Anda di halaman 1dari 22

PROSES KONSELING KEPERAWATAN PADA IBU POST PARTUM

DENGAN MASALAH OBSESSIVE COMPULSIVE DISORDER (OCD)


Mata Kuliah Konseling dalam Keperawatan
Dosen Pengampu : Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep., M.Kep.

Disusun Oleh :
Kelompok 1 Kelas A22.1

1. Della Amelia Andriani 22020122120045

2. Catur Nagari Suharni 22020122120048

3. Rizkia Annora Pratiwi 22020122130060

4. Fitria 22020122130085

5. Surya Adhirajasa 22020122130088

6. Vina Ayu Safitri 22020122130115

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah


SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penyusun
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Proses Konseling Keperawatan Pada
Ibu Post Partum Dengan Masalah Obsessive Compulsive Disorder (OCD)” sebagai
tugas kelompok dengan baik.
Penyusunan makalah ini berjalan dengan baik atas dukungan dan bimbingan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penyusun mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ibu Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep., M.Kep, selaku dosen pembimbing
kelompok satu dan dosen pengampu mata kuliah Konseling dalam
Keperawatan,
2. Semua pihak yang telah membantu penyusun dalam menyusun makalah ini
yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.
Penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, baik dari segi isi maupun penulisan. Oleh karena itu, penyusun
meminta maaf atas kekurangan dan kesalahan yang ada di dalam makalah ini.
Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga penyusun
dapat menjadi lebih baik lagi dalam penulisan kedepannya. Selain itu, penyusun
juga berharap agar makalah ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan dengan
sebaik-baiknya bagi siapa saja yang membaca.

Semarang, 12 Maret 2023


Penyusun

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................. 3
2.1 Definisi OCD ............................................................................................ 3
2.2 Gejala dan penyebab OCD ....................................................................... 4
2.3 Diagnosis OCD ........................................................................................ 6
2.4 Jenis OCD................................................................................................. 8
2.5 Perilaku penderita OCD ........................................................................... 9
2.6 Faktor resiko OCD ................................................................................... 9
2.7 Peran perawat ......................................................................................... 11
BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN ........................................................... 12
3.1 Kasus ...................................................................................................... 12
3.2 Pembahasan ............................................................................................ 13
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan mental memiliki arti penting dalam kehidupan seseorang,
dengan mental yang sehat maka seseorang dapat melakukan aktivitas
sebagai makhluk hidup. Kesehatan jiwa atau mental yaitu suatu kondisi
dimana seseorang dalam keadaan sehat baik secara fisik maupun psikologis
dan tidak hanya kesehatan yang tampak namun juga kesehatan mental
(Erlinafisah, 2016). Menurut Kusumawati dan Hartono (2011), kesehatan
jiwa merupakan kondisi seseorang dapat mengendalikan diri dari stress
yang berkelanjutan secara optimal. Maka ketika seseorang tidak mampu
untuk mengendalikan diri dan tidak mampu bekerja secara produktif dapat
dikatakan memiliki gangguan jiwa.
Terdapat beberapa gangguan kesehatan jiwa. Gangguan kesehatan
jiwa dapat diartikan sebagai adanya perilaku individu yang menyimpang
seperti distress, disfungsi, dan menurunnya kualitas hidup yang dapat
menyebabkan gangguan kejiwaan (Stuart. G.W, 2016). Menurut Nasir dan
Muhith (2011), jika pada seseorang ditemukan adanya ciri-ciri gangguan
pada fungsi mental seperti emosi, pikiran, perilaku, perasaan, kemauan,
keinginan, daya tilik diri, dan persepsi sehingga mengganggu dalam proses
hidup baik di masyarakat maupun individu maka seseorang tersebut dapat
dikatakan mengalami gangguan jiwa. Ada banyak jenis dari gangguan
kesehatan jiwa, salah satunya adalah obsessive compulsive disorder atau
biasa disingkat dengan OCD.
Obsessive compulsive disorder merupakan salah satu gangguan
kecemasan. Obsesi merupakan pikiran yang berulang, tidak diinginkan, dan
mengganggu dalam bentuk ingatan, pengalaman, gambaran atau dorongan.
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (American
Psychiatric Association, 2013) mendefinisikan pengertian obsesi sebagai
pikiran, dorongan, atau gambaran yang dialami selama gangguan bersifat

1
mengganggu dan tidak diinginkan serta hal ini menyebabkan individu
mengalami kecemasan. Individu mencoba untuk mengabaikan atau
menetralkan pikiran, dorongan, atau gambaran dengan memikirkan hal lain
atau melakukan suatu kegiatan (melakukan kompulsi).
Menurut Dwisaptani, dkk (2011), OCD dapat terjadi pada anak-anak
maupun orang dewasa termasuk ibu yang baru melahirkan (post partum).
Pada ibu post partum, seorang ibu akan melakukan pengecekan ulang
terhadap bayinya. Perilaku ini bertujuan untuk mengurangi kecemasan dan
mencegah beberapa situasi yang menakutkan. Perilaku ini hanyalah
meredakan kecemasan tidak menciptakan kepuasan bagi sang ibu.
Berdasarkan uraian di atas, kami menyusun makalah yang membahas
mengenai proses konseling keperawatan pada ibu post partum dengan
masalah OCD.
1.2 Tujuan Penulisan
1. Melalui makalah ini, pembaca dapat mengetahui definisi Obsessive
compulsive disorder
2. Melalui makalah ini, pembaca dapat mengetahui Jenis Obsessive
compulsive disorder
3. Melalui makalah ini, pembaca dapat mengetahui gejala dan penyebab
Obsessive compulsive disorder
4. Melalui makalah ini, pembaca dapat mengetahui perilaku Obsessive
compulsive disorder
5. Melalui makalah ini, pembaca dapat mengetahui diagnosa Obsessive
compulsive disorder
6. Melalui makalah ini, pembaca dapat mengetahui faktor risiko Obsessive
compulsive disorder
7. Melalui makalah ini, pembaca dapat mengetahui peran perawat
Obsessive compulsive disorder

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi OCD


Obsessive Compulsive Disorder atau biasa disingkat OCD adalah
gangguan psikologis yang menyerang pikiran seseorang (Sukma dkk,
2021). Setiap orang pasti pernah merasakan perasaan tidak tentu, cemas,
gelisah, takut, dan khawatir. Perasaan seperti itu normal dan wajar, biasanya
perasaan tersebut tidak berlangsung lama dan tidak sering terjadi. Namun
untuk penderita OCD, perasaan seperti itu terasa tidak normal karena
perasaan tersebut datang secara tiba-tiba, berlebihan dan menyebabkan
orang tersebut bertingkah aneh.
OCD ini berasal dari dua kata yaitu obsession dan compulsion. Obsesi
merupakan pikiran yang berulang, kuat, tidak diinginkan, dan mengganggu
dalam bentuk ingatan pengalaman, gambaran atau dorongan dan berada di
luar kemampuan seseorang untuk mengendalikannya (APA, 2000 dalam
Nevid dan Greene, 2003). Sedangkan kompulsi adalah tingkah laku yang
repetitif (mengulang) atau tindakan mental repetitif yang dirasakan oleh
seseorang sebagai suatu keharusan yang dilakukan (APA, 2000 dalam
Nevid dan Greene, 2003). Perilaku kompulsif ini merupakan wujud untuk
melepaskan kecemasan dari pikiran berulang yang disebabkan oleh obsesi
untuk membuat individu merasa lega. Kompulsi hanya meredakan
kecemasan, tetapi tidak menciptakan kepuasan bagi penderita.
Menurut Davidson dan Neale (2010), Obsessive Compulsive Disorder
(OCD) adalah suatu gangguan di mana individu tidak mampu mengontrol
pikiran yang menjadi obsesi dan individu dipaksa terus menerus mengulangi
tindakan tertentu untuk menurunkan tingkat kecemasannya dan
mengganggu keberfungsian aktivitas sehari-hari.

3
2.2 Gejala dan penyebab OCD
1. Gejala
Biasanya gejala yang terlihat pada penderita OCD adalah sering
merasa gelisah, takut, khawatir dengan keadaan sekitar dan sering
berpikiran negatif. Di bawah ini adalah gejala dan jenis yang dapat
ditemukan pada penderita OCD menurut (Joseph,2021) :
1) Washer
Gejala ini menggambarkan ketika seseorang selalu takut
terkontaminasi bakteri, kuman atau kotoran yang masuk ke dalam
tubuhnya. Penderita penyakit ini sering mencuci tangan atau bagian
tubuh yang terasa kotor berulang kali.
Orang dengan OCD tidak ragu untuk membersihkan rumah,
tubuh, dan apapun yang mereka takuti kotor, untuk memuaskan
keinginan kompulsif mereka untuk menghindari kuman atau kotoran
yang mereka hindari. Gejala seperti ini akan terus terjadi karena
adanya dorongan yang kuat di dalam pikiran penderitanya.
2) Checkers
Gejala OCD ini menyerang penderitanya untuk selalu
memeriksakan sesuatu secara berulang-ulang. Pada tipe ini,
biasanya tidak ada bedanya dengan korban tipe keping. Seseorang
dengan OCD akan terus-menerus memeriksa benda, benda, atau
benda berbahaya.
Contoh paling umum adalah memeriksa kunci pintu, mematikan
kompor atau lampu dengan beberapa pemeriksaan. Korban merasa
bahaya menanti mereka dan jika terjadi sesuatu yang buruk, mereka
tidak segan-segan menyalahkan diri sendiri.
3) Symmetry dan Orderliness
Pada gejala jenis ini, Anda biasanya fokus untuk mengatur
sesuatu secara berurutan, rapi, simetris, dan paralel. Misalnya, Anda
tidak suka orang menyentuh dan memposisikan ulang barang yang

4
telah Anda simpan. Perilaku ini akan selalu memaksa Anda untuk
membangkitkan pikiran yang sama dan mengulanginya.
4) Hoarding
Penimbunan merupakan gejala bahwa Anda suka atau ingin
mengumpulkan barang bekas yang Anda temukan. Anda
menganggap subjek itu penting dan akan berguna bagi Anda di masa
depan. Jika Anda memiliki banyak barang di rumah atau kamar tidur
dan merasa kenyang, Anda bisa menjadi salah satunya.
2. Penyebab
OCD adalah gangguan mental yang bisa menyerang siapa saja, mulai
dari anak-anak hingga orang dewasa. Hingga saat ini, penyebab OCD
belum diketahui secara pasti. Namun, beberapa faktor diduga menjadi
pemicu OCD, menurut Oltmanns & Emery (2012) berikut adalah
penyebab gangguan obsesif-kompuslif :
1. Genetik (keturunan). Mereka yang mempunyai anggota keluarga
yang mempunyai sejarah penyakit ini kemungkinan berisiko
mengalami OCD.
2. Organik. Masalah organic seperti terjadi masalah neurologi
dibagian-bagian tertentu otak juga merupakan satu faktor bagi OCD.
Kelainan saraf seperti ini yang disebabkan oleh meningitis dan
ensefalitis juga adalah salah satu penyebab OCD.
3. Kepribadian. Mereka yang mempunyai kepribadian obsesif lebih
cenderung mendapat gangguan OCD. Ciri-ciri mereka yang
memiliki kepribadian ini adalah seperti keterlaluan mementingkan
aspek kebersihan, seseorang yang terlalu patuh pada peraturan,
cerewet, sulit bekerja sama dan tidak mudah mengalah.
4. Pengalaman masa lalu. Pengalaman masa lalu juga mudah
mencorakkan cara seseorang menangani masalah diantaranya
dengan menunjukkan gejala OCD.
5. Gangguan obsesif-kompulsif erat kaitan dengan depresi atau riwayat
kecemasan sebelumnya.

5
6. Konflik. Mereka yang mengalami gangguan ini biasanya
menghadapi konflik jiwa yang berasal dari masalah hidup.
Contohnya hubungan antara suami-istri, di tempat kerja, keyakinan
diri.

2.3 Diagnosis OCD


Diagnosis OCD bisa dilakukan dengan dua cara:
1. Obsesi
Seseorang memenuhi kriteria obsesi jika 4 komponen, berikut ada:
1) Pikiran terus berulang dan terus-menerus, dengan impuls dan citra
yang dialami mengganggu dan menyebabkan kegelisahan
besar. Seperti pikiran menyebabkan penyakit, kehilangan pekerjaan,
atau kecelakaan yang menyebabkan kegelisahan besar.
2) Pikiran ini bukan hanya kekhawatiran berlebihan tentang masalah
kehidupan nyata. Jika anda membuat beberapa kesalahan
mengerikan di tempat kerja, kemungkinan dipecat akan meningkat.
Jika anda memiliki tumor otak yang ganas kemungkinan kematian
juga akan meningkat. Bagi anda, ini mungkin adalah masalah
kehidupan nyata. Namun, untuk orang dengan OCD, tidak ada
indikasi bagi mereka untuk khawatir tentang hal-hal seperti itu sama
sekali.
3) Penderita mencoba untuk menekan, mengabaikan atau menetralisir
pikiran yang tidak diinginkan dengan memaksakan pemikiran atau
tindakan lain. Misalnya berpikir tentang mencegah kecelakaan yang
mengerikan terjadi dengan melihat kiri dan kanan 25 kali berturut-
turut sebelum menyeberang jalan.
4) Dan bahwa penderitanya menyadari bahwa pikiran ini dihasilkan
oleh pikiran mereka sendiri, dan bukan disebabkan oleh ancaman
sejati. Seseorang dengan OCD harus menyadari fakta bahwa pikiran
mereka tidak realistis dan bahwa perilaku penetralisirnya tidak
sesuai dengan ancaman yang ada.

6
Contoh untuk pikiran obsesif mencakup pemikiran yang tidak
diinginkan untuk menyakiti orang yang dicintai, ketakutan karena tidak
mematikan peralatan, ketakutan akan najis atau terkontaminasi, dan
pikiran seksual dan kekerasan yang mengganggu yang tidak diinginkan
orang tersebut.
2. Kompulsif
Seseorang memenuhi kriteria untuk kompulsi jika 2 komponen
berikut ada:
1) Perilaku mental atau perilaku berulang yang seseorang rasakan
terdorong untuk tampil sebagai respons terhadap obsesi, atau sesuai
peraturan yang harus diterapkan secara kaku. Contoh tindakan
mental adalah berdoa, mengulangi kata-kata (diam-diam), dan
berhitung. Contoh perilaku berulang adalah memeriksa berulang –
ulang, mencuci tangan, dan mengatur sesuai urutan.
2) Tujuan dari perilaku atau tindakan mental ini adalah untuk
mengurangi atau mencegah kesulitan atau untuk mencegah
terjadinya kejadian atau situasi yang ditakuti. Catatan: Perilaku atau
tindakan mental ini tidak terhubung secara realistis untuk mencegah
atau menetralisir kejadian/perasaan atau terlalu
berlebihan. Pencucian tangan membantu anda menyingkirkan
bakteri dan kotoran, jadi ini membantu anda mengurangi tekanan.
Namun, mencuci tangan sebanyak 10 kali berturut-turut adalah
berlebihan dan mubazir. Melompat 3 kali dengan kaki kiri anda
sebelum melompat 3 kali di dengan kaki kanan anda tidak mencegah
terjadinya kejadian yang ditakuti

Penelitian terbaru menemukan bahwa penderita OCD cenderung


memiliki obsesi dan kompulsif yang telah dikategorikan menjadi 5
kelompok utama:

7
1) Obsesi tentang bertanggung jawab untuk menyebabkan atau tidak
mencegah bahaya; kompulsif mengecek berulang- ulang dan
kebutuhan akan kepastian.
2) Obsesi dengan simetri; kompulsif dengan mengatur sesuai urutan
dan ritual berhitung.
3) Obsesi dengan kontaminasi; ritual mencuci tangan dan kompulsif
untuk bersih – bersih.
4) Obsesi jijik dengan kekerasan, seks dan agama.
5) Obsesi dengan mengumpulkan atau menyimpan barang; perilaku
mengumpulkan barang yang kompulsif.

2.4 Jenis OCD


Menurut Novedica (2010, 39), OCD dapat dikategorikan menjadi lima
jenis:
1) OCD checking. Checking adalah ketakutan irasional yang membuat
mereka terobsesi untuk memeriksa sehingga penderita OCD checker
mengantisipasi terjadinya kecelakaan di bayangannya tersebut dengan
memeriksa berulang-ulang. Contohnya ketakutan kehilangan dompet
sehingga mengecek dompet berulang-ulang.
2) OCD contamination. Contamination adalah ketakutan terkena penyakit
dan orang yang dicintai. Contohnya ketakutan makan di tempat umum
karena menghindari kuman dan penyakit hepatitis sehingga
membersihkan berulang-ulang sendok, digunakan garpu, dan piring
sebelum digunakan.
3) OCD hoarding. Hoarding adalah OCD yang membuat penderita
mengumpulkan barang yang tidak berharga karena takut terjadi hal-hal
buruk jika barang tersebut dibuang.ketakutan irasional yang membuat
mereka terobsesi untuk memeriksa sehingga penderita OCD checker
mengantisipasi terjadinya kecelakaan di bayangannya tersebut dengan
memeriksa berulang-ulang. Contohnya ketakutan kehilangan dompet
sehingga mengecek dompet berulang-ulang.

8
4) OCD rumination. Rumination membuat penderita memikirkan sesuatu
yang tidak produktif secara berulang ulang. Pikiran tersebut
berhubungan dengan filosofi, agama, metafisik, dan sebagainya.
Contohnya. "bagaimana kehidupan setelah kematian"
5) OCD symmetry and Orderliness. Symmetry and Orderliness membuat
penderita terfokus untuk mengatur semua objek sejajar. Berurutan, dan
simetris. Contohnya mengatur barang berdasarkan ukuran, warna, dan
huruf. Merasa terganggu jika urutan tersebut diganti.

2.5 Perilaku penderita OCD


Penderita OCD memiliki kecenderungan berperilaku kompulsif, yaitu:
1. Mencuci tangan berulang kali secara berlebihan.
2. Mengatur barang atau benda secara simetris.
3. Memeriksa pintu yang sudah dikunci berulang kali.
4. Mengulang kata-kata tertentu saat sedang bergumam.
5. Menghitung suatu hal untuk memastikannya berada pada pola tertentu.

2.6 Faktor resiko OCD


1. Faktor genetik
Seseorang dapat memiliki risiko yang tinggi untuk terdampak penyakit
Obsessive Compulsive Disorder (OCD) apabila terdapat anggota
keluarga memiliki riwayat penyakit tersebut. Diduga, seseorang dapat
terkena OCD karena adanya gen tertentu yang diturunkan oleh anggota
keluarga sebelumnya. (Afifah, 2018).
2. Faktor pengalaman masa lalu
Faktor ini dapat dikatakan sangat mempengaruhi seseorang untuk
terkena OCD. Lingkungan hidup yang tidak mendukung perkembangan
psikis semasa dulu dapat menimbulkan perasaan yang tidak semestinya.
(Fandy, 2022)

9
3. Faktor kepribadian
Terdapat 5 kepribadian yang cenderung menjadi penyebab seseorang
terkena penyakit OCD, diantaranya (CNN Indonesia, 2022):
1) Perfeksionis
Perfeksionis merupakan kepribadian ketika seseorang selalu
menganggap bahwa suatu objek harus memiliki tingkat
kesempurnaan tertentu. Kepribadian ini tidak jarang membuat
seseorang mengalami OCD.
2) Penuh keragu-raguan
Seseorang yang mengidap OCD umumnya tak mampu membuat
keputusan secara bulat dan membutuhkan waktu yang cukup lama.
3) Impulsive
Seseorang dengan kepribadian impulsive mempunyai
kecenderungan untuk melakukan segala sesuatunya secara spontan
tanpa memikirkan konsekuensi yang akan dihadapi.
4) Tanggung jawab
Secara umum, mempunyai sifat bertanggung jawab sebenarnya
sangat baik. namun, dalam kasus ini seseorang yang diduga
mengidap penyakit OCD mempunyai rasa tanggung jawab yang
berlebihan atas tindakan yang dilakukan oleh orang lain.
5) Neurotis
Neurotis merupakan suatu kepribadian yang memiliki kecemasan
dengan skala tertentu tanpa diketahui penyebab atau bahaya yang
mengancam. Dapat dikatakan, seseorang yang memiliki kepribadian
neurotis diduga memiliki kecemasan tanpa sebab.
4. Faktor struktur otak
Gangguan OCD dapat muncul setelah adanya kerusakan otak yang
disebabkan oleh beberapa hal seperti trauma kelahiran, encephalitis, dan
trauma kepala. Diduga malfungsi dari basal gangla, cingulated gyrus,
dan prefontal cortex menjadi pertimbangan mengapa gejala OCD dapat
terjadi. (Rahmawati, 2019)

10
2.7 Peran perawat
1) Membantu klien dalam memperoleh kembali kontrol dalam hidupnya.
mengatur pengobatan.
2) Menilai dan memantau keadaan mental klien.
3) Menilai dan mengurangi faktor resiko yang mungkin dihadapi klien.
4) Memberikan asuhan keperawatan.

11
BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1 Kasus
Seorang ibu muda bernama Gini Wilde berusia 37 tahun didiagnosa
mengalami Obsessive Compulsive Disorder (OCD). Semua dimulai dari
kelahiran putrinya yang bernama Scarlet pada Agustus 2012 yang membuat
Gini Wilde sangat bahagia. Usai perjuangan panjang untuk hamil, serta
persalinan sulit yang dialami, memeluk bayi perempuannya adalah hal yang
dinantikan. Perasaan yang paling menakjubkan, yang ingin Gini Wilde
rasakan.
Namun, kegembiraan itu sangatlah singkat. Pada Oktober di tahun yang
sama, ketika Scarlet anak Gini berusia lima minggu, Gini melakukan operasi
plasenta darurat dampak dari proses melahirkan Scarlet. Di malam itu, stres
mengubah segalanya, kata Gini. Berbaring di tempat tidur rumah sakit,
setelah operasi dua jam, Gini dicekam rasa takut luar biasa.
“Setelah mengirim pesan singkat ke suami saya Richard, tiba-tiba ada
gambar tentang Scarlet yang meninggal. Saya tidak ada untuknya. Semua
terjadi di kepala saya. Itu adalah malam terpanjang dalam hidup saya.”
Peristiwa itu adalah awal dari pikiran-pikiran menakutkan dan perilaku
obsesif. Yakin sesuatu mengerikan terjadi pada Scarlet, Gini menjauh dari
pisau, dan mencari kepastian bahwa semua baik-baik saya kepada
suaminya.Di rumah, satu hari setelah operasi, Gini tak bisa menyingkirkan
perasaan buruk tentang Scarlet. Ibu alami ketakutan irasional, yang dia
sendiri penyebab musibah tersebut. “Jika saya membawa Scarlet, saya yakin
akan menjatuhkannya,” kata Gini. “Ada gambaran, saya menarik selimut
dan mencekiknya."
Gini memiliki gangguan obsesif kompulsif (OCD). Kecemasan ekstrem
sebagai akibat dari pikiran yang tidak diinginkan. Gini memiliki dorongan
irasional untuk melawan ketakutan adanya musibah yang dialami putrinya
scarlet dengan ritual yaitu dengan memastikan keselamatan putrinya scarlet
secara berulang kepada suaminya dan menghindari pisau karena ketakutan

12
dirinya akan melukai putrinya. OCD yang umum terjadi setelah melahirkan,
dikenal sebagai postnatal atau postpartum OCD.
3.2 Pembahasan
Gini wilden didiagnosa memiliki gangguan Obsesif kompulsif disorder
(OCD) postnatal karena gini memiliki gejala berupa Checkers atau
memastikan keselamatan putrinya. Gini Wilden memiliki kecemasan
ekstrem sebagai akibat dari pikiran yang tidak diinginkan. Gini memiliki
dorongan irasional untuk melawan ketakutan adanya musibah yang dialami
putrinya scarlet dengan ritual yaitu dengan memastikan keselamatan
putrinya scarlet secara berulang kepada suaminya dan menghindari pisau
karena ketakutan dirinya akan melukai putrinya. Obsessive Compulsive
Disorder yang dialami oleh gini wilden dialami setelah ia melahirkan yang
merupakan indikasi jenis Obsessive Compulsive Disorder postnatal.
Gini Wilden mengalami Obsessive Compulsive Disorder Checking,
penderita Obsessive Compulsive Disorder jenis ini memiliki ketakutan
irasional yang membuat mereka terobsesi untuk memeriksa sehingga
penderita Obsessive Compulsive Disorder checker mengantisipasi
terjadinya kecelakaan di bayangannya tersebut dengan memeriksa berulang-
ulang. Dalam hal ini Gini Wilden memiliki ketakutan akan terancamnya
keselamatan putrinya sehingga Gini Wilden selalu menanyakan
keselamatan putrinya dan menghindari pisau karena pikiran takut Gini
Wilden akan mencelakai putrinya.
Obsessive Compulsive Disorder checking yang dialami oleh Gini Wilden
disebabkan karena pengalaman masa lalu dia setelah melahirkan dan harus
berpisah beberapa saat terlebih dahulu dengan putrinya yang menimbulkan
ketakutan pada dirinya akan berpisah lama dengan putrinya.
Dalam hal ini perawat dapat memberikan bantuan dengan beberapa tahap
diantaranya:
1) Membantu Gini Wilden dalam memperoleh kembali kontrol dalam
hidupnya.
2) Mengatur pengobatan.

13
3) Menilai dan memantau keadaan mental Gini Wilden.
4) Menilai dan mengurangi faktor resiko yang mungkin dihadapi klien.
5) Memberikan asuhan keperawatan.
Dalam mengatasi masalah yang dialamioleh gini wilden perawat
menggunakan beberapa langkah. Langkah langkah pemecahan masalah
yang dapat dilakukann untuk mengatasi OCD yang dialami oleh Gini
Wilden diantaranya:
1. Membuat gini wilden merasa nyaman dengan perawat sehingga
hubungan konselor dan konseli dapat terbentuk untuk melakukan
komunikasi dan menunjang proses konsleing.
2. Gini wilden diminta untuk menceritakan apa yang dirasakan, bagaimana
gini wilde menjalani kesehariannya.
3. Dapatkan diagnosa. Dignosa didapatkan dari kesimpulan wawancara
yang telah dilakukan atau apa yang telah gini wilde ceritakan.
4. Konselor harus memahami pemicu yang dapat mengaktifkan silkus
OCD. Konseli dapat diminta untuk menuliskan apa yang memicu gejala
OCD yang dialami dalam satu minggu.
5. Perawat sebaai konselor juga bisa memberikan intruksi pada Gini
Wilden untuk menuliskan urutan rasa takut yang dialami.
6. Sesi terapi pada gini wilden Perawat sebagai konselor akan mengekspos
gini wilde pada hal-hal yang ditakuti atau membuat terobsesi dan
kemudian membantu gini wilde menemukan cara yang sehat untuk
mengatasi kecemasan tersebut.
7. Hal pertama dalam terpai ini adalah membuat gini wilden melawan
penafsiran tentang rasa takut yang dialmi. Konselor bis amnegajukan
beberapa pertanyaan untuk membuktikan bahwa pikiran yang dimiliki
gini wilden mengenai ketakutannya salah, diantaranya:
1) Bukti apa yang benar-benar kumiliki untuk mendukung dan
melawan penafsiran ini?
2) Apa keuntungan dan kerugian pikiran seperti ini?
3) Apakah aku salah menganggap pikiranku ini sebagai fakta?

14
4) Apakah penafsiranku tentang situasi ini akurat atau realistis?
5) Apakah aku 100% yakin pikiran ini akan menjadi kenyataan?
6) Apakah aku memandang kemungkinan sebagai kepastian mutlak?
7) Apakah prediksiku tentang apa yang akan terjadi hanya didasarkan
pada perasaan?
8) Apakah temanku setuju bahwa skenario dalam kepalaku ini akan
terjadi?
9) Apakah ada cara yang lebih rasional untuk memandang situasi ini?
8. Lalu konselor meminta Gini Wilden untuk mempelajari metode berpikir
realistis dengan cara meyakinkan bahwa sekenario terburuk yang
kemungkinan akan terjadi sangat jarang terjadi, dan konselor juga dapat
meminta konseli untuk mnegatakan hal serupa untuk menenagkan
dirinya ketika kecemasan melanda.
9. Konselor bisa mengintruksikan gini wilden untuk menanyakan kepada
keluarganya tentang kebiasaan mereka menanyakan keadaan anaknya.
Sehingga memungkinkan hal tersebut akan dicontoh oleh Gini Wilden.
10. Jika melawan kompulasi sepenuhnya ternyata sangat sulit, konselor
dapat meminta gini wilden untuk menunda alih-alih tidak melakukannya
sama sekali. Misalnya jika merasakan ketakutan atau kecemasan
tunggulan 5 menit sebelum menanyakan keadaan anaknya pada
suaminya. Memperlama penundaan secara bertahap pada akhirnya akan
membantu gini wilden untuk meninggalkan tindakan itu sepenuhnya.
11. Karena OCD adalah tipe gangguan kecemasan, stres dapat memicu
gejala sehingga OCD semakin sulit ditangani dan diatasi. Gaya hidup
yang dapat menjauhkan stres dan kekhawatiran berlebih kemungkinan
juga akan dapat meringankan gejala OCD. Oleh karen aitu konselor
dapat menyarankan konseli untuk menyantap makanan kaya asam lemak
omega 3 yang bis amembantu mennagani kecemasan, batasi makanan
atau minuman mengandung kafein yang dapat menekan produksi serotin
di otak dan usahakan untuk berolahraga secara teratur.

15
12. Setelah sesi terapi selesai perawat sebagai konselor akan membicarakan
dengan dokter untuk memberikan obat yang tepat untuk gini wilden

16
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Proses konseling yang dapat dilakukan perawat dalam mengatasi OCD
dengan membantu klien dalam memperoleh kembali kontrol dalam
hidupnya. Perawat juga dapat berkolaborasi dengan psikiater serta farmasi
untuk memberikan dan mengatur pengobatan untuk klien yang menderita
penyakit OCD. Serta menilai dan memantau keadaan mental klien setelah
menjalani proses konseling. Menganalisis dan mengurangi faktor risiko
yang mungkin dihadapi klien baik sebelum dan sesudah menjalani proses
konseling. Perawat juga tidak lupa untuk memberikan asuhan keperawatan
yang maksimal kepada klien agar dapat mempercepat proses penyembuhan
dengan bantuan keluarga pasien juga.
4.2 Saran
Saran dari kami terkait pemberian konseling yang dilakukan oleh
perawat. Seorang perawat dapat memberikan konseling kepada calon ibu
terkait dengan kondisi fisik maupun psikologis calon ibu untuk mencegah
hal yang tidak diinginkan terjadi pada ibu ataupun buah hati setelah
melahirkan. konseling pada calon ibu juga bisa dilakukan untuk
mempersiapkan calon ibu menjadi seorang ibu yang seutuhnya dan
mempersingkat waktu adaptasi menjadi seorang ibu.
Perawat juga bisa memberikan konseling kepada ibu yang baru saja
melahirkan. konseling ini berkaitan dengan proses adaptasi dan penerimaan
ibu terhadap keadaan baru menjadi seorang ibu. tidak jarang seorang ibu
yang baru melahirkan mengalami baby blues yang pasti akan berdampak
bagi ibu juga sang buah hati.
Perawat juga bisa memberikan konseling pada calon ayah agar
mendampingi dan hadir penuh dalam proses ibu merawat buah hati untuk
mengurangi tingkat stres ibu dan memberikan perawatan yang optimal pada
buah hati.

17
Pemberian konseling oleh perawat juga bisa dilakukan kepada keluarga
pengidap OCD untuk mendukung proses kesembuhan penderita OCD
dengan mensupport dan berperan aktif dalam proses terapi yang melibatkan
keluarga.

18
DAFTAR PUSTAKA

A., N., & A, M. (2011). Dasar – dasar keperawatan jiwa.


Association, A. P. (2013). Diagnostic And Statistical Manual of Mental Disorder
Edition “DSM-5”. Washington DC: American Psychiatric Publishing.
Davidson, & Neale. (2011). Psikologi Abnormal. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Dwisaptani, R., Hartanti, H., & Nanik, N. (2011). Dinamika Penderita Gangguan
Obsesif Kompulsif Kebersihan. Jurnal Ilmiah Sosial dan Humaniora, 7-24.
Erlinafisah. (2016). Model Perawat Dalam Praktik Keperawatan Jiwa.
Joseph, N. (2021, Juni 29). 4 Gejala yang Dialami Penderita OCD. Retrieved from
Hello sehat: https://hellosehat.com/mental/mental-lainnya/gejala-ocd-
obsesif-kompulsif/
Kusumawati, & Hartono. (2011). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta.
Nevid, & Greene. (2003). Psikologi Abnormal. Jakarta: Airlangga.
Novedica. (2010). Retrieved from Obsessive Compulsive Disorder:
http://noel4.student.umm.ac.id/2010/09/23/obsessive-compulsive-disorder-
ocd/
Stuart, G. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Jiwa Stuart Buku 2. Edisi
Indonesia, Elseiver, Singapore.
Sukma, V. R., Rukhyana, B., & Hapsari, P. W. (2021). Perilaku Obsessive
Compulsive Disorder Tokoh Utama Dalam Drama Kekkon Aite Wa Chusen
De Karya Miu Kakiya. IDEA: Jurnal Studi Jepang, 22-30.
UI, Humas FIK. (2016, November 25). Peran Perawat dalam Menangani Klien
Psikosis. Depok, Jawa Barat, Indonesia.
Windratie. (2015, Juni 25). Kisah Ibu Yang mengalami OCD Setelah Melahirkan
putrinya. Retrieved from CNN Indonesia:
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20150625092446-255-
62237/kisah-ibu-yang-mengalami-ocd-setelah-melahirkan-putrinya

19

Anda mungkin juga menyukai