Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA Ny.A DENGAN DIAGNOSA VERTIGO AKUT

DI RUANGAN SUTAN SYAHRIR RS Tk. III Dr. REKSODIWIRYO PADANG

OLEH :

DELLA SEPNITA

1914201012

KEPERAWATAN 7A

DOSEN PEMBIMBING PEMBIMBING KLINIK

( Ns. Hidayatul Rahmi, M.Kep ) ( Ns. DianAfriyani, S.Kep)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG

TAHUN 2023
1. Pengertian Vertigo
Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau gerakan dari tubuh atau
lingkungan sekitarnya dengan gejala lain yang disebabkan oleh gangguan alat
keseimbangan tubuh oleh berbagai keadaan atau penyakit dengan demikian vertigo
bukan suatu gejala pusing berputar saja, tetapi merupakan suatu kumpulan gejala atau
satu sindrom yang terdiri dari gejala somatic (nistagmus, untoble), otonomik (pucat,
peluh dingin, mual dan muntah dizziness lebih mencerminkan keluhan rasa gerakan
yang umum tidak spesifik, rasa goyah, kepala ringan dan perasaan yang sulit
dilukiskan sendiri oleh penderitanya. Pasien sering menyebutkan sensasi ini sebagai
nggliyer, sedangkan giddiness berarti dizziness atau vertigo yang berlangsung singkat
(Sutarni , Rusdi & Abdul, 2019).
Vertigo merupakan gejala kunci yang menandakan adanya gangguan sistem
vestibuler dan kadang merupakan gejala kelainan labirin. Namun tidak jarang gejala
vertigo ini yang menjadi gangguan sistematik lainnya misalnya (obat, hipotensi,
penyakit endokrin, dan sebagainya) (Wahyudi, 2018). Gangguan pada otak kecil
tersendiri bisa mengakibatkan vertigo yang jarang sekali ditemukan. Namun, pasokan
oksigen ke otak yang kurang sehingga bisa menjadi penyebabnya. Ada beberapa jenis
obat yang bisa menimbukan radang kronis telinga dalam. Keadaan ini juga dapat
menimbulkan vertigo misalnya, (kina, salisilat, dan streptomisin) (Fransisca, 2017).
Sistem keseimbangan pada manusia semuanya dipengaruhi oleh telinga
dalam, mata, otot dan sendi jaringan lunak untuk menyampaikan informasi yang dapat
dipercaya tentang pergerakan dan orientasi tubuh saat perubahan posisi. Jika sistem
keseimbangan seperti telinga dalam, sistem visual atau sistem proprioseptif
mengalami gangguan, maka orang tersebut akan mengalami gangguan keseimbangan
atau vertigo (Nyillo, 2018). Penyebab gangguan keseimbangan dapat merupakan
suatu kondisi anatomis yang jelas atau suatu reaksi fisiologis sederhana terhadap
kejadian hidup yang tidak menyenangkan (Widiantopanco, 2018 Dalam Sumarliyah,
2019).
2. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
Vertigo merupakan suatu gejala, penyebabnya antara lain akibat kecelakaan,
stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu sedikit atau banyak
aliran darah ke otak, dan lain-lain. Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan
keseimbangan melalui organ keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam.
Organ ini memiliki saraf yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vertigo bisa
disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkan
telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri (Mardjono, 2018).
Keseimbangan dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi tentang posisi
tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata. Penyebab umum dari
vertigo (Marril KA,2017):
a.Keadaan lingkungan : mabuk darat, mabuk laut.
b. Obat-obatan : alkohol, gentamisin.
c.Kelainan telinga : endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam
telinga bagian dalam yang menyebabkan benign paroxysmal positional.
d. Vertigo, infeksi telinga bagian dalam karena bakteri, labirintis, penyakit maniere.
e.Peradangan saraf vestibuler, herpes zoster.
f. Kelainan Neurologis : Tumor otak, tumor yang menekan saraf vestibularis, sklerosis
multipel, dan patah tulang otak yang disertai cedera pada labirin, persyarafannya atau
keduanya.
g. Kelainan sirkularis : Gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya aliran
darah ke salah satu bagian otak ( transient ischemic attack ) pada arteri vertebral dan
arteri basiler.
3. TANDA DAN GEJALA
Salah satu gejala kondisi vertigo yang paling umum adalah pusing, yang biasanya
memburuk dengan gerakan kepala. Gejala ini biasanya digambarkan oleh
pengidapnya sebagai sensasi berputar, dengan ruangan atau benda di sekitar mereka
tampak bergerak. Selain itu, ada beberapa gejala vertigo lain yang juga dapat terjadi,
seperti:
a. Peningkatan keringat.
b. Mual.
c. Muntah.
d. Sakit kepala.
e. Telinga terasa berdengung.
f. Timbulnya gangguan pendengaran.
g. Gerakan mata yang tidak disengaja.
h. Kehilangan keseimbangan.
i. Serangan awal kondisi vertigo biasanya berlangsung selama beberapa jam saja.
Namun, jika tidak segera ditangani, vertigo akan selalu kambuh yang dapat meningkatkan
risiko terjadinya stroke.
4. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC
a. Pemeriksaan Fisik :
1) Pemeriksaan mata
2) Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
3) Pemeriksaan neurologik
4) Pemeriksaan otologik
5) Pemeriksaan fisik umum
b. Pemeriksaan khusus
1) ENG
2) Audiometri dan BAEP
3) Psikiatrik
c. Pemeriksaan tambahan
1) Laboratorium
2) Radiologik dan Imaging
3) EEG, EMG, dan EKG
5. KOMPLIKASI
a. Stroke
b. Obstruksi peredaran darah dilabirin
c. Labirintitis (Viral, Bakterial)
d. Penyakit Meniere
e. Infeksi
f. Inflamasi
g. Tumor
h. Kegelisahan
i. Kerusakan otak
j. Depresi
k. Kesulitan melakukan tugas sehari-hari
l. Menurunnya kualitas hidup secara keseluruhan
m. Terganggunya keseimbangan dan koordinasi tubuh
n. Masalah saraf yang menyebabkan nyeri, mati rasa atau kesemutan
o. Kelumpuhan
p. Gangguan pendengaran permanen
q. Hilangnya sensasi secara permanen
r. Penyebaran kanker
s. Penyebaran infeksi
t. Cedera traumatis karena jatuh
u. Tidak sadar dan koma
6. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan vertigo berbeda tergantung dari penyebab vertigonya.
Walau demikian, penanganan gejala vertigo pada umumnya dapat ditangani
mengunakan medikamentosa yang sama, yaitu betahistine atau dimenhydrinate.
Terapi nonmedikamentosa yang dapat dilakukan di antaranya adalah terapi
rehabilitasi vestibular dan pembedahan.
a. Medikamentosa
Medikamentosa utama untuk vertigo adalah betahistine yang
digunakan untuk menangani vertigo perifer. Obat lain yang dapat
digunakan di antaranya adalah metoclopramide, dimenhydrinate,
ondansetron, prometazine, atau golongan benzodiazepine seperti
diazepam dan lorazepam. Vertigo terkait migraine dapat ditangani dengan
pemberian metoprolol, flunarizine, asam valproat, dan topiramat.
Pada vertigo yang disebabkan oleh stroke, medikamentosa untuk
stroke juga harus diberikan berupa pemberian alteplase intravena, aspirin,
atau clopidogrel pada stroke iskemik atau pemberian antihipertensi pada
stroke hemorrhagik.
b. Betahistine
Betahistine merupakan obat yang umum digunakan untuk meredakan
gejala vertigo, bekerja dengan cara menyekat reseptor histamin H3
(presinaps) dan H2 (postsinaps, lemah). Betahistine dapat meningkatkan
sirkulasi mikro darah ke telinga dalam (labirin). Efek terapeutik yang
optimal tercapai dalam jangka waktu panjang, sehingga dosis pemberian
betahistine direkomendasikan sebesar 24 mg, 2 kali sehari, selama 2-3
bulan. Betahistine umum digunakan pada vertigo dengan penyebab di
perifer seperti penyakit Meniere dan benign paroxysmal positional
vertigo (BPPV).
c. Non medikamentosa
Rehabilitasi vestibular untuk tata laksana vertigo kronis (gejala yang
timbul persisten lebih dari 1 bulan) direkomendasikan untuk mengurangi
gejala vertigo. Rehabilitasi vestibular dapat dilakukan untuk pasien
dengan lesi vestibular stabil, lesi perifer atau campuran dengan sentral,
pasca trauma, psikogenik, BPPV dan untuk orang tua dengan vertigo.
Rehabilitasi dan latihan ini dapat dilakukan di rumah sehari-hari dan
memiliki prinsip dan tujuan untuk menstabilkan pandangan dan postur,
mengurangi vertigo dan meningkatkan aktivitas sehari-hari.
Manuver reposisi dapat dilakukan untuk BPPV. Pada BPPV
kanal posterior dapat dilakukan manuver Epley dan manuver Semont.
Pada BPPV kanal lateral, dapat dilakukan manuver Lampert roll dan
manuver Gufoni. Manuver ini dilakukan untuk mengembalikan debris
pada endolimfe ke vestibular, dimana yang menjadi penyebab vertigo.
d. Pembedahan
Tata laksana pembedahan dipertimbangkan pada BPPV kanal
posterior yang tidak membaik dengan manuver reposisi. Neurektomi dan
pembedahan pada oklusi kanalis semisirkularis dapat dilakukan untuk
vertigo perifer yang tidak membaik(Nathania, n.d.-b).

7. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY


Menurut Price,S.A (2018) Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan
informasi aferen yang disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang
terpenting dalam sistem ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan,
yang secara terus menerus menyampai kan impulsnya ke pusat keseimbangan.
Susunan lain yang berperan ialah sistem optik dan pro prioseptik, jaras-jaras
yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N. III, IV dan VI,
susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis. Menurut Wilson (2018)
Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh
reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan
kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual
dan yang paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik.Menurut Wilson
(2018) Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi
alat keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan
proprioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam
keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih lanjut. Respons yang muncul
berupa penyesuaian otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan
bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya
terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer
atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang
gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan
terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom; di samping
itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan
abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri/
berjalan dan gejala lainnya (Vertigo, n.d.).

pathway
8. KONSEP DASAR PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan dan merupakan
suatu proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis
dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevalu-
aluasi status kesehatan klien (Suarni dan Apriyani,2017)
Adapun pengkajian kasus Vertigo Menurut Asmada,doni,2018 adalah:
a. Identitas Pasien
Nama, tempat tanggal lahir, umur alamat, pekerjaan, jenis kelamin,
agama, suku, sumber biaya, tanggal masuk RS dan diagnosa medis.
b. Riwayat kesehatan
Dilakukan untuk menggali masalah keperawatan lainnya sesuai
keluhan utama pasien.
1) Keluhan utama
Klien mengeluh nyeri
2) Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan nyeri dibagian kepala, nyeri yang dirasakan seperti
berputar-putar, nyeri yang dirasakan apabila klien duduk atau
berdiri. Rasa nyeri berkurang apabila klien berbaring. Nyeri
dirasakan hilang timbul skla nyeri 7 (0-10)
3) Riwayat kesehatan dahulu
Pengkajian masa lalu digunakan untuk menggali berbagai kondisi
yang memberikan dampak tehadap kondisi saat ini. Perawat
menanyakan riwayat masuk rumah sakit dan penyakit yang pernah
diderita, penggunaan obat-obatan, dan adanya alergi. Riwayat nutrisi
dan riwayat pola hidup juga penting dikaji detail pada pasien.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang memiliki penyakit
seperti klien dan tidak ada penyakit keturunan seperti jantung,diabetes
militus dan astma.
a) Aktivitas/istrahat: dengan gejala kelemahan, kelelahan
b) Sistem Pernafasan : frekwensi nafas normal 20 x/menit
pergerakan dada kanan dan kiri simetris dan tidak ada sianosis.
c) Sistem Persyarafan :Bicara normal, orientasi waktu
menjawab dengan baik, orientasi orang menjawab dengan baik,
orientasi tempat klien baik, pupil mengecil saat diberi reflek
cahaya, klien tidak dapat menggerkkan bola mata ke atas dan ke
bawah.
d) Sistem Cardioveskuler: konjungtiva anemis, tidak
jugularis,CRT< 3 detik, bentuk thorax simetris, tekanan darah
normal 120/90 mmHg, nadi 80 x/menit
e) Sistem pencernaan : Mukosa bibir tidak kering, tidak ada
pembengkakan tonsil, mulut bersih, bising usus 10 x/menit, reflex
menelan baik, pada saat di palpasi tidak ada nyeri tekan turgor
kulit baik, dan tidak terjadi distensi abdomen.
f) Sistem Perkemihan : Volume urine 1000 cc/hari,warna kuning
jernih, tidak terpasang kateter, saat di palpasi tidak ada
pemebesaran kaandung kemih, pada saat di palpasi tidak ada
nyeri pada ginjal
g) Sistem Integumen : Kulit bewarna sawo matang,kulit teraba
hangat, warna rambut hiam, terdapat ubun-ubun, tidak adanya
kemerahan atau hematum.
h) Sistem pendengaran : klien mengatakan sulit mendengar,
distorsi sensori, konsentrasi buruk
i) Eliminasi: Gejala riwayat perawatan dirumah sakit
sebelumnya karena perdarahan, gatrointestinal, atau masalah
yang berhubungan dengan gastrointestinal.
j) Makanan/cairan: Gejala anoreksia, mual, muntah, tidak ada
masalah menelan ,tidak adanya nyeri ulu hati, tidak terjadi
penurunan berat badan,penurunan nafsu makan.
k) Neurologi: Gejala rasa denyutan, pusing/sakit kepala,
kelemahan.
l) Nyeri atau kenyamanan: Gejala nyeri, digambarkan sebagai
tajam, dangkal, tertusuk- tusuk.
m) Pola tidur : klien mengatakan tidurnya tidak puas, terdapat
kantung mata,klien mengatakan tidak bisa tidur,klien mengatakan
pola tidur berubah.
n) Pengetahuan : klien selalu menanyakan tentang penyakitnya
2. Perumusan Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala
penyakit
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang
kontrol tidur
3. Risiko jatuh berhubungan dengan gangguan
keseimbangan
3. Intervensi keperawatan
Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
(SDKI)
Status kenyamanan Pengaturan posisi
Gangguan rasa diharapkan status kenyamanan 1. tempatkan matras/tempat
nyaman meningkat dengan kriteria hasil : pada tidur terapeutik
• Keluhan tidak nyaman (5) yang tepat
• Gelisah (5) 2. tempatkan pada posisi
• Mual (5 terapeutik
3. tempatkan objek yang
sering digunakan dalam
jangkauan
4. sediakan matras yang
kokoh atau padat
5. posisikan pada
kesejajaran tubuh yang
tepat
Gangguan pola Pola Tidur diharapkan pola tidur Dukungan tidur
Tidur membaik dengan kriteria hasil : 1. kaji pola aktivitas dan
• keluhan sulit tidur (1) tidur
• keluhan tidak puas tidur 2. Kaji faktor penyulit tidur
(1) 3. Modifikasi lingkungan
• keluhan pola tidur
• tidur berubah (1) 4. Ajarkan cara
• keluhan istirahat tidak menghilangkan stres
cukup (1) sebelum tidur
5. Tetapkan jadwal tidur
rutin
6. Lakukan prosedur untuk
meningkatkan
kenyamanan
Nausea Tingkat Nausea diharapkan Manajemen Mual
tingkat nausea menurun dengan 1. identifikasi pengalaman
kriteria hasil : mual
• Keluhan mual (5) 2. identifikasi dampak mual
• • Perasaan ingin muntah terhadap kualitas hidup
(5) 3. identifikasi faktor
terhadap mual
4. monitor mual
5. kendalikan faktor
lingkungan penyebab
mual
6. ajarkan penggunaan
teknik nonfarmakologis
untuk menghilangkan
mual
Defisit pengetahuan Tingkat pengetahuan diharapkan Edukasi pengetahuan jatuh
tingkat pengetahuan meningkat 1. Kaji gangguan kognitif
dengan kriteria hasil : dan fisik yang
• pertanyaan tentang memungkinkan jatuh
masalah yang dihadapi (5) 2. periksakan kesiapan
• • persepsi yang keliru menerima informasi dan
terhadap masalah (5) persepsi terhadap risiko
jatuh
3. Siapkan materi, media
tentang faktor-faktor
penyebab, cara
identifikasi dan
pencegahan resiko jatuh
dirumah
4. Ajarkan mengkaji
perilaku dan faktor yang
berkontribusi terhadap
resiko jatuh dan cara
mengurangi penyebab
resiko jatuh
5. Ajarkan memodifikasi
area-area yang
membahayakan dirumah
Risiko jatuh Tingkat Jatuh diharapkan tingkat Pencegahan Jatuh
jatuh menurun dengan kriteria 1. Kaji faktor risiko jatuh
hasil : 2. identifikasi faktor
• jatuh saat berdiri (1) lingkungan yang
• jatuh saat duduk (1) meningkatkan risiko
• jatuh saat berjalan (1) jatuh
indikator : 3. gunakan alat bantu saat
1. menurun berjalan
2. cukup menurun 4. anjurkan memanggil
3. sedang perawat atau keluarga
4. cukup membutuhkan bantuan
5. meningkat untuk berpindah
6. 5. Meningkat 5. anjurkan menggunakan
alas kaki yang tidak licin

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah satatus kesehatan yang dihadapi ke
status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan krikteria hasil yang
diharapkan (Suarni dan Apriyani,2017)

5. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan
terencanatentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukandilakukan,berkesinambung-an dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatanlainnya.Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam
menilaitindakan keperawatan yang telah ditentukan,untuk mengetahui
pemenuhankebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan(Suarni dan Apriyani, 2017)
DAFTAR PUSTAKA

Fransisca. (2017). Neurology In Elderly : Dizzines dan Vertigo Pada Usia Lanjut. BANU.

Sutarni , Rusdi & Abdul. (2019). Panduan Praktis Diagnosis & Tatalaksana Penyakit Saraf.
Jakarta: EGC

Wahyudi. (2018). Neurologi Praktis. Jakarta : Widya Medika

Widiantopanco. (2018). Dalam Sumarliyah. (2019) Asuhan Keperawatan Praktis .


Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC Dalam Berbagai Kasus. Yogyakarta:
Medication

Anda mungkin juga menyukai