(NSTEMI)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini
dengan judulNon ST-Elevation Myocardial Infarction (NSTEMI).
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen
Kardiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing, dr.Zulfikri Mukhtar, Sp JP (K), yang telah meluangkan waktunya
dan memberikan banyak masukan dalam penyusunan laporan kasus ini sehingga
penulis dapat menyelesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai koreksi dalam penulisan
laporan kasus selanjutnya. Semoga makalah laporan kasus ini bermanfaat, akhir
kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR .....................................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN ...............................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................
BAB 3 STATUS ORANG SAKIT ..................................................................................
BAB 4 FOLLOW UP.....................................................................................................
BAB 5 DISKUSI KASUS .............................................................................................
BAB 6 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
35
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama
yang sangat serius, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Data
dari WHO tahun 2004 menyatakan penyakit infark miokard akut merupakan
penyebab kematian utama di dunia. Terhitung sebanyak 7.200.000 (12,2%)
kematian terjadi akibat penyakit ini di selutuh dunia. Infark Miokard Akut
(IMA) merupakan bagian dari PJK yang belakangan ini merupakan salah satu
jenis penyakit jantung yang sangat penting karena diderita oleh jutaan orang
dan merupakan penyebab kematian utama di beberapa negara.1
Menurut data statistik American Heart Association (AHA) 2008, pada
tahun 2005 jumlah penderita yang menjalani perawatan medis di Amerika
Serikat dengan kasus Angina Pektoris Tidak Stabil (APTS) atau Infark
Miokardium Tanpa Elevasi ST (NSTEMI) sebanyak 1,1 juta orang (80%),
sedangkan 20% kasus tercatat menderita Infark Miokardium Dengan Elevasi
ST (STEMI) .Tahun 2013, 478.000 pasien di Indonesia didiagnosa PJK.2
Sindrome koroner akut (SKA) adalah sebuah kondisi yang melibatkan
ketidaknyamanan dada atau gejala lain yang disebabkan oleh kurangnya
oksigen ke otot jantung. Sindrome koroner akut ini merupakan sekumpulan
manifestasi atau gejala akibat gangguan dari arteri koronaria.4Sindrome
koroner akut terdiri dari angina pectoris tidak stabil, infark miokard tanpa STelevasi dan infark miokarad dengan ST-elevasi. Ketiga gangguan ini memiliki
gejala awal yang sama serta tatalaksana awal yang serupa.3
Secara garis besar, faktor resiko SKA terbagi menjadi dua kelompok
berdasarkan dapat atau tidaknya dimodifikasi. Faktor resiko yang dapat
diperbaiki atau bisa diubah (modifiable) antara lain yaitu hipertensi,
hiperkolesterol, dislipidemia, merokok, obesitas, diabetes melitus, akitivitas
fisik yang kurang, stress, dan gaya hidup (life syle). Faktor resiko seperti usia,
jenis kelamin, ras dan riwayat penyakit keluarga adalah faktor-faktor yang
tidak dapat diubah (non-modifiable).17
Karakteristik utama infark miokarad tanpa ST-elevasi adalah angina
tipikal dan tidakterdapatperubahan EKG dengan gambaran elevasi ST yang
diagnostik untuk NSTEMI. Penalatalaksanaan NSTEMI dimulai sejak kontak
medis pertama. Pencegahan keterlambatan sangat penting dalam penanganan
NSTEMI karena waktu paling berharga dalam infark miokard akut adalah di
fase sangat awal, di mana pasien mengalami nyeri hebat dan kemungkinan
mengalami henti jantung.3
1.2.
Tujuan
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah:
1. Untuk memahami tinjauan ilmu teoritis penyakit infark miokard tanpaelevasi segmen
ST (NSTEMI).
2. Untuk mengintegrasikan ilmu kedokteran yang telah didapat terhadap kasus infark
miokard tanpaelevasi segmen ST (NSTEMI) serta melakukan penatalaksanaan yang
tepat, cepat, dan akurat sehingga mendapatkan prognosis yang baik.
1.3.
Manfaat Penulisan
Beberapa manfaat yang didapat dari penulisan laporan kasus ini adalah:
1. Untuk lebih memahami dan memperdalam secara teoritis tentang infark
miokard tanpaelevasi segmen ST (NSTEMI).
2. Sebagai bahan informasi dan pengetahuan bagi pembaca mengenai infark
miokard tanpaelevasi segmen ST (NSTEMI)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Sifat nyeri: rasa sakit, seperti ditekan, rasa terbakar, dan ditindih benda
berat.
Faktor pencetus: latihan fisik, stres emosi, udara dingan dan sesudah
makan.
1.4.2. PemeriksaanFisik
Sebagian besar pasien datang dengan keadaan5:
Umum: cemas, tidak bisa istirahat (gelisah), sesak, keringat dingin, tanda
Lavine (tanga mengepal di dada).
1.4.3. Elektrokardiografi
Pada gambaran EKG normal, gelombang T biasanya positif pada sadapan
(lead) I, II, dan V3 sampai dengan V6; terbalik pada sadapan aVR; bervariasi pada
sadapan III, aVF, aVL, dan V1; jarang didapatkan terbalik pada V2. Jika terjadi
iskemia, gelombang T menjadi terbalik (inversi), simetris, dan biasanya bersifat
sementara (saat pasien simptomatik). Bila pada kasus ini tidak didapatkan kerusakan
miokardium, sesuai dengan pemeriksaan CK-MB (creatine kinase-myoglobin)
maupun troponin yang tetap normal, diagnosisnya adalah angina tidak stabil. Namun,
jika inversi gelombang T menetap, biasanya didapatkan kenaikan kadar troponin, dan
diagnosisnya menjadi NSTEMI. Angina tidak stabil dan NSTEMI disebabkan oleh
trombus non-oklusif, oklusi ringan (dapat mengalami reperfusi spontan), atau oklusi
yang dapat dikompensasi oleh sirkulasi kolateral yang baik.11,12
Gambaran khas berupa depresi segmen ST lebih dari 0,5 mm (0,05 mV) pada
dua atau lebih sadapan yang bersesuaian atau inversi gelombang T yang dalam dan
simetris.13 Morfologi depresi segmen ST biasanya datar atau downsloping. Gambaran
depresi segmen ST pada angina tidak stabil atau NSTEMI bersifat sesaat (transient)
dan dinamis.11,12
Tabel2.1.LokasiInfarkMiokardberdaarkan EKG11
LokasiInfark
LokasiElevasiSegm
ArteriKororner
MiokardAkut
Anterior
Anteroseptal
en ST
V3,V4
V1,V2,V3,V4
Arterikoronerkiricabang LAD-diagonal
Arterikoronerkiricabang LAD-diagonal,
Anterior ekstensif
Anterolateral
I,aVL,V2-V6
I,aVL,V3,V4,V5,V6
cabang LAD-septal
Arterikoronerkiri proksimal LAD
Arterikoronerkiricabang LAD-diagonal
Inferior
II,III,aVF
dan/cabangsirkumfleks
Arterikoronerkanan (paling
cabangdesenden
Lateral
Septum
Posterior
VentrikelKanan
sering)
posterior
dan/
I,aVL,V5,V6
cabangarterikoronerkirisirkumfleks
Arterikoronerkiricabang LAD-diagonal
V1,V2
V7,V8,V9
V3R-V4R
dan/cabangsirkumfleks
Arterikoronerkiricabang LAD-septal
Arterikoronerkanan/sirkumfleks
Arterikoronerkananbagianproksimal
1.4.4. BiomarkaJantung
Kreatinin
kinase-MB
(CK-MB)
atau
troponin
I/T
merupakan
10
1.5. PenatalaksanaanNSTEMI
1.5.1 PenatalaksanaanAwal
Terapi awal pada pasien dengan diagnosa kerja kemungkinan SKA
atau SKA atas keluhan angina di ruang gawat darurat, sebelum ada hasil
pemeriksaan EKG dan atau marka jantung adalah :3
1. Tirah baring
2. Suplemen O2 harus diberikan segera bagi mereka dengan saturasi O2 arteri <
95% atau mengalami distres respirasi. Suplemen O2 dapat diberikan pada
semua pasien SKA dalam 6 jam pertama, tanpa mempertimbangkan saturasi
O2 aspirin.
3. Nitrogliserin tablet sublingual bagi pasien dengan nyeri dada yang masih
berlangsung, jika nyeri dada tidak hilang bisa diulang sampai 3 kali.
4. Aspirin 160-320 mg diberikan segera pada pasien tanpa komplikasi.
5. Clopidogrel dengan dosis awal 300 mg dilanjutkan dengan maintanance 75
mg per hari.
6. Morfin sulfat 1-5 mg IV, dapat diulang 10-30 menit bagi pasien yang tidak
responsif dengan terapi 3 dosis NTG sublingual.
11
1.5.3Anti Iskemia
Penyekat Beta (Beta blocker).
Keuntungan utama terapi penyekat beta terletak pada efeknya terhadap reseptor
beta-1 yang mengakibatkan turunnya konsumsi oksigen miokardium. Terapi
hendaknya tidak diberikan pada pasien dengan gangguan konduksi atrio-ventrikler
yang signifikan, asma bronkiale, dan disfungsi akut ventrikel kiri. Pada kebanyakan
kasus, preparat oral cukup memadai dibandingkan injeksi. Penyekat beta
direkomendasikan bagi pasien UAP atau NSTEMI, terutama jika terdapat hipertensi
dan/atau takikardia, dan selama tidak terdapat indikasi kontra penyekat beta oral
hendaknya diberikan dalam 24 jam pertama. Penyekat beta juga diindikasikan untuk
semua pasien dengan disfungsi ventrikel kiri selama tidak ada indikasi kontra.
Pemberian penyekat beta pada pasien dengan riwayat pengobatan penyekat beta
kronis yang datang dengan SKA tetap dilanjutkan kecuali bila termasuk klasifikasi
Kilip III. Beberapa penyekat beta yang sering dipakai adalah;3
Nitrat.
Keuntungan terapi nitrat terletak pada efek dilatasi vena yang mengakibatkan
berkurangnya preload dan volume akhir diastolic ventrikel kiri sehingga konsumsi
oksigen miokardium berkurang. Efek lain dari nitrat adalah dilatasi pembuluh darah
koroner baik yang normal maupun yang mengalami aterosklerosis. Nitrat oral atau
intravena efektif menghilangkan keluhan dalam fase akut dari episode angina. Pasien
dengan UAP/NSTEMI yang mengalami nyeri dada berlanjut sebaiknya mendapat
nitrat sublingual setiap 5 menit sampai maksimal kali pemberian, setelah itu harus
dipertimbangkan penggunaan nitrat intravena jika tidak ada indikasi kontra. Nitrat
12
intravena diindikasikan pada iskemia yang persisten, gagal jantung, atau hipertensi
dalam 48 jam pertama UAP/NSTEMI. Keputusan menggunakan nitrat intravena tidak
boleh menghalangi pengobatan yang terbukti menurunkan mortalitas seperti penyekat
beta atau angiotensin converting enzymes inhibitor (ACE-I). Nitrat tidak diberikan
pada pasien dengan tekanan darah sistolik <90 mmHg atau >30 mmHg di bawah nilai
awal, bradikardia berat (<50 kali permenit), takikardia tanpa gejala gagal jantung,
atau infark ventrikel kanan. Nitrat tidak boleh diberikan pada pasien yang telah
mengkonsumsi inhibitor fosfodiesterase: sidenafil dalam 24 jam, tadalafil dalam 48
jam. Waktu yang tepat untuk terapi nitrat setelah pemberian vardenafil belum dapat
ditentukan. Jenis dan dosis nitrat yang dipakai adalah:3
mg/hari
Nitroglicerin (trinitrin, TNT, glyceryl trinitrate): Sublingual tablet 0,3-0,6 mg
1,5 mg; Intravena 5-200 mcg/menit
13
14
BAB 3
STATUS ORANG SAKIT
Kepaniteraan Klinik RSUP. H. Adam Malik
Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan 2016
No. RM : 00.67.21.53
Nama Pasien : SARNO
Pekerjaan : PENSIUN
Tanggal : 12/04/2016
Hari : Rabu
Umur : 59 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Alamat: Jln. Bunga teratai No.3 Agama : Islam
Tlp : -
Padang bulan
Hp : 085297409221
ANAMNESIS
: Nyeri dada
Anamnesa
15
Hal ini dialami OS sejak 6 hari ini SMRS. Nyeri dirasakan os dibagian dada dan
dijumpai penjalaran kepundak kiri dan rahang kiri. Nyeri dirasakan seperti ditimpa
beban berat dan bersifat hilang timbul. Nyeri dadanya hilang timbul dengan interval
20 menit. Nyeri dirasakan ketika os tidur.Nyeri dada dirasakan tidak dipengaruhi oleh
posisi. Keringat dingin (+), mual (+), muntah (-) , sesak nafas (+) sesekali, mudah
lelah (-).
PND (-), OP (-), DOE (+). Sebelumnya OS sudah pernah ke RS luar dan dirujuk ke
IGD RSHAM untuk pemasangan balloon.
Os pernah merasakan hal yang sama sekitar 4 tahun yang lalu dan pernah dipasang
stem pada 2012 di proksimal LAD.
Riwayat hipertensi (+) dengan tensi tertinggi 200mmHg, riwayat DM (+) dengan
kadar gula darah tertinggi adalah400mg/dL, riwayat penyakit jantung pada keluarga
(-).Riwayat
merokok
(+)
sejak
SMP,
dengan
frekwensi
: CAD
Status Presens:
KU
: Baik
Kesadaran
: CM
TD
: 110/70
HR
: 82, reguler
RR
: 22 x/i
Suhu
: 36.80C
Sianosis: (-)
Ortopnu
: (-)
Dispnu
: (-)
Ikterus : (-)
Edema
: (-)
Pucat
: (-)
Pemeriksaan Fisik :
Kepala
Leher
Dinding toraks
Batas Jantung
bungkus
16
Inspeksi
: Simetris fusiformis
Atas
Palpasi
: SF kanan = kiri
Bawah:Diafragma
Perkusi
Kanan: LPSD
Kiri
: ICS II
: 1 cm lateral LMCS
Auskultasi
Jantung
: S1 (+) N
S2 (+) N
S3 (-)
S4 (-) reguler
Radiasi : -
: Suara Pernafasan
: vesikuler
Suara Tambahan
: (+)bronki
Ekstremitas
clubbing (-/-)
Inferior
Akral
: hangat
Elektrokardiografi
17
18
: 13 g/dL
dbn
Eritrosit
: 4.26 juta /L
dbn
Leukosit
: 5,890 /L
dbn
Hematokrit
: 37%
dbn
Trombosit
: 136 x 103/L
dbn
aPTT (P/K)
Metabolisme Karbohidrat
KGD sewaktu : 470 mg/dL
dbn
Ginjal
BUN
: 21 mg/dL
(8-26)
Ureum
: 45 mg/dL
(18 - 55)
Kreatinin
: 1.61 mg/dL
(0.7 - 1.3)
Elektrolit
Na/K/Cl
Enzim Jantung
Troponin I
: 0.39 ng/mL
CK-MB
: 31 U/L
(<0.1; meningkat)
(24; meningkat)
Diagnosa kerja : NSTEMI TIMI RISK 3/7 CRUSADE 51 GRACE SCORE 168
1. Fungsional : NSTEMI TIMI RISK 3/7 CRUSADE 22 GRACE SCORE 68
2. Anatomi : Arteri koroner
3. Etiologi : Ruptur Plak Atherosklerosis
19
Diferensial Diagnosis:
Unstable Angina Pectoris
STEMI
Edema pulmonal
Pengobatan:
Tirah baring
02 2-4 l/I
IVFD Nacl 0,9% 10 gtt/i
UFH 900 iv/jam (H2)
Inj. Furosemide 20mg/12 jam
Aspilet 1 80 mg
Clopidogrel 1 75mg
ISDN 3 5mg
Bisoprolol 1 2,5mg
Captopril 3 6,25mg
Simvastatin 1 40mg(malam)
KSR 2 600mg
Laxadynsyr 1 Cl
Clobazam 1 10mg
Inj. Apidra 10-10-10 iv
Inj. Levemir 0-0-10 iv
Rencana pemeriksaan lanjutan :
Pemeriksaan laboratorium
EKGserial
Chest X-ray
Angiografi
Prognosis: Dubia et Bonam
20
Follow-Up
Tanggal
S
13/04/ Nyeri
O
Sens : compos
A
- NSTEMI
2016
mentis
TIMIRISK
TD : 120/80
5/7
mmhg
IVFD Nacl
HR : 82 x/i
GRACE 168
CRUSADE
RR : 20 x/i
ST
gtt/i
Temp : 36,5 C
- CAD 2vd
(Post POBA
di mid
sklera ikterik
RCA)
(-/-)
- CHF fc ii-
iii ec CAD
cmH2O
2VD
Thoraks:
- DM tipe 2
dada(+)
baring
Ekstremitas :
akral hangat ,
Inj.
jam
Aspilet1
80 mg
Clopidogrel
1 75mg
ST : soepel, BU(+)N
UFH 900
20mg/12
Pulmo:
Abdomen :
0,9% 10
Furosemide
gallop(-)
SP : vesikuler
02 2-4 l/I
iv/jam (H2)
P
Tirah
ISDN 3
5mg
Bisoprolol 1
2,5mg
21
edema (-/-)
Captopril 3
6,25mg
Simvastatin
1 40mg(
malam)
KSR 2
600mg
Laxadynsyr
1 Cl
Clobazam 1
10mg
Inj. Apidra
10-10-10 iv
Inj. Levemir
0-0-10 iv
Tirah
14/4/20
Nyeri
Sens : compos
- NSTEMI
16
dada(-)
mentis
TIMIRISK
TD : 120/80
5/7
mmhg
IVFD Nacl
HR : 66 x/i
GRACE 168
CRUSADE
RR : 20 x/i
ST
gtt/i
Temp : 36, C
- CAD 2vd
(Post POBA
di mid
sklera ikterik
RCA)
baring
02 2-4 l/I
0,9% 10
UFH 900
iv/jam (H2)
Inj.
22
(-/-)
- CHF fc ii-
Furosemide
iii ec CAD
20mg/12
cmH2O
2VD
jam
Thoraks:
- DM tipe 2
Aspilet1
80 mg
murmur (-),
gallop(-)
Pulmo:
SP : vesikuler
ST : -
1 75mg
Ekstremitas :
akral hangat ,
edema (-/-)
ISDN 3
5mg
Abdomen :
soepel, BU(+)N
Clopidogrel
Bisoprolol 1
2,5mg
Captopril 3
6,25mg
Simvastatin
1 40mg(
malam)
KSR 2
600mg
Laxadynsyr
1 Cl
Clobazam 1
10mg
23
Inj. Apidra
10-10-10 iv
Inj. Levemir
0-0-10 iv
Tirah
15/4/20
Nyeri
Sens : compos
- NSTEMI
16
dada(-)
mentis
TIMIRISK
TD : 120/80
5/7
mmhg
IVFD
HR : 82 x/i
GRACE 168
CRUSADE
RR : 20 x/i
ST
10 gtt/i
Temp : 36,5 C
- CAD 2vd
(Post POBA
di mid
sklera ikterik
RCA)
(-/-)
- CHF fc ii-
iii ec CAD
cmH2O
2VD
Thoraks:
- DM tipe 2
baring
jam
Clopidogrel
1 75mg
ISDN 3
5mg
Bisoprolol 1
2,5mg
Ekstremitas :
akral hangat ,
Aspilet1
80 mg
ST : soepel, BU(+)N
Inj.
20mg/12
Pulmo:
Abdomen :
UFH 900
Furosemide
gallop(-)
SP : vesikuler
Nacl0,9%
iv/jam (H2)
02 2-4 l/I
Captopril 3
24
6,25mg
edema (-/-)
Simvastatin
1 40mg(
malam)
KSR 2
600mg
Laxadynsyr
1 Cl
Clobazam 1
10mg
Inj.
Apidra1010-10 iv
Inj. Levemir
0-0-10 iv
Tirah
16/4/20
Nyeri
Sens : compos
- NSTEMI
16
dada(-)
mentis
TIMIRISK
TD : 110/80
5/7
mmhg
IVFD Nacl
HR : 82 x/i
GRACE 168
CRUSADE
RR : 20 x/i
ST
gtt/i
Temp : 36,5 C
- CAD 2vd
(Post POBA
di mid
sklera ikterik
RCA)
baring
02 2-4 l/I
0,9% 10
UFH 900
iv/jam (H2)
Inj.
Furosemide
25
(-/-)
- CHF fc ii-
20mg/12
iii ec CAD
jam
cmH2O
2VD
Thoraks:
- DM tipe 2
80 mg
gallop(-)
Pulmo:
SP : vesikuler
akral hangat ,
ISDN 3
5mg
soepel, BU(+)N
Ekstremitas :
Clopidogrel
1 75mg
ST : Abdomen :
Aspilet1
Bisoprolol 1
2,5mg
Captopril 3
6,25mg
edema (-/-)
Simvastatin
1 40mg(
malam)
KSR 2
600mg
Laxadynsyr
1 Cl
Clobazam 1
10mg
Inj. Apidra
26
10-10-10 iv
Inj. Levemir
0-0-10 iv
Tirah
17/4/20
Nyeri
Sens : compos
- NSTEMI
16
dada(-)
mentis
TIMIRISK
TD : 120/80
5/7
mmhg
IVFD Nacl
HR : 82 x/i
GRACE 168
CRUSADE
RR : 20 x/i
ST
gtt/i
Temp : 36,5 C
- CAD 2vd
(Post POBA
di mid
sklera ikterik
RCA)
(-/-)
- CHF fc ii-
iii ec CAD
cmH2O
2VD
Thoraks:
- DM tipe 2
baring
jam
edema (-/-)
Clopidogrel
1 75mg
ISDN 3
5mg
Bisoprolol 1
2,5mg
Ekstremitas :
akral hangat ,
Aspilet1
80 mg
ST : soepel, BU(+)N
Inj.
20mg/12
Pulmo:
Abdomen :
UFH 900
Furosemide
gallop(-)
SP : vesikuler
0,9% 10
iv/jam (H2)
02 2-4 l/I
Captopril 3
27
6,25mg
Simvastatin
1 40mg(
malam)
KSR 2
600mg
Laxadynsyr
1 Cl
Clobazam 1
10mg
Inj. Apidra
10-10-10 iv
Inj. Levemir
0-0-10 iv
Tirah
18/4/20
Nyeri
Sens : compos
- NSTEMI
16
dada(-)
mentis
TIMIRISK
TD : 130/80
5/7
mmhg
IVFD Nacl
HR : 72 x/i
GRACE 168
CRUSADE
RR : 18 x/i
ST
gtt/i
Temp : 36 C
- CAD 2vd
(Post POBA
di mid
sklera ikterik
RCA)
(-/-)
- CHF fc ii-
baring
02 2-4 l/I
0,9% 10
UFH 900
iv/jam (H2)
Inj.
Furosemide
20mg/12
28
iii ec CAD
cmH2O
2VD
Thoraks:
- DM tipe 2
jam
80mg
gallop(-)
Pulmo:
SP : vesikuler
akral hangat ,
ISDN 3
5mg
soepel, BU(+)N
Ekstremitas :
Clopidogrel
1 75mg
ST : Abdomen :
Aspilet1
Bisoprolol 1
2,5mg
Captopril 3
6,25mg
edema (-/-)
Simvastatin
1 40mg(
malam)
KSR 2
600mg
Laxadynsyr
1 Cl
Clobazam 1
10mg
Inj. Apidra
10-10-10 iv
29
Inj. Levemir
0-0-10 iv
Tirah
19/4/20
Nyeri
Sens : compos
- NSTEMI
16
dada(-)
mentis
TIMIRISK
TD : 110/75
5/7
mmhg
IVFD Nacl
HR : 75 x/i
GRACE 168
CRUSADE
RR : 18 x/i
ST
gtt/i
Temp : 35,7 C
- CAD 2vd
(Post POBA
di mid
sklera ikterik
RCA)
(-/-)
- CHF fc ii-
iii ec CAD
cmH2O
2VD
Thoraks:
- DM tipe 2
baring
jam
edema (-/-)
Clopidogrel
1 75mg
ISDN 3
5mg
Bisoprolol 1
2,5mg
Ekstremitas :
akral hangat ,
Aspilet1
80 mg
ST : soepel, BU(+)N
Inj.
20mg/12
Pulmo:
Abdomen :
UFH 900
Furosemide
gallop(-)
SP : vesikuler
0,9% 10
iv/jam (H2)
02 2-4 l/I
Captopril 3
6,25mg
30
Simvastatin
1 40mg(
malam)
KSR 2
600mg
Laxadynsyr
1 Cl
Clobazam 1
10mg
Inj. Apidra
10-10-10 iv
Inj.
Levemir0-010 iv
31
BAB 4
DISKUSI KASUS
TEORI
Faktor Resiko SKA13
KASUS
Usia
pada wanita
perokok
Jenis kelamin
Laki-laki > perempuan walaupun setelah
menopause, tingkat kematian perempuan
akibat penyakit jantung meningkat namun
tidak sebanyak tingkat kematian pada lakilaki
Riwat Keluarga
Anak dengan orangtuadansaudarakandung
memiliki riwayat penyakit jantung lebih
beresiko untuk terkena penyakit jantung
Merokok
Efek rokok adalah menambah beban
miokard
karena
rangsangan
oleh
32
Alkohol
Hipertensi
melalui
meningkatkan
beban
langsung
terhadap
dinding
terjadinya
aterosklerosis
koroner.
Hiperkolesterilemia
Kolesterol, lemak, dan substansi lainnya
dapat menyebabkan penebalan dinding
pembuluh darah arteri, sehingga lumen dari
pembuluh darah tersebut menyempit dan
proses ini disebut aterosklerosis.
Hipertensi
33
Manifestasi klinis :5
Pada kasus :
Dijumpai adanya keluhan nyeri dada
Nyeri dada persisten dirasakan >20 menit terus menerus selama 20 menitNyeri
di daerah retrosternal. Nyeri seperti seperti tertimpa beban berat, serta
tertimpa beban berat, ditekan, rasa terbakar, menjalar ke bagian pundak kiri dan
ditusuk dan nyeri menjalar ke bahu, lengan, rahang kiri. Nyeri dada disertai keringat
leher,
sampai
ke
epigastrium.
Nyeri dingin.
Gejala penyerta
Diaphoresis
(keringat
dingin),
mual
Anamnesis
Keluhan nyeri dada tipikal, riwayat nyeri
Pada kasus :
Pemeriksaan fisik
riwayat merokok.
keringat dingin. Selain itu dari pemeriksaan gelombang P : (+) mitral , durasi P:
34
EKG
khas
berupa
dua atau lebih sadapan yang bersesuaian atau inferior lateral + iskemik lateral
inversi
gelombang
T yang
dalam
dan
35
Penatalaksanaan15
Tirah Baring
Tirah baring
O2
02 2-4 l/I
oksigen <95%
Terapi reperfusi
Clopidogrel 1 75mg
ISDN 3 5mg
Aspilet1 80 mg
Bisoprolol 1 2,5mg
Captopril 3 6,25mg
Simvastatin 1
40mg(malam)
KSR 2 600mg
Laxadynsyr 1 Cl
Clobazam 1 10mg
sesegera
tanpa
gejala
trombolitik
harus
iskemia.
Pemberian
dilakukan
banyak
terselamatkan.
miokardium
Terapi
yang
fibrinolitik
Nitrat
36
Nitrat
adalah
venodilator
yang
akhir
diastolik
sehingga
jika
dengan
satu
kali
Morfin
Morfin sulfat 1-5 mg intravena dapat
diulang setiap 10-30 menit bagi pasien
yang tidak responsive dengan terapi tiga
dosis NTG sublingual.
Aspirin
Aspirin merupakan tatalaksana dasar pada
pasien yang dicurigai STEMI dan efektif
pada spektrum sindroma koroner akut.
Aspirin
berfungsi
untuk
menginhibisi
Clopidrogel
Clopidrogel adalah anti platelet yang
37
platelet.
Clopidrogel
dapat
Antikoagulan
Pemberian antikoagulan disarankan untuk
semua pasien yang mendapatkan terapi
antiplatelet.
Anti
koagulan
disarankan
pada
pasien
streptokinase.
yang
diberikan
Fondaparinuks
secara
38
CRUSADE
GRACE SCORE
BAB 5
39
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Laki-laki S,59 tahun didiagnosis dengan NSTEMI TIMI RISK 3/7 CRUSADE 51
GRACE SCORE 168 dan diberikan terapi:
Tirah baring
02 2-4 l/I
Aspilet1 80 mg
Clopidogrel 1 75mg
ISDN 3 5mg
Bisoprolol 1 2,5mg
Captopril 3 6,25mg
Simvastatin 1 40mg(malam)
KSR 2 600mg
Laxadynsyr 1 Cl
Clobazam 1 10mg
40
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization, 2008. The Top Ten Causes of Death. Available
from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs310_2008.pdf
2. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Depkes RI. Jakarta.
Available from: http://
labmandat.litbang.depkes.go.id/images/download/laporan/RKD/2013/Laporan
_riskesdas_2013_final.pdf
3. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, 2015. Pedoman
Tatalaksana Sindrom Koroner Akut. Edisi ke-3
4. Grundy SM, Pasternak R, Greenland P, Smith S, Fuster V. Assessment of
cardiovascular risk by use of multiple-risk-factor assessment equations. 1999.
Circulation; 100: 1481-92. Dalam: Torry, S.R.V., Panda, A.L., dan
Ongkowijaya, J. 2013. Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Unsrat.
5. The
Top
Ten
Causes
of
Death.
Available
from:http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs310_2008.pdf. [Accessed 8
April 2016]
6. Rilantono, L.L, 2013. Penyakit Kardiovaskular (PKV). Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
7. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013. Riset Kesehatan
Dasar. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
8. Myrtha. R, 2012. Patofisiologi Sindrom Koroner Akut. Available from:
http://dokumen.tips/documents/jurnal-patofisiologi-sindrom-koronerakut.html
9. Rilantono,L.L., dkk. 2001. Buku ajar kardiologi. Jakarta: Fakultas kedokteran
Universitas Indonesia.
10. Alwi, I..2009. Infark Miokard Akut dengan Elevasi ST. Dalam: Buku Ajar
41
Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-5. Jakarta: Pusat Penerbit Ilmu Penyakit
Dalam.
11. Haro Luis H. Acute coronary ischemia and infarction. Available at:
http://secure2.acep.org/ BookStore/documents/Chapter+6-Echocardiographyv3.pdf