Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit kardivaskuler merupakan penyakit epidemi di Amerika Serikat.sekitar 6 juta
orang Amerika terkena beberapa penyakit jantung atau pembuluh darah. Penyakit kardivaskuler
merupakan penyebab kematian nomer satu di Amerika Serikat. Setiap tahunnya hampir hampir
1 juta orang meninggal akibat gangguan kardiovaskuler.Menurut Amerikan Heart Association,
semakin banyak kematian yang yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler dibandingkan
dengan gabungan ketujuh penyebab kematian utama berikutnya. Hal ini menunjukan terjadinya
satu kematian akibat penyakit kardiovaskuler setiap 33 detik.
Penyakit kardiovaskuler juga merupakan penyebab kematian yang terutama di
indonesia. Sindrom Koroner Akut (Acute Coronary Syndrome-ACS) menyebabkan angka
perawatan Rumah Sakit yang sangat besar dalam tahun 2003 di pusat Jantung Nasional, Dan
merupakan masalah utama saat ini.
IMA dengan elevasi ST (ST elevation myokardial infarction-STEMI) merupakan
bagian dari spektrum sindrom koroner akut (SKA) yang terdiri dari angina pectoris tak
stabil.IMA tanpa elevasi ST dan IMA dengan elevasi ST.
Dan di sini kita akan membahas IMA dengan Elevasi ST atau ST Elevation
Myokardial Infarction. Mulai dari apa itu STEMI,bagaimana Etiologi, patofisiologi,WOC dan
lain lain sampai Asuhan Keperawatannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari STEMI ?
2. Apa manifestasi klinis dari STEMI ?
3. Apa etiologi dari STEMI ?
4. Apa patofisiologi dari STEMI ?
5. Bagaimana WOC dari STEMI ?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari STEMI ?
7. Bagaimana Askep pada STEMI ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari STEMI.
2. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari STEMI.
3. Untuk mengetahui etiologi dari STEMI.
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari STEMI.
5. Untuk mengetahui WOC dari STEMI.
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari STEMI.
7. Untuk mengetahui Askep dari STEMI.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot jantung secara
permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses degeneratif maupun di pengaruhi
oleh banyak faktor dengan ditandai keluhan nyeri dada, peningkatan enzim jantung dan ST
elevasi pada pemeriksaan EKG. STEMI adalah cermin dari pembuluh darah koroner tertentu
yang tersumbat total sehingga aliran darahnya benar-benar terhenti, otot jantung yang
dipendarahi tidak dapat nutrisi-oksigen dan mati.
STEMI adalah rusaknya bagian otot jantung secara permanen akibat trombus arteri
koroner. Terjadinya trombus disebabkan oleh ruptor plak yang kemudian di ikuti oleh
pembentukan trombus oleh trombosit. STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner
menurun secara mendadak.
Infark mokard akut dengan elevasi ST (ST elevation myiocardinal infrarction =
STEMI) merupakan bagian dari spektrum koroner akut (SKA) yang terdiri dari angina pektoris
tak stabil, IMA tanpa elevasi ST dan IMA dengan elevasi ST (ilmu penyakit dalam, 2006).

B. Manifestasi Klinis
1. Nyeri dada menetap, nyeri dada bagian tengah dan epigastrium tidak hilang dengan istirahat
atau nitrat, nyeri menyebar secara luas dapat menyebabkan aritmia, hipotensi, shock, gagal
jantung.
2. Banyak keringat, kulit lembab dengan muka pucat
3. Tekanan darah menurun
4. Dyspnea, kelemahan dan membuat pingsan
5. Nausea dan vomiting
6. Cemas dan gelisah
7. Takikardi atau bradikardi
8. Gejala yang jarang dikeluhkan kelelahan berat, abdominal distress atau epigastrik, nafas
pendek.

C. Etiologi
Penyebab STEMI kebanyakan adalah karena adanya sumbatan pada pembuluh darah
jantung atau lebih dikenal dengan sebutan atherosklerosis. Adanya plak pada pembuluh darah
jantung akan menghambat aliran darah yang melalui arteri koroner.

Berikut ini adalah beberapa hal yang bisa menjadi penyebab STEMI:
1. Aterosklerosis – Kondisi ini akan menyumbat aliran darah di pembuluh jantung. Hal ini
terjadi secara bertahap.
2. Adanya plak – Plak yang tidak terkait aterosklerosis juga bisa menyumbat aliran darah di
pembuluh jantung. Pembentukkan plak berlangsung secara bertahap
3. Trauma pada jantung – Trauma seperti tusukan benda tajam ke jantung bisa menyumbat
aliran pembuluh darah di jantung
4. Pasca operasi – Operasi jantung sering kali menyisakan beberapa komplikasi. Salah satunya
adalah penyumbatan
5. Masalah jantung – Masalah jantung tertentu bisa menyebabkan aliran pembuluh darah
tersumbat.
6. Penggunaan narkoba – Para pecandu narkoba bisa mengalami kejang pada otot jantung dan
mengakibatkan sumbatan pada pembuluh darah jantung.

D. Patofisiologi
STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak setelah
oklusi thrombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. Stenosis arteri koroner
derajat tinggi yang berkembang secara lambat biasanya tidak memicu STEMI karena
berkembangnya banyak kolateral sepanjang waktu. STEMI terjadi jika trombus arteri koroner
terjadi secara cepat pada lokasi injuri vascular. Pada sebagian besar kasus, infark terjadi jika
plak aterosklerosis mengalami fisur, rupture atau ulserasi dan jika kondisi local atau sistemik
memicu trombogenesis, sehingga terjadi thrombus mural pada lokasi rupture yang
mengakibatkan oklusi arteri koroner. Penelitian histology menunjukkan plak koroner cendeeung
mengalami rupture jika mempunyai vibrous cap yang tipis dan intinya kaya lipid (lipid rich
core).
Infark Miokard yang disebabkan trombus arteri koroner dapat mengenai
endokardium sampai epikardium,disebut infark transmural, namun bisa juga hanya mengenai
daerah subendokardial,disebut infark subendokardial. Setelah 20 menit terjadinya
sumbatan,infark sudah dapat terjadi pada subendokardium,dan bila berlanjut terus rata-rata
dalam 4 jam telah terjadi infark transmural. Kerusakan miokard ini dari endokardium ke
epikardium menjadi komplit dan ireversibel dalam 3-4 jam. Meskipun nekrosis miokard sudah
komplit,proses remodeling miokard yang mengalami injury terus berlanjut sampai beberapa
minggu atau bulan karena daerah infark meluas dan daerah non infark mengalami dilatasi.
E. WOC

F. Penatalaksanaan
Tatalaksana IMA dengan elevasi ST saat ini mengacu pada data-data dari evidence based
berdasarkan penelitian randomized clinical trial yang terus berkembnag ataupun konsesus dari
para ahli sesuai pedoman (guideline).
Tujuan utama tatalaksana IMA adalah diagnosis cepat, menghilangkan nyeri dada, penilaian
dan implementasi strategi perfusi yang mungkin dilakukan, pemberian antitrombotik dan terapi
antiplatelet, pemberian obat penunjang dan tatalaksana komplikasi IMA. Terdapat beberapa
pedoman (guidelie) dalam tatalaksana IMA dengan elevasi ST yaitu dari ACC/AHA tahun 2004
dan ESC tahun 2003. Walaupun demikian perlu disesuaikan dengan kondisi sarana/fasilitas di
tempat masing-masing senter dan kemampuan ahli yang ada (khususnya di bidang kardiologi
Intervensi).
1. Tatalaksana Awal/ Tatalaksana Pra Rumah Sakit
Prognosis STEMI sebagian besar tergantung adanya 2 kelompok komplikasi umum
yaitu: komplikasi elektrikal (aritmia) dan komplikasi mekanik (pump failure). Sebagian besar
kematian di luar Rumah Sakit pada STEMI disebabkan adanya fibrilasi ventrikel mendadak,
yang sebagian besar terjadi dalam 24 jam pertama onset gejala. Dan lebih dari separuhnya
terjadi pada jam pertama. Sehingga elemen utama tatalaksana prahospital pada pasien yang
dicurigai STEMI antara lain:
a. Pengenalan gejala oleh pasien dan segera mencari pertolongan medis.
b. Segera memanggil tim medis emergensi yang dapat melakukan tindakan resusitasi.
c. Transportasi pasien ke Rumah Sakit yang mempunyai fasilitas ICCU/ICU serta staf medis
dokter dan perawat yang terlatih.
d. Melakukan terapi perfusi.
e. Keterlambatan terbanyak yang terjadi pada penanganan pasien biasanya bukan selama
transportasi ke Rumah Sakit, namun karena lama waktu mulai onset nyeri dada sampai
keputusan pasien untuk meminta pertolongan. Hal ini bisa di tanggulangi dengan cara
edukasi kepada masyarakat oleh tenaga professional kesehatan mengenai pentingnya
tatalaksana dini.
f. Pemberian fibrinolitik pra hospital hanya bisa dikerjakan jika ada paramedic di ambulans
yang sudah terlatih untuk menginterpretasi EKG dan tatalaksana STEMI dan kendali
komando medis online yang bertanggung jawab pada pemberian terapi. Di Indonesia saat
ini pemberian trombolitik pra hospital ini belum bisa dilakukan.
g. Panel A: Pasien dibawa oleh EMS setelah memanggil 9-1-1: Reperfusi pada pasien
STEMI dapat dilakukan dengan terapi farmakologis (fibrinolisis) atau pendekatan kateter
(PCI primer). Implementasi strategi ini bervariasi tergantung cara transportasi pasien dan
kemampuan penerimaan rumah sakit. Sasaran adalah waktu iskemia total 120 menit.
Waktu transport ke rumah sakit bervariasi dari kasus ke kasus lainnya, tetapi sasaran
waktu iskemik total adalah 120 menit. Terdapat 3 kemungkinan:
1) JIka EMS mempunyai kemampuan memberikan fibrinolitik dan pasien memennuhi
syarat tetapi, fibrinolisis pra rumah sakit dapat dimulai dalam 30 menit sejak EMS
tiba.
2) Jika EMS tidak mampu memberikan fibrinolisis sebelum ke rumah sakit dan pasien
dibawa ke rumah sakit yang tak tersedia sarana PCI, hospital door-needle time harus
dalam 30 menit untuk pasien yang mempunyai indikasi fibrinolitik.
3) Jika EMS tidak mampu memberikan fibrinolisis sebelum ke rumah sakit dan pasien
dibawa ke rumah sakit dengan sarana PCI, hospital-door-to-balloon time harus dalam
waktu 90 menit.
2. Tatalaksana di Ruang Emergensi
Tujuan tatalaksana di IGD pada pasien yang dicurigai STEMI mencakup:
mengurangi/menghilangkan nyeri dada, identifikasi cepat pasien yang merupakan kandidat
terapi perfusi segera, triase pasien risiko rendah ke ruangan yang tepat di rumah sakit dan
menghindari pemulangan cepat pasien dengan STEMI.
3. Tatalaksana Umum
a. Oksigen
Suplemen oksigen harus diberikan pada pasien dengan saturasi oksigen arteri <90%.
Pada semua pasien STEMI tanpa komplikasi dapat diberikan oksigen selama 6 jam
pertama.
b. Nitrogliserin (NTG)
Nitrogliserin sublingual dapat diberikan dengan aman dengan dosis 0,4 mg dan dapat
diberikan sampai 3 dosis dengan Intervensi 5 menit. Selain mengurangi nyeri dada, NTG
juga dapat menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan menurunkan preload dan
meningkatkan suplai oksigen miokard dengan cara dilatasi pembuluh koroner yang
terkena infark atau pembuluh kolateral. Jika nyeri dada terus berlangsung dapat diberikan
NGT intravena. NGT intravena juga diberikan untuk mngendalikan hipertensi atau edema
paru.
c. Terapi nitrat harus dihindari pada pasien dengan tekanan darah sistolik <90mmHg atau
pasien yang dicurigai menderita infark ventrikel kanan (infark inferior pada EKG, JVP
meningkat, paru bersih dan hipotensi). Nitrat juga harus dihindari pada pasien yang
menggunakan phosphodiesterase-5 inhibitor sildenafil dalam 24 jam sebelumnya karena
dapat memicu efek hipotensi nitrat.
d. Mengurangi/menghilangkan nyeri dada
Mengurangi atau menghilangkan nyeri dada sangat penting, karena nyeri dikaitkan
dengan aktivasi simpatis yang menyebabkan vasokonstriksi dan meningkatkan beban
jantung.
e. Morfin
Morfin sangat efektif mengurangi nyeri dada dan merupakan analgesic pilihan dalam
tatalaksana nyeri dada pada STEMI. Morfin diberikan dengan dosis 2-4 mg dan dapat
diulang dengan interval 5-15 menit sampai dosis total 20 mg. Efek samping yang perlu
diwaspadai pada pemberian morfin adalah konstriksi vena dan arteriolar melalui
penurunan simpatis, sehingga terjadi pooling vena yang akan mengurangi curah jantung
dan tekanan arteri. Efek hemodinamik ini dapat diatasi dengan elevasi tungkai pada
kondisi tertentu diperlukan penambahan cairan IV dengan NaCl 0,9%. Morfin juga dapat
menyebabkan efek vagotonik yang menyebabkan bradikardia atau blok jantung derajat
tinggi, terutama pasien dengan infark posterior. Efek ini biasanya dapat diatasi dengan
pemberian atropine 0,5 mgIV.
f. Aspirin
Aspirin merupakan tatalaksana dasar pada pasien yang dicurigai STEMI dan efektif
pada spectrum sindrom koroner akut. Inhibisi cepat siklooksigenase trombosit yang
dilanjutkan reduksi kadar tromboksan A2 dicapai dengan absorbsi aspirin bukkal dengan
dosis 160-325 mg di ruang emergensi. Selanjutnya aspirin diberikan oral dengan dosis 75-
162 mg.
g. Penyekat Beta
Jika morfin tidak berhasil mengurangi nyeri dada, pemberian penyekat beta IV,
selain nitrat mungkin efektif. Regimen yang bias adiberikan adalah metoprolol 5 mg
setiap 2-5 menit sampai total 3 dosis, dengan syarat frekuensi jantung >60 menit, tekanan
darah sistolik >100 mmHg, interval PR <0,24 detik dan ronchi tidak lebih dari 10 cm dari
diafragma. Lima belas menit setelah dosis IV terakhir dilanjutkan dengan metoprolol oral
dengan dosis IV terakhir dilanjutkan dengan metoprolol oral dengan dosis 50 mg tiap 6
jam dan dilanjutkan 100 mg tiap 12 jam.
h. Terapi Reperfusi
Reperfusi dini akan memeperpendek lamaoklusi koroner, meminimlakan derajat
disfungsi dan dilatasi ventrikel dan mengurangi kemungkinan pasien STEMI
berkembang menjadi pump failure atau takiaritmia ventricular yang maligna. Sasaran
terapi perfusi pada pasien STEMI adalah door-to-needle (atau medical contact-to-needle)
time untuk memulai terapi fibrinolitik dapat dicapai dalam 30 menit atau door-to-ballon)
time untuk PCI dapat dicapai dalam 90 menit.
BAB 3
KONSEP ASKEP

A.  PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, alamat, diagnose medis, warna triage.
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama, umur, jenis kelamin, hubungan dengan klien.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat masuk. Berapa jam sesak sebelum masuk RS; Onset 12 jam
b. Riwayat kesehatan saat ini keluhan pasien, seperti: Sesak, odema,Nyeri dada
4. Riwayat kesehatan keluarga tanyakan pada angota keluarganya adakah anggota
keluarganya yang mengalami penyakit yang sama dengan pasien saat ini. Serta riwayat
penyakit lainnya seperti: Riwayat asma, Diabetes, Stroke, Gastritis, Alergi
5. Pemeriksaan fisik meliputi Keadaan umum dan Kesadaran
6. Pemeriksaan penunjang: meliputi Pemeriksaan Laboratorium misalnya terjadi
peningkatan leukosit, Cardiac enzyms: Terjadi peningkatan enzim

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.       Perubahan pola napas berhubungan dengan infark ditandai dengan sesak.
b.      Nyeri berhubungan dengan iskemia dan infark jaringan miokard ditandai dengan
keluhan nyeri dada.
c.       Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan penurunan perfusi organ
ditandai dengan edema.
d.      Perubahan pola nutrisi berhubungan dengan kondisi yang mempengaruhi masukan
nutrisi/peningkatan kebutuhan metabolik ditandai dengan kelebihan berat badan.
e.       Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen ditandai dengan kelemahan dalam aktivitas .
f.       Ansietas berhubungan dengan ancaman kehilangan/kematian ditandai  dengan
ketakutan, gelisah dan perilaku takut. 

C. NTERVENSI
N DIAGNOSA NOC NIC
O
1 Nyeri berhubungan dengan Tujuan: Menyatakan nyeri 1. Kaji lokasi, karakter, dura
iskemia dan infark berkurang atau hilang. durasi, dan intensitas, nyeri,
jaringan miokard ditandai Kriteria hasil: dengan menggunakan skala
dengan keluhan nyeri 1. Menyatakan nyeri dada nyeri 0 (tidak nyeri) sampai 10
dada. terkontrol dalam waktu 3 (nyeri hebat). Kaji gejala
hari berkaitan, seperti mual dan
2. Mendemonstrasikan diaporesis.
penggunaan teknik 2. Kaji dan catat TD dan FJ
relaksasi dalam waktu 1 dengan episode nyeri. TD dan
hari. Fj dapat meningkat karena
3. Menunjukkan randsang simpatis atau
menurunnya tegangan, menurun karena iskemia dan
rileks dan mudah fungsi jantung menurun.
bergerak dalam waktu 3 3. Berikan obat nyeri yang
hari. diprogramkan (biasanya
morfin sulfat): catat kualitas
pengurangan nyeri dengan
menggunakan skala nyeri, dan
tentukan interval waktu danri
pemberian sampai
penghilangan nyeri.
4. Tenangkan pasien selama
episode nyeri; temani pasien
bila mungkin.
5. Observasi dan laporkan efek
samping dari obat nyeri:
hipotensi, FP lambat, sulit
miksi.
6. Berikan O2 sesuai program,
biasanya 2-4 L/menit per
kanula nasal.
7. Siapkan pasien untuk pindah
UPK. (Unit Perawatan Kritis)
BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
a. Nama : Tn. S
b. No. Rekam Medis : 2968***
c. Umur : 50 tahun
d. Jenis Kelamin : laki-laki
e. Agama : Islam
f. Suku : Betawi
g. Status : kawin
h. Pekerjaan : tidak bekerja
i. Alamat : Jln. Minangkabau Dalam No. 27 RT 005/14 Menteng
j. Diagnosa masuk : STEMI
2. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Alasan utama MRS
Pasien mengeluh nyeri dada kiri saat bernafas menjalar ke tangan dan dagu terus
menerus tidak hilang dengan istirahat. Keringat dingin, sesak napas, orthopnea. Sesak-
sesak mulai 3 hari yang lalu sebelum MRS, memberat, mual, muntah, demam.
b. Keluhan utama
Saat MRS, nyeri dada kiri saat bernafas menjalar ke tangan dan dagu terus menerus
tidak hilang dengan istirahat. Pada hari perawatan ke 4 tanggal 5-10-2018 terjadi
serangan berulang dengan nyeri dan karakteristik yang sama. Saat pengkajian keluhan
utama adalah cemas tentang penyakit dan kesembuhannya dengan sering bertanya
kepada pengkaji.
c. Upaya yang telah dilakukan :
Istirahat dan berobat ke RSCM. Saat pengkajian pasien dan keluarga mengikuti
prosedur perawatan yang diberikan, namun keluarga menolak untuk merawat penderita
di ICCU dengan alasan tidak ada biaya serta menandatangani surat pernyataan tidak
akan menuntut bila terjadi sesuatu pada pasien. Keluarga juga menolak melakukan
tindakan medis yang memerlukan biaya terlalu besar seperti bila ada kemungkinan
operasi jantung dan sebagainya.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak pernah mengalami nyeri dada seperti ini. Stroke (-), asma(-), maag(-),
pasien menderita hipertensi(+) yang tidak terkontrol sejak ± 10 tahun yang lalu, kaki sering
bengkak. Pasien menderita diabetes mellitus(+) namun tidak terkontrol. Allergi terhadap
makana (-)
4. Riwayat penyakit keluarga
pasien dan keluarga tidak memiliki penyakit keturunan (DM, HT, jiwa, dll).
5. Pemeriksaan Fisik
a. Status kesehatan umum
Kesadaran komposmentis, suara bicara jelas, tekanan darah 100/70 mmHg, suhu tubuh
36◦C, pernapasan 30 X/menit, nadi 100 X/menit, regular
b. Sistem integument
Turgor kulit elastis, tidak tampak pucat, permukaan kulit lembab, rambut bersih, kuku
dbn.
c. Kepala
Normo cephalic, simetris, nyeri kepala dan trauma kepala tidak ada.
d. Muka
Simetris, odema, otot muka dan rahang dbn.
e. Mata
Alis mata, kelopak mata, konjuktiva tidak anemis, sclera, bola mata dbn.
f. Telinga
Secret, serumen, benda asing, membran timpani dbn.
g. Hidung
Deformitas, mukosa, secret, bau, obstruksi tidak ada
h. Mulut dan faring
Lidah parese dan tremor tidak ada, mukosa lembab dbn.
i. Leher
Simetris, tidak ada pembengkakan vena jugularis
j. Thoraks
Simetris, dada statis dan dinamis, pernapasan abdominal thorakal
k. Paru

Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada pencembungan dan penarikan


Abnormal
Palpasi : Pergerakan simetris, tidak ada gerakan yang tertinggal depan dan
belakang, kanan dan kiri
Perkusi : Sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler, suara tambahan, suara gerak pleura, suara bisik, suara
percakapan dalam batas normal. Ronchi basah halus +/+,
wheezing -/-
l. Jantung
Inspeksi : Iktus tidak tampak, pulsasi tidak tampak
Palpasi : Iktus tidak teraba, getaran (thrill) tidak ada, JVP 5 – 2 cm,
capillary refill 2 – 3 detik
Perkusi : Batas kanan dan kiri tidak jelas karena pasien gemuk
Auskultasi : Bunyi jantung 1 dan 2 normal, terdengar murmur, gallop tidak
Ada
m. Abdomen
nyeri tekan tidak ada, membuncit, bising usus normal . Tidak terdapat distensi kandung
kemih
n. Inguinal-Genitalia-Anus
Dalam batas normal
o. Ekstrimitas
Akral hangat edema +/+ pretibial.
p. Tulang belakang
Dalam batas norma

B. Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS Ancaman perubahan Cemas
1. Pasien menanyakan tentang kondisi saat kesehatan
ini
2. Pasien bertanya tentang lamanya
perawatan dan bertanya kapan bisa
pulang
DO
1. Keadaan umum compos mentis
2. Pasien tampak cemas
3. Tekanan darah 140/90 mmHg
4. nadi 88 x/menit
5. RR 24 x /mnt

2 DS Perubahan frekuensi, Resiko penurunan


Pasien mengatakan tubuhnya lemas irama, konduksi curah jantung
DO electrical, peningkatan
1. Pasien tampak lemah tahanan vaskuler
sistemik
2. Pasien tampak gelisah

3. Keadaan umum compos mentis

4. Pasien tampak keringat dingin

5. Tekanan darah 140/90 mmHg

6. nadi 88 x/menit,

7. Bunyi jantung 1 dan 2 normal, murmur


& gallop tidak ada

8. JVP 5 – 2 cm

9. vesikuler rh basah halus +/+

10. RR 24 x /mnt

11. Akral hangat edema +/+

3 DS Iskemio dan infark Nyeri akut


Pasien mengatakan nyeri pada dada saat jaringan miokard
bernafas
DO
1. Pasien tampak lemah
2. Pasien tampak gelisah
3. Pasien tampak menahan rasa nyeri
4. K/U compos mentis
5. TTD 140/90 Mmhg
6. Nadi 88X/menit
7. RR 24X/menit
8. P : nyeri saat bernafas
9. Q : Nyeri seperti di tidihi beban
10. R : nyeri di dada kiri
11. S : skala nyeri 5
12. T : nyeri hilang timbul

C. Diagnosa Keperawatan sesuai prioritas


1. Resiko penurunan curah jantung b.d Perubahan frekuensi, irama, konduksi electrical,
peningkatan tahanan vaskuler sistemik
2. Nyeri akut b.d Iskemio dan infark jaringan miokard
3. Cemas b.d Ancaman perubahan kesehatan

D. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA NOC NIC
1 Resiko penurunan curah
jantung b.d Perubahan
frekuensi, irama,
konduksi electrical,
peningkatan tahanan
vaskuler sistemik
2 Nyeri akut b.d Iskemio
dan infark jaringan
miokard
3 Cemas b.d Ancaman
perubahan kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
  Agustina. 2011. ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) pada Laki-Laki 54 Tahun Memiliki
  Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. Jakarta: EGC
  Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi
Keperawatan.Jakarta:EGC
  Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
  Kowalak, Welsh.2002. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC
  Reeves, Charlene J., dkk. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika
  Price, A. Sylvia. 1995. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC
  (http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?page=ST+Elevasi+Miokard+Infark+
%28STEMI%29+pada+Laki-Laki+54+Tahun+Memiliki+Kebiasaan++Minum+Alkohol,
(diakses 24 Oktober 2012)
   (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22069/4/Chapter%20II.pdf), (diakses 24
Oktober 2012)
I Putu Juniartha Semara Putra

Anda mungkin juga menyukai