Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/327349381

Pengaruh Madu terhadap Frekuensi Batuk dan Napas Serta Ronkhi pada Balita
Pneumonia

Article · August 2018


DOI: 10.32419/jppni.v2i1.82

CITATIONS READS

0 1,222

3 authors, including:

Diah Ayu Agustin Nani Nurhaeni


Akademi Keperawatan Bina Insan Jakarta University of Indonesia
5 PUBLICATIONS   0 CITATIONS    32 PUBLICATIONS   20 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Diah Ayu Agustin on 23 October 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PENGARUhI MADU TERHADAP FREKUENSI BATUK DAN NAPAS
SERTA RONKHI PADA BALITA PNEUMONIA
Diah Ayu Agustinrr, Nani Nurhaeni2, dan NurAgustini2
lAkademi Keperawatan Bina Insan Jakarta, Indonesia
2Program Studi Magister, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia,
Depok 1524,Indonesia
*) E- mail : di ahayu@akperbinainsan. ac.id

Dikirim: Agustus 2016, diterbitkan: Apnl20l7


'i

ABSTRAK
Balita pneumonia mengalami batuk, napas cepat, dan ronkhi. Madu memiliki efek antimikroba dan antibodi yang dapat
menghambat pertumbuhan agen mikoba penyebab pneumonia. Tujuan penelitiaq: mengetahui pengaruh pemberian madu
terhadap frekuensi batuk, frekuensi napas, dan ronkhi balita pneumonia. Metode: Desain penel itian quasi-experimental:
pre-test-post-test, non-equivalent control group. Itmilah sampel 34 balita berdasarkan rumus besar sampel kategorik
berpasangan. Kelompok intervensi sejumlah 17 orang, diberikan madu murni 2,5 cc 30 menit sehelum anak tidur malam
(+ pukul 18.00) selama 3 hari. Kelompok kontrol sejumlah 17 orang diberikan airputih 2,5 cc30 menit sebelum anaktidur
malam (+ pukul 18.00) selama 3 hari. Pengukuran hasil penelitian dilakukan pada hari pertama sebelum perlakuan dan hari
keempat setelah perlakuan. Instrumen yang digunakan ialah timer, stetoskpp, lembar observasi, dan kuesioner. Analisis
data bivariat berpasangan menggunakan marginol homogenity, pair t test, dan Mc Nemar. Analisis data bivariat tidak
berpasangan menggunakan Kolmogorov Smimov, Fisher exact, dan independent t test.Hasilz Hasil penelitian menemukan
adanya pengaruh yang bermakna pada pemberian madu terhadap frekuensi batuk (p:0,001), frekuensi napas (p:0,0001),
dan ronkhi b:0,012) antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Kesimpulan: Rekomendasi penelitian ialah perlu
menerapkan pemberian madu pada balita pneumonia untuk menurunkan batuk, frekuensi napas, dan ronkhi.
Kata Kunci: balita pneumonia, frekuensi batuh frekuensi napas, madu, ronkhi.

EFFECT OF HONEY OTV FREQUENCY OF COUGH, RESP'RAI'ON AND RHONCHI IN UNDER.


FIVE CHILDRE'V WITH PNEUMONIA
ABSTRACT
Under-five children with pneumonia acperience cough, rapid breathing, and rhonchi. Honey has antimicrobial and antibody
effects which can inhibit the growth of pneumonia-causing microbial agents. Objective: To identify the effect of honey on
frequency of cough, respiration, and rhonchi in under-fwe children with pneumonia. Methods: This study employed quasi-
experimental research with pretest-posttest, non-equivalent control group. The numbter of samples of 34 under-fwe children
based on theformula of categorical paired samples. The intervention group numbering 17 people was given 2.5 cc of pure
honey30minutesbeforethechildsleptatnight(+06:00pm)for3days.The controlgroupnumberinglTpeoplewasgiven
2.5 cc ofwater 30minutes beforethechildslept atnight (t06:00pm)for 3 days. The studyresultsweremeasuredonthefirst
day before treatment and the fourth day afier treatment. The instruments used were time4. stethoscope, observatian sheet,
and questionnaire. Paired bivariate datawere analyzed using marginal homogeneity, pair t test, and Mc Nemar Unpaired
bivariate data were analyzed of using Kolmogorov-Smirnov, Fisherb exact, and independent t-test. Results: The study
resultsfound a signfficant effect of givinghoney onfrequency of cough (p=0.001),frequency of respiration (p:0.0001),
and rhorbhi (p:0.012) between the control group and the intentention group. Conclusion: This study recommends to give
honey to under-five children with pneumonia to decrease cough, frequency of respiration, and rhonchi;
Keywords: under-five children with pneumonia, frequency of cough, frequency of respiration, honey, rhonchi.
Pengaruh Madu terhadap Frekuensi Batuk dan Napas seda Ronkhi

LATAR BELAKANG Zat yang terkandung dalam madu bersifat


Pneumonia masih menjadi satu dari lima antiinflamasi, antibakteri, dan antioksidan
penyebab kematian balita di dunia dengan serta antibodi (Manyi-Loh, Clarke, & Ndip,
jumlah 1 juta pada tahun 2013 (WHO, 2011; Bagde et al., 2013; Eteraf-Oskouei &
2014). Angka kematian pneumonia balita Najafi, 2013; Alvarez-Suatez, et a1.,2014;
di lndonesia 15,5o/o, dan insiden tertinggi Vallianou, Gounari, Skourtis, dan Panagos
pneumonia balita terjadi pada umur 12-23 et a|.,2014). Bakteri penyebab pneumonia
bulan (21,7oloo) (Kemenkes Rl, 201 3). yang ditemukan sensitif terhadap madu
'Penatalaksanaan pneumonia menggu- antara lain Haemophilus influenza, Kebsiella
nakan manajemen terpadu balita sakit pneu monia, dan Streptococcus pneuomon ia
(MTBS) dengan pemberian antibiotik dan (Ajibola, Chamunorwa, & Eelwanger, 2012).
oksigen yang sesuai. Selain antibiotik, Tujuan penelitian ini ialah menganalisis
diberikan antipiretik, pelega tenggorokan, pengaruh madu terhadap frekuensi batuk,
dan pereda batuk yang aman, yaitu madu frekuensi napas, dan ronkhi pada balita
dan air jeruk nipis untuk anak diatas 1 tahun. pneumonia. Penelitian dilakukan di rumah
Pemberian semua jenis obatbatukyang dijual sakit yang'ada di Jakarta. Pemilihan rumah
bebas tidak dianjurkan karena mengandung sakit tersebut berdasarkan studi pendah ul uan,
atropin, codein dan derivatnya atau alkohol, antara lain pneumonia termasuk dalam 10
serta obat dekongestan oral dan nasal (Allen- besar penyakit dan jumlah pasien balita yang
Patricia, 2007; Depkes RI,2008). dirawat dengan pneumonia selama periode
Balita pneumonia mengalami gejala Januari-Desember tahun 2014 sebanyak
batuk, napas cepat, dan ronkhi (Sazawal, 151 anak. Terapi yang sudah diberikan
Black, & Pneumonia Case Management pada pasien balita pneumonia di rumah
Trials Group, 2003; Nascimento-Carvalho sakit tersebut ialah terapi antibiotik, inhalasi,
dan Benguigui, 2OO4; Shamo'on et al., fisioterapi dada, diet, dan obat batuk. Madu
2004; Cevey et a1.,2009; Chisti et a1.,2009, belum digunakan sebagai obat batuk. Obat
Al-Najjar, Al-Rabaty, & Al-Hatam, 2013). batuk tersebut mengandung bahan kimia
Alternatif tindakan untuk mengatasi gejala yang memiliki efek samping bagi anak.
tersebut adalah pemberian madu. Madu Berdasarkan uraian tersebut, peneliti
merupakan obat pelega tenggorokan dan tertarik menggunakan madu sebagai
pereda batuk dengan bahan yang aman alternatif obat batuk karena bersifat alami
diberikan untuk balita pneumonia diatas usia tidak mengandung bahan kimia sehingga
1 tahun (Depkes R|,2008). aman bagi anak. Penggunaan madu murni
Madu lebih dipilih orangtua karena lebih pada penelitian ini didasari oleh penelitian
efektif dan aman untuk meredakan batuk sebelumnya yang membuktikan bahwa
pada malam hari dan kesulitan tidur anak pemberian madu murni lebih aman dan
yang mengalami infeksi saluran napas efektif daripada obat-obatan ataupun tanpa
atas daripada obat-obatan ataupun tanpa treatment (Paul, et al., 2OO7, Shadkam,
treatment (Shadkam, Mozaffari-Khosravi, Mozaffari-Khosravi, & Mozayan, 201 0; Evans,
& Mozayan,2010; Evans, Tuleu, & Sutcliffe, Tuleu, & Sutcliffe, 2010; Kumar et a|.,2010:
2010; Kumar, et a|.,2010; Paul, 2012; Paul, 2012; Oduwule et al.,2012; Ashkin 6
Odrhryule et a\.,2012; Ashkin & Mounsay, Mounsay, 2013).
2013).

4
JP PN I Vol. 02/No. 0 /Ap ri l-J uli/20 1 7
1

METODE Uji normalitas menggunakan Saphiro-Wilk


Desain penelitian menggunakan guasi menunjukkan beberapa variabel terdistribusi
experimental: pre-test-posf-fesf, non- normal, hanya frekuensi napas sebelum
equivalent control group. Jumlah sampel 34 perlakuan pada kelompok kontrol (p=0,048),
balita (17 intervensi, 17 kontrol). Menurut dan frekuensi napas setelah perlakuan pada
rumus besar sampel kategorik berpasangan, kelompok intervensi (p=0,011) yang tidak
sampel masing-masing kelompok pada terdistribusi normal.
penelitian ini minimal 13 responden. Jumlah Hasil uji homogenitas menggunakan
responden melebihi jumlah sampel minimal. Levene's fesf menunjukkan keseluruhan
tza + EF')z" variabel karakteristik balita dan variabel
TLV: TLV : terikat homogen (p>0,05) yaitu usia balita
(& - PaJz
(p=0,260); jenis kelamin (p=0,167); status
=(1.9G+ 1.282F0.3 gizi (p=1,0); riwayat ASI eksklusif (p=0,1 58);
(0,50)2 dan status imunisasi (p=6,660), frekuensi
= 12,61dibulatkan menjadi 13 batuk (p=0,954); frekuensi napas (p=0,061);
Kriteria inklusi responden yaitu balita ronkhi (P=0,175).
yang sedang dirawat inap, usia 1- <5 tahun, Analisis bivariat dilakukan sesuai tujuan
didiagnosis pneumonia/bronkopneumonia, dan hipotesis penelitian. Analisis bivariat
memperoleh terapiantibiotik, dan lama rawat penelitian ini yang terdiri atas analisis bivariat
minimal 5 hari. Kriteria eksklusi adalah balita 2 kelompok berpasangan dan 2 kelompok
dengan pneumonia berat disertai komplikasi tidak berpasangan menggunakan statistik
yang membutuhkan perawatan intensif. nonparametrik dan parametrik.
Penelitian ini telah mendapat persetujuan Data variabel kategorik frekuensi batuk
dari Lembaga Kajian Etik Fakultas llmu terdiri atas 4 kategori maka dianalisis
Keperawatan Universitas lndonesia. bivariat berpasangan menggunakan statistik
Data kelompok intervensi diambil terlebih nonparametrik marginal homogenity. Data
dahulu pada dua minggu pertama. Setelah variabel nume rik frekuensi napas berd istribusi
jumlah sampel kelompok intervensi terpenuhi, normal maka analisis bivariat berpasangan
maka dilanjutkan dengan pengambilan data menggunakan menggunakan paired f-fesf.
kelompok kontrol. Pada haripertama sebelum Data variabel kategorik ronkhi terdiri atas 2
pemberian madu pada kelompok intervensi kategori maka d ia nal isis b ivariat berpasan gan
atau air putih pada kelompok kontrol menggunakan statistik nonparametrik Mc
dilakukan pre-test (t pukul 17.00). Setelah Nemar.
itu, kelompok intervensi diberikan madu Data variabel kategorik frekuensi batuk
murni sebanyak 2,5 cc 30 menit sebelum dianalisis bivariat tidak berpasangan antara
anak tidur malam (t pukul 18.00) selama 3 kelompok kontrol dan kelompok intervensi
hari, sedangkan kelompok kontrol diberikan menggunakan menggunakan Kolmogorov
air putih 2,5 cc 30 menit sebeidm anak tidur Smirnov karena tabel silang lebih dari 2x2
malam (t pukul 18.00). Pada hari keempat sel dan terdapat expected count <5 lebih
dilakukan posf-fesf (t
pukul 09.00) pada dari 2O% dan tidak mungkin melakukan
kelompok intervensi dan kelompok kontrol. penggabungan sel.
lnstrumgn pengumpul data meliputi timer, Data variabel frekuensi napas
stetoskop, lembar observasi, dan kuesioner. berdistribusi normal maka analisis bivariat
tidak berpasangan antara kelompok kontrol

46
Pengaruh Madu terhadap Frekuensi Batuk dan Napas seda Ronkhi

dan kelompok intervensi menggunakan dan kelompok intervensi menggunakan


menggunakan independent f-fesf. Data menggunakan Fisher exact fesf karena
variabel kategorik ronkhi dianalisis bivariat berasal dari tabel silang 2x2 sel dan terdapat
tidak berpasangan antara kelompok kontrol expectdd count <5 lebih dari20%.

Tabel 't selisih frekuensi batuk, frekuensi napas, dan ronkhisebelum dan setelah perlakuan pada kelompok
kontrol dan kelompok intervensi (n='t 7)
Kelompok Kontrol Kelompok lntervensi
Variabel
Hari ke-l Hari ke-4 Sebelum Setelah
Frekuensi Batuk
Tidak pernah 0 1(5,e%) 0 10 (58,8%)
Kadang-kadang 5 (29,4o/o) 4 (23,5o/o) 4 (23,5o/oo 7 (41,2%)
Sering B (47,1Vo) 10 (sB,B%) 6 (35,3%) 0
Sering sekali 4 (23,5o/o) 2 (11,goh) 7 (41,2o/o) 0
p value 0,083 0,0001
Frekuensi Napas
Mean 46,4 41,7 45,9 33,4
Standar Deviasi 3,6 4,1 2,9 3,5
Mean difference 4,7 12,4
cr 95% 3,9 - 5,5 11,2 - 13,7
t 13 21,4
p value 0,0001 0,0001
Ronkhi
Tidak ada ronkhi 5 (29,4o/o) 7 (41,2o/o 1 (5,9%) 15 (88,2%)
Ada ronkhi 12 (70,60/0) 10 (58,8%) 16 (94,1o/o) 2 (11,8%)
p value 0,500 0,0001

HASIL Hasil marginal homogenity test pada


Karakteristik balita pneumonia pada Tabel 1 untuk kelompok kontrol tidak
penelitian ini mayoritas berusia 12-23 bulan menunjukkan pengaruh bermakna pada
(38%), jenis kelamin laki-laki (55,9%), dan frekuensi batuk untuk pengukuran hari ke-1
status gizi normal (97,1%). Mayoritas balita dan ke-4 (p=0,083); sedangkan kelompok
mendapatkan ASI eksklusif (61,8%) dan intervensi menunjukkan pengaruh bermakna
balita yang mendapat imunisasi DPT dan (p=0,0001).
campak (70,60/o). Hasil paired f-fesf pada Tabel 1
Frekuensi batuk dan ronkhi sebelum dan menunjukkan adanya pengaruh bermakna
sesudah perlakuan pada kelompok kontrol pada frekuensi napas balita pneumonia pada
tidak menunjukkan pengaruh bermakna, kelompok kontrol maupun intervensi pada
frekuensi napas menunjukkan pengaruh pengukuran hari ke-1 dan ke-4 (p=9,0001;
bermakna (p=0,001). Variabel terikat pada p=0,0001), dapat dilihat pada Tabel 1.
kelompok intervensi secara keseluruhan Hasil uji Mc Nemar pada Tabel 1 untuk
variabel frekuensi batuk, frekuensi napas, kelompok kontrol tidak menunjukkan
dan ronkhi menunjukkan pengaruh yang pengaruh madu pada ronkhibalita pneumonia
bernlakna antara sebelum dan setelah pada pengukuran hari ke-1 dan hari ke-4
perlakuan (p=0,0001). (p=0,500). Namun, pada kelompok intervensi

47
J P P N I Vol. OAN o. 0 1 /April-J ul i/20 1 7

menunjukkan adanya pengaruh bermakna (p= 0,0001).


Tabel 2 Selisih frekuensibatuk, frekuensi napas, dan ronkhiantara kelompok kontroldan kelompok
intervensi setelah pengukuran (n=34)
Variabel Kelompok p value
Kontrol lntervensi
Frekuensi Batuk 0,0001
Tidak pernah 1 (5,e%) 10 (s8,8%)
Kadang-kadang 4 (23,s50 7 (41,2%)
Sering 10 (58,8%) 0
Sering sekali 2 (11,8o/o) 0
Frekuensi Napas 0,0001
Mean 41,7
Mean difference t 33,4
8,3
ct95% 5,6-10,9
t 3,4
Ronkhi 0,012
Tidak ada ronkhi 7 (41,2o/o) 15 (88,2%)
Ada ronkhi 10 (58,8%) 2 (11,8o/o)

Hasil pada Tabel 2 ASI ekslusif, kurangnya imunisasi, polusi


menunjukkan
pemberian madu berpengaruh pada frekuensi udara di luar rumah maupun dalam rumah
batuk melalui uji Kolmogorov Smirnov, akibat penggunaan bahan bakar kayu untuk
frekuensi napas menggunakan independent memasak, tinggal satu atap dengan jumlah
f-fesf, dan ronkhidengan ujiFisher exacf baik anggota keluarga yang terlalu banyak
pada kelompok kontrol maupun intervensi dan" orangtua'merokok serta kurangnya
(p=0,0001 ; p=0,0001; p=0,004). lntervensi pendidikan ibu (Nurhaeni, Moralejo, &
pemberian madu pada balita pneurnonia Webber, 2007; Rudan et a|.,2008; Hartati,
berpengaruh terhadap penurunan frekuensi Nurhaeni, & Gayatri, 2012).
batuk dan frekuensi napas, serta meniadakan Perbedaan hasil penelitian ini dapat
ronkhi. disebabkan karena perilaku hidup bersih
dan sehat, kepadatan penduduk serta
DISKUSI tingginya tingkat polusi udara di Jakarta
Analisis univariat menunjukkan bahwa yang berasal dari asap kendaraan bermotor
balita pneumonia mayoritas berusia 12-23 dan pabrik industri, jumlah responden, dan
bulan, berjenis kelamin laki-laki, status gizi desain penelitian yang berbeda. Desain yang
normal. Mayoritas balita mendapatkan ASI menggunakan eksperirnen acak terkontrol
eksklusif dan mendapatkan irnunisasi DPT atau randomized controlled frial/RCT akan
dan campak. menghasilkan data yang lebih akurat.
Karakteristik status gizi, riwayat ASI Hasil analisis bivariat menunjukkan
eksklusif, dan status imunisasi penelitian bahwa intervensi pemberian madu pada
ini berbeda dari penelitian lain yang balita pneumonia berpengaruh terhadap
menje{askan bahwa faktor risiko pneumonia penurunan frekuensi batuk. Penelitian ini
balita adalah menurunnya daya tahan tubuh senada.dengan beberapa penelitian yang
pada anak dengan gizi buruk, tidak mendapat membuktikan bahwa efek madu dapat

48
Pengarutt Madu terhadap Frekuensi Batuk dan Napas serfa Ronkhi

menurukan skor frekuensi batuk anak yang pemberian madu dilakukan untuk mengatasi
mengalami infeksi saluran pernapasan dan masalah bersihan jalan napas tidak efektif
penurunan skor frekuensi batuk anak lebih dan memenuhi kebutuhan oksigen yang
tinggi pada kelompok yang diberikan madu bertujuan untuk mempertahankan wholeness
daripada kelompok kontrol. (Warren et al., (keutuhan) dan mendukung adaptasi.
2007; Paulef a\.,2007i Cohen etal.,2012). Pemenuhan kebutuhan oksigen termasuk
Madu dapat meredakan batuk karena tindakan mencapai konservasi energi.
mempunyai efek menenangkan. Rasa manis Selain itu, tercapai pula konservasi integritas
madu menyebabkan refleks pengeluaran struktural karena terjadi pemulihan struktur
air liur meningkatkan sekresi lendir jalan parenkim paru yang mengalami inflamasi
napas dengan melumasi jalan napas dan sehingga dampak proses hospitalisasi dapat
menyingkirkan pemicu ya-ng menyebabkan diminimalkan. Anak menjadi Iebih nyaman
keringnya jalan napas pada batuk noproduktif dan stres orang tua berkurang, akhirnya
(Eccles, 2006; Bogdanov, 2O14). dapat tercapai konservasi nteg ritas pe rsona I
i

Pemberian madu pada balita pneumonia dan konservasi integritas sosial (Alligood,
juga berpengaruh terhadap penurunan 2010).
frekuensi napas cepat. Madu memiliki banyak Penurunan frekuensi batuk, frekuensi
khasiat antara lain antimikroba, antiinflamasi, napas, dan menghilangnya ronkhi yang
dan antibodi (Manyi-Loh, Clarke, & Ndip, signifikan dapat mengurangi lama rawat anak
2011; Bagde et al., 2013; Eteraf-Oskouei & sehingga lebih efektif dan efesien dari segi
Najafi, 2013; Alvarez-Suarez et al., 2014). ekonomi. Pemberian madu dapat memberikan
Efek antimikroba, antiinflamasi, dan antibodi kontribusi pada intervensi keperawatan
madu dapat menghambat pertumbuhan balita pneumonia, dan melandasi evidence
agen mikroba penyebab peradangan paru based nursing practice untuk menetapkan
sehingga ventilasi kembali normal dan kebijakan pemberian madu sebagai salah
frekuensi napas cepat dapat diturunkan. satu standar perawatan balita pneumonia.
Pemberian madu pada balita pneumonia Hasil penelitian menginspirasi institusi
berpengaruh terhadap ronkhi. Madu pendidikan keperawatan untuk men ingkatkan
dapat menghilangkan ronkhi karena efek kurikulum pemberian madu sebagai terapi
antimikroba dan antiinflamasi madu dapat komplementer/alternatif. Keterbatasan
menghambat perluasan radang paru yang penelitian ini data penelitian diambil pada
mengakibatkan produksi mukus berkurang satu rumah sakit saja.
dan kemudian menghilang sehingga pada
saat auskultasi tidak terdengar ronkhi (Manyi- SIMPULAN
Loh, Clarke, & Ndip, 2011; Bagde et a1.,2013; Pemberian madu berpengaruh terhadap
Eteraf-Oskouei & Najafi, 2013; Alvarez- frekuensi batuk, frekuensi napas, dan ronkhi
Suarez et a1.,2014). balita pneumonia. Rekomendasi hasil
Gejala batuk, frekuensi napas, dan bunyi penelitian ini adalah diharapkan institusi
ronki pada balita pneumonia saat pengkajian pelayanan mempertimbangkan intervensi
merupakan respons organismik terhadap pemberian madu sebagai suatu kebijakan
ancaman internal akibat invasi mikroorganisme dalam memberikan asuhan keperawatan
penyebab pneumonia. Masalah keperawatan pada anak dengan masalah pernapasan.
yang ada ialah bersihan jalan napas tidak I nstitusi pendid ka n keperawatan da n nstitu s i
i i

efektif dan pola napas tidak efektif. lntervensi pelayanan dapat bekerja sama dalam

49.
JPP N I Vol. 02/No. 01 /Apil-Juli/20 1 7

mengembangkan penelitian yang bersifat /9HoneyMed icineReview. pdf.


inovasi terkait intervensi pemberian madu. Cevey.Macherel, M., Galetto,Lacour, A.,
Penelitian selanjutnya tentang pengaruh Gervaix, A., Siegrist, C. A., Bille, J.,
madu terhadap frekuensi batuk, frekuensi Bescher-Ninet, 8., Kaiser, L., Krahenbuhl,
napas dan ronkhi balita dengan pneumonia J. D., Gehri, M. (2009). Etiology of
dengan desain RCT, serta penelitian analisis Community-acquired pneumonia in
faktor yang mempengaruhi frekuensi batuk, hospitalized children based on WHO
frekuensi napas, dan ronkhi balita pneumonia. clinical guidelines. European Journal of
Pediatrics, 1 68(12): 1 429*1 436.
DAFTAR PUSTAKA Chisti, M. J., Hug, S., Das, S. K., Malek, M.
Ajibola, A., Chamunorwa, J.P., & Eelwangel A., Ahmed, T., Farugue, A. S., Salam, M.
K. H. (2012\. Nutraceutical values of A. (2008). Predictors of severe illness in
natural honey and its cbntribution to children under age five with concomitant
human health and wealth. Nutrition & infection with pneumonia and diarrhea at
Metabolism, 9(61): 1-12. a large hospital in Dhaka, Bangladesh.
Allen-Patricia, L. J. (2007). Managing acute Soufheast Asian J Trop Med Public
cough in children: Evidence base Health, 39(4), 7 19-727 .
guidelines. Pediatric Nursing, 33(6): Cohen, H. A., Rozen, J., Kristal, H., Laks,
515-524. Y., Berkovitch, M., Uziel, Y., Kozer, E.,
Alligood, M. R. (2010). Nursing theory: Pomeranz, A., Efrat, H. (2012). Effect
Utilization & application (4th Edition). of honey on nocturnal cough and sleep
Philadephia: Mosby. quality: A double-blind, randomized,
Al-Najjar, S. A., Al-Rabaty, A., & Al-Hatam, placebo-controlled study. Pediatrics,
l. (2013). Analysis of chest X-Ray 130(3): 465-471.
and clinical finding in children with Depkes R. l. (2008). Buku bagan manajemen
pneumonia. Zanco Journal of Medical terpadu balita sakit (MTBS). Jakarta:
Sciences, 17(2):24. Bakti Husada.
Alvarez, J., Gasparrini, M., Forbes- Eccles, R. (2006). Mechanisms of the
Herndndez,T., Mazzoni, L., Giampieri, F. placebo effect of sweet cough syrups.
(2014). The composition and biological Respir Physiol & Neurobiol, 152(3):
activity of honey: A focus on manuka 340-348.
honey. Foods, 3(3): 420432. Eteraf-Oskouei, T., & Najafi, M. (2013).
Ashkin, E. & Mounsey, A. (2013). Aspoonful Traditional and modern uses of natural
of honey helps a coughing child sleep. honey in human diseases: Areview. Iran
The Journal of Family Practice, 62(3): J Basrc Med Sci,76(6): 731-742.
145-147. 'Evans. H., Tuleu. C., & Sutcliffe,A. (2010). Is
Bagde, A. 8., Sawant, R. S., Bingare, S. D., honey a wel!-evidenced alternative over-
Sawai, R. V., & Nikumbh, M. B. (2013). the-counter cough medicines?. J Royal
Therapeutic and nutritional values of Soc Med, 103(5): 164-165.
honey [Madhu]. lnternational Research Hartati, S., Nurhaeni, N., & Gayatri, D. (2012).
Jou rn al of Ph arm acy, 4{3): 19-22. Faktor risiko terjadinya pneumonia
Bogdaqov, S. (2014). Honey in medicine: A pada anak balita. Jurnal Keperawatan
review. Retrieved from http'.//www.bee- lndonesia, 1 5{1): 1 3-20.
hexag on. net/fi les/fi le/fi leE/Health Honey Kementerian Kesehatan R. l. (2013). Risef

50
Pengaruh Madu terhadap Frekuensi Batuk dan Napas serfa Ronkhi

kesehatan dasar nasional. Jakarta: pneumonia. Bull World Health Organ,


Badan Penelitian dan Pengembangan 86(5): 408-416.
Kesehatan. Sazawal, S., Black, R., Pneumonia Case
Kumar, R., Lorenc, A., Robinson, N., & Management Trials Group. (2003).
Blair, M. (2011). Parents'and primary Effect of pneumonia case management
healthcare practitioners' perspectives on on mortality in neonates, infants, and
the safety of honey and other traditional preschool children: A meta analysis of
paediatric healthcare approaches. Child: community base trials. Lancet lnfect Dis,
Care, Health and Development, 3(5): 3(9):547-556.
734-743. Shadkam, M. N., Mozaffari-Khosravi, H., &
Manyi-loh, C. E., Clarke, A. M., dan Ndip, Mozayan, M. R. (2010). Acomparison
R. N. (2011). An ovqrview of honey: of the effectof honey, dextromethorphan,
therapeutic properties and contribution and diphenhydramine on nightly cough
in nutrition and human health. African and sleep quality in children and their
Journal .of Microbiotogy Research, 5(B): parents. J Altern and Complement Med,
844-852. 16(7):787-793.
Nascimento-carvalho, C. M. & Benguigui, Shamo'on, H., Hawamdah, A., Haddadin,
Y. 2004. Evaluation of the degree of R., & Jmeian, S. (2004). Detection of
tachypnea for hospitalizing children pneumonia among children under six
with pneumonia. lndian Pediatr, a1Q): years by clinical. Easf Mediterr Health
175-179. J, 10,482487.
Nurhaeni, N., Moralejo, D., & Webber, K. Vallianou, N. G., Gounari, P., Skourtis, A.,
(2007). ldentification of modifiable risk Panagos, J., Kazazis, C. (2014). Honey
factors for acute respiratory infection in and its anti-inflammatory, anti-bacterial
lndonesian children under 5 years of and anti-oxidant properties. Gen Med,
age. Can J of Nurs Res, 39(3): 199-201. 2:132
Oduwole, O., Meremikwu, M. M., Oyo-lta,A., Warren, M. D., Pont, S. J., Barkin, S. L.,
& Udoh, E. E. (2012). Honey for acute Callahan, S. T., Caples, T. L., Carroll,
in
cough children (review). Cohcrane K. N., Plemmons, G. S., Swan, R. R.,
Database Syst Rev, 3, CD007094. Cooper, W. O. (2007). The effect of honey
Paul, l. M. (2012). Therapeutic options for on nocturnal cough and sleep quality for
acute cough due to upper respiratory children and their parents. Arch Pediatr &
infections in children. Lung, 190(1):41- Adolesc Med, 1 61 (12): 1149-1 1 53.
44. World Health Organization. (2014). Revised
Paul, l. M., Beiler, J., McMonagle, A., Shaffer, WHO classification and treatment of
M. L., Duda, L., Berlin, C. M. Jr. (2007). childhood pneumonia at health facilities-
Effect of honey, dextromethorphan, and evidence summaries. Retrieved
no treatment on nocturnal cough and from http://www.who. int/matern a l*
sleep quality for coughing children and ch ild_ad olescent/docu ments/ch i ld -
their parents. Arch of Pediatr Adolesc pneumon ia-treatmenUen/.
Med, 1 61 (12\: 11 40-1146.
Ruddn, 1., Boschi-Pinto, C., Biloglav, 2.,
Mulholland, K., & Campbell, H. (2008).
Epidemiology and etiology of childhood

51

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai