum autisme, atau jika disebabkan oleh efek
fisiologis neurologis (misalnya, epilepsi lobus temporalis) atau kondisi medis lainnya
(Kriteria B).
Prevalensi
Gangguan kepribadian skizoid jarang ditemukan dalam pengaturan klinis. Perkiraan
prevalensi untuk kepribadian skizoid berdasarkan sub sampel probabilitas dari Bagian II
Replikasi Survei Komorbiditas Nasional menunjukkan prevalensi sebesar 4,9%. Data dari
Survei Epidemiologi Nasional 2001-2002 Survei Epidemiologi Nasional tentang Alkohol dan
Kondisi Terkait menunjukkan prevalensi sebesar 3.1%.
Differential Diagnostic
● Gangguan mental lainnya dengan gejala psikotik. Gangguan kepribadian skizoid
dapat dibedakan dari gangguan delusi, skizofrenia, dan gangguan bipolar atau depresi
dengan ciri-ciri psikotik karena semua gangguan ini ditandai dengan periode gejala
psikotik yang menetap (misalnya, delusi dan halusinasi). Untuk memberikan
tambahan diagnosis gangguan kepribadian skizoid, gangguan kepribadian harus sudah
ada sebelum timbulnya gejala psikotik dan harus tetap ada ketika gejala psikotik
berada dalam masa remisi. Ketika seseorang memiliki gangguan psikotik persisten
(misalnya, skizofrenia) yang didahului oleh gangguan kepribadian skizoid, gangguan
kepribadian skizoid juga harus dicatat, diikuti dengan "premorbid" dalam tanda
kurung.
● Gangguan spektrum autisme. Mungkin ada kesulitan besar untuk membedakan
individu dengan dengan gangguan kepribadian skizoid dari mereka yang memiliki
gangguan spektrum autisme yang lebih ringan, yang dapat dibedakan melalui
interaksi sosial yang lebih parah dan stereotip perilaku dan minat.
● Perubahan kepribadian karena kondisi medis lain. Gangguan kepribadian
skizoid harus dibedakan dari perubahan kepribadian karena kondisi medis lain, di
mana sifat-sifat yang muncul disebabkan oleh efek dari kondisi medis lain pada
sistem saraf pusat.
● Gangguan penggunaan zat. Gangguan kepribadian skizoid juga harus dibedakan
dari gejala-gejala yang dapat berkembang sehubungan dengan penggunaan zat yang
terus- menerus.
● Gangguan kepribadian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Gangguan kepribadian
lain dapat disalah artikan sebagai gangguan kepribadian skizoid karena memiliki
ciri-ciri tertentu yang sama. Oleh karena itu, penting untuk membedakan
gangguan-gangguan ini berdasarkan perbedaan ciri-ciri khasnya. Namun, jika
seseorang memiliki ciri-ciri kepribadian yang memenuhi kriteria untuk satu atau
lebih gangguan kepribadian selain gangguan kepribadian skizoid, semua dapat
didiagnosis. Meskipun karakteristik isolasi sosial dan afektif yang terbatas adalah hal
yang umum pada gangguan kepribadian skizoid, skizotipal, dan paranoid, gangguan
kepribadian skizoid dapat dibedakan dari gangguan kepribadian skizotipal oleh
kurangnya distorsi kognitif dan persepsi dan dari gangguan kepribadian paranoid
dengan kurangnya kecurigaan dan ide paranoid. Isolasi sosial dari gangguan
kepribadian skizoid dapat dibedakan dari gangguan kepribadian menghindar, yaitu
disebabkan oleh rasa takut akan dipermalukan atau merasa tidak mampu dan
antisipasi yang berlebihan serta penolakan. Sebaliknya, orang dengan gangguan
kepribadian skizoid memiliki gangguan yang lebih luas akan keterpisahan dan
keinginan yang terbatas untuk menjalin keintiman sosial. Individu dengan gangguan
kepribadian obsesif-kompulsif juga dapat menunjukkan keterpisahan sosial yang
berasal dari pengabdian pada pekerjaan dan ketidaknyamanan dengan emosi, tetapi
mereka memiliki kapasitas yang mendasari untuk keintiman sosial. Individu yang
"penyendiri" dapat menunjukkan ciri-ciri kepribadian yang dapat dipertimbangkan
adanya kemungkinan skizofrenia (hanya ketika sifat-sifat ini tidak fleksibel dan
maladaptif serta menyebabkan gangguan fungsional yang signifikan atau tekanan
subjektif, maka sifat-sifat ini dianggap sebagai gangguan kepribadian skizofrenia)
Gangguan kepribadian skizotipal didefinisikan oleh pikiran dan perilaku yang tidak
biasa dan eksentrik (psikotisme), memiliki kesulitan dalam hubungan interpersonal, dan
kecurigaan. Individu dengan gangguan ini dapat memiliki kepercayaan yang aneh atau
pemikiran magis, contohnya kepercayaan bahwa mereka dapat membaca pikiran orang lain
dan melihat masa depan. Dalam pembicaraan, mereka dapat menggunakan kata-kata dengan
cara yang tidak umum dan tidak jelas, contohnya, “bukan orang yang sangat dapat
berbicara” yang berarti orang yang tidak mudah diajak bicara. Ciri yang juga umum terjadi
adalah ideas of reference (keyakinan bahwa berbagai kejadian memiliki makna yang khusus
dan tidak biasa bagi orang yang bersangkutan), kecurigaan, dan pikiran paranoid. Perilaku
dan penampilan mereka juga dapat eksentrik; sebagai contoh, mereka berbicara kepada diri
mereka sendiri dan memakai pakaian yang kotor serta kusut. Perubahan perasaan mereka
tampak terbatas dan datar, serta mereka cenderung menyendiri dari orang lain. Dalam
sebuah studi mengenai relatif pentingnya simtom-simtom tersebut bagi diagnosis, Widiger
dkk. (1987) menemukan bahwa pikiran paranoid, ideas of reference, dan ilusi merupakan
yang paling penting.
Diagnostic Criteria
A) Pola defisit sosial dan interpersonal yang meluas yang ditandai dengan
ketidaknyamanan akut dan berkurangnya kapasitas untuk berhubungan dekat serta
distorsi kognitif atau persepsi dan eksentrisitas perilaku, dimulai pada masa dewasa
awal dan hadir dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan hal berikut ini:
1. Gagasan referensi (tidak termasuk delusi referensi).
2. Keyakinan aneh atau pemikiran magis yang memengaruhi perilaku dan tidak
konsisten dengan norma-norma subkultural (misalnya, takhayul, kepercayaan
akan kewaskitaan, telepati, atau "indra keenam". Pada anak-anak dan remaja,
fantasi atau keasyikan yang aneh).
3. Pengalaman persepsi yang tidak biasa, termasuk ilusi tubuh.
4. Pemikiran dan ucapan yang aneh (misalnya, tidak jelas, tidak langsung,
metaforis, berlebihan, atau stereotip).
5. Rasa curiga atau paranoid.
6. Perasaan yang tidak tepat atau terbatas.
7. Perilaku atau penampilan yang aneh, eksentrik, atau aneh.
8. Kurangnya teman dekat atau orang kepercayaan selain kerabat tingkat
pertama.
9. Kecemasan sosial yang berlebihan yang tidak berkurang dengan keakraban
dan cenderung berhubungan dengan ketakutan paranoid daripada penilaian
negatif tentang diri sendiri.
B) Tidak terjadi secara eksklusif selama masa skizofrenia, gangguan bipolar, atau
gangguan depresi dengan ciri-ciri psikotik, gangguan psikotik lain, atau autisme
gangguan spektrum. Catatan: Jika kriteria terpenuhi sebelum timbulnya skizofrenia,
tambahkan "premorbid", misalnya, " schizotypal personality disorder (premorbid)."
Diagnostic Features
Ciri utama gangguan kepribadian skizotipal adalah pola defisit sosial dan
interpersonal yang meresap yang ditandai dengan ketidaknyamanan akut dan berkurangnya
kemampuan untuk menjalin hubungan dekat, serta distorsi kognitif atau persepsi dan
perilaku eksentrik. Pola ini dimulai pada masa dewasa awal dan muncul dalam berbagai
konteks.
Individu dengan gangguan kepribadian skizotipal sering kali memiliki ide referensi
(yaitu, dalam interpretasi yang benar terhadap kejadian-kejadian biasa dan peristiwa
eksternal yang memiliki arti khusus dan tidak biasa secara khusus untuk orang tersebut)
(Kriteria Al). Hal ini harus dibedakan dari waham referensi, di mana keyakinan dipegang
dengan keyakinan delusional. Orang-orang ini mungkin percaya takhayul atau disibukkan
dengan fenomena paranormal yang berada di luar norma-norma subkultur mereka (Kriteria
A2). Mereka mungkin merasa bahwa mereka memiliki kekuatan khusus untuk merasakan
peristiwa sebelum terjadi atau membaca pikiran orang lain. Mereka mungkin percaya bahwa
mereka memiliki kendali magis atas orang lain, yang dapat diimplementasikan secara
langsung (misalnya, percaya bahwa pasangan mereka membawa anjing jalan-jalan adalah
hasil langsung dari pemikiran satu jam sebelumnya bahwa hal tersebut harus dilakukan) atau
secara tidak langsung melalui kepatuhan pada ritual magis (misalnya, berjalan melewati
objek tertentu sebanyak tiga kali untuk menghindari hasil yang berbahaya). Perubahan
persepsi mungkin terjadi (misalnya, merasakan kehadiran orang lain atau mendengar suara
yang menggumamkan namanya)
(Kriteria A3). Pidato mereka mungkin termasuk frasa dan konstruksi yang tidak biasa atau
aneh. Sering kali, pembicaraan mereka longgar, menyimpang, atau tidak jelas, namun tidak
ada penyimpangan atau ketidakkoherenan yang nyata (Kriteria A4). Respons bisa terlalu
konkret atau terlalu abstrak, dan kata-kata atau konsep terkadang diterapkan dengan cara
yang tidak biasa (misalnya, individu tersebut mungkin menyatakan bahwa dia tidak "bisa
diajak bicara" di tempat kerja).
Individu dengan gangguan ini sering kali curiga dan mungkin memiliki pemikiran
paranoid (misalnya, percaya bahwa rekan-rekan mereka di tempat kerja berniat merusak
reputasi mereka dengan bos) (Kriteria A5). Mereka biasanya tidak dapat menegosiasikan
berbagai pengaruh dan isyarat interpersonal yang diperlukan untuk hubungan yang sukses
dan dengan demikian sering terlihat berinteraksi dengan orang lain dengan cara yang tidak
tepat, kaku, atau terbatas (Kriteria A6). Individu-individu ini sering dianggap aneh atau
eksentrik karena tingkah laku yang tidak biasa, cara berpakaian yang sering kali tidak
terawat yang tidak cukup "cocok", dan kurangnya perhatian terhadap konvensi sosial yang
biasa terjadi (misalnya, individu tersebut dapat menghindari kontak mata, mengenakan
pakaian yang bernoda tinta dan tidak pas, dan tidak dapat bergabung dengan olok-olok
rekan kerja) (Kriteria A7).
Individu dengan gangguan kepribadian skizotipal mengalami hubungan
interpersonal yang bermasalah dan merasa tidak nyaman berhubungan dengan orang lain.
Meskipun mereka mungkin mengekspresikan ketidakbahagiaan karena kurangnya
hubungan, perilaku mereka menunjukkan penurunan keinginan untuk berhubungan intim.
Akibatnya, mereka biasanya tidak memiliki atau hanya memiliki sedikit teman dekat atau
sahabat dekat selain kerabat tingkat pertama (Kriteria A8). Mereka cemas dalam situasi
sosial, terutama yang melibatkan orang yang tidak dikenal (Kriteria A9). Mereka akan
berinteraksi dengan orang lain jika memang harus, namun lebih memilih untuk menyendiri
karena mereka merasa berbeda dan tidak "cocok". Kecemasan sosial mereka tidak mudah
mereda.
Kecemasan mereka tidak mudah reda, bahkan ketika mereka menghabiskan lebih
banyak waktu di lingkungan tersebut atau menjadi lebih akrab dengan orang lain, karena
kecemasan mereka cenderung terkait dengan kecurigaan terhadap motivasi orang lain.
Sebagai contoh, ketika menghadiri pesta makan malam, orang dengan gangguan kepribadian
skizotipal tidak akan menjadi lebih rileks seiring berjalannya waktu, tetapi mungkin menjadi
semakin tegang dan curiga.
Gangguan kepribadian skizotipal tidak boleh didiagnosis jika pola perilaku muncul
secara eksklusif selama masa skizofrenia, gangguan bipolar atau depresi dengan ciri-ciri
psikotik, gangguan psikotik lainnya, atau gangguan spektrum autisme (Kriteria B).
Prevalensi
Ethiology
(Koenigsberg et al., 2003). Ada juga beberapa indikasi bahwa pasien dengan
gangguan kepribadian skizotipal dapat merespons secara positif terhadap obat antidepresan,
termasuk SSRI. Secara umum, efek terapeutik dari pengobatan adalah positif, tetapi
cenderung sederhana. Pengalaman klinis menunjukkan bahwa pasien-pasien ini tidak
merespons dengan baik terhadap psikoterapi yang berorientasi pada wawasan, karena
sebagian dari mereka tidak melihat diri mereka sendiri yang memiliki masalah psikologis dan
juga karena mereka sangat tidak nyaman dengan hubungan pribadi yang dekat. Beberapa
klinisi telah menyarankan bahwa pendekatan edukatif yang suportif yang difokuskan pada
pengembangan keterampilan sosial dasar dapat bermanfaat jika tujuan pengobatannya
sederhana (CritsChristoph, 1998; Gabbard, 2000). Sayangnya, studi terkontrol tentang
bentuk-bentuk pengobatan psikologis untuk gangguan kepribadian skizotipal belum pernah
dilaporkan.
Diagnostic Criteria
A) Bentuk pengabaian dan pelanggaran hak-hak orang lain,, yang terjadi sejak usia 15
tahun, yang ditunjukkan oleh hal berikut:
1. Kegagalan untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma sosial sehubungan
dengan perilaku yang sesuai dengan hukum, seperti yang ditunjukkan oleh
melakukan tindakan yang menjadi alasan untuk ditangkap secara berulang kali.
2. Kebohongan, seperti yang ditunjukkan oleh kebohongan yang berulang kali,
penggunaan nama samaran, atau menipu orang lain untuk keuntungan atau
kesenangan pribadi.
3. Impulsif atau kegagalan untuk membuat rencana ke depan.
4. Mudah marah dan agresif, seperti yang ditunjukkan dengan perkelahian atau
penyerangan fisik yang berulang.
5. Pengabaian yang sembrono terhadap keselamatan diri sendiri atau orang lain.
Diagnostic Features
Ciri utama gangguan kepribadian antisosial adalah pola pengabaian dan pelanggaran
terhadap hak-hak orang lain yang dimulai sejak masa kanak-kanak atau remaja awal dan
berlanjut hingga dewasa. Pola ini juga disebut sebagai psikopati, sosiopati, atau gangguan
kepribadian disosial. Karena penipuan dan manipulasi merupakan ciri utama dari gangguan
kepribadian antisosial, maka akan sangat membantu untuk mengintegrasikan informasi yang
diperoleh dari penilaian klinis yang sistematis dengan informasi yang dikumpulkan dari
sumber-sumber tambahan. Agar diagnosis ini dapat diberikan, individu harus berusia minimal
18 tahun (Kriteria B) dan harus memiliki riwayat beberapa gejala gangguan perilaku sebelum
usia 15 tahun (Kriteria C). Gangguan perilaku melibatkan pola perilaku yang berulang dan
terus-menerus di mana hak-hak dasar orang lain atau norma-norma atau aturan-aturan
masyarakat yang sesuai dengan usia dilanggar. Perilaku spesifik yang menjadi ciri khas dari
gangguan perilaku termasuk ke dalam salah satu dari empat kategori: agresi terhadap orang
dan hewan, pengrusakan properti, penipuan atau pencurian, atau pelanggaran aturan yang
serius.
Individu dengan gangguan kepribadian antisosial juga cenderung secara konsisten dan
sangat tidak bertanggung jawab (Kriteria A6). Perilaku kerja yang tidak bertanggung jawab
dapat ditunjukkan dengan periode pengangguran yang signifikan meskipun ada peluang kerja
yang tersedia, atau dengan meninggalkan beberapa pekerjaan tanpa rencana yang realistis
untuk mendapatkan pekerjaan lain. Mungkin juga terdapat pola ketidakhadiran berulang dari
pekerjaan yang tidak disebabkan oleh penyakit, baik pada diri mereka sendiri atau keluarga
mereka. Ketidakbertanggungjawaban finansial ditunjukkan dengan tindakan seperti gagal
membayar hutang, gagal memberikan tunjangan anak, atau gagal menafkahi tanggungan lain
secara teratur. Individu dengan gangguan kepribadian antisosial menunjukkan sedikit
penyesalan atas konsekuensi dari tindakan mereka (Kriteria A7). Mereka mungkin acuh tak
acuh, atau memberikan alasan yang dangkal untuk, telah menyakiti, menganiaya, atau
mencuri dari seseorang (misalnya, "Tife tidak adil," "pecundang yang harus kalah").
Orang-orang ini mungkin menyalahkan korban karena mereka bodoh, tidak berdaya, atau
memang sudah seharusnya menerima nasib mereka (misalnya, "toh dia memang pantas
mendapatkannya"); mereka mungkin meminimalkan konsekuensi berbahaya dari tindakan
mereka; atau mereka mungkin hanya menunjukkan ketidakpedulian. Mereka umumnya gagal
untuk memberikan kompensasi atau menebus kesalahan atas perilaku mereka. Mereka
mungkin percaya bahwa semua orang keluar untuk "membantu orang nomor satu" dan bahwa
seseorang harus berhenti melakukan apa pun agar tidak didorong-dorong. Perilaku antisosial
tidak boleh terjadi secara eksklusif selama masa skizofrenia atau gangguan bipolar (Kriteria
D).
Prevalensi
Tingkat prevalensi gangguan kepribadian antisosial selama dua belas bulan, dengan
menggunakan kriteria dari DSM sebelumnya, adalah antara 0,2% dan 3,3%. Prevalensi
tertinggi dari gangguan kepribadian antisosial kepribadian antisosial tertinggi (lebih besar
dari 70%) adalah di antara sampel laki-laki yang paling parah dengan gangguan penggunaan
alkohol dan dari klinik penyalahgunaan zat, penjara, atau pengaturan forensik lainnya.
Prevalensi adalah lebih tinggi pada sampel yang dipengaruhi oleh faktor sosio ekonomi yang
merugikan (yaitu, kemiskinan) atau sosiokultural (yaitu migrasi).
Differential Diagnostic
● Gangguan penggunaan zat. Ketika perilaku antisosial pada orang dewasa dikaitkan
dengan gangguan penggunaan zat, diagnosis gangguan kepribadian antisosial tidak
dibuat kecuali tanda-tanda gangguan kepribadian antisosial juga muncul pada masa
kanak-kanak dan terus berlanjut hingga dewasa. Ketika penggunaan zat dan perilaku
antisosial keduanya dimulai pada masa kanak-kanak dan berlanjut hingga dewasa,
baik gangguan penggunaan zat dan kepribadian antisosial kepribadian antisosial harus
didiagnosis jika kriteria untuk keduanya terpenuhi, meskipun beberapa tindakan
antisocial mungkin merupakan konsekuensi dari gangguan penggunaan zat (misalnya,
penjualan obat-obatan terlarang, pencurian pencurian untuk mendapatkan uang untuk
membeli narkoba).
● Skizofrenia dan gangguan bipolar. Perilaku antisosial yang terjadi secara eksklusif
selama masa skizofrenia atau gangguan bipolar tidak boleh didiagnosis sebagai
gangguan kepribadian antisosial
● Gangguan kepribadian lainnya. Gangguan kepribadian lainnya dapat disalah
artikan sebagai gangguan kepribadian antisosial karena memiliki ciri-ciri tertentu
yang sama. Oleh karena itu, penting untuk membedakan gangguan-gangguan ini
berdasarkan perbedaan karakteristiknya. Namun, jika seseorang memiliki ciri-ciri
kepribadian yang memenuhi kriteria untuk satu atau gangguan kepribadian selain
gangguan kepribadian antisosial, semua gangguan tersebut dapat didiagnosis. Individu
dengan gangguan kepribadian antisosial dan gangguan kepribadian narsistik memiliki
kecenderungan untuk berpikiran keras, fasih berbicara, dangkal, eksploitatif, dan
kurang berempati. Namun, gangguan kepribadian narsistik tidak termasuk
karakteristik impulsif, agresi, dan penipuan. Selain itu, individu dengan gangguan
kepribadian antisosial mungkin tidak terlalu membutuhkan kekaguman dan
kecemburuan orang lain, dan orang dengan gangguan kepribadian narsistik biasanya
tidak memiliki riwayat gangguan perilaku di masa kanak-kanak atau perilaku kriminal
di masa dewasa. Individu dengan gangguan kepribadian antisosial dan gangguan
kepribadian histrionik memiliki kecenderungan untuk menjadi impulsif, dangkal,
mencari kesenangan, sembrono, menggoda, dan manipulatif, tetapi orang dengan
gangguan kepribadian histrionik cenderung lebih berlebihan dalam emosinya dan
tidak secara khas terlibat dalam perilaku antisosial. Individu dengan gangguan
kepribadian histrionik dan ambang adalah manipulatif untuk mendapatkan
pengasuhan, sedangkan mereka yang memiliki gangguan kepribadian antisosial
adalah manipulatif untuk mendapatkan keuntungan, kekuasaan, atau kepuasan materi
lainnya. Individu dengan gangguan kepribadian antisosial cenderung kurang stabil
secara emosional dan lebih agresif dibandingkan mereka yang memiliki gangguan
kepribadian ambang. Meskipun perilaku antisosial dapat muncul pada beberapa
individu dengan gangguan kepribadian paranoid, hal ini biasanya tidak dimotivasi
oleh keinginan untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau mengeksploitasi orang
lain seperti pada gangguan kepribadian antisosial, namun lebih sering disebabkan oleh
keinginan untuk membalas dendam.
● Perilaku kriminal yang tidak terkait dengan gangguan kepribadian. Gangguan
kepribadian antisosial harus dibedakan dari perilaku kriminal yang dilakukan untuk
mendapatkan keuntungan yang tidak disertai dengan ciri-ciri kepribadian yang
menjadi karakteristik gangguan ini. Hanya ketika ciri-ciri kepribadian antisosial tidak
fleksibel, maladaptif, dan persisten serta menyebabkan gangguan fungsional yang
signifikan atau tekanan subjektif, maka hal tersebut merupakan gangguan kepribadian
antisosial.
Ethiology
Para psikolog telah mempelajari faktor etiologi yang terkait dengan psikopati dan
gangguan kepribadian antisosial secara lebih ekstensif dibandingkan dengan gangguan
kepribadian lainnya. Studi penelitian tentang topik ini terbagi dalam tiga bidang umum. Yang
pertama berkaitan dengan dasar-dasar biologis dari gangguan ini, terutama kemungkinan
pengaruh faktor genetik. Fokus penyelidikan kedua adalah faktor sosial. Hubungan antara
konflik keluarga dan perkembangan perilaku antisosial pada anak-anak termasuk dalam tajuk
umum ini. Kelompok penelitian ketiga telah membahas sifat faktor psikologis yang mungkin
menjelaskan ketidakmampuan orang dengan gangguan kepribadian antisosial untuk belajar
dari pengalaman.
Faktor Biologis. Beberapa peneliti telah menggunakan metode kembar dan adopsi
untuk mempelajari kontribusi faktor genetik dan lingkungan terhadap perkembangan
gangguan kepribadian antisosial dan perilaku kriminal secara umum. Strategi adopsi
didasarkan pada studi tentang anak yang diadopsi: orang-orang yang dipisahkan dari orang
tua kandungnya pada usia dini dan dibesarkan oleh keluarga angkat . Beberapa studi adopsi
telah menemukan bahwa perkembangan perilaku antisosial ditentukan oleh interaksi antara
faktor genetik dan keadaan lingkungan yang merugikan (Waldman & Rhee, 2006). Dengan
kata lain, kedua jenis pengaruh tersebut penting. Tingkat tertinggi dari gangguan perilaku dan
perilaku antisosial ditemukan di antara keturunan orang tua biologis antisosial yang
dibesarkan dalam lingkungan adopsi yang buruk. Sebagai contoh, pertimbangkan hasil dari
sebuah penelitian yang sangat informatif (Cadoret dkk., 1995; Yates, Cadoret, & Troughton,
1999). Para peneliti mempelajari pria dan wanita yang telah dipisahkan sejak lahir dari orang
tua biologis dengan gangguan kepribadian antisosial. Kelompok target ini dibandingkan
dengan kelompok kontrol yang terdiri dari orang-orang yang telah dipisahkan sejak lahir dari
orang tua kandung tanpa riwayat psikopatologi. Anak dan orang tua angkatnya diwawancarai
untuk menilai gejala gangguan perilaku, agresi, dan perilaku antisosial pada anak. Kesulitan
dari lingkungan rumah adopsi diukur dalam hal jumlah total masalah yang ada, termasuk
kesulitan pernikahan yang parah, penyalahgunaan narkoba, atau aktivitas kriminal.
Orang-orang yang dibesarkan di rumah adopsi yang lebih sulit lebih mungkin terlibat dalam
berbagai jenis perilaku agresif dan antisosial sebagai anak-anak dan orang dewasa. Selain itu,
efek berbahaya dari lingkungan yang tidak menguntungkan lebih jelas terlihat pada kelompok
target daripada kelompok kontrol. Dengan kata lain, anak dari orang tua yang anti sosial lebih
mungkin menunjukkan gejala gangguan perilaku (membolos, dikeluarkan dari sekolah,
berbohong, dan mencuri) saat masih kecil dan menunjukkan perilaku agresif yang berlebihan
saat remaja jika mereka dibesarkan di lingkungan rumah yang kurang baik. Dibesarkan di
lingkungan rumah yang buruk tidak secara signifikan meningkatkan kemungkinan gangguan
perilaku, agresi, atau perilaku antisosial di antara keturunan dalam kelompok kontrol. Dengan
demikian, perilaku antisosial tampaknya merupakan hasil dari interaksi faktor genetik dan
lingkungan.
Faktor Sosial. Studi adopsi menunjukkan bahwa faktor genetik berinteraksi dengan
peristiwa lingkungan untuk menghasilkan pola perilaku antisosial dan kriminal. Kombinasi
antara kecenderungan genetik terhadap perilaku antisosial dan kesulitan lingkungan sangat
berbahaya. Peristiwa apa saja yang mungkin terlibat dalam proses ini? Yaitu kekerasan fisik
dan pengabaian masa kanak-kanak, seperti yang ditunjukkan oleh penelitian longitudinal
terhadap remaja dan keluarga mereka (Farrington, 2006; Johnson dkk., 1999). bagaimana
interaksi antara faktor genetik dan proses keluarga dapat dijelaskan? Penjelasan Moffitt
tentang etiologi perilaku antisosial yang menetap sepanjang hidup bergantung pada pengaruh
berbagai sistem yang saling berinteraksi. Salah satu jalur melibatkan konsep temperamen
anak-anak dan efek dari gaya respons karakteristik mereka terhadap perilaku orang tua.
Anak-anak dengan temperamen yang "sulit" yaitu, mereka yang gaya responnya ditandai
dengan tingkat emosi negatif yang tinggi atau aktivitas yang berlebihan yang mungkin sangat
menjengkelkan bagi orang tua dan pengasuhnya (Bates, Wachs, & Emde, 1994). Mereka
mungkin canggung, terlalu aktif, kurang perhatian, mudah tersinggung, atau impulsif.
Perlawanan mereka terhadap upaya pendisiplinan dapat membuat orang dewasa enggan untuk
mempertahankan strategi yang gigih dalam hal ini. Tipe anak seperti ini kemungkinan besar
akan menimbulkan reaksi maladaptif dari orang tua yang kurang siap untuk menghadapi
tantangan yang ditimbulkan oleh perilaku semacam perilaku tersebut. Orang tua mungkin
terdorong untuk menggunakan hukuman yang luar biasa keras atau meninggalkan upaya
disiplin. Interaksi antara anak dan lingkungan sosial ini mendorong perkembangan perilaku
yang tidak terkontrol dengan baik. Perilaku antisosial diabadikan ketika orang tersebut
memilih teman yang memiliki minat dan masalah antisosial yang sama.
Setelah pola perilaku antisosial terbentuk selama masa kanak-kanak, banyak faktor
yang mengunci orang tersebut ke dalam aktivitas anti sosial lebih lanjut. Teori Moffitt
menekankan pada dua sumber kesinambungan. Yang pertama adalah terbatasnya
keterampilan perilaku. Orang tersebut tidak mempelajari keterampilan sosial yang
memungkinkan dia untuk mengejar respon yang lebih tepat daripada perilaku seperti
berbohong, menipu, dan mencuri. Begitu kesempatan untuk mengembangkan keterampilan
ini hilang selama masa kanak-kanak, keterampilan tersebut mungkin tidak akan pernah
dipelajari. Sumber kesinambungan kedua melibatkan hasil dari perilaku antisosial selama
masa kanak-kanak dan remaja. Orang tersebut menjadi semakin terjerat oleh akibat dari
pilihan-pilihan sebelumnya. Banyak kemungkinan konsekuensi dari perilaku antisosial,
termasuk kecanduan narkoba, menjadi orang tua remaja, putus sekolah, dan memiliki catatan
kriminal, dapat mempersempit pilihan seseorang.
Faktor Psikologis. Studi adopsi, kembar, dan keluarga memberikan petunjuk tentang
penyebab gangguan kepribadian antisosial. Serangkaian penelitian lain, dimulai pada tahun
1950-an dan berlanjut hingga saat ini, telah memperhatikan mekanisme psikologis yang dapat
memediasi jenis perilaku ini. Penelitian-penelitian ini telah berusaha menjelaskan beberapa
ciri khas dari psikopat-seperti kurangnya kecemasan, impulsif, dan kegagalan untuk belajar
dari pengalaman. menggunakan berbagai jenis tugas laboratorium (Fowles & Dindo, 2006).
Subjek dalam tugas laboratorium biasanya diminta untuk mempelajari urutan respons untuk
menerima hadiah atau menghindari konsekuensi yang tidak menyenangkan, seperti sengatan
listrik atau kehilangan uang. Meskipun akurasi keseluruhan kinerja psikopat pada tugas-tugas
ini umumnya setara dengan tugas-tugas non-psikopat, perilaku mereka kadang-kadang
tampaknya tidak terpengaruh oleh antisipasi hukuman. Dua hipotesis utama telah diajukan
untuk menjelaskan kinerja psikopat yang buruk pada tugas-tugas ini. Salah satunya adalah
Pandangan pertama didasarkan pada argumen Cleckley bahwa psikopat defisit secara
emosional. Kurangnya rasa cemas dan ketakutan mereka sangat mencolok. Dukungan
penelitian untuk hipotesis ini sebagian besar didasarkan pada pemeriksaan respons fisiologis
saat subjek melakukan tugas-tugas laboratorium. Salah satu yang sangat menarik dari
penyelidikan yang melibatkan pemeriksaan refleks kaget kedipan mata yaitu orang
mengedipkan mata tanpa sadar ketika mereka dikejutkan oleh ledakan suara yang keras dan
tak terduga. Bagi kebanyakan orang, besarnya respon ini meningkat jika, pada saat mereka
terkejut, mereka terlibat dalam tugas yang sedang berlangsung yang menimbulkan rasa takut
atau hal negatif lainnya keadaan emosional (seperti melihat rangsangan yang menakutkan
atau menjijikkan). Besarnya respons kaget akan berkurang jika orang tersebut terlibat dalam
tugas yang memunculkan emosi positif. Respons terkejut psikopat mengikuti pola yang
berbeda dari yang diamati pada orang normal subjek normal (Herpertz dkk., 2001; Patrick &
Zempolich, 1998); mereka tidak menunjukkan respon terkejut yang berlebihan yang
merupakan indikasi dari ketakutan di hadapan rangsangan permusuhan. Defisit emosional ini
mungkin menjelaskan mengapa psikopat relatif tidak peka terhadap, atau dapat mengabaikan,
efek dari hukuman.
Diagnostic Criteria
Pola ketidakstabilan hubungan interpersonal, citra diri, dan afek yang meresap, dan
impulsif yang ditandai, dimulai pada awal masa dewasa dan hadir dalam berbagai konteks,
seperti yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih) hal berikut ini:
1. Upaya panik untuk menghindari pengabaian yang nyata atau yang dibayangkan.
(Catatan: Tidak termasuk perilaku bunuh diri atau perilaku memutilasi diri sendiri
yang tercakup dalam Kriteria 5).
2. Pola hubungan interpersonal yang tidak stabil dan intens yang ditandai dengan
pergantian antara idealisasi dan devaluasi yang ekstrem.
3. Gangguan identitas: citra diri atau rasa diri yang tidak stabil secara nyata dan terus-
menerus.
4. Impulsif dalam setidaknya dua bidang yang berpotensi merusak diri sendiri (mis,
penyalahgunaan zat, mengemudi secara sembrono, makan berlebihan). (Catatan:
Tidak termasuk perilaku bunuh diri atau perilaku mutilasi diri yang tercakup dalam
Kriteria 5.)
5. Perilaku bunuh diri, isyarat, atau ancaman yang berulang, atau perilaku memutilasi
diri sendiri.
6. Ketidakstabilan afektif karena reaktivitas suasana hati yang nyata (mis, lekas marah,
atau kecemasan yang biasanya berlangsung selama beberapa jam dan jarang lebih
dari beberapa hari).
7. Perasaan hampa yang kronis.
8. Kemarahan yang tidak pantas, intens, atau kesulitan mengendalikan kemarahan
(misalnya, sering menunjukkan marah, kemarahan yang terus-menerus, perkelahian
fisik yang berulang).
9. Ide paranoid yang bersifat sementara dan berhubungan dengan stres atau gejala
disosiatif yang parah.
Diagnostic Features
Mungkin ada gangguan identitas yang ditandai dengan citra diri atau perasaan diri
yang tidak stabil secara nyata dan terus-menerus (Kriteria 3). Terdapat perubahan citra diri
yang tiba-tiba dan dramatis, ditandai dengan pergeseran tujuan, nilai, dan aspirasi kejuruan.
Mungkin ada perubahan mendadak dalam pendapat dan rencana tentang karier, identitas
seksual, nilai-nilai, dan jenis teman. Individu-individu ini mungkin tiba-tiba berubah dari
peran sebagai pemohon bantuan yang membutuhkan pertolongan menjadi pembalas dendam
atas perlakuan buruk di masa lalu. Meskipun mereka biasanya memiliki citra diri yang
didasarkan pada menjadi buruk atau jahat, individu dengan gangguan ini terkadang memiliki
perasaan bahwa mereka tidak ada sama sekali. Pengalaman seperti itu biasanya terjadi dalam
situasi di mana individu tersebut merasa tidak memiliki hubungan yang berarti, pengasuhan,
dan dukungan. Individu dengan gangguan ini mungkin menunjukkan kinerja yang lebih
buruk dalam pekerjaan yang tidak terstruktur atau situasi sekolah.
Prevalensi
Differential Diagnostic
Ethiology
Faktor genetik jelas terlibat dalam etiologi gangguan kepribadian ambang jika dilihat
dari segi sindrom yang didefinisikan dalam DSM-5 (Distel et al., 2010). Selain itu, ciri-ciri
kepribadian mendasar yang mendefinisikan gangguan ini, seperti neurotisme dan impulsif,
juga dipengaruhi oleh faktor genetik (Livesley, 2008). Pertanyaan yang paling penting adalah
bagaimana kecenderungan genetik terhadap karakteristik kepribadian tertentu dapat
berinteraksi dengan berbagai jenis peristiwa lingkungan yang merugikan untuk menghasilkan
masalah dalam regulasi emosi dan hubungan keterikatan yang terlihat di antara pasien dengan
gangguan kepribadian ambang. Beberapa peneliti berpendapat bahwa pasien borderline
menderita akibat konsekuensi negatif dari kehilangan orang tua, pengabaian, dan
penganiayaan selama masa kanak-kanak (Fonagy & Bateman, 2008). Model ini didukung
oleh penelitian terhadap keluarga pasien borderline dan perbandingan dengan literatur
mengenai perkembangan sosial pada monyet yang meneliti efek memisahkan bayi dari
ibunya. Studi tentang pasien dengan gangguan kepribadian ambang memang menunjukkan
pengaruh hubungan bermasalah yang meluas dengan orang tua mereka. Remaja perempuan
dengan gangguan kepribadian ambang melaporkan kurangnya pengawasan yang meluas,
sering menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga, dan menjadi sasaran perilaku yang tidak
pantas oleh orang tua dan orang dewasa lainnya, termasuk pelecehan verbal, fisik, dan
seksual (Helgeland & Torgersen, 2004; Pally, 2002). Tingkat keparahan pelecehan sangat
bervariasi pada setiap individu. Banyak pasien menggambarkan berbagai bentuk pelecehan
oleh lebih dari satu orang. Hubungan antara gangguan kepribadian ambang dan ingatan
pasien tentang penganiayaan di masa kecil menimbulkan sebuah pertanyaan penting tentang
arah hubungan ini: Apakah penganiayaan masa kecil menyebabkan gangguan kepribadian
ambang? Atau apakah orang dengan gangguan kepribadian ambang hanya lebih mungkin
untuk mengingat bahwa mereka dilecehkan oleh orang tua mereka, karena pelaporan yang
bias? Data longitudinal dari sebuah penelitian terhadap remaja di negara bagian New York
memberikan bukti penting mengenai hal ini (Johnson et al., 1999). Alih-alih hanya
mengandalkan laporan dari orang tua, para peneliti memperoleh data tentang penganiayaan
anak dari New York State Central Registry for Child Abuse. Penganiayaan termasuk
kasus-kasus kekerasan fisik, pelecehan seksual, dan penelantaran anak yang terdokumentasi.
Orang-orang dengan bukti terdokumentasi tentang penganiayaan dan penelantaran masa
kanak-kanak memiliki kemungkinan empat kali lebih besar dibandingkan mereka yang tidak
mengalami penganiayaan untuk mengembangkan gejala gangguan kepribadian saat dewasa.
Hubungan terkuat ditemukan pada gangguan Cluster B. Kekerasan fisik paling erat kaitannya
dengan gangguan kepribadian antisosial yang terjadi, kemudian; kekerasan seksual dengan
gangguan kepribadian ambang; dan penelantaran masa kanak-kanak dengan gangguan
kepribadian antisosial, ambang, narsistik, dan menghindar. Data-data ini mendukung
argumen bahwa pola pengasuhan anak dan hubungan keluarga yang maladaptif
meningkatkan kemungkinan seseorang mengembangkan jenis gangguan kepribadian tertentu
Fitur utama dari gangguan kepribadian histrionik adalah perilaku yang terlalu
dramatis dan mencari perhatian. Orang dengan gangguan ini sering menggunakan
penampilan fisik mereka, seperti pakaian, riasan, atau warna rambut yang tidak biasa,
untuk menarik perhatian pada diri mereka sendiri. Meskipun menunjukkan emosi yang
berlebihan dan intens, mereka dianggap dangkal secara emosional. Misalnya, seseorang
dengan gangguan ini mungkin membicarakan dan memanggil seseorang sebagai
sahabatnya, hanya untuk mengalami kesulitan mengingat percakapan dengan orang itu
keesokan harinya. Mereka egois, terlalu peduli dengan daya tarik fisik mereka, dan tidak
nyaman jika tidak menjadi pusat perhatian. Mereka dapat secara tidak tepat provokatif
dan menggoda secara seksual dan mudah dipengaruhi oleh orang lain. Bicara mereka
sering impresionistik dan kurang detail. Gangguan kepribadian histrionik sangat
komorbid dengan depresi, gangguan kepribadian ambang, dan masalah medis (Nestadt et
al., 1990).
Diagnostic Criteria
Pola dari emosi yang berlebihan dan pencarian perhatian, dimulai oleh orang dewasa
awal dan muncul dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh hal berikut ini:
1. Merasa tidak nyaman dalam situasi di mana ia tidak menjadi pusat perhatian.
2. Interaksi dengan orang lain sering kali ditandai dengan perilaku seksual yang tidak
pantas atau perilaku provokatif.
3. Menunjukkan ekspresi emosi yang berubah-ubah dengan cepat dan dangkal.
4. Secara konsisten menggunakan penampilan fisik untuk menarik perhatian pada diri
sendiri.
5. Memiliki gaya bicara yang terlalu impresionistik dan kurang detail.
6. Menunjukkan dramatisasi diri, sandiwara, dan ekspresi emosi yang berlebihan.
7. Mudah dipengaruhi oleh orang lain atau keadaan.
8. Menganggap hubungan lebih intim daripada yang sebenarnya.
Diagnotic Features
Ciri utama dari gangguan kepribadian histrionik adalah emosi yang meluap-luap dan
berlebihan serta perilaku mencari perhatian. Pola ini dimulai pada masa dewasa awal dan
muncul dalam berbagai konteks. Individu dengan gangguan kepribadian histrionik merasa
tidak nyaman atau merasa tidak dihargai ketika mereka tidak menjadi pusat perhatian
(Kriteria 1). Sering kali lincah dan dramatis, mereka cenderung menarik perhatian pada diri
mereka sendiri dan pada awalnya dapat memikat kenalan baru dengan antusiasme,
keterbukaan yang tampak, atau genit. Namun, kualitas ini akan menipis seiring dengan
tuntutan mereka untuk menjadi pusat perhatian. Mereka merebut peran sebagai "kehidupan
pesta". Jika mereka tidak menjadi pusat perhatian, mereka mungkin melakukan sesuatu yang
dramatis (misalnya, mengarang cerita, membuat adegan) untuk menarik fokus perhatian
pada diri mereka sendiri. Kebutuhan ini sering kali terlihat dalam perilaku mereka dengan
dokter (misalnya, menyanjung, membawa hadiah, memberikan deskripsi dramatis tentang
gejala fisik dan psikologis yang digantikan oleh gejala baru setiap kali kunjungan).
Penampilan dan perilaku individu dengan gangguan ini sering kali secara tidak tepat
bersifat provokatif atau menggoda secara seksual (Kriteria 2). Perilaku ini tidak hanya
ditujukan kepada orang yang memiliki ketertarikan seksual atau romantis, tetapi juga terjadi
dalam berbagai macam hubungan sosial, pekerjaan, dan profesional di luar apa yang sesuai
dengan konteks sosial. Ekspresi emosional mungkin dangkal dan berubah dengan cepat
(Kriteria 3). Individu dengan gangguan ini secara konsisten menggunakan penampilan fisik
untuk menarik perhatian pada diri mereka sendiri (Kriteria 4). Mereka terlalu peduli untuk
membuat orang lain terkesan dengan penampilan mereka dan menghabiskan banyak waktu,
energi, dan uang untuk pakaian dan dandanan. Mereka mungkin "memancing pujian" terkait
penampilan dan mungkin dengan mudah dan berlebihan kesal oleh orang lain yang kritis
tentang penampilan mereka atau oleh foto yang mereka anggap tidak menarik.
Orang-orang ini memiliki gaya bicara yang terlalu impresionistik dan kurang detail
(Kriteria 5). Pendapat yang kuat diekspresikan dengan gaya dramatis, tetapi alasan yang
mendasari biasanya tidak jelas dan menyebar, tanpa fakta dan detail yang mendukung.
Sebagai contoh, seseorang dengan gangguan kepribadian histrionik dapat berkomentar
bahwa seseorang adalah manusia yang luar biasa, namun tidak dapat memberikan contoh
spesifik tentang kualitas yang baik untuk mendukung pendapatnya. Individu dengan
gangguan ini ditandai dengan dramatisasi diri, sandiwara, dan ekspresi emosi yang
berlebihan (Kriteria 6). Mereka dapat mempermalukan teman dan kenalan dengan
menunjukkan emosi yang berlebihan di depan umum (misalnya, memeluk kenalan biasa
dengan semangat yang berlebihan, menangis tak terkendali pada saat-saat kecil yang
sentimental, mengamuk). Namun, emosi mereka sering kali terlihat dihidupkan dan
dimatikan terlalu cepat untuk dirasakan secara mendalam, yang dapat membuat orang lain
menuduh orang yang bersangkutan memalsukan perasaan ini.
Individu dengan gangguan kepribadian histrionik memiliki tingkat sugestibilitas yang
tinggi (Cri terion 7). Pendapat dan perasaan mereka mudah dipengaruhi oleh orang lain dan
oleh mode saat ini. Mereka mungkin terlalu percaya, terutama pada figur otoritas yang kuat
yang mereka anggap dapat menyelesaikan masalah mereka secara ajaib. Mereka memiliki
kecenderungan untuk mempermainkan firasat dan mengambil keputusan dengan cepat.
Individu dengan gangguan ini sering menganggap hubungan mereka lebih intim daripada
yang sebenarnya, menggambarkan hampir semua kenalan mereka sebagai "sayangku, teman
baikku" atau menyebut dokter yang hanya ditemui sekali atau dua kali dalam keadaan
profesional dengan nama depannya (Kriteria 8).
Differential Diagnostic
● Gangguan kepribadian lain dan ciri-ciri kepribadian. Gangguan kepribadian
lainnya mungkin dapat disalah artikan sebagai gangguan kepribadian histrionik
karena mereka memiliki ciri-ciri tertentu umum. Oleh karena itu, penting untuk
membedakan gangguan- gangguan ini berdasarkan perbedaan ciri-ciri khasnya.
Namun, jika seseorang memiliki ciri-ciri kepribadian yang memenuhi kriteria untuk
satu atau lebih gangguan kepribadian selain gangguan kepribadian histrionik, semua
gangguan tersebut dapat didiagnosis. Meskipun gangguan kepribadian ambang juga
dapat berupa ditandai dengan pencarian perhatian, perilaku manipulatif, dan emosi
yang berubah dengan cepat, itu dibedakan dengan merusak diri sendiri, gangguan
kemarahan dalam hubungan dekat, dan perasaan kronis akan kekosongan yang
mendalam dan gangguan identitas. Individu dengan gangguan antisocial dan
gangguan kepribadian histrionik memiliki kecenderungan untuk menjadi impulsif,
dangkal, mencari kesenangan, sembrono, menggoda, dan manipulatif, tetapi orang
dengan gangguan kepribadian histrionik cenderung lebih berlebihan dalam emosi
mereka dan tidak secara khas terlibat dalam perilaku antisosial. Individu dengan
gangguan kepribadian histrionik manipulatif untuk mendapatkan pengasuhan,
sedangkan mereka yang memiliki gangguan kepribadian antisosial bersifat
manipulatif untuk mendapatkan keuntungan, kekuasaan, atau kepuasan materi
lainnya. Meskipun individu dengan gangguan kepribadian narsistik juga
mendambakan perhatian dari orang lain, mereka biasanya menginginkan pujian atas
"superioritas" mereka, sedangkan individu dengan gangguan kepribadian histrionik
bersedia untuk dilihat sebagai rapuh atau tergantung jika hal ini berperan penting
dalam mendapatkan perhatian. Individu dengan gangguan kepribadian narsistik
dapat membesar-besarkan keintiman hubungan mereka dengan orang lain, tetapi
mereka lebih cenderung menekankan status "VIP" atau kekayaan teman-teman
mereka. Pada gangguan kepribadian dependen, individu sangat bergantung pada
orang lain untuk mendapatkan pujian dan bimbingan, tetapi tidak memiliki sifat
flamboyan, fitur emosional yang berlebihan dari individu dengan gangguan
kepribadian histrionik. Banyak orang mungkin menunjukkan ciri-ciri kepribadian
histrionik. Hanya jika ciri-ciri ini tidak fleksibel, maladaptif, dan menetap serta
menyebabkan gangguan fungsional yang signifikan atau tekanan subjektif, maka
ciri-ciri tersebut merupakan gangguan kepribadian histrionik.
● Perubahan kepribadian karena kondisi medis lain. Gangguan kepribadian
histrionik harus dibedakan dari perubahan kepribadian karena kondisi medis lain, di
mana sifat-sifat yang muncul disebabkan oleh efek kondisi medis lain pada sistem
saraf pusat.
● Gangguan penggunaan zat. Gangguan ini juga harus dibedakan dari gejala-gejala
yang yang dapat berkembang sehubungan dengan penggunaan zat yang
terus-menerus.
Diagnostic Criteria
Pola kemegahan (dalam fantasi atau perilaku), kebutuhan akan kekaguman, dan
kurangnya empati, dimulai pada awal masa dewasa dan hadir dalam berbagai konteks,
seperti yang ditunjukkan oleh hal berikut ini:
1. Memiliki rasa penting diri yang muluk-muluk (misalnya, melebih-lebihkan prestasi
dan bakat, mengharapkan untuk diakui sebagai superior tanpa prestasi yang
sepadan).
2. Disibukkan dengan fantasi kesuksesan, kekuasaan, kecemerlangan, kecantikan, atau
cinta yang tak terbatas cinta.
3. Percaya bahwa dirinya "istimewa" dan unik dan hanya dapat dipahami atau
bergaul dengan orang-orang (atau institusi) yang istimewa atau berstatus tinggi.
4. Membutuhkan kekaguman yang berlebihan.
5. Memiliki rasa memiliki hak (yaitu, harapan yang tidak masuk akal atas perlakuan
yang sangat menguntungkan yang tidak masuk akal atas perlakuan yang
menguntungkan atau kepatuhan otomatis terhadap harapannya).
6. Bersifat eksploitatif secara interpersonal (yaitu mengambil keuntungan dari orang
lain untuk mencapai tujuannya sendiri).
7. Tidak memiliki empati: tidak mau mengenali atau mengidentifikasi perasaan dan
kebutuhan orang lain.
8. Sering iri pada orang lain atau percaya bahwa orang lain iri padanya.
9. Menunjukkan perilaku atau sikap yang sombong dan angkuh.’
Diagnostic Features
Ciri utama dari gangguan kepribadian narsistik adalah pola yang meresap dari
keagungan yang megah, kebutuhan untuk dikagumi, dan kurangnya empati yang dimulai
sejak awal masa dewasa dan muncul dalam berbagai konteks. Individu dengan gangguan ini
memiliki rasa penting diri yang berlebihan (Kriteria 1). Mereka secara rutin melebih-lebihkan
kemampuan mereka dan membesar-besarkan pencapaian mereka, sering kali tampak
sombong dan sok. Mereka mungkin dengan senang hati berasumsi bahwa orang lain
memberikan nilai yang sama terhadap usaha mereka dan mungkin terkejut ketika pujian yang
mereka harapkan dan rasa pantas mereka dapatkan tidak kunjung datang. Sering kali tersirat
dalam penilaian yang berlebihan atas pencapaian mereka sendiri adalah ketidakpercayaan diri
(devaluasi) atas kontribusi orang lain. Individu dengan gangguan kepribadian narsistik sering
disibukkan dengan fantasi kesuksesan, kekuasaan, kecemerlangan, kecantikan, atau cinta
yang tidak terbatas (Kriteria 2). Mereka mungkin merenungkan tentang kekaguman dan
keistimewaan yang "sudah lama tertunda" dan membandingkan diri mereka sendiri dengan
orang-orang terkenal atau orang-orang yang memiliki hak istimewa.
Individu dengan gangguan kepribadian narsistik percaya bahwa mereka lebih unggul,
istimewa, atau unik dan mengharapkan orang lain untuk mengakui mereka seperti itu
(Kriteria 3). Mereka mungkin merasa bahwa mereka hanya dapat dipahami oleh, dan
hanya boleh bergaul dengan, orang lain yang istimewa atau berstatus tinggi dan mungkin
mengaitkan kualitas "unik", "sempurna", atau "berbakat" dengan orang-orang yang
bergaul dengan mereka. Individu dengan gangguan ini percaya bahwa kebutuhan mereka
istimewa dan di luar jangkauan orang biasa. Harga diri mereka sendiri ditingkatkan
(yaitu, "mir rored") oleh nilai ideal yang mereka berikan kepada orang-orang yang
bergaul dengan mereka. Mereka cenderung bersikeras untuk menjadi orang yang "top"
(dokter, pengacara, penata rambut, instruktur) atau berafiliasi dengan institusi "terbaik"
tetapi mungkin merendahkan kredensial mereka yang tidak menunjuk mereka.
Individu-individu ini sering kali iri pada orang lain atau percaya bahwa orang lain iri
pada mereka (Kriteria 8). Mereka mungkin iri dengan kesuksesan atau kepemilikan orang
lain, merasa bahwa mereka lebih pantas mendapatkan pencapaian, kekaguman, atau hak
istimewa tersebut. Mereka mungkin merendahkan orang lain yang berbeda, terutama
ketika orang tersebut telah menerima pengakuan atau pujian atas pencapaian mereka.
Perilaku sombong dan angkuh menjadi ciri individu-individu ini; mereka sering
menunjukkan sikap sombong, meremehkan, atau merendahkan (Kriteria 9). Sebagai
contoh, seseorang dengan gangguan ini mungkin mengeluh tentang "kekasaran" atau
"kebodohan" seorang pelayan yang canggung atau menyimpulkan evaluasi medis dengan
merendahkan dokter.
Differential Diagnostic
● Gangguan kepribadian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Gangguan kepribadian
lain mungkin dapat disalah artikan sebagai gangguan kepribadian narsistik karena
mereka memiliki ciri-ciri tertentu umum. Oleh karena itu, penting untuk membedakan
gangguan- gangguan ini berdasarkan perbedaan ciri-ciri khasnya. Namun, jika
seseorang memiliki ciri-ciri kepribadian yang memenuhi kriteria untuk satu atau lebih
gangguan kepribadian selain gangguan kepribadian narsistik, semua gangguan
tersebut dapat didiagnosis. Fitur yang paling berguna dalam membedakan gangguan
kepribadian narsistik dari gangguan kepribadian histrionik, antisosial, dan gangguan
kepribadian ambang, di dimana gaya interaksinya masing-masing genit, tidak
berperasaan, dan membutuhkan, adalah karakteristik kemegahan dari gangguan
kepribadian narsistik. Kestabilan relatif dari citra diri serta relatif merusak diri sendiri,
impulsif, dan masalah pengabaian juga membantu membedakan gangguan
kepribadian narsistik dari gangguan kepribadian ambang. Kebanggaan yang
berlebihan dalam pencapaian, kurangnya tampilan emosional, dan penghinaan
terhadap kepekaan orang lain membantu membedakan gangguan kepribadian narsistik
dari gangguan kepribadian histrionik. Meskipun individu dengan gangguan
kepribadian ambang, histrionik, dan narsistik gangguan kepribadian mungkin
membutuhkan banyak perhatian, mereka yang memiliki gangguan kepribadian
narsistik secara khusus membutuhkan perhatian untuk dikagumi. Individu dengan
gangguan kepribadian antisosial dan narsistik memiliki kecenderungan untuk bersikap
keras kepala, fasih berbicara, dangkal, eksploitatif, dan tidak berempati. Namun,
gangguan kepribadian narsistik tidak selalu mencakup karakteristik impulsif, agresif,
dan menipu. Selain itu, individu dengan gangguan kepribadian antisosial mungkin
tidak terlalu membutuhkan kekaguman dan kecemburuan orang lain, dan orang
dengan gangguan kepribadian narsistik biasanya tidak memiliki riwayat gangguan
perilaku di masa kanak-kanak atau perilaku kriminal di masa dewasa. Pada gangguan
kepribadian narsistik dan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif, individu mungkin
mengaku komitmen terhadap perfeksionisme dan percaya bahwa orang lain tidak
dapat melakukan sesuatu dengan baik. Berbeda dengan kritik diri yang menyertai
mereka yang memiliki gangguan kepribadian obsesif-kompulsif, individu dengan
gangguan kepribadian narsistik lebih cenderung percaya bahwa mereka telah
mencapai kesempurnaan. Rasa curiga dan penarikan diri secara sosial biasanya
membedakan mereka yang memiliki gangguan kepribadian skizotipal atau paranoid
dari mereka yang memiliki gangguan kepribadian narsistik. Ketika kualitas-kualitas
ini ada pada individu dengan gangguan kepribadian narsistik, mereka terutama berasal
dari ketakutan akan ketidaksempurnaan atau kekurangan yang terungkap. Banyak
orang yang sangat sukses menunjukkan ciri-ciri kepribadian yang dapat dianggap
narsistik. Hanya ketika sifat-sifat ini tidak fleksibel, maladaptif, dan bertahan lama
serta menyebabkan gangguan fungsional yang signifikan atau tekanan subjektif, maka
sifat-sifat tersebut merupakan gangguan kepribadian narsistik.
● Mania atau hipomania. Kesombongan dapat muncul sebagai bagian dari episode
mania atau hipomania, tetapi hubungan dengan perubahan suasana hati atau gangguan
fungsional membantu membedakan episode-episode ini dari gangguan kepribadian
narsistik.
● Gangguan penggunaan zat. Gangguan kepribadian narsistik juga harus dibedakan
dari gejala-gejala yang dapat berkembang sehubungan dengan penggunaan zat yang
terus- menerus.
Orang dengan ‘avoidant personal disorder’ sangat takut dengan kritik, penolakan, dan
ketidaksetujuan yang pada akhirnya membuat mereka menghindari pekerjaan atau hubungan
untuk melindungi diri mereka sendiri dari umpan balik yang negatif. Dalam situasi sosial
mereka menahan diri karena ketakutan yang berlebihan untuk mengatakan sesuatu yang
bodoh, malu, terlihat merona, atau menunjukkan tanda-tanda kecemasan lainnya. Mereka
juga percaya bahwa mereka tidak kompeten dan lebih rendah dari orang lain dan enggan
mengambil risiko atau mencoba aktivitas baru.
Diagnostic Criteria
Bentuk penghambatan sosial, perasaan tidak mampu, dan hipersensitif terhadap
evaluasi negatif. Dimulai pada masa dewasa awal dan hadir dalam berbagai konteks, seperti
yang dideskripsikan oleh empat (atau lebih) hal berikut ini:
Diagnostic Features
Ciri utama gangguan kepribadian menghindar adalah pola inisiasi sosial yang
meluas, perasaan tidak mampu, dan hipersensitivitas terhadap evaluasi negatif yang
dimulai pada masa dewasa awal dan hadir dalam berbagai konteks.Individu dengan
gangguan kepribadian menghindar menghindari aktivitas kerja yang melibatkan kontak
interpersonal yang signifikan karena ketakutan akan kritik, ketidaksetujuan, atau
penolakan (Kriteria 1). Tawaran promosi pekerjaan mungkin ditolak karena tanggung
jawab baru dapat mengakibatkan kritik dari rekan kerja. Orang-orang ini menghindari
menjalin pertemanan baru kecuali mereka yakin bahwa mereka akan disukai dan diterima
tanpa kritik (Kriteria 2). Sampai mereka lulus tes ketat yang membuktikan sebaliknya,
orang lain diasumsikan kritis dan tidak menyetujui. Individu dengan gangguan ini tidak
akan bergabung dalam kegiatan kelompok kecuali ada tawaran dukungan dan pengasuhan
yang berulang-ulang dan murah hati. Keintiman interpersonal sering kali sulit bagi
individu-individu ini, meskipun mereka dapat membangun hubungan yang intim ketika
ada jaminan penerimaan yang tidak kritis. Mereka mungkin bertindak dengan menahan
diri, mengalami kesulitan berbicara tentang diri mereka sendiri, dan menahan perasaan
intim karena takut diekspos, diejek, atau dipermalukan (Kriteria 3).
Karena individu dengan gangguan ini disibukkan dengan dikritik atau dikritik dalam
situasi sosial, mereka mungkin memiliki ambang batas yang sangat rendah untuk
mendeteksi tindakan semacam itu (Kriteria 4). Jika seseorang sedikit saja tidak setuju
atau kritis, mereka mungkin akan merasa sangat terluka. Mereka cenderung pemalu,
pendiam, terhambat, dan "tidak terlihat" karena takut bahwa setiap perhatian akan
merendahkan atau menolak. Mereka berharap bahwa apa pun yang mereka katakan,
orang lain akan menganggapnya "salah", sehingga mereka mungkin tidak mengatakan
apa-apa. Mereka bereaksi keras terhadap isyarat halus yang menunjukkan ejekan atau
cemoohan. Meskipun mereka ingin menjadi partisipan aktif dalam kehidupan sosial,
mereka takut menempatkan kesejahteraan mereka di tangan orang lain. Individu dengan
gangguan kepribadian menghindar terhambat dalam situasi interpersonal yang baru
karena mereka merasa tidak mampu dan memiliki harga diri yang rendah (Kriteria 5).
Keraguan mengenai kompetensi sosial dan daya tarik pribadi menjadi sangat nyata dalam
situasi yang melibatkan interaksi dengan orang asing. Orang-orang ini percaya bahwa
mereka tidak kompeten secara sosial, tidak menarik, atau lebih rendah dari orang lain
(Kriteria 6). Mereka sangat enggan untuk mengambil risiko pribadi atau terlibat dalam
aktivitas baru karena hal ini dapat memalukan (Kriteria 7). Mereka cenderung
membesar-besarkan potensi bahaya dari situasi biasa, dan gaya hidup yang terbatas dapat
diakibatkan oleh kebutuhan mereka akan kepastian dan keamanan. Seseorang dengan
gangguan ini dapat membatalkan wawancara kerja karena takut dipermalukan karena
tidak berpakaian dengan tepat. Gejala somatik marjinal atau masalah lain dapat menjadi
alasan untuk menghindari aktivitas baru.
Differential Diagnostic
● Gangguan kecemasan. Tampaknya ada banyak tumpang tindih antara gangguan
kepribadian menghindar dan gangguan kecemasan sosial (fobia sosial), sedemikian
rupa sehingga keduanya mungkin merupakan konseptualisasi alternatif dari kondisi
yang sama atau serupa. Penghindaran juga merupakan ciri dari gangguan kepribadian
menghindar dan agorafobia, dan keduanya sering kali muncul bersamaan.
● Gangguan kepribadian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Gangguan kepribadian
lain dapat dikacaukan dengan gangguan kepribadian menghindar karena memiliki
ciri-ciri tertentu yang sama. Oleh karena itu, penting untuk membedakan
gangguan-gangguan ini berdasarkan perbedaan ciri-ciri khasnya. Namun, jika
seseorang memiliki ciri-ciri kepribadian yang memenuhi kriteria untuk satu atau lebih
gangguan kepribadian selain gangguan kepribadian menghindar, maka semuanya
dapat didiagnosis. Gangguan kepribadian menghindar dan gangguan kepribadian
dependen ditandai dengan perasaan tidak mampu, hipersensitif terhadap kritik, dan
kebutuhan akan kepastian. Meskipun fokus utama perhatian dalam kepribadian
menghindar gangguan adalah menghindari penghinaan dan penolakan, dalam
gangguan kepribadian dependen fokusnya adalah untuk diurus. Namun, gangguan
kepribadian menghindar dan gangguan kepribadian dependen sangat mungkin terjadi
bersamaan. Seperti gangguan kepribadian menghindar, gangguan kepribadian skizoid
dan gangguan kepribadian skizotipal dicirikan oleh isolasi sosial. Namun, individu
dengan gangguan kepribadian menghindar ingin memiliki hubungan dengan orang
lain dan merasakan kesepian mereka secara mendalam, sedangkan mereka yang
memiliki gangguan kepribadian skizoid atau skizotipal mungkin merasa puas dan
bahkan lebih menyukai isolasi sosial mereka. Gangguan kepribadian paranoid dan
gangguan kepribadian menghindar sama-sama ditandai dengan keengganan untuk
bercerita kepada orang lain. Namun, pada gangguan kepribadian menghindar, hal
keengganan ini lebih disebabkan oleh rasa takut dipermalukan atau dianggap tidak
mampu daripada ketakutan akan niat jahat orang lain. Banyak orang yang
menunjukkan ciri-ciri kepribadian menghindar. Hanya ketika sifat-sifat ini tidak
fleksibel, maladaptif, dan menetap serta menyebabkan gangguan fungsional yang
signifikan atau tekanan subjektif, maka sifat-sifat ini merupakan gangguan
kepribadian menghindar
● Perubahan kepribadian karena kondisi medis lain. Gangguan kepribadian
menghindar harus dibedakan dari perubahan kepribadian karena kondisi medis lain, di
mana sifat-sifat yang muncul disebabkan oleh efek dari kondisi medis lain pada
sistem saraf pusat.
● Gangguan penggunaan zat. Gangguan kepribadian menghindar juga harus
dibedakan dari gejala-gejala yang dapat berkembang sehubungan dengan penggunaan
zat yang terus-menerus.
1. Mengalami kesulitan dalam membuat keputusan sehari-hari tanpa nasihat dan dan
kepastian yang berlebihan dari orang lain.
2. Membutuhkan orang lain untuk memikul tanggung jawab atas sebagian besar area
utama dalam hidupnya.
3. Mengalami kesulitan untuk mengungkapkan ketidaksetujuan dengan orang lain
karena takut kehilangan dukungan atau persetujuan. (Catatan: Jangan sertakan
ketakutan realistis akan pembalasan).
4. Mengalami kesulitan untuk memulai proyek atau melakukan sesuatu sendiri (karena
kurangnya kepercayaan diri dalam penilaian atau kemampuan daripada kurangnya
motivasi atau energi).
5. Berusaha keras untuk mendapatkan pengasuhan dan dukungan dari orang lain,
sampai- sampai melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan secara sukarela.
6. Merasa tidak nyaman atau tidak berdaya saat sendirian karena ketakutan yang
berlebihan tidak mampu merawat dirinya sendiri.
7. Segera mencari hubungan lain sebagai sumber perhatian dan dukungan ketika
hubungan yang dekat berakhir.
8. Secara tidak realistis disibukkan dengan ketakutan akan ditinggalkan untuk
mengurus dirinya sendiri.
Diagnostic Features
Ciri utama dari gangguan kepribadian dependen adalah kebutuhan yang meresap dan
berlebihan untuk diurus yang mengarah pada perilaku tunduk dan melekat serta ketakutan
akan perpisahan. Pola ini dimulai pada masa dewasa awal dan muncul dalam berbagai
konteks. Ketergantungan dan perilaku tunduk dirancang untuk mendapatkan pengasuhan
dan muncul dari persepsi diri yang tidak dapat berfungsi secara memadai tanpa bantuan
orang lain.Individu dengan gangguan kepribadian dependen mengalami kesulitan besar
dalam membuat keputusan sehari-hari (misalnya, baju warna apa yang akan dikenakan
untuk bekerja atau apakah akan membawa payung) tanpa nasihat dan kepastian yang
berlebihan dari orang lain (Kriteria 1). Individu-individu ini cenderung pasif dan
membiarkan orang lain (sering kali satu orang) untuk mengambil keputusan dan memikul
tanggung jawab atas sebagian besar area utama dalam hidup mereka (Kriteria 2). Orang
dewasa dengan gangguan ini biasanya bergantung pada orang tua atau pasangannya untuk
memutuskan di mana mereka harus tinggal, pekerjaan apa yang harus mereka miliki, dan
tetangga mana yang harus berteman. Remaja dengan gangguan ini mungkin mengizinkan
orang tua mereka untuk memutuskan apa yang harus mereka kenakan, dengan siapa
mereka harus bergaul, bagaimana mereka harus menghabiskan waktu luang, dan sekolah
atau perguruan tinggi mana yang harus mereka masuki. Kebutuhan akan orang lain untuk
memikul tanggung jawab ini melampaui permintaan bantuan yang sesuai dengan usia dan
situasi yang sesuai dengan orang lain (misalnya, kebutuhan khusus anak-anak, orang
lanjut usia, dan orang cacat). Gangguan kepribadian ketergantungan dapat terjadi pada
individu yang memiliki kondisi medis atau disabilitas yang serius, tetapi dalam kasus
seperti itu, kesulitan untuk memikul tanggung jawab harus melampaui apa yang biasanya
terkait dengan kondisi atau disabilitas tersebut.
Individu dengan gangguan ini mengalami kesulitan untuk memulai proyek atau
melakukan sesuatu secara mandiri (Kriteria 4). Mereka kurang percaya diri dan percaya
bahwa mereka membutuhkan bantuan untuk memulai dan melaksanakan tugas. Mereka
akan menunggu orang lain untuk memulai sesuatu karena mereka percaya bahwa
biasanya orang lain dapat melakukannya dengan lebih baik. Orang-orang ini yakin bahwa
mereka tidak mampu berfungsi secara mandiri dan menganggap diri mereka tidak
kompeten dan membutuhkan bantuan secara konstan. Namun, mereka cenderung
berfungsi dengan baik jika diberi jaminan bahwa ada orang lain yang mengawasi dan
menyetujui. Mungkin ada rasa takut untuk menjadi atau terlihat lebih kompeten, karena
mereka mungkin percaya bahwa hal ini akan menyebabkan pengabaian. Karena mereka
mengandalkan orang lain untuk menangani masalah mereka, mereka sering kali tidak
belajar keterampilan hidup mandiri, sehingga melanggengkan ketergantungan.
Ketika sebuah hubungan dekat berakhir (misalnya, putus dengan kekasih; kematian
seorang pengasuh), individu dengan gangguan kepribadian dependen mungkin akan
segera mencari hubungan lain untuk memberikan perawatan dan dukungan yang mereka
butuhkan (Kriteria 7). Keyakinan mereka bahwa mereka tidak dapat berfungsi tanpa
adanya hubungan yang dekat memotivasi individu-individu ini untuk menjadi terikat
dengan cepat dan tanpa pandang bulu dengan individu lain. Individu dengan gangguan ini
sering kali disibukkan dengan ketakutan akan ditinggalkan untuk merawat diri mereka
sendiri (Kriteria 8). Mereka melihat diri mereka sendiri sangat bergantung pada nasihat
dan bantuan orang lain yang penting sehingga mereka khawatir ditinggalkan oleh orang
tersebut ketika tidak ada alasan untuk membenarkan ketakutan tersebut. Untuk dapat
dianggap sebagai bukti dari kriteria ini, ketakutan tersebut haruslah berlebihan dan tidak
realistis. Sebagai contoh, seorang pria lanjut usia penderita kanker yang pindah ke rumah
anaknya untuk dirawat menunjukkan perilaku ketergantungan yang sesuai dengan kondisi
kehidupan orang tersebut.
Differential Diagnostic
Diagnostic Criteria
Feature Diagnostic
Differential Diagnostic
Diagnostic Criteria
Diagnostic Features
Ciri penting dari perubahan kepribadian akibat kondisi medis lain adalah gangguan
kepribadian yang dinilai sebagai akibat efek patofisiologis langsung dari kondisi medis.
Gangguan kepribadian merupakan perubahan dari pola kepribadian khas individu
sebelumnya. Pada anak-anak, kondisi ini dapat dimanifestasikan sebagai penyimpangan
yang nyata dari perkembangan normal dan bukan sebagai perubahan pola kepribadian
yang stabil (Kriteria A). Harus ada bukti dari riwayat, pemeriksaan fisik, atau temuan
laboratorium bahwa perubahan kepribadian merupakan konsekuensi fisiologis langsung
dari kondisi medis lain (Kriteria B). Diagnosis tidak diberikan jika gangguan tersebut
dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh gangguan mental lain (Kriteria C). Diagnosis
tidak diberikan jika gangguan hanya terjadi selama delirium (Kriteria D). Gangguan
tersebut juga harus menyebabkan tekanan atau gangguan yang signifikan secara klinis
pada fungsi sosial, pekerjaan, atau area fungsi penting lainnya (Kriteria E).
Manifestasi umum dari perubahan kepribadian termasuk ketidakstabilan afektif,
kontrol impuls yang buruk, ledakan agresi atau kemarahan yang sangat tidak proporsional
dengan pemicu stres psikososial yang mendahului, ditandai dengan sikap apatis,
kecurigaan, atau ide paranoid. Fenomenologi dari perubahan tersebut ditunjukkan dengan
menggunakan subtipe yang tercantum dalam kriteria yang ditetapkan. Seseorang dengan
gangguan ini sering dicirikan oleh orang lain sebagai "bukan dirinya sendiri". Meskipun
memiliki istilah "kepribadian" yang sama dengan gangguan kepribadian lainnya,
diagnosis ini berbeda berdasarkan etiologinya yang spesifik, fenomenologi yang berbeda,
dan onset serta perjalanannya yang lebih bervariasi. Presentasi klinis pada individu
tertentu dapat bergantung pada sifat dan lokasi proses patologis. Sebagai contoh, cedera
pada lobus frontal dapat menimbulkan gejala-gejala seperti kurangnya penilaian atau
pandangan ke depan, kecerobohan, disinhibisi, dan euforia. Stroke pada belahan otak
kanan sering kali terbukti menimbulkan perubahan kepribadian yang berkaitan dengan
pengabaian spasial unilateral, anosognosia (yaitu ketidakmampuan seseorang untuk
mengenali defisit tubuh atau fungsional, seperti adanya hemiparesis), ketidakmampuan
motorik, dan defisit neurologis lainnya.
Differential Diagnostic
● Kondisi medis kronis yang berhubungan dengan rasa sakit dan disabilitas.
Kondisi medis kronis yang berhubungan dengan rasa sakit dan disabilitas juga dapat
dikaitkan dengan perubahan kepribadian. Diagnosis perubahan kepribadian karena
kondisi medis lain hanya diberikan hanya diberikan jika mekanisme patofisiologis
langsung dapat ditentukan. Diagnosis ini tidak diberikan jika perubahan tersebut
disebabkan oleh penyesuaian perilaku atau psikologis atau respons terhadap kondisi
medis lain (misalnya, perilaku ketergantungan yang diakibatkan oleh kebutuhan akan
bantuan orang lain setelah trauma kepala yang parah, penyakit kardiovaskular, atau
demensia).
● Delirium atau gangguan neurokognitif utama. Perubahan kepribadian adalah hal
yang sering dikaitkan fitur delirium atau gangguan neurokognitif mayor. Diagnosis
terpisah untuk perubahan kepribadian karena kondisi medis lain tidak diberikan jika
perubahan tersebut terjadi secara eksklusif selama terjadinya delirium. Namun,
diagnosis perubahan kepribadian karena kondisi medis lain dapat diberikan sebagai
tambahan dari diagnosis gangguan neurokognitif mayor. jika perubahan kepribadian
merupakan bagian yang menonjol dari presentasi klinis.
● Gangguan mental lain karena kondisi medis lain. Diagnosis perubahan kepribadian
karena kondisi medis lain tidak diberikan jika gangguan tersebut dapat dijelaskan
dengan lebih baik oleh gangguan mental lain karena kondisi medis lain (misalnya,
gangguan depresi karena tumor otak).
● Gangguan penggunaan zat. Perubahan kepribadian juga dapat terjadi dalam konteks
gangguan penggunaan zat, terutama jika gangguan tersebut sudah berlangsung lama.
Dokter harus menanyakan dengan hati-hati tentang sifat dan tingkat penggunaan zat.
Jika dokter ingin menunjukkan hubungan etiologis antara perubahan kepribadian dan
penggunaan zat, kategori yang tidak ditentukan untuk zat tertentu (misalnya,
gangguan terkait stimulan yang tidak ditentukan) dapat digunakan.
● Gangguan mental lainnya. Perubahan kepribadian yang nyata juga dapat menjadi
fitur terkait gangguan mental lainnya (misalnya, skizofrenia; gangguan delusi; depresi
dan bipolar; gangguan gangguan depresi dan bipolar; perilaku mengganggu yang
spesifik dan tidak spesifik lainnya, kontrol impuls, dan gangguan perilaku; gangguan
panik). Namun, pada gangguan-gangguan ini, tidak ada faktor fisiologis spesifik yang
dinilai secara etiologis terkait dengan perubahan kepribadian.
● Gangguan kepribadian lainnya. Perubahan kepribadian karena kondisi medis lain
dapat dibedakan dari gangguan kepribadian dengan persyaratan untuk signifikan
secara klinis signifikan secara klinis dari fungsi kepribadian awal dan adanya etiologi
tertentu kondisi medis.
KESIMPULAN
Anxiety Disorder didefinisikan dalam hal keasyikan dengan, atau terus-menerus
menghindari, pikiran atau situasi yang menimbulkan ketakutan atau kecemasan. Kecemasan
melibatkan reaksi emosional yang menyebar yang dikaitkan dengan antisipasi masalah masa
depan dan tidak sebanding dengan ancaman dari lingkungan. Panic Attack adalah
pengalaman teror yang tiba-tiba dan luar biasa atau ketakutan. Serangan panik didefinisikan
sebagian besar dalam hal daftar sensasi somatik, mulai dari jantung berdebar-debar,
berkeringat, dan gemetar hingga mual, pusing, dan menggigil. Phobia adalah ketakutan yang
didefinisikan secara sempit dan irasional dikaitkan dengan penghindaran objek atau situasi
tertentu. Jenis gangguan fobia yang paling kompleks adalah agorafobia, yang biasanya
digambarkan sebagai ketakutan terhadap ruang publik. DSM-5 mengenali beberapa subtipe
khusus dari gangguan kecemasan: gangguan panik, fobia spesifik, kecemasan sosial,
agorafobia, dan gangguan kecemasan umum.
Obsesi adalah peristiwa kognitif yang berulang, tidak diinginkan, dan mengganggu
yang dapat berupa pikiran atau gambar atau dorongan. Mereka tiba-tiba mengganggu
kesadaran dan menyebabkan peningkatan kecemasan subyektif. Kompulsi adalah perilaku
berulang yang mengurangi kecemasan yang terkait dengan obsesi.
Gangguan kepribadian didefinisikan sebagai cara yang kaku, tidak fleksibel,
maladaptif dalam memahami dan menanggapi diri sendiri dan lingkungan seseorang yang
mengarah pada masalah sosial atau pekerjaan atau penderitaan subjektif. Pola ini harus
meresap berbagai situasi, dan itu harus stabil serta durasi yang panjang. Gangguan
kepribadian kontroversial karena sejumlah alasan, termasuk keandalan diagnostik yang
rendah dan yang luar biasa tumpang tindih antara kategori gangguan kepribadian tertentu.
DSM-5 mencantumkan 10 jenis gangguan kepribadian, disusun dalam tiga cluster.
Ada banyak tumpang tindih di antara dan di antara jenis-jenis ini. Cluster A termasuk
paranoid, schizoid, and schizotypal personality disorders. Kategori ini umumnya mengacu
pada orangorang yang dianggap aneh atau eksentrik. Cluster B termasuk antisocial,
borderline, histrionic,and narcissistic personality disorders. Orang-orang yang cocok dengan
kelompok ini umumnya dipandang sebagai menjadi dramatis, tidak dapat diprediksi, dan
terlalu emosional. Cluster C termasuk avoidant, dependent, and obsessive–compulsive
personality disorders. Unsur umum dalam gangguan ini mungkin adalah kecemasan atau
ketakutan.
Daftar Pustaka
Kring, A. M., Johnson, S. L., Davison, G. C., & Neale, J. M. (2012). Abnormal
Psychology, 12th Edition (12th ed.). John Wiley and Sons.