Di Susun Oleh:
2314901051
TAHUN 2023/2024
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Pengertian Vp Shunt
2. Pengertian Hidrosefalus
3. Etiologi
c. Syndrom Dandy-Walker
a. Infeksi
b. Neoplasma
4. Patofisiologi
5. Manifestasi Klinis
a. Sakit kepala
b. Pembesaran kepala
e. Penurunan kesadaran
1. Medikamentosa
2. Pembedahan shunting
7. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan menurut Brunner & Suddarth (2022)
penyakit
hipokalemia yang paling baik adalah pencegahan. Berikut adalah contoh-
contoh penatalaksanaannya :
1. Pemberian kalium sebanyak 40-80 mEq/L.
2. Diet yang mengandung cukup kalium pada orang dewasa rata-rata 50-
100 mEq/hari (contoh makanan yang tinggi kalium termasuk kismis,
pisang, aprikot, jeruk, advokat, kacang-kacangan, dan kentang).
3. Pemberian kalium dapat melalui oral maupun bolus intravena dalam
botol infus.
4. Pada situasi kritis, larutan yang lebih pekat (seperti 20 mEq/L) dapat
diberikan melalui jalur sentral bahkan pada hipokalemia yang sangat
berat, dianjurkan bahwa pemberian kalium tidak lebih dari 20-40
mEq/jam (diencerkan secukupnya) : pada situasi semacam ini pasien
harus dipantau melalui elektrokardigram (EKG) dan diobservasi
dengan ketat seperti perubahan pada kekuatan otot
.
8. Pathway
.
B. Konsep Dasar Respiratori Disorder
1. Pengertian
Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) atau sindrom
gangguan pernapasan akut sebelumnya memiliki banyak nama lain seperti
wet lung, shock lung, leaky-capillary pulmonary edema dan adult
respiratory distress syndrome.
2. Etiologi
3. Patofisiologi
4. Manifestasi Klinis
Kriteria ARDS di Berlin ditandai dengan adanya tanda dan gejala. Onset
atau waktu permulaan munculnya suatu penyakit selama 1 minggu atau
kurang setelah kejadian klinis. Berikut merupakan tanda dan gejala yang
teridentifikasi, diantaranya (Amin dkk., 2016)
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes laboratorium
b. Radiografi
c. CT-Scan
Secara umum, evaluasi klinis dan radiografi dada rutin sudah cukup
pada pasien ARDS. Namun, CT-Scan mungkin diindikasikan dalam
beberapa situasiCT scan lebih sensitif daripada foto polos dada dalam
mendeteksi emfisema interstisial paru, pneumotoraks dan
pneumomediastinum, efusi pleura, kavitasi, dan limfadenopati
mediastinum. Heterogenitas keterlibatan alveolar sering terlihat pada CT
scan bahkan dengan adanya infiltrat homogen yang menyebar pada foto
toraks rutin.
Analisis jenis sel yang ada dalam cairan BAL dapat membantu
dalam diagnosis banding pasien ARDS. Sehingga keberadaan organisme
intraseluler dan penggunaan kultur kuantitatif penting untuk menentukan
infeksi. Misalnya, ditemukannya persentase yang tinggi dari eosinofil (>
25%) dalam cairan BAL konsisten dengan diagnosis pneumonia
eosinofilik akut.
e. Echo Cardiography
6. Komplikasi
1. Pengertian
2. Etiologi
a. Bakteri
c. Jamur
Jenis pneumonia ini paling sering terjadi pada orang dengan masalah
kesehatan kronis atau sistem kekebalan yang lemah, dan pada orang yang
menghirup organisme dalam dosis besar. Jamur yang
menyebabkannyadapat ditemukan ditanah atau kotoran burung dan
bervariasi tergantung pada lokasi geografis.
3. Komplikasi
a. Efusi pleura
b. Empiema
c. Pneumotoraks
d. Piopneumotoraks
e. Pneumatosel
f. Abses Paru
g. Sepsis
h. Gagal natas
4. Penatalaksanaan
3) Pecandu alkohol
c. Pseudomonas aeruginosa
1) Bronkiektasis
4) Gizi kurang
3) Bila panas tinggi perlu dikompres atau minum obat penurun panas
a.Gambaran Radiologis
b. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pengertian
Acute Kidney Injury atau Acute Renal Failure (ARF) adalah fungsi
ginjal yang menurun secara tiba-tiba (penurunan GFR [Glomerular
Filtration Rate]) dan terjadi hampir dalam hitungan jam atau hari. Acute
Kidney Injury biasanya secara mendadak tanpa didahului dengan gejala
penurunan fungsi ginjal. Kasus yang banyak terjadi adalah ketika pasien
bekerja berat, berolah raga, stress, dan sebagainya, tiba-tiba muncul
gejala Acute Kidney Injury ini. Gejala biasanya baru teridentifikasi di
rumah sakit yang berupa oliguria (output urin dalam 24 jam kurang dari
400 cc [Cubic centimeter]), azotemia progresif dan disertai kenaikan
ureum dan kreatinin (Mariana, 2020).
Cedera ginjal akut didefinisikan ketika salah satu dari kriteria berikut
terpenuhi :
➢ Serum kreatinin meningkat ≥ 1,5 kali lipat dari nilai referensi, yang
diketahui atau dianggap telah terjadi dalam waktu satu minggu atau
2. Etiologi
1. Hipovolemia
Kehilangan darah
Aritmia
Stenosis a. Renalis
5. Sindrom hiperviskositas
c. Obstruksi renovaskular
Glomerulonefritis, vaskulitis
Toksin
f. Nefritis interstitial
3. Manifestasi Klinis
4. Sesak nafas
11. Demam
15. Kejang
16. Koma.
4. Komplikasi
Odema paru terjadi karena gagal jantung kongestif. Keadaan ini terjadi
akibat ginjal tidak dapat mensekresi urin, garam dalam jumlah yang cukup.
Posisi pasien setengah duduk agar cairan dalam paru dapat di distribusi ke
vaskular sistemik, di pasang oksigen, dan di berikan diuretik kuat
(furosemide injeksi). Aritmia terjadi karena efek dari hiperkalemia yang
mempengaruhi kelistrikan jantung. Gangguan elektrolit (hiperkalemia,
hiponatremia dan asidosis). Penurunan kesadaran terjadi karena perubahan
perfusi dan penurunan aliran darah ke otak. Infeksi terjadi karena retensi sisa
metabolisme tubuh dalam peredaran darah (BUN, 20 kreatinin). Anemia,
terjadi akibat penurunan produksi eritropoietin sehingga eritrosit yang
dihasilkan juga akan berkurang ( Mariana, 2021).
5. Patofisiologi
Dalam keadaan normal aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerolus
relatif konstan yang diatur oleh suatu mekanisme yang disebut otoregulasi.
Dua mekanisme yang berperan dalam autoregulasi ini adalah:
Selain itu norepinefrin, angiotensin II, dan hormon lain juga dapat
mempengaruhi autoregulasi. Pada gagal ginjal pre-renal yang utama
disebabkan oleh hipoperfusi ginjal. Pada keadaan hipovolemi akan terjadi
penurunan tekanan darah, yang akan mengaktivasi baroreseptor
kardiovaskular yang selanjutnya mengaktifasi sistim saraf simpatis, sistim
rennin-angiotensin serta merangsang pelepasan vasopressin dan endothelin-I
(ET-1), yang merupakan mekanisme tubuh untuk mempertahankan tekanan
darah dan curah jantung serta perfusi serebral.
b. Glomerulus ginjal
d. Interstitial ginjal
Gagal ginjal akut intra renal yang sering terjadi adalah nekrosi
tubular akut disebabkan oleh keadaan iskemia dan nefrotoksin. Pada
gagal ginjal renal terjadi kelainan vaskular yang sering menyebabkan
nekrosis tubular akut. Dimana pada NTA terjadi kelainan vascular dan
tubular. Pada kelainan vaskuler terjadi:
2. Penatalaksanaan
5. Implementasi
Implementasi merupakan langkah keempat dalam proses asuhan ke
perawatan dengan melaksanakan berbagai strategi kesehatan (tindakan
keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana tindakan kepera
watan yang di prioritaskan. Proses pelaksanaan imolementasi harus ber
pusat kepada kebutuhan pasien, faktor- keperawatan dan kegiatan kom
unikasi (Kozier et al., 2018)
6. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu proses yang berkelanjutan untuk menilai
efek dari tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi dilakukan terus-
menerus terhadap respon pasien pada tindakan keperawatan yang telah
dilakukan. Evaluasi proses atau promotif dilakukan setiap selesai tinda
kan. Evaluasi dapat dilakukan menggunakan SOAP sebagai pola pikir
nya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdjul, R. L., & Herlina, S. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dewasa Dengan
Pneumonia : Study Kasus Indonesian Jurnal of Health Development. Indonesian Jurnalof
HealthDevelopment,2(2),102–107 https://ijhd.upnvj.ac.id/index.php/ijhd/article/view/40
Beatrik Yeni Sampang. (2019). Pelaksanaan Perencanaan Terstruktur Melalui Implementasi Kep
erawatan. Hubungan Berfikir Kritis Dengan Perilaku Caring Dalam Pendidikan Keperawatan
Untuk Menjalankan Asuhan Keperawatan, 1–7.
Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia Health Profile
2018].http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-ind
onesia/Datadan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2018.pdf
Muttaqin, Arif (2015). Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Pernap
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction
Patrisia, I., Juhdeliena, J., Kartika, L., Pakpahan, M., Siregar, D., Biantoro, B., Hutapea, A. D.,
Khusniyah, Z., & Sihombing, R. M. (2020). Asuhan Keperawatan Dasar Pada
Kebutuhan Manusia (Edisi 1). Yayasan Kita Menulis.
Rohmah, N., & Walid, S. (2019). Proses Keperawatan Berbasis KKNI (Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia) (Edisi I). AR-RUZZ Media.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan