Disusun Oleh :
Nama : Salma Raihana
NPM : 211119049
Kelas : 2-B
b. Etiologi
NSTEMI disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan peningkatan
kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner. NSTEMI
terjadi karena thrombosis akut atau proses vasokonstrikai koroner, sehingga
terjadi iskemia miokard dan dapat menyebabkan nekrosis jaringan miokard
dengan derajat lebih kecil. Keadaan ini tidak dapat menyebabkan elevasi segmen
ST, namun menyebabkan pelepasan penanda nekrosis.
1) Faktor Resiko
1. Yang tidak dapat diubah
Umur: Sekitar 55% korban serangan jantung berusia 65 tahun atau
lebih dan yang meninggal empat dari lima orang berusia di atas 65
tahun. Mayoritas berada dalam resiko pada masa kini merupakan
refleksi dari pemeliharaan kesehatan yang buruk di masa lalu
Jenis kelamin: Insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita meningkat
setelah menopause
c. Patofisiologi
NSTEMI dapat disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan atau
peningkatan kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner.
NSTEMI terjadi karena thrombosis akut atau vasokonstriksi koroner. Trombosis
akut pada arteri koroner diawali dengan adanya ruptur plak yang tak stabil.
(Corwin, Elizabeth 2009).
Plak yang tidak stabil ini biasanya mempunyai inti lipid yang besar,
densitas otot polos yang rendah, fibrous cap yang tipis dan konsentrasi faktor
jaringan yang tinggi. Inti lemak yang yang cenderung ruptur mempunyai
konsentrasi ester kolesterol dengan proporsi asam lemak tak jenuh yang tinggi.
Pada lokasi ruptur plak dapat dijumpai sel makrofag dan limposit T yang
menunjukkan adanya proses imflamasi. Sel-sel ini akan mengeluarkan sel sitokin
proinflamasi , dan IL-6. Selanjutnya IL-6 akan merangsang pengeluaranaseperti
TNF hsCRP di hati (Sudoyo Aru W, 2010).
d. Manifestasi Klinis
1) Nyeri Dada
Nyeri yang lama yaitu minimal 30 menit, sedangkan pada angina kurang dari
itu. Disamping itu pada angina biasanya nyeri akan hilang dengan istirahat.
Nyeri dan rasa tertekan pada dada itu bisa disertai dengan keluarnya keringat
dingin atau perasaan takut. Biasanya nyeri dada menjalar ke lengan kiri,
bahu, leher sampai ke epigastrium, akan tetapi pada orang tertentu nyeri yang
terasa hanya sedikit. Hal tersebut biasanya terjadi pada manula, atau
penderita DM berkaitan dengan neuropati
2) Sesak Nafas
Sesak nafas bisa disebabkan oleh peningkatan mendadak tekanan akhir
diastolik ventrikel kiri, disamping itu perasaan cemas bisa menimbulkan
hipervenntilasi
3) Gejala Gastrointestinal
Peningkatan aktivitas vagal menyebabkan mual dan muntah, dan biasanya
lebih sering pada infark inferior, dan stimulasi diafragma pada infak inferior
juga bisa menyebabkan cegukan
Gejala Lain
Termasuk palpitasi, rasa pusing, atau sinkop dari aritmia ventrikel, gelisah
e. Pemeriksaan Penunjang
1) EKG
Untuk mengetahui fungsi jantung : T. Inverted, ST depresi dan Q. patologis
2) Enzim Jantung
Pemeriksaan enzim jantung :
1. CPK-MB/CPK Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat
antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-
48 jam
3) Elektrolit
Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas, missal
hipokalemi, hiperkalemi
4) Sel darah putih Leukosit (10.000 – 20.000) biasanya tampak pada hari ke-2
setelah IMA berhubungan dengan proses inflamasi
f. Penatalaksanaan Klinik
1) Tindakan umum
Pasien perlu perawatan di rumah sakit, sebaiknya di unit intensif koroner,
pasien perlu diistirahatkan (bed rest), diberi penenang dan oksigen.
Pemberian morfin atau petidin perlu pada pasien yang masih merasa sakit
dada walaupun sudah mendapat nitrogliserin
2) Terapi medikamentosa
1. Obat anti iskemia
Seperti nitrat, data bloker dan antagonis kalsium
CABG
Coronary Arthery Bypass Grafting (CABG) adalah prosedur
pembedahan yang dilakukan untuk memperbaiki aliran darah ke
jantung. Prosedur ini dilakukan pada penderita jantung koroner berat
atau yang disebut juga Coronary Heart Disease (CHD) atau Coronary
Artery Disease (CAD). CHD adalah suatu kondisi dimana terdapat
tumpukan plak di pembuluh darah arteri koroner. Pembuluh darah
arteri mengalirkan darah yang kaya oksigen ke jantung. Plak sendiri
terbentuk dari lemak, kolesterol, kalsium dan zat lainnya yang
terdapat di dalam darah.
PCI
Percutaneous Coronary Intervention (PCI) adalah prosedur intervensi
non benda dengan menggunakan kateter untuk melebarkan atau
membuka pembuluh darah koroner yang menyempit dengan balon
atau stent. Proses penyempitan pembuluh darah koroner ini dapat
disebabkan oleh proses aterosklerosis atau trombosis.
Prosedur PCI
Seperti tindakan kateterisasi, prosedur PCI juga hanya menggunakan
pembiusan atau anastesi lokal di kulit. Akses pembuluh darah bisa di
pergelangan tangan maupun di pangkal paha. Setelah dipasang
selongsong (sheath) di pembuluh darah kaki atau tangan, maka kateter
akan dimasukkan sampai pada pembuluh darah koroner jantung.
Kateter yang digunakan mempunyai diameter lumen yang lebih besar
dibanding dengan kateter yang digunakan untuk kateterisasi jantung.
Untuk masuk ke pembuluh darah koroner yang menyempit, harus
dipandu dengan menggunakan guide wire dengan ukuran sangat kecil,
yaitu 0, 014 inci.
Ada dua jenis stent yang ada di pasaran, yaitu stent tanpa salut obat
(bare metal stent) stent dengan salut obat (drug eluting stent). Stent
yang telah terpasang ini akan tertinggal di pembuluh darah koroner
dan dalam lama-kelamaan akan bersatu dengan pembuluh darah
koroner tersebut.
g. Komplikasi
1) Infark miokardium (IM) adalah kematian sel-sel miokardium yang terjadi
akibat kekurangan oksigen yang berkepanjangan. Hal ini adalah respon letal
terakhir terhadap iskemia miokardium yang tidak teratasi. Sel-sel miokardium
mulai mati setelah sekitar 20 menit mengalami kekurangan oksigen. Setelah
periode ini, kemampuan sel untuk menghasilkan ATP secara aerob lenyap
dan sel tidak memenuhi kebutuhan energinya
2) Aritmia: Karena insiden PJK dan hipertensi tinggi, aritmia lebih sering tidak
dapat dan dapat berpengaruh terhadap hemodinamik. Bila curah jantung dan
tekanan darah turun banyak, berpengaruh terhadap aliran darah ke otak, dapat
juga menyebabkan angina dan gagal jantung
6) Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien IMA
biasanya baik atau compos mentis (CM) dan akan berubah
sesuai tingkat gangguan yang melibatkan perusi sistem saraf
pusat
2. B1 (Breathing)
Klien terlihat sesak, frekuensi napas melebihi normal dan
mengeluh sesak napas seperti tercekik. Sesak napas terjadi
akibat pengerahan tenaga dan disebabkan oleh kenaikan
tekanan akhir diastolic ventrikel kiri yang meningkatkan
tekanan vena pulmonalis. Hal ini terjadi karena terdapat
kegagalan peningkatan curah darah oleh ventrikel kiri pada
saat melakukan kegiatan fisik. Dispnea kardiak pada infark
miokardium yang kronis dapat timbul pada saat istirahat
3. B2 (Blood)
Inspeks: Adanya jaringan parut pada dada klien. Keluhan
lokasi nyeri biasanya di daerah substernal atau nyeri atas
pericardium. Penyebaran nyeri dapat meluas di dada.
Dapat terjadi nyeri dan ketidakmampuan menggerakkan
bahu dan tangan
4. B3 (Brain)
Kesadaran umum klien biasanya CM. Pengkajian objektif klien, yaitu
wajah meringis, menangis, merintis, merenggang, dan menggeliat yang
merupakan respons dari adanya nyeri dada akibat infark pada
miokardium. Tanda klinis lain yang ditemukan adalah takikardia, dispnea
pada saat istirahat maupun saat beraktivitas
5. B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine dengan intake cairan klien. Oleh karena
itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria pada klien dengan IMA
karena merupakan tanda awal syok kardiogenik
6. B5 (Bowel)
Klien biasanya mengalami mual dan muntah. Pada palpasi abdomen
ditemukan nyeri tekan pada keempat kuadran, penurunan peristaltic usus
yang merupakan tanda utama IMA
7. B6 (Bone)
Aktivitas klien biasanya mengalami perubahan. Klien sering merasa
kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap, dan jadwal
olahraga teratur. perubahan postur tubuh
b. Analisa Data
DO:
1. Tampak meringis
2. Gelisah
DS: Gangguan aliran darah Gangguan Pertukaran
1. Dispnea ke alveoli Gas
DO:
1. PCO2 menurun
2. PO2 menurun
3. Napas cuping
hidung
DS: Ketidakseimbangan Intoleransi Aktivitas
1. Dispnea saat/setelah antara suplai oksigen
aktivitas miocard dan
2. Merasa lemah kebutuhan
DO:
1. Gambaran EKG
menunjukkan
iskemia
c. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan adanya sumbatan arteri ditandai dengan
mengeluh nyeri, tampak meringis dan gelisah
Terapeutik: Terapeutik:
1. Tetapkan 1. Mengoptimalk
target an respons
efektifitas pasien
analgesik
untuk
mengoptimal
kan respons
pasien
2. Dokumentasi 2. Melihat
kan respons respond an
pasien efek pada
terhadap efek pasien
analgesik dan
efek yang
tidak
diinginkan
Edukasi: Edukasi:
1. Jelaskan 1. Agar pasien
terapi dan memahami
efek samping terapi dan efek
obat samping obat
Kolaborasi: Kolaborasi:
1. Kolaborasi 1. Memberi obat
pemberian yang sesuai
dosis dan
jenis
analgesik,
sesuai
indikasi
2. Gangguan Setelah Terapi Oksigen (I. Terapi Oksigen (I.
Pertukaran dilakukan 01026) 01026)
Gas intervensi Observasi: Observasi:
selama 3x24 1. Monitor 1. Menyesuaikan
jam maka kecepatan kecepatan
pertukaran gas aliran aliran oksigen
meningkat oksigen
dengan kriteria 2. Monitor 2. Melihat posisi
hasil: posisi alat alat
1. Dispnea terapi
menurun oksigen
2. Napas 3. Monitor 3. Melihat apa
cuping tanda-tanda ada tanda
hidung hipoventilasi hipoventilasi
menurun 4. Monitor 4. Melihat ada
3. PCO2 integritas integritas
membai mukosa mukosa akibat
k hidung akibat pemasangan
4. PO2 pemasangan oksigen
membai oksigen
k
Terapeutik: Terapeutik:
1. Pertahankan 1. Mempertahank
kepatenan an kepatenan
jalan napas jalan napas
2. Siapkan dan 2. Mempersiapka
atur alat n alat
pemberian
oksigen
3. Gunakan 3. Memusahkan
perangkat dengan
oksigen yang menyesuaikan
sesuai keadaan pasien
dengan
tingkat
mobilitas
pasien
Edukasi: Edukasi:
1. Ajarkan 1. Agar
pasien dan mengetahui
keluarga cara cara
menggunakk menggunakkan
an oksigen di oksigen
rumah
Kolaborasi:
1. Kolaborasi Kolaborasi:
penentuan 1. Pemberian
dosis oksigen dosis sesuai
3. Intoleransi Setelah Manajemen Energi Manajemen Energi (I.
Aktivitas dilakukan (I. 05178) 05178)
intervensi Observasi: Observasi:
selama 3x24 1. Identifikasi 1. Mengetahui
jam maka gangguan hal yang
toleransi fungsi tubuh mengakibatkan
aktivitas yang kelelahan
meningkat mengakibatk
dengan kriteria an kelelahan
hasil: 2. Monitor 2. Mengetahui
1. Dispnea kelelahan kelelahan fisik
saat/sete fisik dan dan emosional
lah emosional
aktivitas
menurun Terapeutik: Teraputik:
2. EKG 1. Sediakan 1. Menjaga
iskemia lingkungan kenyamanan
membai nyaman dan
k rendah
stimulus
2. Berikan 2. Memberikan
aktivitas ketenangan
distraksi
yang
menenangka
n
Edukasi: Edukasi:
1. Anjurkan 1. Merilekskan
tirah baring tubuh
DAFTAR PUSTAKA
Anam, Hairul.2017.Laporan Pendahuluan NSTEMI.https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwigg
um0opXyAhVy7nMBHSJqD8AQFjAAegQIAxAD&url=https%3A%2F
%2Fid.scribd.com%2Fdocument%2F351915332%2FLP-
NSTEMI&usg=AOvVaw357ufBvmMP81R8y6zo44N0 (Diakses Selasa, 3
Agustus 2021)