Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

          Penyakit kardivaskuler merupakan penyakit epidemi di Amerika Serikat.sekitar 6 juta orang

Amerika terkena beberapa penyakit jantung atau pembuluh darah. Penyakit kardivaskuler

merupakan penyebab kematian nomer satu di Amerika Serikat. Setiap tahunnya hampir hampir 1

juta orang meninggal akibat gangguan kardiovaskuler.Menurut Amerikan Heart Association, semakin

banyak kematian yang yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler dibandingkan dengan

gabungan ketujuh penyebab kematian utama berikutnya. Hal ini menunjukan terjadinya satu

kematian akibat penyakit kardiovaskuler setiap 33 detik.

Penyakit kardiovaskuler juga merupakan penyebab kematian yang terutama di indonesia. Sindrom

Koroner Akut (Acute Coronary Syndrome-ACS) menyebabkan angka perawatan Rumah Sakit yang

sangat besar dalam tahun 2003 di pusat Jantung Nasional, Dan merupakan masalah utama saat ini.

IMA dengan elevasi ST (ST elevation myokardial infarction-STEMI) merupakan bagian dari spektrum

sindrom koroner akut (SKA) yang terdiri dari angina pectoris tak stabil.IMA tanpa elevasi ST dan IMA

dengan elevasi ST.

Dan di sini kita akan membahas IMA dengan Elevasi ST atau ST Elevation Myokardial Infarction.

Mulai dari apa itu STEMI,bagaimana Etiologi, patofisiologi,WOC dan lain lain sampai Asuhan

Keperawatannya.

1.2  Tujuan

1.2.1        Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan mengaplikasikan penyakit ST Elevation

Myokardinal Infarcktion-STEMI
1.2.2        Tujuan Khusus

1.      Mahasiswa dapat menjelaskan definisi dari STEMI

2.      Mahasiswa dapat menjelaskan etiologi atau penyebab dari STEMI

3.      Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi/WOC dari STEMI

4.      Mahasiswa mampu membuwat Asuhan Keperawatan yang tepat pada pasien dengan kasus

STEMI

1.3  Manfaat

Dengan disusunya makalah ini di harapkan bisa menambah pengetahuan mahasiswa dan bisa

dijadikan bahan pembelajaran buat institusi umumnya dan mahasiswa khususnya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.      PENGERTIAN

Infark Miokard Akut (IMA) didefinisikan sebagai nekrosis miokardium yang disebabkan tidak

adekuatnya pasokan darah akibat sumbatan akut pada arteri koroner. Sumbatan ini sebagian besar

disebabkan oleh ruptur plak ateroma pada arteri koroner yang kemudian diikuti oleh terjadinya

trombopsis, vasokonstriksi, dan reaksi inflamasi. Kadang-kadang sumbatan akut ini dapat pula

disebabkan oleh spasme arteri koroner, emboli atau vaskulitis.(Arif muttaqin,2009)

Myocardial Infark adalah kematian jaringan otot myokard. Myokard Infark merupakan sumbatan

total pada arteri koronaria. Sumbatan ini mungkin kecil dan focal atau besar dan difus. Pembuluh

yang sering terkana adalah koronaris kiri, percabangan anterior kiri dan arteri circumflek.(faqih

ruhyanudin,2007)
2.      ETIOLOGI

1.      Coronary Arteri Disease: aterosklerosis, artritis, trauma pada koroner, penyempitan arteri

koroner karena spasme atau desecting aorta dan arteri koroner.

2.      Coronary artery emboli: infektive endokarditis, cardiac mycxoma, cardiopulmonal bypass

surgery, arteriography koroner.

3.      Keleinan konginetal: anomali koronaria.

4.      Ketidakseimbangan suplai oksigen dan kebutuhan miokard: tirotoksikosis, hipotensi kronis,

keracunan karbon monoksida, stenosis atau insufisiensi aorta.

5.      Gangguan hematologi: anemia, hypercoagulabity, trombosis, trombositosis.

3.      MANIFASTASI KLINIS

1.      Nyeri dada menetap, nyeri dada bagian tengah dan epigastrium tidak hilang dengan istirahat

atau nitrat, nyeri menyebar secara luas : dapat menyebabkan aritmia, hipotensi, shock, gagal

jantung.

2.      Banyak keringat, kulit lembab dengan muka pucat

3.      Tekanan darah menurun

4.      Dyspnea, kelemahan dan membuat pingsan

5.      Nausea dan vomiting

6.      Cemas dan gelisah

7.      Takikardi atau bradikardi

8.      Gejala yang jarang dikeluhkan kelelahan berat, abdominal distress atau epigastrik, nafas

pendek.
4.      PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1.      IMA dengan elevasi ST ditegakkan berdasarkan anamnesis nyeri dada yang khas dan gambaran

EKG adanya elevasi ST >2mm, minimal pada 2 sadapan prekordial yang berdampingan atau ≥1mm

pada 2 sadapn ektrimitas.

Gambaran EKG berubah ( di dalam 2-12 jam, tetapi ada juga sampai 72-96 jam).

2.      Pemeriksaan enzim jantung, terutama troponin T yang meningkat 3-6 jam pasca serangan dan

tetap tinggi selama 14-21 hari. Kadar kardiak troponin I meningkat 14 jam pasca serangan dan tetap

tinggi untuk 5-7 hari pasca serangan.

3.      Peningkatan kadar serum isoenzim darah : CPK (Creatine Phospokinase) meningkat dalam 2-6

jam pasca serangan dan mencapai kadar puncak pada 24 jam pertama pasca serangan kadar CPK

menurun setelah hari ke 2-3. Kadar SGOT terdeteksi setelah 8 jam serangan kadarnya meningkat

hingga 24-48 jam dan menurun pada hari 3-4. Kadar LDH meningkat pada hari ke 2-3 kemudian

normal kembali pada hari ke 5-6. Kadar CK-MB meningkat 2-3 jam pasca serangan dan mencapai

puncaknya pada 12 jam pasca serangan.

4.      Radionuclide imaging-mengetahui area yang terjadi penurunan perfusi sebagai cold spot yang

terlihat di area ischemia dan infark.

5.      Interview untuk mengetahui riwayat penyakit.

5.      PENATALAKSANAAN

Tatalaksana IMA dengan elevasi ST saat ini mengacu pada data-data dari evidence based

berdasarkan penelitian randomized clinikal trial yang terus berkembang ataupun konsensus dari

para ahli sesuai pedoman.


Tujuan utama tata laksana IMA adalah diagnosis cepat, menghilangkan nyeri dada, penelitian dan

implementasi strategi reperfusi yang mungkin dilakukan, pemberian antitrombotik dan terapi anti

anti platelet ,pemberian obat penunjang dan tatalaksana komplikasi IMA.

TATA LAKSANA AWAL

Tata laksana pra rumah sakit

Proknosis STEMI bebagian besar tergantung adanya 2 kelompok komplikasi umum yaitu: komplikasi

elektrikal (aritmia) dan komplikasi mekanik (pump failure).

Sebagian besar kematian diluar rumah sakit pada STEMI disebabkan adnya fibrilasi ventrikel

mendadak. Yang sebagian besar terjadi dalam 24 jam pertama onset gejala.Dan lebih dari

separuhnya terjadi pada jam pertama, sehingga elemen utama tata laksana pra hospital pada pasien

yang di curigai STEMI antara lain:

·         Pengenalan gejala oleh pasien dan segara mencari pertolongan medis

·         Segera memanggil tim medis emergensi yang dapat melekukan tindakan resusitasi

·         Transportasi pasien ke rumah sakit yang mempunyai fasilitas ICCU/ICU serta staf medis dokter

dan perawat yang terlatih

·         Melakukan terapi reperfusi

Keterlambatan terbanyak yang terjadi pada penanganan pasien biasanya bukan selama transportasi

ke rumah sakit, namun karena lama waktu mulai onset nyeri dada sampai keputusan pasien untuk

menerima pertolongan. Hal ini bisa ditanggulangi dengan cara edukasi kepada masyarakat oleh

tenaga profesional kesehatan mengenai pentingnya tata laksana dini.

Tata laksana di ruang emergensi

Tujuan tatalaksana di IGD pada pasien yang di curigai STEMI mencakup:

mengurangi/menghilangkannyeri dada, identifikasi cepat pasien yang merupakan kandidat terapi


reperfusi segara, triase pasien risiko rendah ke ruangan yang tepat di rumah sakit dan menghindari

permulangan cepat pasien dengan STEMI.

TATALAKSANA UMUM

1.      Oksigen

Oksigan harus diberikan pad a pasien dengan saturasi oksigen arteri <90%. Pada semua pasien STEMI

tanpa komplikasi dapat diberikan oksigen selama 6 jam pertama.

2.      Nitrogliserin (NTG)

Nitrogliserin sublingual dapat diberikan dengan aman dengan dosis 0,4 mg dan dapat diberikan

sampai 3 dosis dengan interval 5 menit. Jika nyeri dada terus berlangsung dapat diberika NTG

intravena.

3.      Mengurangi/menghilangkan nyeri dada

Dengan morfin, aspirin, penyekat beta, terapai reperfusi.

6.      KOMPLIKASI

-          Disfungsi Ventrikuler

Setelah STEMI, ventrikel kiri mengalami serial perubahan dalam bentuk, ukuran dan ketebalan pada

segmen yang mengalami infark dan non infark. Proses ini disebut remodeling ventrikular dan

umumnya mendahului berkembangnya gagal jantung secara klinis dalam hubungan bulan atau

tahun pasca infark. Segera setelah infark ventrikel kiri mengalami dilatasi.

-          Gangguan Hemodinamik

Gagal pamompaan (pump failure) merupakan penyebab utama kematian utama di rumah sakit pada

STEMI. Perluasan nekrosis iskemia mempunyai korelasi yang baik dengan tingkat gagal pompa dan

mortalitas, baik pada awal (10 hari infark) dan sesudahnya. Tanda klinis yang sering dijumpai adalah
ronki basah di paru dan bunyi jantung di s3 dan s4 gallop, pada pemeriksaan rontgen sering dijumpai

kongesti paru.

7.      PATOFISIOLOGI

Stemi umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak setelah oklusi trombus

pada plak ateroslerosik yang sudah ada sebelumnya.stenosis arteri koroner derajat tinggi yang

berkembang secara lambat biasanya tidak memicu STEMI karena berkembangnya banyak al

sepanjang waktu. STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri

vaskuler,dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor seperti merokok,hipertensi dan akumulasi lipid.

8.      ASKEP TEORI

Pemeriksaan fisik

Keadaan umum

Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien IMA biasanya baik atau compos mentis (CM) dan

akan berubah sesuai tingkat gangguan yang melibatkan perusi sistem saraf pusat.

B1 (Breathing)

Klien terlihat sesak, frekuensi napas melebihi normal dan mengeluh sesak napas seperti tercekik.

Dispnea kardiak biasanya ditemukan. Sesak napas terjadi akibat pengerahan tenaga dan disebabkan

oleh kenaikan tekanan akhir diastolic ventrikel kiri yang meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Hal

ini terjadi karena terdapat kegagalan peningkatan curah darah oleh ventrikel kiri pada saat

melakukan kegiatan fisik. Dispnea kardiak pada infark miokardium yang kronis dapat timbul pada

saat istirahat.

B2 (Blood)

·                     Inspeksi
Inspeksi adanya jaringan parut pada dada klien. Keluhan lokasi nyeri biasanya di daerah substernal

atau nyeri atas pericardium. Penyebaran nyeri dapat meluas di dada. Dapat terjadi nyeri dan

ketidakmampuan menggerakkan bahu dan tangan.

·                     Palpasi

Denyut nadi perifer melemah. Thrill pada IMA tanpa komplikasi biasanya tidak ditemukan.

·                     Auskultasi

Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume sekuncup yang disebabkan IMA. Bunyi

jantung tambahan akibat kelainan katup biasanya tidak ditemukan pada IMA tanpa komplikasi

·                     Perkusi

Batas jantung tidak mengalami pergeseran

B3 (Brain)

Kesadaran umum klien biasanya CM. Pengkajian objektif klien, yaitu wajah meringis, menangis,

merintis, merenggang, dan menggeliat yang merupakan respons dari adanya nyeri dada akibat infark

pada miokardium. Tanda klinis lain yang ditemukan adalah takikardia, dispnea pada saat istirahat

maupun saat beraktivitas.

B4 (Bladder)  

Pengukuran volume output urine dengan intake cairan klien. Oleh karena itu, perawat perlu

memonitor adanya oliguria pada klien dengan IMA karena merupakan tanda awal syok kardiogenik.

B5 (Bowel)

Klien biasanya mengalami mual dan muntah. Pada palpasi abdomen ditemukan nyeri tekan pada

keempat kuadran, penurunan peristaltic usus yang merupakan tanda utama IMA.
B6 (Bone)

Aktivitas klien biasanya mengalami perubahan. Klien sering merasa kelemahan, kelelahan, tidak

dapat tidur, pola hidup menetap, dan jadwal olahraga teratur. perubahan postur tubuh.

Kaji higienis personal klien dengan menanyakan apakah klien mengalami kesulitan melakukan tugas

perawatan diri.

Diagnosis Keperawatan

1.                  Nyeri yang berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen dengan

kebutuhan miokardium akibat sekunder dari penurunan suplai darah ke miokardium, peningkatan

produksi asam laktat.

2.                  Aktual/risiko tinggi penurunan curah jantung yang berhubungan dengan perubahan

frekuensi, irama, konduksi elektrikal.

3.                  Actual/risiko tinggi ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan

pengembangan paru tidak optimal, kelebihan cairan di dalam paru akibat sekunder dari edema paru

akut.

4.                  Actual/risiko tinggi gangguan perfusi perifer yang berhubungan dengan menurunannya

curah jantung.

5.                  Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan penurunan perfusi perifer akibat

sekunder dari ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokardium dengan kebutuhan.

6.                  Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, ancaman, atau perubahan

kesehatan.

7.                  Ketidakefektifan koping individu yang berhubungan dengan prognosis penyakit,

gambaran diri yang salah, perubahan peran.

8.                  Risiko ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik yang berhubungan dengan

ketidakpatuhan terhadap aturan terapeutik, tidak mau menerima perubahan pola hidup yang sesuai.
Intervensi keperawatan

Tujuan utama intervensi yang akan diberikan adalah mencegah nyeri , mengurangi risiko penurunan

curah jantung, meningkatkan kemampuan perawatan diri, mengurangi ansietas, menghindari

pemahaman yang salah terhadap sifat dasar penyakit, penyebab, dan perawatan yang diberikan,

mematuhi program perawatan diri dan mencegah komplikasi.

Nyeri yang berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen dengan

kebutuhan miokardium akibat sekunder dari penurunan suplai darah ke miokardium,

peningkatan produksi asam laktat.

Tujuan: dalam waktu 1x24jam terdapat penurunan respons nyeri dada

Criteria: secara subjektif, klien menyatakan penurunan rasa nyeri dada, secara obyektif

didapatkan tanda vital dalam batas normal, wajah rileks, tidak terjadi penurunan perfusi

perifer, produksi urini>600 ml/hari

intervensi Rasional

Catat karakteristk nyeri, lokasi, Variasi penampilan dan perilaku klien karena nyeri

intensitas, lamanya, dan yang terjadi dianggap sebagai temuan pengkajian.

penyebaran.

Anjurkan kepada klien untuk Nyeri berat dapat menyebabkan syok kardiogenik

melaporkan nyeri dengan segera. yang berdampak pada kematian mendadak.

Lakukan manajemen nyeri Posisi fisiologi akan meningkatkan asupan oksigen

keperawatan: kejaringan yang mengalami iskemia.

Atur posisi fisiologis,

Istirahatkan klien, Istirahat akan menurunkan kebutuhan oksigen

jaringan perifer sehingga akan menurunkan

kebutuhan miokardium yang membutuhkan oksigen


untuk menurunkan iskemia.

Berikan oksigen tambahan dengan Meningkatkan jumlah oksigen yang ada untuk

kanula nasal atau masker sesuai pemakaian miokardium sekaligus mengurangi

dengan indikasi, ketidaknyamanan sekunder terhadap iskemia

Manajemen lingkungan: lingkungan Lingkungan tenang akan menurunkan stimulus nyeri

tenang dan batasi pengunjung. ekternal dan pembatasan pengunjung akan

membantu meningkatan kondisi oksigen ruangan.

Oksigen ruangan akan berkurang apabila banyak

pengunjung yang berada di ruangan.

Ajarkan teknik relaksasi pernapasan Meningkatkan asupan oksigen sehingga akan

dalam pada saat nyeri, menurunkan nyeri akibat sekunder dari iskemia

jaringan.

Ajarkan teknik distraksi pada saat Distraksi (pengalihan perhatian) dapat menurunkan

nyeri, stimulus internal melalui mekanisme peningkatan

produksi endorphin dan enkefalin yang dapat

memblok reseptor nyeri sehingga nyeri tidak

dikirimkan ke korteks serebri dan selanjutnya akan

menurunkan persepsi nyeri.

Lakukan manajemen sentuhan. Manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa

sentuhan, dukungan psikologis dapat membantu

menurunkan nyeri. Masase  ringan dapat

meningkatkan aliran darah dan dengan otomatis

membantu suplai darah dan oksigen ke area nyeri

dan menurunkan sensasi nyeri. 

Kolaborasi pemberian terapi Obat-obatan antiangina bertujuan untuk

farmakologis antiangina: meningkatkan aliran darah baik dengan menambah


suplai oksigen atau dengan mengurangi kebutuhan

miokardium akan oksigen.

Antiangina (nitrogliserin); Nitrat berguna untuk control nyeri dengan efek

vasodilatasi koroner.

Analgesic (morphin 2-5mg Menurunkan nyeri hebat, memberikan sedasi, dan

intravena); mengurangi kerja miokardium

Penghambat bela seperti atenolol, Penghambat (adrenergic) beta menghambat

tonomim, pindolol (visken), reseptor beta1 untuk pengontrol nyeri melalui efek

propanolol (inderal); hambatan rangsang simpatis, dengan demikian

mengurangi denyut jantung. Obat-obatan ini dipakai

sebagai antiangina, antiaritmia, dan antihipertensi.

Penghambat beta efektif sebagai antiangina karena

mengurangi denyut jantung dan kontraktilitas

miokardium, obat ini menurunkan kebutuhan

pemakaian oksigen dengan demikian juga

meredakan rasa nyeri angina.

Penghambat kalsium seperti Kalsium mengaktivasi kontraksi miokardium,

verapamil (calan), diltiazem menambah beban kerja jantung, dan keperluan

(prokardia) jantung akan oksigen. Penghambat kalsium

menurunkan kontraktilitas jantung (efek inotropik

negative) dan beban kerja jantung, sehingga dengan

demikian mengurangi keperluan jantung akan

oksigen. Obat ini efektif dalam meredakan angina

klasik dengan mengurangi oksigen.

Kolaborasi pemberian terapi Antikoagulan dipakai untuk menghambat

famakologis antikoagulan: heparin pembentukan bekuan darah. Tidak seperti


trombolitik, obat ini tidak melarutkan bekuan yang

sudah ada tetapi bekerja sebagai pencegah

pembentukan bekuan baru. Antikoagulan dipakai

pada klien yang memiliki gangguan pembuluh arteri

dan vena yang membuat mereka berisiko tinggi

untuk pembentukan bekuan darah’

Heparin adalah antikoagulan pilihan yang

membantu mempertahankan integritas jantung.

Kolaborasi pemberian terapi Trombolitik menghancurkan thrombus dengan

farmakologis trombolitik. mekanisme fibrinolitik mengubah plasminogen

menjadi plasmin, yang menghancurkan fibrin di

dalam bekuan darah.

Kolaborasi untuk tindakan terapi Kolaborasi apabila tindakan farmakologis tidak

nonfarmakologis: menunjukkan perbaikan atau penurunan nyeri.

Ptca (angioplastt koroner Angioplasty koroner transluminal perkutan adalah

transluminal perkutan); usaha untuk memperbaiki aliran darah arteri

koroner dengan menghancurkan plak atau ateroma

yang telah tertimbun dan mengganggu aliran darah

ke jantung.

CABG Tandur pintas arteri koroner bertujuan unruk

meningkatkan asupan suplai darah ke miokardium

dengan mengganti alur pintas.

Aktual/Risiko tinggi menurunnya curah jantung yang berhubungan dengan perubahan

frekuensi, irama, konduksi elektrikal.

Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam tidak terjadi penurunan curah jantung


Kriteria : Hemodinamika stabil (tekanan darah dkm batas normal, curah jantung kembali

meningkat, asupan dan keluaran sesuai, irama jantung tidak menunjukkan tanda-tanda

disritmia), produksi urine > 600 ml/hari.

Intervensi Rasional

Ukur tekanan darah. Bandingkan Hipotensi dapat terjadi akibat disfungsi ventrikel,

tekanan darah kedua lengan, ukur hipertensi juga fenomena umum berhubungan

dalam keadaan berbaring, duduk, dengan nyeri cemas yang mengakibatkan terjadinya

atau berdiri bila memungkinkan pengeluaran katekolamin.

Evaluasi kualitas dan kesamaan Penurunan curah jantung mengakibatkan

nadi menurunnya kekuatan nadi

Auskultasi dan catat terjadinya S3 berhubungan dengan gagal jantung kronis atau

bunyi jantung S3/S4 gagal mitral yang disertai infark berat. S4

berhubungan dengan iskemia, kekakuan ventrikel,

atau hipertensi pulmonal.

Auskultasi dan catat murmur Menunjukkan gangguan aliran darah dalam jantung

akibat kelainan katup, kerusakan septum, atau

vibrasi otot papilaris.

Pantau frekuensi jantung dan irama Perubahan frekuensi dan irama jantung dapat

menunjukkan adanya komlikasi distrimia.

Berikan makanan dengan porsi Makanan dengan porsi besar dapat meningkatkan

sedikit tapi sering dan mudah kerja miokardium. Kafein dapat merangsang

dikunyah, batasi asupan kafein. langsung ke jantung sehingga meningkatkan

frekuensi jantung.

Kolaborasi : Jalur yang penting untuk pemberian obat darurat


Pertahankan jalur IV pemberian

heparin (IV) sesuai indikasi;

Pantau data laboratorium enzim Enzim dapat digunakan untuk memantau perluasan

jantung, GDA dan elektrolit. infark, perubahan elektrolit berpengaruh terhadap

irama jantung

Risiko kekambuhan yang berhubungan dengan ketidakpatuhan terhadap aturan

terapeutik, tidak mau menerima perubahan pola hidup yang sesuai.

Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam klien mengenal factor-faktor yang menyebabkan

peningkatan risiko kekambuhan.

Kriteria evaluasi : Klien secara subjektif menyatakan bersedia dan termotivasi untuk

melakukan aturan terapeutik jangka panjang dan mau menereima perubahan pola hidup

yang efektif, klien mampu mengulang factor-faktor risiko kekambuhan

Intervensi Rasional

Identifikasi factor yang mendukung Keluarga terdekat baik suami/isteri atau anak yang

pelaksanaan terapeutik mampu menerima penjelasan dapat menjadi

pengawas klien dalam menjalankan pola hidup yang

efektif selama klien di rumah dan memiliki waktu

yang optimal dalam menjaga klien.

Berikan penjelasan penatalaksanaan Setelah mengalami serangan akut, perawat perlu

terapeutik menjelaskan penatalaksanaan lanjutan dengan

tujuan dapat:

Membatasi ukuran infark

Menurunkan nyeri dan kecemasan

Mencegah aritmia dan komlikasi

Beri penjelasan tentang: Meminum obat nitrogliserin (veno dilatasi perifer


dan koroner) 0,4-0,6 mg tablet secara sublingual 3-

Pemakaian obat Nitrogliserin; 5 menit sebelum melakukan aktivitas bertujuan

untuk mengantisipasi serangan angina.

Klien dianjurkan untuk selalu membawa obat

tersebut setiap keluar rumah walaupun klien tidak

merasakan gejala angina.

Perubahan pola aktivitas; Exertion. Aktivitas yang berlebihan merupakan

presipitasi serangan angina kembali. Klien

dianjurkan untuk mengurangi kualitas dan kuantitas

kegiatan fisik dari yang biasa klien lakukan sebelum

keluhan angina terjadi.

Pendidikan kesehatan tentang diet Konsumsi banyak makanan yang terbuat actor dari

tepung merupakan salah satu factor presipitasi

serangan angina. Aktivitas yang dilakukan setelah

makan yang cukup banyak dapat meningkatkan

risiko angina. Klien dianjurkan agar beraktivitas

minimal satu jam setelah makan. Pemberian

makanan sedikit tapi sering akan mempermudah

saluran pencemaran dalam mencerna makanan

sangat dianjurkan pada klien setelah mengalami

serangan angina.

Hindari merokok; Merokok akan meningkatkan adhesi trombosit

sehingga merangsang pembentukan thrombus pada

arteri koroner.

Hemoglobin lebih mudah berikatan dengan karbon

monoksida dibandingkan dengan oksigen sehingga


akan menurunkan asupan oksigen secara umum.

Nikotin dan tar mempunyai repons terhadap sekresi

hormone vasokonstriktor sehingga akan

meningkatkan beban kerja jantung.

Hindari dingin Klien dianjurkan untuk menghindari terpaan angin

dan suhu yang sangat dingin dengan tujuan agar

serangan angina dapat dihindari.

Penutupan hidung dan mulut saat klien membuka

pitu dapat mengurangi terpaan angin yang masuk

ke saluran pernapasan. Menganjurkan klien

menggunakan selimut saat tidur dapat mengontrol

suhu yang baik bagi klien.

Hindari maneuver dinamik; Klien dianjurkan untuk menghindari maneuver

dinamik (lihat kembali pembahasan pada Bab 2)

seperti berjongkok, mengejan, dan terlalu lama

menahan napas yang merupakan factor presipitasi

timbulnya angina. Dalam melakukan defekasi, klien

dianjurkan mengonsumsi laksatik agar dapat

mempermudah pola defekasi klien.

Pendidikan kesehatan tentang Jika hubungan seksual merupakan salah satu factor

hubungan seksual; presipitasi angina pada klien, maka sebelum

melakukan aktivitas seksual klien, dianjurkan untuk

meminum obat nitrigliserin atau sedative atau

keduanya. Pengaturan aktivitas fisik yang minimal

pada klien ketika melakukan aktivitas seksual harus


dijelaskan termasuk pada pasangannya.

Pembatasan asupan garam; Konsumsi garam yang tinggi akan meningkatkan

dan memperberat serangan angina karena akan

meningkatkan tekanan darah. Pemberian obat

diuretic dilakukan untuk mempercepat penurunan

garam dalam sirkulasi.

Stres emosional; Serangan angina lebih sering terjadi pada klien yang

mengalami kecemasan, ketegangan, eforia, atau

kegembiraan yang berlebihan. Pemberian obat

sedative ringan seperti diazepin dapat mengurangi

respons lingkungan yang member dampak stre

emosional. Klien dianjurkan untuk melakukan curah

pendapat pada perawat dengan tujuan untuk

mengurangi ketegangan dan kecemasan.

Beri dukungan secara psikologis Dapat membantu meningkatkan motivasi klien

dalam mematuhi aturan terapeutik

Anda mungkin juga menyukai