Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan statistic Medical Record of Indonesia, pada tahun
2014 jumlah pasien penderita hidrosefalus berjumlah 115 orang. Lalu pada
tahun 2015 dari bulan januari sampai bulan mei jumlah pasien penderita
hidrosefalus adalah 210 orang. Pada tahun 2016 meningkat menjadi 311
orang. Sementara di provinsi Bengkulu pada Rumah Sakit M. Yunus pada
tahun 2015 ada 9 orang89 Journal of Nursing and Public Healthpenderita
hidrosefalus, dan pada tahun 2016 ada 13 orang penderita hidrosefalus,
dan 10 diantaranya tidak bisa diselamatkan dan 3 orang lainnya masih
dalam perawatan rujukan di Jakarta (Rikesdas, 2017).
Hidrosefalus berarti gangguan pada tubuh akibat karena
penumpukan cairan pada ventrikel atau rongga otak. Penumpukan cairan
inilah yang membuat kepala membesar dan menekan organ itu dengan
kuat. Kalau tidak segera diatasi, tekanan yang kuat pada ventrikel akan
melemahkan fungsi otak.
Gangguan dalam otak ini sangat berpengaruh pada penderitanya. Karena
menyebabkan gangguan perkembangan fisik maupun intelektual. Belum
lagi, jika penyakit tersebut memiliki komplikasi yang serius.
Sekalipun bisa menimpa ke semua usia, namun hidrosefalus umum terjadi
pada usia dewasa dan bayi. Para ilmuwan mencatat bahwa 2 dari 1000
bayi terlahir dengan kondisi hidrosefalus.
Agar dapat memberikan asuhan keperawatan sebaik-baiknya, perawat
maupun dokter serta tenaga medis lainnya perlu mengetahui gejala-gejala
dini penyebab serta permasalahan dari hidrosefalus itu sendiri. Kita
ketahui bahwa peran perawat yang paling utama adalah melakukan
promosi dan pencegahan terjadinya gangguan pada system pernafasan,
sehingga dalam hal ini masyarakat perlu diberikan pendidikan kesehatan
yang efektif guna meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah makalah ini adalah “Bagaimanakah
asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan hidrosefalus?”

C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada anak dengan
gangguan hidrosefalus
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memahami konsep penyakit hidrosefalus
b. Untuk memahami pengkajian kasus hidrosefalus
c. Untuk menyebutkan kemungkinan diagnosis keperawatan kasus
hidrosefalus
d. Untuk mengetahui intervensi keperawatan kasus hidrosefalus
e. Untuk menegtahui implementasi dan evaluasi kasus hidrosefalus

2
BAB II
KONSEP PENYAKIT HIDROSEFALUS

A. Definisi
Hidrosefalus adalah penimbunan cairan serebrospinal yang
berlebihan di dalam otak. Hidrosepalus adalah kelainan patologis otak
yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau
pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat
pelebaran ventrikel. Pelebaran ventrikuler ini akibat
ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan serebrospinal.
Hidrosefalus selalu bersifat sekunder, sebagai akibat penyakit atau
kerusakan otak. Adanya kelainan-kelainan tersebut menyebabkan
kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-
ubun. (Muslihatun, Wati Nur, 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan
Balita. Fitramaya: Yogyakarta).
Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang
dicirikan dengan dilatasi yang progresif pada system
ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan - jaringan
serebral selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan
kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid. akibat berlebihannya cairan
serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan
terjadinya peleburan ruang - ruang tempat mengalirnya liquor
(Mualim, 2010)
Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang berarti air dan
chepalon yang berarti kepala. Hidrosefalus merupakan penumpukan
cairan serebrospinal secara aktif yang menyebabkan dilatasi system
ventrikel otak dimana terjadi akumulasi cairan yang berlebihan pada
satu atau lebih ventrikel atau ruang subarachnoid. Kita mengenal
“Hydrocephalus” sebagai suatu kelainan yang biasanya terjadi pada
bayi, dan ditandai dengan membesarnya kepala melebihi ukuran
normal. Dalam keadaan normal, tubuh memproduksi cairan otak

3
(Cairan Serebro Spinal = CSS) dalam jumlah tertentu, untuk kemudian
didistribusikan dalam ruang-ruang ventrikel otak, sampai akhirnya
diserap kembali. Sedangkan pada orang dewasa, tulang tengkorak
tidak lagi mampu melebar. Akibatnya berapapun banyaknya CSS
yang tertumpuk, takkan mampu menambah besar diameter kepala
(Nanda, 2013).
Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang
mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinalis, disebabkan baik
oleh produksi yang berlebihan maupun gangguan absorpsi, dengan
atau pernah disertai tekanan intrakanial yang meninggi sehingga
terjadi pelebaran ruangan-ruangan tempat aliran cairan
serebrospinalis.

B. Anatomi & Fisiologi


Ruangan CSS mulai terbentuk pada minggu kelima masa embrio,
terdiri atas sistem ventrikel, sisterna magna pada dasar otak dan ruang
subaraknoid yang meliputi seluruh susunan saraf. CSS yang dibentuk
dalam sistem ventrikel oleh pleksus koroidalis kembali kedalam peredaran
darah melalui kapiler dalam piameter dan araknoid yang meliputi susunan
saraf pusat (CSS). Hubungan antara sistem ventrikel dan ruang
subaraknoid melalui foramen magendie di median dan foramen luschka di
sebelah lateral ventrikel IV.
Aliran CSS yang normal aialah dari ventrikel lateralis melalui
foramen monroi ke ventrikel III, dari tempat ini melalui saluran yang
sempit akuaduktus sylvii ke ventrikel IV dan melalui foramen luschka dan
magendie ke dalam subaarknoid melalui sisterna magna. Penutupan
sisterna basalis menyebabkan gangguan kecepatan resorpsi CSS oleh
sistem kapiler.

C. Etiologi
Gangguan aliran cairan yang menyebabkan cairan tersebut
bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan jaringan otak

4
disekitarnya, khususnya pusat-pusat syaraf yang vital. Menrutu lembaga
Nasional Institute of Neurological Disorder and stroke and Stroke
(NINDS), gangguan aliran cairan otak ada 3 jenis yaitu:
1. Gangguan aliran adanya hambatan sirkulasi:
Contoh: tumor otak yang terdapat didalam ventrikel akan menyumbat
aliran cairan otak.
2. Aliran cairan otak tidak tersumbat, tetapi sebaliknya cairan itu
diproduksi berlebihan, akibatnya cairan dalam otak bertambah
banyak.
Contoh: tumor ganas di sel-sel yang memproduksi cairan otak.
3. Cairan otak yang mengalir jumlahnya normal dan tidak ada
sumbatan, tetapi ada gangguan dalam proses penyerapan cairan ke
pumbuluh darah balik, sehingga otomatis jumlah cairan akan
meningkat pula.
Misalnya: bila ada cairan nanah (meningitis atau infeksi selaput otak)
atau darah (akibat trauma) di sekitar tempat penyerapan.
4. Ketidakseimbangan antara produksi dan penyerapan, daapt perlahan
atau profresif, menyebabkan ventrikel-ventrikel tersebut melebar,
kemudian menekan jaringan otak disekitarnya. Tulang tsngkorak bayi
di bawah dua tahun yang belum menutup akan memungkinkan kepala
bayi membesar. Pembesaran kepala merupakan salah satu petunjuk
klinis yang penting untuk mendekteksi hidrosefalus.

D. Patofisiologi
Hidrosefalus terjadi alasannya ada gangguan absorbsi CSF dalam
subarachnoid (communicating hidrosefalus) dan atau adanya obstruksi
dalam ventrikel yang mencegah CSF masuk ke rongga subarachoid
alasannya infeksi, neoplasma, perdarahan, atau kelainan bentuk
perkembangan otak janin (noncomunicating hidrosefalus).

Cairan terakumulasi dalam ventrikel dan mengakibatkan dilatasi


ventrikel dan pengutamaan organ-organ yang terdapat dalam otak
(Suriardi, 2010).

5
(Pathway)

Infeksi neoplasma, perdarahan,


Malformasi perkembangan otak janin

Gangguan absorpsi cairan obstruksi aliran


Serebrospinalis diluar subrachnoid CSS melalui sistem ventrikel
(Communicating hydrocephalus) (non Communicating hydrocephalus)

Akumulasi CSS di ventrikel

Ventrikel dilatasi dan menekan organ-organ yang terdapat didalam otak


(Suriardi, 2010)

E. Klasifikasi
Hidrosefalus memberikan gejala bila disertai tekanan css yang
meninggi.
Terdapat 2 macam hidrosefalus, yaitu sebagi berikut.
1. Hidrosefalus obstruktif, tekanan CSS yang tinggi disebabkan oleh
obstruksi pada salah satu tempat antara pembentukan css olah pleksus
koroidalis dan keluarnya dari ventrikel IV melalui foramen Lusehka
dan Megendie.
2. Hidrosefalus komunikans, ialah bila tekanan CSS yang meninggi
tanpa penyumbatan sistem ventrikel.
Pembagian lainnya adalah hidrosefalus bawaan (kongetial) dan
didapat.

6
F. Komplikasi
Hidrosefalus sebaiknya diketahui sejak dini, karena hidrosefalus
akan menimbulkan komplikasi apabila tidak segera mendapat
penanganan.
1. Peningkatan tekanan intrakranial.
2. Kerusakan otak.
3. Infeksi: septikemia, endokarditis, infeksi luka, nefritis, meningitis,
ventrikulasis, obstruksi otak.
4. Shunt tidak berfungsi dengan baik karena obstruksi mekanik.
5. Hematomi subdural, peritonitis, abses abdomen, perparosi organ
dalam rongga abdomen, fistula, hernia dan illeus.
6. Kematian

G. Menifestasi Klinis
1. Tengkorak kepala mengalami pembesaran
2. Muntah dan nyeri kepala
3. Kepala terlihat lebih besar dari tubuh
4. Ubun-ubun besar melebar dan tidak menutup pada waktunya,
teraba tegang dan menonjol
5. Dahi lebar, kulit kepal tipis, tegang dan mengkilat
6. Pelebaran vena kulit kepala
7. Saluran tengkorak belum menutup dan teraba lebar
8. Terdapat cracked pot sign bunyi seperti pot kembang retak saat
dilakukan perkusi kepala
9. Adanya sunset sign dimana sklera berada di atas iris sehingga iris
seakan-akan menyerupai matahari terbenam
10. Pergerakan bola mata tidak teratur
11. Kerusakan saraf yang dapat memberikan gejala kelainan neurologis
berupa:
a. Gangguan Kesadaran
b. Kejang
c. Terkadang terjadi gangguan pusat vital.

7
(Nanny Lia Dewi, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak
Balita. Salemba Medika: Jakarta).

H. Penatalaksanaan
Pada sebagian pasien pembesaran kepala berhenti sendiri (arrested
hydrosefalus), mungkin oleh rekanalisasi ruang subaranoid atau
kompensasi pembentukan CSS yang berkurang (Laurence,
1965).Tindakan bedah belum ada yang memuaskan 100%, kecuali bila
penyebabnya ialah tumor yang masih dapat diangkat.
Ada 3 prinsip pengobatan hidrosefalus:
1. Mengurangi produksi css dengan merusak sebagian pleksus
koroidalis dengan tindakan reseksi (pembedahan) atau koagulasi,
akan tetapi hasilnya tidak memuaskan. Obat azetasolamid (diamox)
dikatakan mempunyai khasiat inhibisi pembentukan CSS.
2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi css dengan tempat
absorpsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan subaraknoid.
Misalnya ventrikulosisternostomi torkildsen pada steonisis
akuaduktus. Pada anak hasilnya kurang memuaskan karena sudah
ada infufisiensi fungsi absorpsi.
3. Pengeluaran cairan CSS kedalam organ elstrakranial.
a. Drainase ventrikulo-peritoneal
b. Drainase lombo-peritonial
c. Drainase ventrikulo-pleural
d. Drainase ventrikulo-uretrostomi
e. Drainase kedalam antrum mastoid
f. Cara yang dianggap terbaik yakni mengalirkan CSS kedalam vena
jugularis dan jantung melalui kateter yang berventil (holter velve)
yang memungkinkan pengaliran CSS ke satu arah. Keburukan
cara ini ialah bahwa kateter harus diganti sesuai dengan
pertumbuhan anak. Hasilnya belum memuaskan, karena masih
sering terjadi infeksi sekunder dan sepsis.

8
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Pengukuran lingkar kepala secara serial dan teratur hal ini sangat
penting untuk deteksi dini penyakit, karena pembesaran kepala
merupakan salah satu petunjuk klinis yang penting untuk mendeteksi
hidrosefalus.
2. Foto polos kepala dan disusul dengan pemeriksaan uktrasonography,
hal ini digunakan untuk menunjang dan melengkapi diagnosis
sehingga diperlukan pemeriksaan tambahan mulai dari yang
sederhana.
3. Pemeriksaan dengan senografi, pemeriksaan ini dapat digunakan
menjadi data minimal untuk menilai pelebaran ventrikel dan ketebalan
jaringan otak. Jika ketebalan kurang dari 2cm, maka tindakan bedah
tidak bermanfaat lagi.
4. Pemeriksaan computerized scan (CT scan) atau magnetic resonance
imaging (MRI). Digunakan untuk mendeteksi struktur anatomi otak,
dan penyebab hidrosefalus, misalnya tumor dalam rongga ventrikel
yang semua itu berkaitan dengan strategi penanganan hidrosefalus.
5. Menggunakan teknik lintasan seperti silicon.
6. Teknik neuroedoskopi.

9
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GANGGUAN


HIDROSEFALUS

A. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
a. Kaji riwayat penyakit/keluhan utama
Pada klien dengan hidrosefalus keluhan utama yang biasanya terjadi
adalah muntah, gelisah, nyeri kepala, letargi, lelah apatis,
penglihatan ganda, peubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.
b. Kaji riwayat perkembangan
Kelahiran : prematur. Pada waktu lahir menangis atau tidak. Apakah
pernah jatuh dengan kepala terbentur atau tidak.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik setiap klien dengan hidrosefalus berbeda setiap
usianya, yaitu bayi, usia pra sekolah, usia sekolah dan remaja.
a. Malfungsi pirau
1) Neurologis
a) Bayi : Pergeseran sutura tengkorak, pembengkakan
sepanjang saluran pirau, menangis dengan nada tinggi,
ubun-ubun menonjol, tonjolan vena dikulit kepala,
iritabilitas saat bangun, bertambahnya lingkaran frontal-
oksipital, mata terbenam.
b) Usia pra sekolah : Sakit kepala, kejang, pembengkakan
sepanjang saluran pirau, iritabilitas, mata terbenam (terjadi
jika hidrosefalus tetap tidak tetap terkoreksi).
c) Usia sekolah : Sakit kepala, pergeseran ulang sutura
tengkorak, kejang, papiledema, bentuk mata terbenam
(terjadi jika hidrosefalus tidak terkoreksi).
d) Remaja : papiledema, kejang, bentuk mata terbenam (terjadi
jika hidrosefalus tidak terkoreksi), gangguan tingkat

10
kesadaran, trias cushing (bradikardia, pelebaran tekanan
nadi, dan apnea), dilatasi pupil.
2) Gastrointestinal
a) Bayi : Muntah dan perubahan nafsu makan
b) Usia pra sekolah : Muntah
c) Usia sekolah : Muntah
3) Muskuloskeletal
a) Bayi : Letargi, spastistas ekstremitas bawah.
b) Usia prasekolah dan usia sekolah : Letargi
4) Psikososial
a) Usia sekolah : menurunnya penampilan di sekolah,
perubahan dalam rentang perhatian.
5) Respirasi
a) Remaja : Pernafasan Chyne-stokes

b. Infeksi karena pirau


1) Neurologis
a) Pembengkakan atau kemerahan sepanjang saluran pirau
b) Tanda dan gejala disfungsi pirau (sakit kepala, kejang,
penonjolan ubun-ubun [pada bayi], penurunan tingkat
kesadaran)
2) Gastrointestinal
a) Nafsu makan berkurang
3) Integumen
a) Meningkatnya suhu tubuh

B. Diagnosis Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan Pre Operasi
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan : serebral berhubungan dengan
peningkatan akumulasi cairan serebrospinal
b. Kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan penyakit hidro-
sefalus dan terapi

11
c. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
pembesaran kepala

2. Diagnosa Keperawatan Post Operasi


a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan tindakan pirau
ventrikuloatrium
b. Risiko infeksi berhubungan dengan proses pembedahan untuk
pemasangan pirau.

C. Intervensi Keperawatan

1. Intervensi Keperawatan Pre Operasi

Diagnosa Tujuan/Kriteria Intervensi (NIC) Rasional


Kep Hasil (NOC)
Ketidak- Setelah dilakukan Mandiri Mandiri
efektifan asuhan 1. Kaji tanda vital 1. Peng-
perfusi keperawatan setiap 2-4 jam kajian
jaringan: selama 2x24 jam setiap hari , tanda vital
serebral diharapkan catat yang
ber- perfusi jaringan ketidakteraturan sesering
hubungan serebral adequat frekuensi dan mungkin
dengan pe- dengan kriteria irama jantung, akan
ningkatan hasil : serta pelebaran membantu
akumulasi 1. TTV dalam tekanan nadi. men-
cairan batas normal deteteksi
serebro- T = 96/65 2. jika usia anak
spinalis mm/Hg dibawah 2 2. Pembesar-
N = 115 tahun, ukur -an kepala
x/menit lingkar kepala yang tidak
R = 30-40 dan kaji adanya normal
x/menit penonjolan dan pe-

12
S = 36,5 – ubun-ubun nonjolan
37,5 ºC ubun-
3. Kaji adanya ubun yang
2. Lingkar kepala mual, muntah, tampak
dalam batas nyeri kepala, penuh
normal penurunan pada anak
Neonatus: 35- kesadaran, dibawah
40 cm kejang (tanda usia 2
peningkatan tahun
3. Tidak ada TIK). terutama
tanda-tanda bayi, ber-
peningkatan 4. Tinggikan indikasi
TIK kepala tempat pe-
tidur 15-30 ningkatan
derajat lingkar CSS.
kepala setiap
hari. 3. Me-
mungkin-
kan
Kolaborasi adanya
1. Berkolaborasi tanda
dengan dokter komplikas
untuk -i TIK
melakukan
pembedahan 4. Pe-
ningkatan
kepala
tempat
tidur me-
mungkin-
kan
terjadinya

13
gravitasi
untuk
meningkat
kan
drainase
aliran
vena
serebrum

Kolaborasi
1. Tindakan
pembedah-
an
dilakukan
untuk
mengeluar-
kan CSS

Kurang Setelah dilakukan Mandiri Mandiri


pengetahu- tindakan 1. Jelaskan secara 1. Pengetahu-
an orang keperawatan rinci tentang an dapat
tua ber- selama 2x24 jam kondisi mem-
hubungan diharapkan penderita, persiapkan
dengan ansietas dapat prosedur, terapi keluarga
penyakit berkurang atau dan atau orang
hidro- hilang, dengan prognosisnya tua dalam
sefalus dan kriteria hasil : 2. Berikan merawat
terapi 1. Orang tua kesempatan penderita
maupun anak keluarga untuk 2. Keluarga
dapat ber- bertanya dapat
partisipasi 3. Ulangi meng-
dalam penjelasan emukakan

14
tindakan tersebut, bila perasaanya
terapi perlu dengan 3. Menjelas-
2. Secara verbal contoh bila kan ulang
dapat keluarga belum dapat me-
mengerti mengerti minimal-
tentang kan
penyakit kesalahan
serta asumsi
terapinya mengenai
penyakit

Gangguan Setelah dilakukan Mandiri Mandiri


pertumbuhan keperawatan 1. Berikan diet 1. Diet nutrisi
dan selama 2x24 jam untuk nutrisi dapat
perkembang- diharapkan klien untuk pertumbuh- membantu
an dapat mencapai an (asuh) pertumbuh-
berhubungan potensi 2. Berikan stimulasi an
dengan pertumbuhan dan atau rangsangan 2. Agar per-
pembesaran perkembangan untuk kembangan
kepala yang optimal perkembangan anak tidak
dengan kriteria pada anak (asah) terhambat/
hasil : 3. Berikan kasih Terlambat
1. Tidak ada sayang (asih) 3. Kasih
penurunan sayang
berat badan dapat
dan nutrisi memberi-
terpenuhi kan rasa
2. Adanya nyaman dan
keterlibatan percaya diri
keluarga pada
dalam pertumbuh-

15
stimulasi an dan per-
3. Anak kembangan
memiliki nya
hubungan
yang kuat
dengan
keluarga

2. Intervensi Keperawatan Post Operasi

Diagnosa Tujuan/Kriteria Intervensi Rasional


Kep Hasil
Kelebihan Setelah dilakukan Mandiri Mandiri
volume asuhan 1. kaji pernafasan 1. selama pe-
cairan keperawatan bayi atau anak, masangan
berhubungan selama 2x24 jam dan status pirau
dengan diharapkan anak kardiovaskular ventrikuloat
tindakan akan setiap 2-4 jam, rium,
pirau ventri- memperlihatkan kemungkinan bagian
kuloatrium tanda dan gejala terhadap tanda ujung distal
beban jantung penurunan pirau di-
yang berlebihan, curah jantung tempatkan
dengan kriteria dan gagal dalam
hasil : napas, termasuk atrium
1.Tidak adanya takipnea, kanan,
dispnea, ronki takikardia, tempat
kasar, takipnea, dispnea, dan cairan otak
takikardia, dan aritmia akan
sianosis. (pengkajian ini drainase.
Respirasi penting pada Karena pe-
normal : 30-40 bayi). ningkatan

16
x/menit 2. Timbang berat volume
2. Berat badan badan anak cairan
dalam batas setiap hari dalam
normal. Rata- 3. Pantau asupan atrium
rata BB ideal dan haluaran kanan,
anak adalah 2x cairan anak akan meny-
BB bayi saat ebabkan
lahir. beban
berlebihan
3. asupan dan pada
haluaran jantung,
cairan sesuai gagal
dengan yang pernapasan.
diharapkan. 2.Peningkatan
Haluaran urine berat badan
normal : dapat
Bayi : 1-2 mengindika
ml/kgBB/jam sikan
Anak : 1 retensi
ml/KgBB/Jam cairan,
yang ber-
hubungan
dengan
beban
berlebihan
pada
jantung.
3. tindakan
pemantauan
semacam
ini akan
meng-

17
evaluasi
status
cairan anak.
Risiko infeksi Setelah dilakukan Mandiri Mandiri
berhubungan asuhan 1. Monitor terhadap 1. Mengetahui
dengan keperawatan tanda-tanda terjadinya
proses selama 3x24 jam infeksi risiko
pembedahan diharapkan tidak infeksi
2. Cegah terhadap
untuk terjadi infeksi,
terjadi gangguan 2. Pe-
pemasangan dengan kriteria
suhu tubuh ningkatan
pirau. hasil :
suhu tubuh
1. Klien tidak 3. Pertahankan
mengindika
menunjukan teknik kesterilan
sikan
tidak ada dalam prosedur
adanya
tanda-tanda perawatan
infeksi
infeksi
4. Pertahankan
3. Meng-
2. Suhu tubuh teknik aseptik
hindari
dalam batas pada drainase dan
risiko
normal yaitu ekspirasi shunt
infeksi
36,5 – 37, 5
Penyuluhan/
ºC 4. Mencegah
edukasi
terjadinya
3. Meng- 1. Anjurkan
infeksi
gunakan keluarga untuk
fasilitas selalu mencuci Penyuluhan/
kesehatan tangan sebelum edukasi
sesuai dan sesudah 1. Untuk men-
kebutuhan kontak dengan cegah ter-
klien jadinya
infeksi
nosokomial

18
D. Implementasi
Menurut Setiadi (2012) implementasi merupakan pengolahan dan
perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan.

E. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan telah ditetapkan, dilakukan dengan
cara berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga
kesehatan lainnya (Setiadi, 2012).

19
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hidrosefalus merupakan keadan patologis otak yang
mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinalis (CSS) dengan atau
pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi sehingga terdapat
pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS, harus dibedakan dengan
pengumpulan cairan lokal tanpa tekanan intrakranial yang meninggi
seperti pada kista porensefali atau pelebaran ruangan CSS akibat
tertimbunnya CSS yang menempati ruangan sesudah terjadinya atrofi otak.
Pada sebagian pasien pembesaran kepala berhenti sendiri (arrested
hydrosefalus), mungkin oleh rekanalisasi ruang subaranoid atau
kompensasi pembentukan CSS yang berkurang (Laurence, 1965).
Tindakan bedah belum ada yang memuaskan 100%, kecuali bila
penyebabnya ialah tumor yang masih dapat diangkat.

B. Saran
Setelah membaca makalah ini, penulis berharap agar pembaca
dapat memahami serta dapat membuat asuhan keperawatan pada anak
dengan gangguan hidrosefalus dengan baik.

20
DAFTAR PUSTAKA

Sudarti. 2010. Kelainan dan Penyakit pada Bayi dan Anak. Yogyakarta :
Nuha Medika.

Axton, Sharon.dkk. 2013. Rencana Asuhan Keperawatan Pedriatik Ed.3.


Jakarta : EGC.

Suriadi dan Rita Yuliani. 2010. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta:
CV. Sagung Seto

Setiadi. 2012. Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan:


Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wilkinson, Judith M. Alih bahas oleh Esty Wahyuningsih. 2016. Diagnosa


Keperawatan : Diagnosis NANDA-I, Intervensi NIC, Hasil NOC, Edisi
10. Jakarta : EGC.

Muslihatun, Wati Nur, 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita.


Fitramaya: Yogyakarta

Nanny Lia Dewi, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.
Salemba Medika: Jakarta.

Johnson M, dkk. 2012. Nursing Outcome Classification (NOC). Second


edition. Mosby.

Yuliani S, Ayu, dkk. 2015. Modul Asuhan Keperawatan Anak. Cirebon :


Program Studi DIII Keperawatan Cirebon Politekkes Tasikmalaya.

Mualim. 2010. Askep hidrosefalus. Diakses pada tanggal 20 Maret 2019 .


http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktor
i=pdt&filepdf=0&pdf=&html=061214-sykj201.htm

21
Nuri.2017.https://kupdf.net/download/asuhan-keperawatan-pada-pasien-
anak-dengan-hidrosefalus_58aff5ec6454a73135b1e8ea_pdf. diakses
tanggal 6 maret 2019.

www.ichrc.org

22

Anda mungkin juga menyukai