Anda di halaman 1dari 16

SINDROM KORONER AKUT

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

Anggresya putri malini 1914201009

Annisa khairani 1914201010

Cindy Sonia putri 1914201011

Della sepnita 1914201012

Dhea putri azizah 1914201013

Fhadila putri 1914201014

KEPERAWATAN VII.A

Dosen Pengampu:

Ns.Revi Neini Ikbal.,M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KSEHATAN ALIFAH PADANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat serta karunia-Nya, baik berupa kesempatan maupun pengetahuan
sehingga makalah “ Sindrom Koroner Akut” ini dapat kami selesaikan dalam bentuk maupun
isinya dengan sebaik-baiknya.
Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Dosen Ns.Revi Neini Ikbal,M.Kep karena atas
bimbingan serta saran dari ibuklah kami dapat menyusun makalah ini sehingga dapat dibaca
serta dipahami isinya. kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari
sempurna ,baik dari segi penyusunan yang masih kurang teratur ,pembahasan yang kurang
sesuai dengan materi, ataupun penulisannya yang kurang tepat atau kesalahan saat mengetik
kata demi kata ,karena pengalaman kami yang masih kurang .
Demikianlah yang dapat kami sampaikan , kami berharap semoga makalah ini bisa
menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu dimohonkan kepada ibuk dan
teman-teman yang membaca makalah ini agar memberikan kritik dan saran yang membangun
agar kedepannya, bisa diperbaiki menjadi lebih baik, kepada ibuk dosen yang terhormat
dimohon bimbingannya lebih lanjut , terutama bimbingan terhadap penyusunan makalah dan
dalam mata kuliah keperawatan gerontik.

Padang, 29 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................2


DAFTAR ISI .........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................3
A. Latar belakang ...................................................................................................4
B. Rumusan masalah .............................................................................................4
C. Tujuan penulisan ...............................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORITIS ..........................................................................5
A. Konsep Dasar Sindrom Koroner Akut (SKA ) .................................................5
B. Askep Kritis Pasien Dengan Sindrom Koroner Akut (SKA) ...........................7
BAB III PENUTUP ...............................................................................................15
A. Kesimpulan .......................................................................................................15
B. Saran .................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sindrom koroner akut adalah suatu kumpulan gejala klinis iskemia miokard yang terjadi
akibat kurannya aliran darah ke miokardium berupa nyeri dada, perubahan segemn ST pada
Electrocardiogram (EKG), dan perubahan biomarker jantung (Kumar & Cannon,2009).
Sistem koroner akut cukup berbahaya tetapi dapat dicegah. Walaupun penyakit ini sering
terjadi, banyak ditemukan dan memberikan kematian mendadak, namun sebenarnya penyakit
ini dapat dicegah. Diperlukan upayaupaya tersendiri maupun secara bersama-sama untuk
mencegah penyakit ini.
Sindrom koroner akut atau penyakit kardiovaskuler saat ini merupakan salah satu
penyebab utama dan pertama kematian di Negara maju dan berkembang, termasuk Indonesia.
Pada tahun 2010, secara global penyakit ini akan menjadi penyebab kematian pertama di
negara berkembang, menggantikan kematian akibat infeksi. Diperkirakan bahwa diseluruh
dunia, sindrom koroner akut pada tahun 2020 menjadi pembunuh pertama tersering yakni
sebesar 36% dari seluruh kematian, angka ini dua kali lebih tinggi dari angka kematian akibat
kanker. Di Indonesia dilaporkan sindrom koroner akut (yang dikelompokkan menjadi
penyakit sistem sirkulasi) merupakan penyebab utama dan pertama dari seluruh kematian,
yakni sebesar 26,4%, angka ini empat kali lebih tinggi dari angka kematian yang disebabkan
oleh kanker (6%). Dengan kata lain, lebih kurang satu diantara empat orang yang meninggal
di indonesia adalah akibat sindrom koroner akut. Berbagi faktor resiko mempunyai peran
penting timbulnya sindrom koroner akut mulai dari aspek metabolic, hemostasis, imunlogi,
infeksi, dan banyak faktor lain yang saling terkait.
B. Rumusan masalah
a. Apa konsep dasar sindrom coroner akut (SKA) ?
b. Bagaimana asuhan keperawatan kritis pasien dengan sindrom coroner akut
(SKA)?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui apa konsep dasar sindrom coroner akut (SKA).
b. Untuk mengetahui asuhan keperawatan kritis pasien dengan sindrom coroner akut
(SKA).
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Sindrom Koroner Akut (SKA )


1. Pengertian Sindrom Koroner Akut (SKA)
Sindroma Koroner Akut (SKA) atau Acute Coronary Syndrome (ACS),
adalah suatu terminologi yang dipakai untuk menunjukkan sekumpulan gejala
nyeri dada iskhemik yang akut dan perlu penanganan segera (keadaan emergensi).
SKA merupakan sindroma klinis akibat adanya penyumbatan pembuluh darah
koroner, baik bersifat intermitten maupun menetap akibat rupturnya plak
atherosklerosis. Hal tersebut menimbulkan ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen miokard. SKA sendiri merupakan bagian dari penyakit jantung
koroner (PJK) dimana yang termasuk ke dalam SKA adalah angina pektoris tak
stabil (Unstable Angina Pectoris/UAP), infark miokard dengan ST Elevasi (ST
Elevation Myocard Infarct/STEMI), dan infark miokard tanpa ST Elevasi (Non
ST Elevation Myocard Infarct/NSTEMI). (Hamm et al, 2011; Majid, 2008;
Myrtha, 2012 dalam Prihandana 2013).
Sindrom koroner akut mengakibatkan jumlahkematian yang tinggi dan
meningkat setiap tahunnya karena ketidakseimbanganantara kebutuhan oksigen
pada jantung dan aliran darah (Irman, Nelista andKeytimu, 2020, p. 22).

2. Etiologi Sindrome Koroner Akut (SKA)


Penyebab terjadinya SKA menurut (irman, nelista and keytimu, 2020, p. 23) yaitu
sebagai berikut :
a. Tebalnya endapan lemak pada dinding pembuluh darah sehingga
mengakibatkan penurunan aliran darah miokrad akibat penyempitan arteri
koroner.
b. Adanya sumbatan dinamis akibat spasme lokal arteri koroner epikardial
c. Katub jantung yang abnormal
d. Infeksi bakteri
e. Faktor ekstrinsik seperti anemia, hipotensi dan takikardi.
3. Faktor Resiko Sindrome Koroner Akut (SKA)
Faktor resiko dari SKA dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu faktor yang
dapat dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi
a. Faktor yang dapat dimodifikasi
Peningkatan tekanan darah, diabetes melitus (DM), peningkatan kolesterol
darah, merokok, kurang olahraga (latihan fiaik), diet dengan kadar lemak
tinggi ( sehinga mengakibatkan kegemukan), dan stres.
b. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi yaitu :
Memiliki riwayat keturunan , usia, jenis kelamin, dan etnis.

4. Klasifikasi Sindrom Koroner Akut (SKA)


Menurut (Sheehy, 2018, p. 176) SKA terbagi menjadi tiga bagian yaitu sebagai
berikut :
a. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST)
/STEMI.Berhubungan dengan oklusi total arteri oleh trombus akibat dari
rupturnya plak. Hasil EKG memperlihatkan 1 mm atau lebih elevasi pada
ST segmendalam dua atau lebih lead yang berdekatan.
b. Infark miokard akut dengan non-elevasi segmen ST (IMA-NEST)
/nonSTEMI.
Nyeri dada atau angina berhubungan dengan depresi pada ST segmen
dancardiac biomarkers positif. Mengindikasikan rupturnya plak dan
oklusikoroner secara intermitan.
c. Angina pectoris tidak stabil (APTS)/UAP.
Perubahan pada pola angina pasien yang biasa mengalami nyeri dadsa
iskemik menjadi tidak bisa diprediksi lebih berat dan lebih sulit hilang.
UAP dapatterjadi pada saat istirahat bahkan pada saat bangun dari tidur.
UAP muncullebih sering dan durasi angina lebih panjang dinbandingkan
dengan angina biasanya. Mengindikasikan adanya plak aterosklerosis yang
tidak stabil dan berpotensi mengalami ruptur. Depresi ST segmen atau
inversi gelombang Tyang bersifat sementara (tansient) atau tidak ada
perubahan EKG ,cardiack biomarker hasilnya negatif.

5. Komplikasi Sindrome Koroner Akut (SKA)


a. Gagal jantung
b. Gangguan irama jantung
c. Syok kardiogenik
d. Ruptur jantung
e. Kongesti paru
f. Perikarditis
g. Trombus ventrikel kiri
h. Regurgitasi katub mitral

B. Asuhan Keperawatan Kritis Pasien Dengan Sindrom Koroner Akut (SKA)


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan suatu tindakan atau tahapan yang paling pertamadalam
melakukan asuhan keperawatan. Pada tahap ini perawat mengumpulkandata
berupa data subyektif dan data objektif. data subyektif diperoleh melalui
wawancara dengan pasien dan keluarga sedangkan data obyektif diperoleh
melalui pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (Irman, Nelista and
Keytimu, 2020, p. 60).
a. Biodata klien
Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pendidkan, pekerjaan,
agama, suku/ bangsa, waktu masuk rumah sakit, waktu pengkajian,
diagnosa medis, nomor MR dan almat. Identitas penanggung jawab
meliputi : nama, umur, pekerjaan, agama, pendidikan, suku/ bangsa,
alamat, hubungan dengan klien.
b. Pengkajian primary survey
1) Airway
Proses yang dilakukan yaitu pemeriksaan obstruksi jalan nafas,
adanya suara nafas tambahan adanya benda asing.
2) Breathing
Fekuensi nafas, apa ada penggunaan otot bantu nafas, retraksi
dada, adanya sesak nafas, palpasi pengembangan paru, auskultasi
suara nafas, kaji adanya suara nafas tambahan.
3) Circulation
Pengkajian mengenai volume darah dan cardiac output serta
adanya perdarahan. pengkajian juga meliputi status hemodinamik,
warna kulit, nadi.
4) Disability
Pengkajian meliputi tingkat kesadaran compos mentis (E4M6V5)
GCS 15, pupil isokor, muntah tidak ada, ekstremitas atas dan
bawah normal, tidak ada gangguan menelan.
5) Exsposure
Pengkajian meliputi untuk mengetahui adanya kemungkinan cidera
yang lain, dengan cara memeriksa semua tubuh pasien harus tetap
dijaga dalam kondisi hangat supaya untuk mencegah terjadinya
hipotermi.
6) Monitor EKG
Pemeriksaan ini di lakukan melihat kondisi irama dan denyut
jantung
c. Pengkajian secondary survey
1) Keluhan utama
Keluhan utama yaitu penyebab klien masuk rumah sakit yang
dirasakan saat dilakukan pengkajian yang ditulis dengan singkat
dan jelas. Keluhan klien pada gagal jantung bisa terjadi sesak
nafas, sesak nafas saat beraktivitas, badan terasa lemas, batuk tidak
kunjung sembuh berdahak sampai berdarah, nyeri pada dada, nafsu
makan menurun, bengkak pada kaki.
2) Riwayat penyakit sekarang
Merupakan alasan dari awal klien merasakan keluhan sampai
akhirnya dibawa ke rumah sakit dan pengembangan dari keluhan
utama dengan menggunakan PQRST :
P (Provokative/Palliative) : apa yang menyebabkan gejala
bertambah berat dan apa yang dapat mengurangi gejala.
Q (Quality/Quantity) : apa gejala dirasakan klien namun sejauh
mana gejala yang timbul dirasakan.
R (Region/Radiation) : dimana gejala dirasakan? menyebar? Yang
harus dilakukan untuk mengurangi dan menghilangkan rasa
tersebut.
S (Saferity/Scale) : berapa tingkat parah nya gejala dirasakan?
Skalanya brapa?
T (Timing) : lama gejala dirasakan ? waktu tepatnya gejala mulai
dirasakan.
3) Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan mengenai masalah-masalah seperti adanya riwayat
penyakit jantung, hipertensi, perokok hebat, riwayat gagal jantung,
pernah dirawat dengan penyakit jantung, kerusakan katub jantung
bawaan, diabetes militus dan infark miokard kronis.
4) Riwayat penyakit keluarga
Hal yang perlu dikaji dalam keluarga klien, adakah yang menderita
penyakit sama dengan klien, penyakit jantung, gagal jantung,
hipertensi.
5) Riwayat psikososial spiritual
Yaitu respon emosi klien pada penyakit yang di derita klien dan
peran klien di pada keluarga dan masyarakat serta respon dan
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari dalam keluarga atau
masyarakat.
6) Pola persepsi dan konsep diri
Resiko dapat timbul oleh pasien gagal jantung yaitu timbul akan
kecemasan akibat penyakitnya. Dimana klien tidak bisa beraktifitas
aktif seperti dulu dikarenakan jantungnya yang mulai lemah.
7) Pola aktivitas sehari- hari
a) Pola nutrisi
Kebiasaan makan klien sehari-hari, kebiasaan makan-
makanan yang dikonsumsi dan kebiasaan minum klien
sehari-hari, pasien akibat gagal jantung akan mengalami
penurunan nafsu makan, meliputi frekwensi, jenis, jumlah
dan masalah yang dirasakan.
b) Pola eliminasi
Kebiasaan BAB dan BAK klien akan berpengaruh terhadap
perubahan sistem tubuhnya.
c) Pola istirahat tidur
Kebiasaan klien tidur sehari-hari, terjadi perubahan saat
gejala sesak nafas dan batuk muncul pada malam hari.
Semua klien akibar gagal jantung akan mengalami sesak
nafas, sehingga hal ini dapat menganggu tidur klien.
d) Personal hygiene
Yang perlu di kaji sebelum dan sesudah pada psien
yaitunya kebiasaan mandy, gosok gigi, cuci rambut, dan
memotong kuku.
e) Pola aktivitas
Sejauh mana kemampuan klien dalam beraktifitas dengan
konsdisi yang di alami pada saat ini.
8) Pemeriksaan fisik head toe toe
a) Kepala
Inspeksi: simetris pada kepala, rambut terlihat kering dan
kusam, warna rambut hitam atau beuban, tidak adanya
hematom pada kepala, tidak adanya pedarahan pada kepala.
Palpasi: tidak teraba benjolan pada kepala, rambut teraba
kasar.
b) Mata
Inspeksi : simetris kanan dan kiri, tidak ada kelainan pada
mata, reflek pupil terhadap cahaya baik, konjungtiva
anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada pembengkakan pada
mata, tidak memakai kaca mata.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan lepas pada daerah mata,
tidak teraba benjolan disekitar mata.
c) Telinga
Inspeksi : simetris kiri dan kanan pada telinga, tidak terjadi
perdarahan, tidak ada pembengkakan, dan pendengaran
masih baik.
Palpasi : tidak terasa benjolan pada daun telinga, tidak ada
nyeri saat diraba bagian telinga, tidak ada perdarahan pada
telinga baik luar maupun dalam.
d) Hidung
Inspeksi : simetris pada hidung, tidak ada kelainan bentuk
pada hidung, tidak ada perdarahan, ada cuping hidung,
terpasang oksigen.
Palpasi : tidak terasa benjolan pada hidung dan tidak ada
perdarahan pada hidung.
e) Mulut dan tenggorokan
Inspeksi : mulut terlihat bersih, gigi lengkap atau tidak
sesuai dengan usia, mukosa lembab/ kering, tidak ada
stomatitis, dan tidak terjadi kesulitan menelan.
f) Thoraks
Inspeksi : dada tampak simetris tidak ada lesi pada thorak,
tidak ada otot bantu pernafasan, dan tidak terjadi
perdarahan pada thorak.
Palpasi : tidak teraba benjolan pada dada, suhu pada thorak
teraba sama kiri kanan
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : vesikuler atau terdapat suara tambahan pada
thoraks seperti ronkhi, wheezing, dullnes.
g) Jantung
Inspeksi : ictus cordis terlihat, arteri carotis terlihat dengan
jelas di leher.
Palpasi: denyut nadi meningkat, CRT > 3 detik
Perkusi : pekak
Auskultasi : S1 dan S2 reguler atau terdapat suara
tambahan seperti mur-mur dan gallop
h) Abdomen
Inspeksi : abdomen tampak datar, tidak ada pembesaran,
tidak ada bekas operasi, dan tidak adanya lesi pada
abdomen.
Auskultasi : bising usus 12x/m
Perkusi : saat diperkusi terdengat bunyi tympani
Palpasi : tidak terasa adanya massa/ pembengkakan, hepar
dan limpa tidak terasa,tidak ada nyeri tekan dan lepas
didaerah abdomen.
i) Genetalia
Pasien terpasang kateter, produksi urin banyak karena
pasien jantung dapat diuretik.
j) Ekstremitas
Ekstremitas atas : terpasang infus salah satu ekstremtas
atas, tidak ditemukan kelainan pada kedua tangan, turgor
kulit baik, tidak terdapat kelainan, akral teraba hangat,
tidak ada edema, tidak ada terjadi fraktur pada kedua
tangan. Ekstremitas bawah : tidak ditemukankelainan pada
kedua kaki, terlihat edema pada kedua kaki dengan piring
udem > 2 detik, type derajat edema, tidak ada varises pada
kaki, akral teraba hangat.
d. Pemeriksaan penunjang
1) Laboratorium: hematologi (Hb, Ht, Leukosit), eritolit (kalium,
natrium, magnesium), analisa gas darah.
2) EKG (elektrokardiogram): untuk mengukur kecepatan dan
keteraturan denyut jantung.
3) Ekokardiografi: untuk mendeteksi gangguan fungsional serta
anatomis yang menjadi penyebab gagal jantung.
4) Foto rontgen dada: untuk melihat adanya pembesaran pada
jantung, penimbunan cairan pada paru-paru atau penyakit paru lain
e. Theraphy
1) Digitalis: untuk meningkatkan kekuatan kontraksi jantung dan
memperlambat frekuensi jantung misal: Digoxin.
2) Diuretik: untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal
serta mengurangi edema paru misal : Furosemide (lasix).
3) Vasodilator : untuk mengurani tekanan terhadap penyemburan
darah oleh ventrikel misal : Natriumnitrofusida, nitrogliserin.
4) Trombolitik/ pengencer darah dan antibiok

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik mengenai individu, klien, tentang
masalah kesehatan aktual, potensial dan resiko atas dasar seleksi intervensi
keperawatan untuk menggapai tujuan asuhan keperawatan menurut atas
kewenangan perawat (Herman & Kamitsuru, 2015) :
1) Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap
sumbatan arteri yang ditandai dengan : penurunan curah jantung
2) Penurunan curah jantung berhubungan dengan adanya perubahan faktor
listrik, penurunan karakteristik miokard.
3) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan iskemik,
kerusakan otot jantung penyumbatan pembuluh darah arteri koronaria
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antar suplay
oksigen miokard dan kebutuhan, adanya iskemia/ nekrosis jaringan
miokard

3. Intervensi keperawatan
Proses perencanaan dalam menyusun intervensi yang bertujuan
mencegah,mengurangi dan meminimalkan masalah-masalah yang dialami oleh
klien.Pada tahap ini perawat menilai kekuatan dan kelemahan klien,
kepercayaandan nilai yang dianut klien, peran dan kolaborasi dengan tenaga
kesehatanyang lain, kemampuan dalam mengambil keputusan dan pemecahan
masalah,melakukan strategi keperawatan serta dokumentasi keperawatan.

4. Implementasi keperawatan
Pelaksanaan keperawatan merupakan tahap keempat dari proses keperawatan,
dimana rencana perawatan dilaksanakan pada tahap ini perawat siap untuk
menjelaskan dan melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam
rencana keperawatan pasien, agar implementasi perencanaan ini tepat waktu dan
efektif terhadap biaya, perlu mengidentifikasi prioritas perawatan pasien. Prinsip
dalam memberikan tindakan keperawatan menggunakan kominikasi teraputik
serta penjelasan setiap tindakan yang diberikan pada pasien.

5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Langkah dari evaluasi
proses keperawatan adalah mengukur respon pasien terhadap tindakan
keperawatan dan kemajuan pasien kearah pencapaian tujuan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sindrom koroner akut adalah suatu kumpulan gejala klinis iskemia miokard yang
terjadi akibat kurannya aliran darah ke miokardium berupa nyeri dada, perubahan segemn
ST pada Electrocardiogram (EKG), dan perubahan biomarker jantung (Kumar &
Cannon,2009).
Sistem koroner akut cukup berbahaya tetapi dapat dicegah. Walaupun penyakit ini
sering terjadi, banyak ditemukan dan memberikan kematian mendadak, namun
sebenarnya penyakit ini dapat dicegah. Diperlukan upayaupaya tersendiri maupun secara
bersama-sama untuk mencegah penyakit ini.
Dan untuk melakukan pemeriksaan pada pasein sindrom coroner akut kita sebagai
perawat harus mulai dari pemeriksaan primary survei yang mencaku
airway,breathing,circulation ,disability dan exposure. setelah itu baru Malukan
pemeriksaan secondary survai atau pemeriksaan secara menyeluruh.

B. Saran
Sebagai seorang calon perawat diharapkan bisa memahami penyakit sindrom
koroner akut dan bagaimana asuhan keperawatan kritis pada pasien dengan sindrom
koroner akut sehingga dapat membantu untuk pemulihan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Irman, O., Nelista, Y. and Keytimu, Y. M. H. (2020) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Sindrom KORONER AKUT. Jawa Timur:CV.Penerbit Qiara Media.

Sheehy (2018) Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana. 1st edn. Edited by A.Kurniati, Y.
Trisyani, and M. Theresia, Siwi, Ikaristi. Singapore:ELSEVIER.

Bachrudin, M & Najib, Moh. 2016. Modul Bahan Ajar Ceta  Modul Bahan Ajar Cetak
Keperawatan: k Keperawatan:  Keperawatan Medikal Bedah 1. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai