Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

NON ST ELEVATION MYOCARDIAL INFARCTION (NSTEMI)


Dosen: Susilawati , M.Kep., Ns., Sp.Kep.Mb

Disusun Oleh :
Nama : Salma Raihana
NPM : 211119049
Kelas : 2-B

PROGRAM STUDI D3-KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
2021-2022
A. Konsep Dasar
a. Pengertian
NSTEMI adalah adanya ketidakseimbangan antara pemintaan dan suplai
oksigen ke miokardium terutama akibat penyempitan arteri koroner akan
menyebabkan iskemia miokardium lokal. Iskemia yang bersifat sementara akan
menyebabkan perubahan reversibel pada tingkat sel dan jaringan. (Sylvia,2008).
NSTEMI merupakan kondisi kematian pada miokard (otot jantung) akibat dari
aliran darah ke bagian otot jantung terhambat.

NSTEMI merupakan tipe infark miokard tanpa elevasi segmen ST yang


disebabkan oleh obstruksi koroner akibat erosi dan ruptur plak. Erosi dan ruptur
plak atheroma menimbulkan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
Pada non stemi, trombus yang terbentuk biasanya tidak menyebabkan oklusi
menyeluruh lumen arteri koroner (Kalim, 2001).

b. Etiologi
NSTEMI disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan peningkatan
kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner. NSTEMI
terjadi karena thrombosis akut atau proses vasokonstrikai koroner, sehingga
terjadi iskemia miokard dan dapat menyebabkan nekrosis jaringan miokard
dengan derajat lebih kecil. Keadaan ini tidak dapat menyebabkan elevasi segmen
ST, namun menyebabkan pelepasan penanda nekrosis.

Penyebab paling umum adalah penurunan perfusi miokard yang


dihasilkan dari penyempitan arteri koroner disebabkan oleh thrombus
nonocclusive yang telah dikembangkan pada plak aterosklerotik terganggu.
Penyempitan abnormal dari arteri koroner mungkin juga bertanggung jawab
menyebabkan NSTEMI.

1) Faktor Resiko
1. Yang tidak dapat diubah
 Umur: Sekitar 55% korban serangan jantung berusia 65 tahun atau
lebih dan yang meninggal empat dari lima orang berusia di atas 65
tahun. Mayoritas berada dalam resiko pada masa kini merupakan
refleksi dari pemeliharaan kesehatan yang buruk di masa lalu

 Jenis kelamin: Insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita meningkat
setelah menopause

 Riwayat penyakit jantung coroner pada anggota keluaga


 Ras: Orang Amerika kulit hitam memiliki resiko lebih tinggi
dibandinkan dengan kulit putih, hal ini dikaitkan dengan penemuan
bahwa 33% orang Amerika kulit hitam menderita hipertensi
dibandingkan dengan kulit putih

2. Yang dapat dirubah


 Mayor: Hiperlipidemia, hipertensi, merokok, diabetes, obesitas dan
diet tinggi lemak jenuh

 Minor: Inaktifitas fisik, emosional, agresif, ambisius, kompetitif dan


stress psikologis berlebihan

c. Patofisiologi
NSTEMI dapat disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan atau
peningkatan kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner.
NSTEMI terjadi karena thrombosis akut atau vasokonstriksi koroner. Trombosis
akut pada arteri koroner diawali dengan adanya ruptur plak yang tak stabil.
(Corwin, Elizabeth 2009). 

Plak yang tidak stabil ini biasanya mempunyai inti lipid yang besar,
densitas otot polos yang rendah, fibrous cap yang tipis dan konsentrasi faktor
jaringan yang tinggi. Inti lemak yang yang cenderung ruptur mempunyai
konsentrasi ester kolesterol dengan proporsi asam lemak tak jenuh yang tinggi.
Pada lokasi ruptur plak dapat dijumpai sel makrofag dan limposit T yang
menunjukkan adanya proses imflamasi. Sel-sel ini akan mengeluarkan sel sitokin
proinflamasi , dan IL-6. Selanjutnya IL-6 akan merangsang pengeluaranaseperti
TNF hsCRP di hati (Sudoyo Aru W, 2010).

d. Manifestasi Klinis
1) Nyeri Dada
Nyeri yang lama yaitu minimal 30 menit, sedangkan pada angina kurang dari
itu. Disamping itu pada angina biasanya nyeri akan hilang dengan istirahat.
Nyeri dan rasa tertekan pada dada itu bisa disertai dengan keluarnya keringat
dingin atau perasaan takut. Biasanya nyeri dada menjalar ke lengan kiri,
bahu, leher sampai ke epigastrium, akan tetapi pada orang tertentu nyeri yang
terasa hanya sedikit. Hal tersebut biasanya terjadi pada manula, atau
penderita DM berkaitan dengan neuropati

2) Sesak Nafas
Sesak nafas bisa disebabkan oleh peningkatan mendadak tekanan akhir
diastolik ventrikel kiri, disamping itu perasaan cemas bisa menimbulkan
hipervenntilasi
3) Gejala Gastrointestinal
Peningkatan aktivitas vagal menyebabkan mual dan muntah, dan biasanya
lebih sering pada infark inferior, dan stimulasi diafragma pada infak inferior
juga bisa menyebabkan cegukan

Gejala Lain
Termasuk palpitasi, rasa pusing, atau sinkop dari aritmia ventrikel, gelisah

e. Pemeriksaan Penunjang
1) EKG
Untuk mengetahui fungsi jantung : T. Inverted, ST depresi dan Q. patologis

2) Enzim Jantung
Pemeriksaan enzim jantung :
1. CPK-MB/CPK Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat
antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-
48 jam

2. LDH/HBDH Meningkat dalam 12-24 jam dam memakan waktu lama


untuk kembali normal

3. AST/SGOT Meningkat (kurang nyata/khusus) terjadi dalam 6-12 jam,


memuncak dalam 24 jam, kembali normal dalam 3 atau 4 hari

4. Troponin T dan Troponin I Troponin T atau Troponin I merupakan


pertanda nekrosis miokard lebih spesifik dari pada CK dan CKMB. Pada
pasien IMA, peningkatan Troponin pada darah perifer setelah 3-4 jam dan
dapat menetap sampai 2 minggu

3) Elektrolit
Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas, missal
hipokalemi, hiperkalemi

4) Sel darah putih Leukosit (10.000 – 20.000) biasanya tampak pada hari ke-2
setelah IMA berhubungan dengan proses inflamasi

5) Kecepatan sedimentasi Meningkat pada ke-2 dan ke-3 setelah AMI ,


menunjukkan inflamasi

6) Kimia Mungkin normal, tergantung abnormalitas fungsi atau perfusi organ


akut atau kronis
7) AGD Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau
kronis

8) Kolesterol atau Trigliserida serum Meningkat, menunjukkan arteriosclerosis


sebagai penyebab AMI

9) Foto dada Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga


aneurisma ventrikuler

10) Ekokardiogram Dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan


katup atau dinding ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup

11) Angiografi koroner Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri


koroner. Biasanya dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan
serambi dan mengkaji fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi). Prosedur tidak
selalu dilakukan pad fase AMI kecuali mendekati bedah jantung angioplasty
atau emergensi.

12) Tes stress olah raga/Tredmile Menentukan respon kardiovaskuler terhadap


aktifitas atau sering dilakukan sehubungan dengan pencitraan talium pada
fase penyembuhan

f. Penatalaksanaan Klinik
1) Tindakan umum
Pasien perlu perawatan di rumah sakit, sebaiknya di unit intensif koroner,
pasien perlu diistirahatkan (bed rest), diberi penenang dan oksigen.
Pemberian morfin atau petidin perlu pada pasien yang masih merasa sakit
dada walaupun sudah mendapat nitrogliserin

2) Terapi medikamentosa
1. Obat anti iskemia
Seperti nitrat, data bloker dan antagonis kalsium

2. Obat anti agregasi trombosit


Obat antiplatelet merupakan salah satu dasar dalam pengobatan angina
tidak stabil maupun infark tanpa elevasi ST segmen. Tiga golongan obat
antiplatelet yang terbukti bermanfaat seperti aspirin, ticlopidine,
clopidogrel dan inhibitor GP Iib/IIIa

3. Tindakan reeves polarisasi pembuluh coroner


Tindakan revaskularisasi perlu dipertimbangkan pada pasien dengan
iskemia berat dan refrakter dengan terapi medikamentosa. Pada pasien
dengan penyempitan di left main atau penyempitan pada 3 pembuluh
darah, bila disertai faal ventrikel kiri yang kurang tindakan operasi bypass
(CABG) mengurangi masuknya kembali ke rumah sakit. Pada pasien
dengan faal jantung yang masih baik dengan penyempitan pada 1
pembuluh darah atau 2 pembuluh darah atau bila ada kontraindikasi
tindakan pembedahan PCI merupakan pilihan utama

 CABG
Coronary Arthery Bypass Grafting (CABG) adalah prosedur
pembedahan yang dilakukan untuk memperbaiki aliran darah ke
jantung. Prosedur ini dilakukan pada penderita jantung koroner berat
atau yang disebut juga Coronary Heart Disease (CHD) atau Coronary
Artery Disease (CAD). CHD adalah suatu kondisi dimana terdapat
tumpukan plak di pembuluh darah arteri koroner. Pembuluh darah
arteri mengalirkan darah yang kaya oksigen ke jantung. Plak sendiri
terbentuk dari lemak, kolesterol, kalsium dan zat lainnya yang
terdapat di dalam darah.

 PCI
Percutaneous Coronary Intervention (PCI) adalah prosedur intervensi
non benda dengan menggunakan kateter untuk melebarkan atau
membuka pembuluh darah koroner yang menyempit dengan balon
atau stent. Proses penyempitan pembuluh darah koroner ini dapat
disebabkan oleh proses aterosklerosis atau trombosis.

Aterosklerosis merupakan endapan yang terdapat di dalam pembuluh


darah koroner jantung dan pembuluh darah utama dari hasil proses
selama bertahun-tahun. Awalnya proses ini tidak menimbulkan gejala
secara klinis, sehingga pasien penderita PCI umumnya tidak akan
merasakan apa yang terjadi di dalam dinding pembuluh darahnya.

Faktor risiko serangan jantung


* Merokok
*Kegemukan
*Kurang beraktifitas
* Riwayat keluarga
* Diabetes mellitus

Dengan adanya faktor tersebut di atas, otomatis akan mempercepat


terjadinya penumpukan plak lemak di dalam pembuluh darah koroner.

Prosedur PCI
Seperti tindakan kateterisasi, prosedur PCI juga hanya menggunakan
pembiusan atau anastesi lokal di kulit. Akses pembuluh darah bisa di
pergelangan tangan maupun di pangkal paha. Setelah dipasang
selongsong (sheath) di pembuluh darah kaki atau tangan, maka kateter
akan dimasukkan sampai pada pembuluh darah koroner jantung.
Kateter yang digunakan mempunyai diameter lumen yang lebih besar
dibanding dengan kateter yang digunakan untuk kateterisasi jantung.
Untuk masuk ke pembuluh darah koroner yang menyempit, harus
dipandu dengan menggunakan guide wire dengan ukuran sangat kecil,
yaitu 0, 014 inci.

Setelah guide wire ini melewati daerah penyempitan, baru dilakukan


pengembangan (infalsi) balon pada daerah yang menyempit. Setelah
pembuluh darah terbuka, biasanya akan dilanjutkan dengan
pemasangan stent (gorong-gorong) dengan tujuan untuk
mempertahankan pembuluh darah tersebut tetap terbuka.

Ada dua jenis stent yang ada di pasaran, yaitu stent tanpa salut obat
(bare metal stent) stent dengan salut obat (drug eluting stent). Stent
yang telah terpasang ini akan tertinggal di pembuluh darah koroner
dan dalam lama-kelamaan akan bersatu dengan pembuluh darah
koroner tersebut.

Risiko tindakan PCI


Risiko minor seperti memar pada pergelangan tangan atau pangkal
paha akibat penusukan, reaksi alergi terhadap kontras dan gangguan
fungsi ginjal akibat zat kontras yang berlebihan. Komplikasi yang
lebih serius seperti stroke, gangguan irama yang fatal seperti VT/VF,
Infark Miokard, Diseksi Aorta dan kematian pada tindakan fisik
biasanya kecil.

Persiapan sebelum tindakan PCI


* Melakukan pemeriksaan laboratorium darah
* Melakukan pemeriksaan EKG
* Foto dada (rontgen)
* Puasa selama 4-6 jam sebelum tindakan dilakukan, minum obat
seperti biasa
* Mendapatkan penjelasan tentang prosedur tindakan
* Melakukan persetujuan tindakan (informed consent)
* Dilakukan pemasangan infus pada bagian lengan tangan kanan/kiri

Perawatan pasien PCI


* Bahasa yang diperbolehkan makan/minum seperti biasa
* Kaki area tindakan tidak boleh ditekuk selama 12 jam
* Apabila tindakan dari lengan 4 jam setelah tindakan tangan, tidak
boleh ditekuk ataupun menggenggam
* Bila tidak ada komplikasi atau kelainan lainnya, pada keesokan
harinya bisa diperbolehkan untuk pulang
* Biasanya tindakan ini hanya diperlukan masa perawatan selama 3
hari. Sehingga biasanya pasien sudah diperbolehkan pulang pada hari
ketiga

3) Terapi non medikamentosa


1. Istirahat memungkinkan jantung memompa darah lebih sedikit darah
dengan kecepatan yang lambat. Hari ini menurunkan kerja jantung
sehingga kebutuhan oksigen juga berkurang

2. Terapi oksigen untuk mengurangi kebutuhan oksigen jantung

g. Komplikasi
1) Infark miokardium (IM) adalah kematian sel-sel miokardium yang terjadi
akibat kekurangan oksigen yang berkepanjangan. Hal ini adalah respon letal
terakhir terhadap iskemia miokardium yang tidak teratasi. Sel-sel miokardium
mulai mati setelah sekitar 20 menit mengalami kekurangan oksigen. Setelah
periode ini, kemampuan sel untuk menghasilkan ATP secara aerob lenyap
dan sel tidak memenuhi kebutuhan energinya

2) Aritmia: Karena insiden PJK dan hipertensi tinggi, aritmia lebih sering tidak
dapat dan dapat berpengaruh terhadap hemodinamik. Bila curah jantung dan
tekanan darah turun banyak, berpengaruh terhadap aliran darah ke otak, dapat
juga menyebabkan angina dan gagal jantung

3) Gagal jantung: Gagal jantung terjadi sewaktu jantung tidak mampu


memompakan darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan
nutrien tubuh. Gagal jantung disebabkan disfungsi diastolik atau sistolik.
Gagal jantung diastolik dapat terjadi dengan atau tanpa gagal jantung sistolik.
Gagal jantung dapat terjadi akibat hipertensi kronis. Disfungsi sistolik
sebagai penyebab gagal jantung akibat cedera pada ventrikel, biasanya
berasal dari infark miokard

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian Data Fokus
1) Kualitas nyeri dada: Seperti terbakar, tercekik, rasa menyesakkan nafas
atau seperti tertindih barang berat

2) Lokasi dan radiasi: Retrosternal dan prekordial kiri, radiasi


menurun ke lengan kiri bawah dan pipi, dagu, gigi, daerah
epigastrik dan punggung

3) Faktor pencetus: Mungkin terjadi saat istirahat atau selama kegiatan

4) Lamanya dan faktor-faktor yang meringankan: Berlangsung


lama, berakhir lebih dari 20 menit, tidak menurun dengan
istirahat, perubahan posisi ataupun minum nitrogliserin

5) Tanda dan gejala: Cemas, gelisah, lemah sehubungan dengan


keringatan, dispnea, pening, tanda-tanda respon vasomotor
meliputi : mual, muntah, pingsan, kulit dinghin dan lembab,
cekukan dan stress gastrointestinal, suhu menurun

6) Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien IMA
biasanya baik atau compos mentis (CM) dan akan berubah
sesuai tingkat gangguan yang melibatkan perusi sistem saraf
pusat

2. B1 (Breathing)
Klien terlihat sesak, frekuensi napas melebihi normal dan
mengeluh sesak napas seperti tercekik. Sesak napas terjadi
akibat pengerahan tenaga dan disebabkan oleh kenaikan
tekanan akhir diastolic ventrikel kiri yang meningkatkan
tekanan vena pulmonalis. Hal ini terjadi karena terdapat
kegagalan peningkatan curah darah oleh ventrikel kiri pada
saat melakukan kegiatan fisik. Dispnea kardiak pada infark
miokardium yang kronis dapat timbul pada saat istirahat

3. B2 (Blood)
 Inspeks: Adanya jaringan parut pada dada klien. Keluhan
lokasi nyeri biasanya di daerah substernal atau nyeri atas
pericardium. Penyebaran nyeri dapat meluas di dada.
Dapat terjadi nyeri dan ketidakmampuan menggerakkan
bahu dan tangan

 Palpasi: Denyut nadi perifer melemah. Thrill pada IMA


tanpa komplikasi biasanya tidak ditemukan
 Auskultasi: Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan
volume sekuncup yang disebabkan IMA. Bunyi jantung tambahan
akibat kelainan katup biasanya tidak ditemukan pada IMA tanpa
komplikasi

 Perkusi: batas jantung tidak mengalami pergeseran

4. B3 (Brain)
Kesadaran umum klien biasanya CM. Pengkajian objektif klien, yaitu
wajah meringis, menangis, merintis, merenggang, dan menggeliat yang
merupakan respons dari adanya nyeri dada akibat infark pada
miokardium. Tanda klinis lain yang ditemukan adalah takikardia, dispnea
pada saat istirahat maupun saat beraktivitas

5. B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine dengan intake cairan klien. Oleh karena
itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria pada klien dengan IMA
karena merupakan tanda awal syok kardiogenik

6. B5 (Bowel)
Klien biasanya mengalami mual dan muntah. Pada palpasi abdomen
ditemukan nyeri tekan pada keempat kuadran, penurunan peristaltic usus
yang merupakan tanda utama IMA

7. B6 (Bone)
Aktivitas klien biasanya mengalami perubahan. Klien sering merasa
kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap, dan jadwal
olahraga teratur. perubahan postur tubuh

b. Analisa Data

Data Etiologi Masalah Keperawatan


DS: Adanya sumbatan Nyeri Akut
1. Pasien mengeluh arteri
nyeri

DO:
1. Tampak meringis
2. Gelisah
DS: Gangguan aliran darah Gangguan Pertukaran
1. Dispnea ke alveoli Gas

DO:
1. PCO2 menurun
2. PO2 menurun
3. Napas cuping
hidung
DS: Ketidakseimbangan Intoleransi Aktivitas
1. Dispnea saat/setelah antara suplai oksigen
aktivitas miocard dan
2. Merasa lemah kebutuhan

DO:
1. Gambaran EKG
menunjukkan
iskemia

c. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan adanya sumbatan arteri ditandai dengan
mengeluh nyeri, tampak meringis dan gelisah

2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran darah ke


alveoli ditandai dengan dispnea, PCO2 menurun, PO2 menurun dan napas
cuping

3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai


oksigen miocard dan kebutuhan ditandai dengan dispnea saat/setelah aktivitas,
merasa lemah dan gambaran EKG menunjukkan iskemia

d. Rencana Asuhan Keperawatan

No. Diagnosa Perencanaan Asuhan Keperawatan


Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri Akut Setelah Pemberian Pemberian Analgesik
dilakukan Analgesik (I.08243) (I. 08243)
intervensi Observasi: Observasi:
selama 3x24 1. Identifikasi 1. Mengetahui
jam maka karakteristik karakteriskik
tingkat nyeri nyeri nyeri
menurun 2. Identifikasi 2. Mengetahui
dengan kriteria riwayat alergi riwayat alergi
hasil: obat obat
1. Keluhan 3. Identifikasi 3. Memberi jenis
nyeri kesesuaian analgesik yang
menurun jenis tepat
2. Meringis analgesic
menurun dengan
3. Gelisah tingkat
menurun keparahan
nyeri
4. Monitor 4. Melihat apa
tanda-tanda ada perubahan
vital sebelum tanda-tanda
dan sesudah vital sebelum
pemberian dan sesudah
analgesic diberikan
analgesic
5. Monitor 5. Melihat
efektifitas efektifitas
analgesic analgesik

Terapeutik: Terapeutik:
1. Tetapkan 1. Mengoptimalk
target an respons
efektifitas pasien
analgesik
untuk
mengoptimal
kan respons
pasien
2. Dokumentasi 2. Melihat
kan respons respond an
pasien efek pada
terhadap efek pasien
analgesik dan
efek yang
tidak
diinginkan

Edukasi: Edukasi:
1. Jelaskan 1. Agar pasien
terapi dan memahami
efek samping terapi dan efek
obat samping obat

Kolaborasi: Kolaborasi:
1. Kolaborasi 1. Memberi obat
pemberian yang sesuai
dosis dan
jenis
analgesik,
sesuai
indikasi
2. Gangguan Setelah Terapi Oksigen (I. Terapi Oksigen (I.
Pertukaran dilakukan 01026) 01026)
Gas intervensi Observasi: Observasi:
selama 3x24 1. Monitor 1. Menyesuaikan
jam maka kecepatan kecepatan
pertukaran gas aliran aliran oksigen
meningkat oksigen
dengan kriteria 2. Monitor 2. Melihat posisi
hasil: posisi alat alat
1. Dispnea terapi
menurun oksigen
2. Napas 3. Monitor 3. Melihat apa
cuping tanda-tanda ada tanda
hidung hipoventilasi hipoventilasi
menurun 4. Monitor 4. Melihat ada
3. PCO2 integritas integritas
membai mukosa mukosa akibat
k hidung akibat pemasangan
4. PO2 pemasangan oksigen
membai oksigen
k
Terapeutik: Terapeutik:
1. Pertahankan 1. Mempertahank
kepatenan an kepatenan
jalan napas jalan napas
2. Siapkan dan 2. Mempersiapka
atur alat n alat
pemberian
oksigen
3. Gunakan 3. Memusahkan
perangkat dengan
oksigen yang menyesuaikan
sesuai keadaan pasien
dengan
tingkat
mobilitas
pasien

Edukasi: Edukasi:
1. Ajarkan 1. Agar
pasien dan mengetahui
keluarga cara cara
menggunakk menggunakkan
an oksigen di oksigen
rumah

Kolaborasi:
1. Kolaborasi Kolaborasi:
penentuan 1. Pemberian
dosis oksigen dosis sesuai
3. Intoleransi Setelah Manajemen Energi Manajemen Energi (I.
Aktivitas dilakukan (I. 05178) 05178)
intervensi Observasi: Observasi:
selama 3x24 1. Identifikasi 1. Mengetahui
jam maka gangguan hal yang
toleransi fungsi tubuh mengakibatkan
aktivitas yang kelelahan
meningkat mengakibatk
dengan kriteria an kelelahan
hasil: 2. Monitor 2. Mengetahui
1. Dispnea kelelahan kelelahan fisik
saat/sete fisik dan dan emosional
lah emosional
aktivitas
menurun Terapeutik: Teraputik:
2. EKG 1. Sediakan 1. Menjaga
iskemia lingkungan kenyamanan
membai nyaman dan
k rendah
stimulus
2. Berikan 2. Memberikan
aktivitas ketenangan
distraksi
yang
menenangka
n

Edukasi: Edukasi:
1. Anjurkan 1. Merilekskan
tirah baring tubuh

DAFTAR PUSTAKA
Anam, Hairul.2017.Laporan Pendahuluan NSTEMI.https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwigg
um0opXyAhVy7nMBHSJqD8AQFjAAegQIAxAD&url=https%3A%2F
%2Fid.scribd.com%2Fdocument%2F351915332%2FLP-
NSTEMI&usg=AOvVaw357ufBvmMP81R8y6zo44N0 (Diakses Selasa, 3
Agustus 2021)

Haryanto, Budi.2018.Percutaneous Coronary


Intervention.https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjQ
qvTaoZXyAhVNWX0KHSvBBwQQFjAAegQIAxAD&url=https%3A%2F
%2Fpjnhk.go.id%2Fartikel%2Fpercutaneous-coronary-intervention-
pci&usg=AOvVaw1SPKUJ9e4x98qsbnaAvZXv (Diakses Selasa, 3 Agustus
2021)

PPNI (2018).Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan kriteria hasil


Keperawatan, Edisi 1.Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan kriteria


hasil Keperawatan, Edisi 1.Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018).Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan kriteria hasil


Keperawatan, Edisi 1.Jakarta: DPP PPNI

Pusat Jantung Nasional.2018.Coronary Arthery Bypass


Grafting.https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjh1
s-B3pTyAhValEsFHRPkC78QFjAZegQIFxAD&url=https%3A%2F
%2Fwww.pjnhk.go.id%2Fstorage%2Fuploads%2Finformasi%2Fedukasi-pasien
%2FsIP1MoIb430RYGxe8vxrDTPfnEGG6XU8A7TvxaWq.pdf&usg=AOvVaw0
M2Q7Vp2Fvik0NC9zP0x1t&cshid=1627989716006451 (Diakses Selasa, 3
Agustus 2021)

Tanpa nama.2017.Laporan Pendahuluan NSTEMI.https://www.google.com/url?


sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjw
or797JPyAhUCT30KHe8SB7IQFjAEegQIHBAD&url=https%3A%2F
%2Fpdfcoffee.com%2Flp-nstemi-14-pdf-free.html&usg=AOvVaw2-
1Gd8_LkPQeMwAuSWCEwh (Diakses Selasa, 3 Agustus 2021)

Anda mungkin juga menyukai