Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN SEMINAR KASUS An.

M DENGAN HIDROSEFALUS DI
RUANG BEDAH (ANAK) RSUP MDJAMIL PADANG

OLEH :

NAMA : ANJELA NOVEREN

NIM : 21131115

SIKLUS : KDP

KELOMPOK : I2

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

TA 2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hydrocephalus telah dikenal sajak zaman Hipocrates, saat itu hydrocephalus dikenal
sebagai penyebab penyakit ayan. Di saat ini dengan teknologi yang semakin berkembang
maka mengakibatkan polusi didunia semakin meningkat pula yang pada akhirnya menjadi
factor penyebab suatu penyakit, yang mana kehamilan merupakan keadaan yang sangat
rentan terhadap penyakit yang dapat mempengaruhi janinnya, salah satunya adalah
Hydrocephalus. Saat ini secara umum insidennya dapat dilaporkan sebesar tiga kasus per
seribu kehamilan hidup menderita hydrocephalus. Dan hydrocephalus merupakan penyakit
yang sangat memerlukan pelayanan keperawatan yang khusus. Hydrocephalus itu sendiri
adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam ventrikel serebral, ruang subaracnoid, ruang
subdural (Suriadi dan Yuliani, 2010).
Hydrocephalus dapat terjadi pada semua umur tetapi paling banyak pada bayi yang

ditandai dengan membesarnya kepala melebihi ukuran normal. Meskipun banyak ditemukan

pada bayi dan anak, sebenarnya hydrosephalus juga biasa terjadi pada oaran dewasa, hanya

saja pada bayi gejala klinisnya tampak lebih jelas sehingga lebih mudah dideteksi dan

diagnosis. Hal ini dikarenakan pada bayi ubun- ubunnya masih terbuka, sehingga adanya

penumpukan cairan otak dapat dikompensasi dengan melebarnya tulang-tulang tengkorak.

Sedang pada orang dewasa tulang tengkorak tidak mampu lagi melebar. Hidrosefalus adalah

suatu penyakit dengan ciri-ciri pembesaran pada sefal atau kepala yang mengakibatkan

bertambahnya cairan serebrospinal (CSS) dengan atau karena tekanan intrakranial yang

meningkat sehingga terjadi pelebaran ruang tempat mengalirnya cairan serebrospinal (CSS)

(Ngastiah). Bila masalah ini tidak segera ditanggulangi dapat mengakibatkan kematian dan

dapat menurunkan angka kelahiran di suatu wilayah atau negara tertentu sehingga

pertumbuhan populasi di suatu daerah menjadi kecil. Menurut penelitian WHO untuk

wilayah ASEAN jumlah penderita Hidrosefalus di beberapa negara adalah sebagai berikut,

di Singapura pada anak 0-9 th : 0,5%, Malaysia: anak 5-12 th 15%, India: anak 2-4 th 4%,

di Indonesia berdasarkan penelitian dari Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Indonesia


terdapat 3%. Berdasarkan pencatatan dan pelaporan yang diperoleh dari catatan register dari

ruangan perawatan IKA 1 RSPAD Gatot Soebroto dari bulan oktober-desember tahun 2015

jumlah anak yang menderita dengan gangguan serebral berjumlah 159 anak dan yang

mengalami Hidrosefalus berjumlah 69 anak dengan persentase 43,39%.

Dari data yang didapat di ruang rawat inap Bedah Anak RSUP Mdjamil Padang

dengan jumlah pasien sebanyak 15 orang ditemukan kasus anak Hidrosefalus sebanyak 1

orang. Berdasarkan latar belakang itulah penulis tertarik untuk membuat Laporan Studi

Kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada By. Ny.M Dengan Hidrosefalus Di Ruang

Rawat Inap Bedah Anak RSUP Mdjamil Padang Tahun 2021”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari latar belakang diatas adalah “Bagaimana penerapan asuhan

keperawatan pada pasien dengan Hidrosefalus di ruang Bedah Anak RSUP Mdjamil Padang

2021”

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Menjelaskan konsep teoritis dan asuhan keperawatan pada anak dengan hidrosefalus di

di ruang Bedah Anak RSUP Mdjamil Padang 2021

2. Tujuan khusus

a) Menjelaskan pengertian hidrosefalus

b) Menjelaskan etiologi hidrosefalus

c) Menjelaskan anatomi fisiologi hidrosefalus

d) Menjelaskan patofisiologi hidrosefalus

e) Menjelaskan tanda dan gejala hidrosefalus

f) Menjelaskan pemeriksaan penunjang hidrosefalus

g) Menjelaskan penataklaksanaan hidrosefalus

h) Menjelaskan komplikasi hidrosefalus


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Definisi
Hidrosefalus adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam ventrikel serebral, ruang
subarachnoid atau ruang subdural (Suriadi dan Yuliani, 2001).
Hidrosefalus merupakan keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
serebro spinalis tanpa atau pernah dengan tekanan intracranial yang meninggi sehingga
terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan serebro spinal (Ngastiyah, 2007).
Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif pada
system ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan-jaringan serebral selama
produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat
berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan
terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya liquor (Mualim, 2010).

2. ETIOLOGI
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu tempat antara
tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang
subarackhnoid. akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya. Penyumbatan
aliran CSS sering terdapat pada bayi dan anak ialah:
1. Kongenital : disebabkan gangguan perkembangan janin dalam rahim,atau infeksi
intrauterine meliputi :
Stenosis aquaductus sylvi
- Spina bifida dan kranium bifida
- Syndrom Dandy-Walker
- Kista arakhnoid dan anomali pembuluh darah
2. Didapat : disebabkan oleh infeksi, neoplasma, atau perdarahan
- Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. secara patologis terlihat penebalan
jaringan piameter dan arakhnoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain. penyebab lain
infeksi adalah toksoplasmosis.
- Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS. pada
anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV / akuaduktus sylvii bagian
terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari cerebelum, penyumbatan bagian depan
ventrikel III disebabkan kraniofaringioma.
- Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis
leptomeningfen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjakdi
akibat organisasi dari darah itu sendiri.

3. ANATOMI FISIOLOGI

Ruangan cairan serebrospinal (CSS) terdiri dari sistem ventrikel, sisterna magna
pada dasar otak dan ruangan subaraknoid. Ruangan ini mulai terbentuk pada minggu kelima
masa embrio. Sistem ventrikel dan ruang subarachnoid dihubungkan melalui foramen
Magendidi median dan foramen Luschka di sebelah lateral ventrikel IV. Cairan
serebrospinalis dihasilkan oleh pleksus koroidalis diventrikel otak. Cairan inimengalir ke
foramen Monro ke ventrikel III, kemudianmelalui akuaduktus Sylvius ke ventrikel IV.
Cairan tersebut kemudian mengalir melalui foramen Magendi dan Luschka ke
sisternamagna dan rongga subarachnoid di bagian cranial maupun spinal. 6Sekitar 70%
cairan serebrospinal dihasilkan oleh pleksus koroidideus, dan sisanya di hasilkan oleh
pergerakan dari cairan transepidermal dari otak menuju sistem ventrikel. Bagi anak-anak
usia 4-13 tahun rata-rata volume cairan liqour adalah 90 ml dan 150 ml pada orang dewasa.
Tingkat pembentukan adalah sekitar 0,35ml /menit atau500 ml / hari. Sekitar 14% dari total
volumetersebutmengalami absorbsi setiap satujam.

4. PATOFISIOLOGI
Jika terdapat obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan subarachnoid,
ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut dan merobek
garis ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi
pita yang tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga
walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami gangguan.
Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan dapat juga selektif
tergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus emergency.
Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk mengakomodasi
peningkatan massa cranial. Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup
sehingga membatasi ekspansi masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan
ICP sebelum ventrikjel cerebral menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi dan
sirkulasi CSF pada hidrosephalus tidak komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim
ventrikel tiap 6 – 8 jam dan ketiadaan absorbsi total akan menyebabkan kematian.
Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma normal yang
pada didning rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika route kolateral cukup untuk
mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut maka akan terjadi keadaan kompensasi.

5. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis Hidrosefalus dibagi menjadi 2 yaitu : anak dibawah usia 2 tahun, dan anak
diatas usia 2 tahun.
1. Hidrosefalus dibawah usia 2 tahun
- Sebelum usia 2 tahun yang lebih menonjol adalah pembesaran kepala.
- Ubun-ubun besar melebar, terba tegang/menonjol dan tidak berdenyut.
- Dahi nampak melebar dan kulit kepala tipis, tegap mengkilap dengan pelebaran vena-
vena kulit kepala.
- Tulang tengkorak tipis dengan sutura masih terbuka lebar cracked pot sign yakni bunyi
seperti pot kembang yang retak pada perkusi.
- Perubahan pada mata.
a. Bola mata berotasi kebawah olek karena ada tekanan dan penipisan tulang supra
orbita. Sclera nampak diatas iris, sehingga iris seakan-akan seperti matahari yang akan
terbenam
b. Strabismus divergens
c. Nystagmus
d. Refleks pupil lambat
e. Atropi N II oleh karena kompensi ventrikel pada chiasma optikum
f.Papil edema jarang, mungkin oleh sutura yang masih terbuka.
2. Hydrochepalus pada anak diatas usia 2 tahun.
- Yang lebih menonjol disini ialah gejala-gejala peninggian tekanan intra kranial oleh
karena pada usia ini ubun-ubun sudah tertutup.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a) Pemeriksaan fisik:
1) Pengukuran lingkaran kepala secara berkala. Pengukuran ini penting untuk
melihat pembesaran kepala yang progresif atau lebih dari normal
2) Transiluminasi
b) Pemeriksaan darah:
Tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk hidrosefalus
Pemeriksaan cairan serebrospinal:
Analisa cairan serebrospinal pada hidrosefalus akibat perdarahan atau
meningitis untuk mengetahui kadar protein dan menyingkirkan kemungkinan ada
infeksi sisa
c) Pemeriksaan radiologi:
 X-foto kepala: tampak kranium yang membesar atau sutura yang melebar.
 USG kepala: dilakukan bila ubun-ubun besar belum menutup.
 CT Scan kepala: untuk mengetahui adanya pelebaran ventrikel dan sekaligus
mengevaluasi struktur-struktur intraserebral lainnya
7. KLASIFKASI
Jenis Hidrosefalus dapat diklasifikasikan menurut:
1. Waktu Pembentukan
a. Hidrosefalus Congenital, yaitu Hidrosefalus yang dialami sejak dalamkandungan dan
berlanjut setelah dilahirkan
b. Hidrosefalus Akuisita, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah bayidilahirkan atau
terjadi karena faktor lain setelah bayi dilahirkan (Harsono, 2006).
2. Proses Terbentuknya Hidrosefalus
a. Hidrosefalus Akut, yaitu Hidrosefalus yang tejadi secara mendadak yang diakibatkan
oleh gangguan absorbsi CSS (Cairan Serebrospinal)
b. Hidrosefalus Kronik, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah cairanCSS mengalami
obstruksi beberapa minggu (Anonim, 2007)
3. Sirkulasi Cairan Serebrospinal
a. Communicating, yaitu kondisi Hidrosefalus dimana CSS masih biaskeluar dari
ventrikel namun alirannya tersumbat setelah itu.
b. Non Communicating, yaitu kondis Hidrosefalus dimana sumbatanaliran CSS yang
terjadi disalah satu atau lebih jalur sempit yangmenghubungkan ventrikel-ventrikel otak
(Anonim, 2003).
4. Proses Penyakit
a. Acquired, yaitu Hidrosefalus yang disebabkan oleh infeksi yangmengenai otak dan
jaringan sekitarnya termasuk selaput pembungkusotak (meninges).
b. Ex-Vacuo, yaitu kerusakan otak yang disebabkan oleh stroke atau cederatraumatis yang
mungkin menyebabkan penyempitan jaringan otak atauathrophy (Anonim, 2003).

8. PENATALAKSANAAN
1. Pencegahan
Untuk mencegah timbulnya kelainan genetic perlu dilakukan penyuluhan genetic,
penerangan keluarga berencana serta menghindari perkawinan antar keluarga dekat. Proses
persalinan/kelahirandiusahakan dalam batas-batas fisiologik untuk menghindari trauma
kepala bayi. Tindakan pembedahan Caesar suatu saat lebih dipilih dari pada menanggung
resiko cedera kepala bayi sewaktu lahir.
2. Terapi Medikamentosa
Hidrosefalus dewngan progresivitas rendah dan tanpa obstruksi pada umumnya tidak
memerlukan tindakan operasi. Dapat diberi asetazolamid dengan dosis 25 – 50 mg/kg BB.
Pada keadaan akut dapat diberikan menitol. Diuretika dan kortikosteroid dapat diberikan
meskipun hasilnya kurang memuaskan. Pembarian diamox atau furocemide juga dapat
diberikan. Tanpa pengobatan “pada kasus didapat” dapat sembuh spontan ± 40 – 50 %
kasus.
3. Pembedahan :
Tujuannya untuk memperbaiki tempat produksi LCS dengan tempat absorbsi. Misalnya
Cysternostomy pada stenosis aquadustus. Dengan pembedahan juga dapat mengeluarkan
LCS kedalam rongga cranial yang disebut :
a. Ventrikulo Peritorial Shunt
b. Ventrikulo Adrial Shunt
Untuk pemasangan shunt yang penting adalajh memberikan pengertian pada keluarga
mengenai penyakit dan alat-alat yang harus disiapkan (misalnya : kateter “shunt” obat-
obatan darah) yang biasanya membutuhkan biaya besar.
Pemasangan pintasan dilakukan untuk mengalirkan cairan serebrospinal dari ventrikel
otak ke atrium kanan atau ke rongga peritoneum yaitu pintasan ventrikuloatrial atau
ventrikuloperitonial.
Pintasan terbuat dari bahan bahan silikon khusus, yang tidak menimbulkan raksi radang
atau penolakan, sehingga dapat ditinggalkan di dalam tubuh untuk selamanya. Penyulit
terjadi pada 40-50%, terutama berupa infeksi, obstruksi, atau dislokasi.
4. Terapi
Pada dasarnya ada 3 prinsip dalam pengobatan hidrosefalus, yaitu :
a. Mengurangi produksi CSS
b. Mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorbsi
c. Pengeluaran likuor ( CSS ) kedalam organ ekstrakranial.
Penanganan hidrosefalus juga dapat dibagi menjadi :

1. Penanganan sementara
Terapi konservatif medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui
upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau upaya meningkatkan
resorbsinya.
2. Penanganan alternatif ( selain shunting )
Misalnya : pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi vitamin A, reseksi radikal lesi
massa yang mengganggu aliran likuor atau perbaikan suatu malformasi. saat ini cara terbaik
untuk malakukan perforasi dasar ventrikel dasar ventrikel III adalah dengan teknik bedah
endoskopik.
3. Operasi pemasangan “ pintas “ ( shunting )
Operasi pintas bertujuan mambuat saluran baru antara aliran likuor dengan kavitas drainase.
pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih adalah rongga peritoneum. baisanya cairan
ceebrospinalis didrainase dari ventrikel, namun kadang ada hidrosefalus komunikans ada
yang didrain rongga subarakhnoid lumbar. Ada 2 hal yang perlu diperhatikan pada periode
pasca operasi, yaitu pemeliharaan luka kulit terhadap kontaminasi infeksi dan pemantauan.
kelancaran dan fungsi alat shunt yang dipasang. infeksi pada shunt meningkatkan resiko
akan kerusakan intelektual, lokulasi ventrikel dan bahkan kematian.

9. KOMPLIKASI
a) Peningkatan tekanan intrakranial
b) Kerusakan otak
c) Infeksi:septikemia,endokarditis,infeksiluka,nefritis,meningitis,ventrikulitis,abses
otak.
d) Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik.
e) Hematomi subdural, peritonitis,adses abdomen, perporasi organ dalam rongga
abdomen,fistula,hernia, dan ileus.
f) Kematian
PATHWAY HYDROCEPHALUS

Kelainan Infeksi Neoplasma Perdarahan


kongenital

Radang jaringan hydorcephalus Fibrosis leptomeningns


pada daerah basal otak
Obstruksi salah satu
tempat pembentukan
Obstruksi tempat
ventrikel III/IV Obtruksi oleh perdarahan
pembentukan/penyerapan LCS.

Hydrocephalus Peningkatan jumlah Jumlah cairan dalam ruang


nonkomunikas cairan serebrospinal sub araknoid

Pembesaran relatif kepala Peningkatan TIK Tindakan pembedahan

Kesulitan
Herniasi falk serebri Penekanan pada Terpasang shunt
bergerak
saraf optikus
Kompresi Adanya port de entry dan
Kerusakan
Penekanan batang otak
mobilitas papiledema benda asing masuk
total

Gangguan Depresi saraf Disfungsi persepsi Risiko infeksi


integritas kardiovaskular dan visual spasial
kulit pernapasan Respon inflamasi
Gangguan persepsi
sensori
hipertemi

Penurunan kesadaran Otak semakin tertekan Kerusakan fungsi kognitif


dan psikomotroik

Koping keluarga tidak efektif Hipotalamus semakin tertekan


Defisit perawatan diri

Pembuluh darah tertekan kejang Mual muntah Saraf pusat semakin tertekan

Aliran darah menurun Risiko cedera Penurunan BB Kesadaran menurun Sakit kepala

Perfusi jaringan Kebutuhan nutrisi kurang dari Nyeri akut


serebral tidak efektif kebutuhan tubuh
Penurunan
kesadaran
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a. Identitas

Biasanya terjadi pada bayi baru lahir atau beberapa bulan setelah lahir

b. Riwayat kesehatan

1) Keluhan utama

Biasanya peningkatan tekanan intracranial, meliputi muntah, gelisah

nyeri kepala, letargi, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil,

dan kontriksi penglihatan perifer.

2) Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya seorang anak mengalami pembesaran kepala.

Tingkat kesadaran menurun (GCS <15), kejang, muntah, sakit

kepala, wajahnya tanpak kecil cecara disproposional, anak menjadi

lemah, kelemahan fisik umum, akumulasi secret pada saluran nafas,

dan adanya liquor dari hidung. Adanya penurunan atau perubahan

pada tingkat kesadaran akibat adanya perubahan di dalam

intracranial.

3) Riwayat kesehatan dahulu

Biasanya adanya riwayat hidrosefalus sebelumnya, riwayat

adanyanya neoplasma otak, kelaian bawaan pada otak dan riwayat

infeksi.

4) Riwayat kesehatan keluarga

Biasanya ada keluarga yang menderita penyakit hidrosefalus ini

c. Pola fungsi kesehatan

1) Pola persepsi dan penanganan kesehatan

Biasanya pola hidup pasien dan keluarganya yang kurang sehat, pola
makan yang tidak tepat waktu serta tidak bergizi
2) Pola sensori kognitif

Biasanya pola kognitif terganggu pada pasien penderita hidrosefalus

3) Pola persepsi diri

Biasanya terjadi perubahan sosial karna pasien minder terhadap kondisi


tubuhnya

4) Pola aktifitas/istirahat

Biasanya istirahat pasien terganggu

5) Pola eliminasi

Biasanya tidak ada masalah

6) Pola hubungan peran

Biasanya pasien lebih banyak berdiam diri dirumah karna penyakit yang
dideritanya

7) Pola reproduksi dan seksual

Biasanya tidak ada masalah

8) Pola koping individu

Biasanya pasien dan keluarga pasien berusaha ke pelayanan kesehatan


untuk mengobati penyakitnya

9) Pola hygiene

Biasanya pola perawatan diri pasien dibantu oleh keluarga karna


keterbatasan fisik

10) Pola keamanan

Biasanya pasien beresiko jatuh

11) Pola makanan/cairan

Biasanya nafsu makan pasien berkurang atau menurun

12) Pola nilai kepercayaan

Biasanya pasien berdoa dan berserah diri kepada allah akan kesembuhan
penyakitnya

13) Pola konsep diri

 Gambaran diri : biasanya pasien berusaha menerima penyakit


yang dideritanya

 Ideal diri : biasanya pasien ingin cepat sembuh dari penyakitnya


 Harga diri : biasanya biasanya pasien merasa malu akan
penyakitnya

 Identitas diri : biasanya pasien menyadari bahwa penyakitnya


teguran dari allah

d. Pemeriksaan fisik

1) Kesadaran umum

Biasanya pasien mengalami penurunan kesadaran

2) Kepala

Biasanya kepala tambah besar

3) Mata

Biasanya konjungtiva anemis, mata tambah membesar

4) Hidung

Biasanya tidak ada tampak pernafasan cuping hidung

5) Mulut

Biasanya mukosa bibir kering

6) Leher

Biasanya tidak ada tampak pembesaran kelenjar tiroid atau getah bening

7) Dada

 I : biasanya tampak retraksi dinding dada

 P : biasanya fremitus kiri dan kanan

 P : biasanya sonor

 A : biasanya tidak ada suara tambahan

8) Jantung

 I : biasanya iktus kordis tidak tampak

 P : biasanya iktus kordis teraba pulsasi

 P : biasanya redup

 A : biasa bunyi jantung normal

9) Abdomen

 I : biasanya tampak datar


 P : biasanya bising usus normal

 P : biasanya tidak ada nyeri tekan

 A : biasanya tympani

10) Ekstremitas

Biasanya akral teraba hangat, CRT <3 detik

11) Pemeriksaan penunjang

 Pemeriksaan fisik:
 Pengukuran lingkaran kepala secara berkala. Pengukuran ini penting
untuk melihat pembesaran kepala yang progresif atau lebih dari
normal
 Transiluminasi
 Pemeriksaan darah:
Tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk hidrosefalus
Pemeriksaan cairan serebrospinal:
Analisa cairan serebrospinal pada hidrosefalus akibat
perdarahan atau meningitis untuk mengetahui kadar protein dan
menyingkirkan kemungkinan ada infeksi sisa
 Pemeriksaan radiologi:
 X-foto kepala: tampak kranium yang membesar atau sutura yang
melebar.
 USG kepala: dilakukan bila ubun-ubun besar belum menutup.
 CT Scan kepala: untuk mengetahui adanya pelebaran ventrikel dan
sekaligus mengevaluasi struktur-struktur intraserebral lainnya

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Risiko perfusi serebral tidak efektif b.d hidrosefalus

b. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuscular.

c. Risiko ganguan integritas kulit/jaringan b.d kelebihan volume cairan

d. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik


3. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO. SDKI SLKI SIKI

1. Risiko perfusi Perfusi serebral Manajemen peningkatan


serebral tidak tekana intrakranial
efektif b.d Indikator:
hidrosefalus Tindakan
 Tingkat kesadaran
 monitor tanda/gejala
 Tekanan penigkatan TIK
intrakranial
 identifikasi penyebab
 Sakit kepala peningkatan TIK
 Gelisah  monitor status
pernafasan
 Kecemasan
 monitor intake output
 Demam
cairan
 Tekanan darah
terapeutik
 kognitf
 cegah terjadinya kejang

 berikan posisi semi


fowler

 minimlakan stimulus
dengan mneyediakan
lingkungan yang tenang

kolaborasi

 kolaborasi pemberian
sedasi dan anti
konvulsan

 kolaborasi pemberian
diuretik osmosis

 kolaborasi pemberian
pelunak tinja

2 Nyeri akut b.d Tingkat nyeri Manajemenn nyeri


agen pencedera
fisiologis Indikator Obsevasi

 Keluhan nyeri  Ientifikasi lokasi,


karakteristik, durasi,
 Meringis rekuensi, kualitas,
 Sikap protektif intensitas nyeri

 Gelisah  Identifikasi skala nyeri

 Kesulitan tidur  Identifikasi respons


nyeri non verbal
 Frekuensi nadi
 Identifikasi faktor
 Frekuensi nafas memperberat dan
memperingan nyeri

Terapeutik

 Berikan teknik non


farmakologis

 Konrol lingkungan yan


mempeberatrasa nyeri

 Fasilitasi istirahat tidur

 Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri

Edukasi

 Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri

 Jelaskan strategi
meredakan nyeri

 Anjurkan
menggunakan analgetik

3. Gangguan mobilisasi fisik Dukungan mobilisasi


mobilitas fisik b.d
gangguan indikator Observsasi
neuromuscular.  pergerakan  identifikasi adanya
ekstremitas nyeri atau keluhan fisik
lainnya
 kekuatan otot
 identifikasi toleransi
 nyeri fisik melakukan
pergerakan
 kecemasan
 monitor frekuensi
 ‘kaku sendi
jantung dan tekanan
 Kelemahan fisik darah sebelum memulai
mobilisasi
 Gerakan terbatas terapeutik

 fasilitasi aktifitas
mobilisasi dengan alat
bantu

 fasilitasi melakukan
pergerakan

 libatkan keluarga untuk


membantu pasien
dalam meingkatkan
pergerakan

edukasi

 jelaskan tujuan dan


prosedur mobilisasi

 anjurkan mobilisasi
dini

 anjurkan mobilisasi
sederhana

BAB III

LAPORAN KASUS

I. Identitas Klien
Nama : By. Ny. M
Umur : 54 hari
Jenis kelamin : Perempuan
Anak ke :3
BB/TB : 3680 gr/51cm
Agama : Islam

Nama ibu : meri wahyuni


umur : 28 tahun
pekerjan : IRT
Alamat : parak karakah,Padang

No.MR : 01110798
Tanggal Masuk : 7 sept 2021
Diagnosa medis : Hidrosefalus

1) Keluhan Utama
Ny. M datang ke ke RS pada tanggal 7 sept 2021 ke IGD dengan keluhan
kepala anak nya yang membesar susah sejak 2 minggu ini
2) Riwayat kehamilan dan kelahiran
a. Prenatal
Ny. M mengatakan selamakehamilan rutin memeriksa kehamilanya
ke bidan terdekat
b. Intranatal
Ny. M mengatakan kelahiranya cuup bulan dengan kelahiran
spontan, BB 3680gr TB 51cm
c. Postnatal
Ny.M mengatakan tidak ada masalah, plasentany a juga lahir dengan
utuh
3) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian Ny. M mengatakan anaknya sudah
mengalami operasi pada 2 hari yang lalu, tampak ada luka post op di
belakang kanan kepalanya
b. Riwayat kesehatan dahulu
Ny.M mengatakan anaknya tampak normal setelah lahir, saudara nya
juga tidak ada mengalami penyakit ini sebelumnya
c. Riwayat kesehatan keluarga
Ny.M megatakan keluarga nya juga tidak ada mengalami penyakit
ini sebelumnya
4) Pola persepsi dan penanganan kesehatan
Ny.M megatakan awalnya membawa anaknya ke bidan terdekat lalu diruuk
ke mdjamil padang
5) Pola nutrisi/metabolisme
BB : 3,8gr
TB : 52cm
Ny.M megatakan anaknya minum ASI 4-5x/hari selama di rs ini, pola nafsu
makannya menurun, anak jadi lebih susah minum ASI dan sedikit,
Pengkajian adanya luka
Ukuran luka : 4cm
Kondisi luka : merah, tidak ada push, tidak ada kulit mati
6) Pola Eliminasi
Di rs
BAB : 1x sehari
Konsistensi : cair
Warna : kuning kecoklatakan
Tidak ada terpasang kolostomi, anak tampak terpasang pempers

BAK : 3-4x sehari


Jumlah : 100-150cc
Warna : kuning keruh
7) Pola aktiftas latihan
a) Kemampuan perawatan diri : pasien dibantu semua aktifitasnya oleh
ibunya
b) Kebersihan diri :
Mandi : 2x sehari
Gosok gigi : 1x sehari
Keramas : tidak ada
Potong kuku : tidak ada
c) Alat bantu : tidak ada
d) Rekreasi dan aktiftas shari-hari
Ny.M megatakan sangat jarang pergi untuk rekreasi denga
keluarganya
e) Olahraga : tidak ada
8) Pola istirahat Tidur
Waktu tidur : -+ 12 jam
Siang : 11.00-13.00
Malam : 21.00-06.00
9) Pola kognitif-persepsi
Pasien tampak sadar
Kemampuan bicara : belum bisa
Kemampuan komunikasi : belum bisa
Kemampuan memahami : belum bisa
Vertigo : tidak ada
Pengkajian nyeri
P: tampak ada luka dikepaa bagian belakang, kalauanak gelisah
Q : tertusuk-tusuk
R : kepal bagian belakang
S : 5-6
T : mika miki

10) Pemeriksaan fisik


TTV
TD : 110/90mmHg
HR : 116x/i
T : 36,8 C
RR : 22x/i
TB : 52cm
BB : 3,6gr
Kepala : tampakada luka bagian kanan belakang telinga
Rambut : rambut anak tampak tidak ada
Mata : konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik
Hidung : tidak ada tampak pernafasan cuping hidung
Mulut : mukosa bibir kering
Telinga : tidak ada tampak sekret
Leher
Trakea : tidak ada tampak pembesarn kelenjar tiroid
JVP : tidak ada tampak pembesaran
Dada
Paru I : tampak retraksi dinding dada
P : fremitus kiri dan kanan
P : sonor

A : tidak ada suara tambahan

Jantung

I : iktus kordis tidak tampak

P : iktus kordis teraba pulsasi

P : redup

A : bunyi jantung normal

Abdomen

I : tampak datar

P : bising usus normal

P : tidak ada nyeri tekan

A : tympani

Ekstremitas : akral teraba hangat, CRT <3 detik

11) Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

HB : 11,3 g/dl

Haematoksit : 34

Leukosit : 7.990/mm

Trombosit : 321.00/mm

HI : 34

SGDT : 21

SGPT : 11

Albumin : 3,3

Na : 133

K : 4,4

Cl : 104

12) Terapi

a) D5 ¼ NS 20 tpm
b) NaCl 0,9% 10tpm

c) Paracetamol 2x200mg

d) Ketorolac 10mg

e) Ondansenron 5mg

f) RL 25tpm

II. Analisa Data

No. Data Masalah etiologi

1. DS : Nyeri akut Agen pencedera fisik

 Ny.M mengatakan
anaknya sering
menangis dan
memegagi tangan ke
luka dikepalanya

 Ny.M mengatakan
anaknya sering
terbangun

DO :

 Anak tampak meringis

 Anak tampak gelisah,


rewel

 TD : 110/90mmHG

 N : 116x/i

 Tampak ada luka


bagian belakang kepala

P: tampak ada luka dikepaa


bagian belakang, kalauanak
gelisah
Q : tertusuk-tusuk
R : kepala bagian belakang
S : 5-6
T : mika miki
2 DS : Risiko perfusi serebral hidrosefalus
tidak efektif
 Ny.M mengatakan kepaa
anaknya membesar
sejak 2 minggu yang
lalu, waktu lahir
anaknya tampak normal

DO :

 Tampak ada bekas luka


op bagian belakang
kepala

 Anak tampak rewel,


gelisah

 Ank tampak sadar

33.DS : Gangguan mobilitas fisik gangguan


neuromuscular.
 Ny.M mengatakan anak
hanya terbaring

 Ny.M mengatakan
semua aktifitasnya
dibantu

DO :

 Tampak anak terbaring

 Tampak anak gelisah,


rewel

III. Diagnosa Kepeawatan

1) Nyeri akut b.d agen pencedera fisologis

2) Risiko perfusi serebral tidak efektif b.d hidosefalus

3) Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuscular


IV. Intervensi Keperawatan

NO. SDKI SLKI SIKI

10. Nyeri akut b.d Tingkat nyeri Manajemenn nyeri


agen pencedera
fisiologis Indikator Obsevasi

 Keluhan nyeri  Ientifikasi lokasi,


karakteristik, durasi,
 Meringis rekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
 Sikap protektif
 Identifikasi skala nyeri
 Gelisah
 Identifikasi respons
 Kesulitan tidur
nyeri non verbal
 Frekuensi nadi
 Identifikasi faktor
 Frekuensi nafas memperberat dan
memperingan nyeri

Terapeutik

 Berikan teknik non


farmakologis

 Konrol lingkungan yan


mempeberatrasa nyeri

 Fasilitasi istirahat tidur

 Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri

Edukasi

 Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri

 Jelaskan strategi
meredakan nyeri

 Anjurkan
menggunakan analgetik

11. Risiko perfusi Perfusi serebral Manajemen peningkatan


serebral tidak
efektif b.d Indikator: tekana intrakranial
hidrosefalus
 Tingkat kesadaran Tindakan

 Tekanan  monitor tanda/gejala


intrakranial penigkatan TIK

 Sakit kepala  identifikasi penyebab


peningkatan TIK
 Gelisah
 monitor status
 Kecemasan pernafasan
 Demam  monitor intake output
cairan
 Tekanan darah
terapeutik
 kognitf
 cegah terjadinya kejang

 berikan posisi semi


fowler

 minimlakan stimulus
dengan mneyediakan
lingkungan yang tenang

kolaborasi

 kolaborasi pemberian
sedasi dan anti
konvulsan

 kolaborasi pemberian
diuretik osmosis

 kolaborasi pemberian
pelunak tinja

3. Gangguan mobilisasi fisik Dukungan mobilisasi


mobilitas fisik b.d
gangguan indikator Observsasi
neuromuscular.  pergerakan  identifikasi adanya
ekstremitas nyeri atau keluhan fisik
lainnya
 kekuatan otot
 identifikasi toleransi
 nyeri fisik melakukan
pergerakan
 kecemasan
 monitor frekuensi
jantung dan tekanan
 ‘kaku sendi darah sebelum memulai
mobilisasi
 Kelemahan fisik
terapeutik
 Gerakan terbatas
 fasilitasi aktifitas
mobilisasi dengan alat
bantu

 fasilitasi melakukan
pergerakan

 libatkan keluarga untuk


membantu pasien
dalam meingkatkan
pergerakan

edukasi

 jelaskan tujuan dan


prosedur mobilisasi

 anjurkan mobilisasi
dini

 anjurkan mobilisasi
sederhana
V. Catatan perkembangan

Hari/tgl/jam No. Implementasi Evaluasi


Dx

Selasa/ 14 1 Manajemenn nyeri S : Ny.M mengatakan anaknya


sept 2021 masih rewel
Obsevasi
10.00 O : tampak anak masih meringis
 Ientifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, rekuensi, kualitas, A : masalah belum teratasi
intensitas nyeri
P : intervensi dilanjutkan
 Identifikasi skala nyeri

 Identifikasi respons nyeri non


verbal

 Identifikasi faktor
memperberat dan
memperingan nyeri

Terapeutik

 Berikan teknik non


farmakologis

 Konrol lingkungan yan


mempeberatrasa nyeri

 Fasilitasi istirahat tidur

 Pertimbangkan jenis dan


sumber nyeri

Edukasi

 Jelaskan penyebab, periode,


dan pemicu nyeri

 Jelaskan strategi meredakan


nyeri

Anjurkan menggunakan analgetik

Selasa/ 14 2 Manajemen peningkatan tekana S : Ny.M mengatakan anaknya


sept 2021 intrakranial masih gelisah

10.10 Tindakan O : tampak anak tertidur

 monitor tanda/gejala A : masalah belum teratasi


penigkatan TIK
P : intervensi dilanjutkan
 identifikasi penyebab
peningkatan TIK

 monitor status pernafasan

 monitor intake output cairan

terapeutik

 cegah terjadinya kejang

 berikan posisi semi fowler

 minimlakan stimulus dengan


mneyediakan lingkungan yang
tenang

kolaborasi

 kolaborasi pemberian sedasi


dan anti konvulsan

 kolaborasi pemberian diuretik


osmosis

kolaborasi pemberian pelunak tinja

Selasa/14 3 Dukungan mobilisasi S : Ny.M mengatakan anaknya


sept 2021 masih terbaring
Observsasi
10.20 O : tampak anak tertidur, cuman
 identifikasi adanya nyeri atau bisa mika miki
keluhan fisik lainnya
A : masalah belum teratasi
 identifikasi toleransi fisik
melakukan pergerakan P : intervensi dilanjutkan

 monitor frekuensi jantung dan


tekanan darah sebelum
memulai mobilisasi

terapeutik

 fasilitasi aktifitas mobilisasi


dengan alat bantu

 fasilitasi melakukan
pergerakan

 libatkan keluarga untuk


membantu pasien dalam
meingkatkan pergerakan

edukasi

 jelaskan tujuan dan prosedur


mobilisasi

 anjurkan mobilisasi dini

anjurkan mobilisasi sederhana

DAFTAR PUSTAKA
Mc Closky & Bulechek. (2005). Nursing Intervention Classification (NIC). United States of
America:Mosby.

Meidian, JM. (2006). “Nursing Outcomes Classification (NOC).United States of


America:Mosby.

Mualim. 2010. Askep Hidrosefalus. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2012


http://mualimrezki.blogspot.com/2010/12/askep-hydrocephalus.html

Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan BAyi dan Anak (untuk perawat dan bidan). Jakarta:
Salemba Medika.

Price,Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi;Konsep klinis proses-proses penyakit,Jakarta;EGC.

Riyadi. 2009. Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu

Saharso. 2008. Hydrocephalus. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2012


http://www.pediatrik.com/isi03.php?
page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=061214-
sykj201.htm

Vanneste JA. Diagnosis and management of normal-pressure hydrocephalus. J. Neurol, 2005 ;


247 : 5-14.

Anda mungkin juga menyukai