Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

NON YT ELEVATION MYOCARDIAL INFARCTION (NSTEMI)


Dosen: Susilawati , M.Kep., Ns., Sp.Kep.Mb

Disusun Oleh :

Nama : Salma Raihana

NPM 211119049

Kelas : 2-B

PROGRAM STUDI D3-KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI

2021-2022
A. Konsep Dasar
a. Pengertian
NSTEMI adalah adanya ketidakseimbangan antara pemintaan dan suplai
oksigen ke miokardium terutama akibat penyempitan arteri koroner akan
menyebabkan iskemia miokardium lokal. Iskemia yang bersifat sementara akan
menyebabkan perubahan reversibel pada tingkat sel dan jaringan. (Sylvia,2008).
NSTEMI merupakan kondisi kematian pada miokard (otot jantung) akibat dari
aliran darah ke bagian otot jantung terhambat.

NSTEMI merupakan tipe infark miokard tanpa elevasi segmen ST yang


disebabkan oleh obstruksi koroner akibat erosi dan ruptur plak. Erosi dan
ruptur plak atheroma menimbulkan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen. Pada non stemi, trombus yang terbentuk biasanya tidak menyebabkan
oklusi menyeluruh lumen arteri koroner (Kalim, 2001).

b. Etiologi

NSTEMI disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan peningkatan kebutuhan oksigen miokar
ST, namun menyebabkan pelepasan penanda nekrosis.

Penyebabpalingumumadalahpenurunanperfusimiokardyang dihasilkandaripenyempitanarterikor

Pnoenyocecmlupsitiavne aybannogrmtealahdadriikaermtebrai nkgokraonnepr amdaunpglkaki

1) Faktor Resiko
1. Yang tidak dapat diubah
• Umur: Sekitar 55% korban serangan jantung berusia 65 tahun atau
1ebih dan yang meningga1 empat dari 1ima orang berusia di atas 65
tahun. Mayoritas berada da1am resiko pada masa kini merupakan
reb1eksi dari peme1iharaan kesehatan yang buruk di masa 1a1u

Jenis kelamin: Insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita meningkat

setelah menopause


Riwayat penyakit jantung coroner pada anggota keluaga
• Ras: Orang Amerika ku1it hitam memi1iki resiko 1ebih tinggi
dibandinkan dengan ku1it putih, ha1 ini dikaitkan dengan penemuan
bahwa 33% orang Amerika ku1it hitam menderita hipertensi
dibandingkan dengan ku1it putih

2. Yang dapat dirubah


Mayor: Hiperlipidemia, hipertensi, merokok, diabetes, obesitas dan diet tinggi lemak jenu

• Minor: Inaktifitas fisik, emosional, agresif, ambisius, kompetitif dan


stress psikologis berlebihan

c. Patofisiologi

NSTEMI dapat disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan atau peningkatan kebutuhan oksi

akut pada arteri koroner diawali dengan adanya ruptur plak yang tak stabil.
(Corwin, E1izabeth 2009).

Plak yang tidak stabil ini biasanya mempunyai inti lipid yang besar, densitas otot polos yang rend

TNF hsCRP di hati (Sudoyo Aru W, 2010).

d. Manifestasi Klinis
1) Nyeri Dada
Nyeri yang lama yaitu minimal 30 menit, sedangkan pada angina kurang dari itu. Disamping itu
penderita DM berkaitan dengan neuropati

2) Sesak Nafas
Sesak nafas bisa disebabkan oleh peningkatan mendadak tekanan akhir diastolik ventrik
hipervenntilasi
3) Gejala Gastrointestinal
Peningkatan aktivitas vagal menyebabkan mual dan muntah, dan biasanya lebih sering pada

Gejala Lain
Termasuk palpitasi, rasa pusing, atau sinkop dari aritmia ventrikel, gelisah

e. Pemeriksaan Penunjang
1) EKG
Untuk mengetahui fungsi jantung : T. Inverted, ST depresi dan Q. patologis

2) Enzim Jantung
Pemeriksaan enzim jantung :
1.CPK-MB/CPK Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat
antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36- 48 jam

2. LDH/HBDH Meningkat dalam 12-24 jam dam memakan waktu lama


untuk kembali normal

3. AST/SGOT Meningkat (kurang nyata/khusus) terjadi dalam 6-12 jam,


memuncak dalam 24 jam, kembali normal dalam 3 atau 4 hari

4. Troponin T dan Troponin I Troponin T atau Troponin I merupakan pertanda nekrosis


pasien IMA, peningkatan Troponin pada darah perifer setelah 3-4 jam dan dapat menetap

3) Elektrolit
Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas, missal
hipokalemi, hiperkalemi

4) Sel darah putih Leukosit (10.000 — 20.000) biasanya tampak pada hari ke-2
setelah IMA berhubungan dengan proses inflamasi

5) Kecepatan sedimentasi Meningkat pada ke-2 dan ke-3 setelah AMI ,


menunjukkan inflamasi

6) Kimia Mungkin normal, tergantung abnormalitas fungsi atau perfusi organ


akut atau kronis
7) AGD Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau
kronis

8) Kolesterol atau Trigliserida serum Meningkat, menunjukkan arteriosclerosis


sebagai penyebab AMI

9) Foto dada Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga


aneurisma ventrikuler

10) Ekokardiogram Dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan


katup atau dinding ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup

11) Angiografi koroner Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri


koroner. Biasanya dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan
serambi dan mengkaji fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi). Prosedur tidak
selalu dilakukan pad fase AMI kecuali mendekati bedah jantung angioplasty
atau emergensi.

12) Tes stress olah raga/Tredmile Menentukan respon kardiovaskuler terhadap


aktifitas atau sering dilakukan sehubungan dengan pencitraan talium pada
fase penyembuhan

f. Penatalaksanaan Klinik
1) Tindakan umum
Pasien perlu perawatan di rumah sakit, sebaiknya di unit intensif koroner, pasien perlu diistiraha
dada walaupun sudah mendapat nitrogliserin

Terapi medikamentosa
Obat anti iskemia
Seperti nitrat, data bloker dan antagonis kalsium

2. Obat anti agregasi trombosit


Obat antiplatelet merupakan salah satu dasar dalam pengobatan angina tidak stabil maup
clopidogrel dan inhibitor GP Iib/IIIa

3. Tindakan reeves polarisasi pembuluh coroner


Tindakan revaskularisasi perlu dipertimbangkan pada pasien dengan
iskemia berat dan refrakter dengan terapi medikamentosa. Pada pasien dengan penyemp
darah, bila disertai faal ventrikel kiri yang kurang tindakan operasi bypass
(CABG) mengurangi masuknya kembali ke rumah sakit. Pada pasien dengan faal jantun
tindakan pembedahan PCI merupakan pilihan utama

CABG
Coronary Arthery Bypass Grafting (CABG) adalah prosedur
pembedahan yang dilakukan untuk memperbaiki aliran darah ke jantung. Prosedur in
terdapat di dalam darah.

PCI
Percutaneous Coronary Intervention (PCI) adalah prosedur intervensi
non benda dengan menggunakan kateter untuk melebarkan atau membuka pembuluh
disebabkan oleh proses aterosklerosis atau trombosis.

Aterosklerosis merupakan endapan yang terdapat di dalam pembuluh darah koroner j


merasakan apa yang terjadi di dalam dinding pembuluh darahnya.

Faktor risiko serangan jantung


Merokok
*Kegemukan
*Kurang beraktifitas
Riwayat keluarga
Diabetes mellitus

Dengan adanya faktor tersebut di atas, otomatis akan mempercepat


terjadinya penumpukan plak lemak di dalam pembuluh darah koroner.

Prosedur PCI
Seperti tindakan kateterisasi, prosedur PCI juga hanya menggunakan pembiusan atau
selongsong (sheath) di pembuluh darah kaki atau tangan, maka kateter
akan dimasukkan sampai pada pembuluh darah koroner jantung. Kateter yang digu
yaitu 0, 014 inci.

Setelah guide wire ini melewati daerah penyempitan, baru dilakukan


pengembangan (infalsi) balon pada daerah yang menyempit. Setelah
pembuluh darah terbuka,biasanyaakandilanjutkandengan
pemasangan stent (gorong-gorong) dengan tujuan untuk
mempertahankan pembuluh darah tersebut tetap terbuka.

Ada dua jenis stent yang ada di pasaran, yaitu stent tanpa salut obat (bare metal stent)
koroner tersebut.

Risiko tindakan PCI


Risiko minor seperti memar pada pergelangan tangan atau pangkal paha akibat penus
biasanya kecil.

Persiapan sebelum tindakan PCI


Melakukan pemeriksaan laboratorium darah
Melakukan pemeriksaan EKG
Foto dada (rontgen)
Puasa selama 4-6 jam sebelum tindakan dilakukan, minum obat seperti biasa
Mendapatkan penjelasan tentang prosedur tindakan
Melakukan persetujuan tindakan (informed consent)
Dilakukan pemasangan infus pada bagian lengan tangan kanan/kiri

Perawatan pasien PCI


Bahasa yang diperbolehkan makan/minum seperti biasa
Kaki area tindakan tidak boleh ditekuk selama 12 jam
Apabila tindakan dari lengan 4 jam setelah tindakan tangan, tidak
boleh ditekuk ataupun menggenggam
Bila tidak ada komplikasi atau kelainan lainnya, pada keesokan
harinya bisa diperbolehkan untuk pulang
* Biasanya tindakan ini hanya diperlukan masa perawatan selama 3 hari. Sehingga b
ketiga

3) Terapi non medikamentosa


1.Istirahat memungkinkan jantung memompa darah lebih sedikit darah
dengan kecepatan yang lambat. Hari ini menurunkan kerja jantung sehingga kebutuhan

2.Terapi oksigen untuk mengurangi kebutuhan oksigen jantung

g. Komplikasi
1) Infark miokardium (IM) adalah kematian sel-sel miokardium yang terjadi akibat kekurangan o
dan sel tidak memenuhi kebutuhan energinya

2) Aritmia: Karena insiden PJK dan hipertensi tinggi, aritmia lebih sering tidak dapat dan dapat
juga menyebabkan angina dan gagal jantung

3) Gagal jantung: Gagal jantung terjadi sewaktu jantung tidak mampu


memompakan darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan
nutrien tubuh. Gagal jantung disebabkan disfungsi diastolik atau sistolik.
Gagal jantung diastolik dapat terjadi dengan atau tanpa gagal jantung
sistolik.
Gagal jantung dapat terjadi akibat hipertensi kronis. Disfungsi sistolik
sebagai penyebab gagal jantung akibat cedera pada ventrikel, biasanya
berasal dari infark miokard

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian Data Fokus
1) Kua1itas nyeri dada: Seperti terbakar, tercekik, rasa menyesakkan nabas
atau seperti tertindih barang berat

2) Lokasi dan radiasi: Retrosterna1 dan prekordia1 kiri, radiasi


menurun ke 1engan kiri bawah dan pipi, dagu, gigi, daerah
epigastrik dan punggung

3) Faktor pencetus: Mungkin terjadi saat istirahat atau se1ama kegiatan


4) Lamanya dan baktor-baktor yang meringankan: Ber1angsung
1ama, berakhir 1ebih dari 20 menit, tidak menurun dengan
istirahat, perubahan posisi ataupun minum nitrog1iserin

5) Tanda dan geja1a: Cemas, ge1isah, 1emah sehubungan dengan


keringatan, dispnea, pening, tanda-tanda respon vasomotor
me1iputi : mua1, muntah, pingsan, ku1it dinghin dan 1embab,
cekukan dan stress gastrointestina1, suhu menurun

6) Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien IMA
biasanya baik atau compos mentis (CM) dan akan berubah
sesuai tingkat gangguan yang melibatkan perusi sistem saraf
pusat

2. B1 (Breathing)
Klien terlihat sesak, frekuensi napas melebihi normal dan
mengeluh sesak napas seperti tercekik. Sesak napas terjadi
akibat pengerahan tenaga dan disebabkan oleh kenaikan
tekanan akhir diastolic ventrikel kiri yang meningkatkan
tekanan vena pulmonalis. Hal ini terjadi karena terdapat
kegagalan peningkatan curah darah oleh ventrikel kiri pada
saat melakukan kegiatan fisik. Dispnea kardiak pada infark
miokardium yang kronis dapat timbul pada saat istirahat

3. B2 (Blood)
• Inspeks: Adanya jaringan parut pada dada klien.
Keluhan lokasi nyeri biasanya di daerah substernal atau
nyeri atas
pericardium. Penyebaran nyeri dapat meluas di dada.
Dapat terjadi nyeri dan ketidakmampuan menggerakkan
bahu dan tangan

• Palpasi: Denyut nadi perifer melemah. Thrill pada IMA


tanpa komplikasi biasanya tidak ditemukan
• Auskultasi: Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan
volume sekuncup yang disebabkan IMA. Bunyi jantung tambahan
akibat kelainan katup biasanya tidak ditemukan pada IMA tanpa
komplikasi

Perkusi: batas jantung tidak mengalami pergeseran

4. B3 (Brain)
Kesadaran umum klien biasanya CM. Pengkajian objektif klien, yaitu
wajah meringis, menangis, merintis, merenggang, dan menggeliat yang
merupakan respons dari adanya nyeri dada akibat infark pada
miokardium. Tanda klinis lain yang ditemukan adalah takikardia, dispnea
pada saat istirahat maupun saat beraktivitas

5. B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine dengan intake cairan klien. Oleh karena
itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria pada klien dengan IMA
karena merupakan tanda awal syok kardiogenik

6. B5 (Bowel)
Klien biasanya mengalami mual dan muntah. Pada palpasi abdomen
ditemukan nyeri tekan pada keempat kuadran, penurunan peristaltic usus
yang merupakan tanda utama IMA

7. B6 (Bone)
Aktivitas klien biasanya mengalami perubahan. Klien sering merasa
kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap, dan jadwal
olahraga teratur. perubahan postur tubuh

b. Analisa Data

Data Etiologi Masalah Keperawatan


DS: Adanya sumbatan Nyeri Akut
1. Pasien mengeluh arteri
nyeri

DO:
1.Tampak meringis

2. Gelisah
Gangguan aliran darah Gangguan Pertukaran
DS:
Dispnea ke alveoli Gas
1.

DO:
2. PO2 menurun
3. Napas cuping
hidung
DS:
Ketidakseimbangan Intoleransi Aktivitas
1. Dispnea saat/setelah
antara suplai oksigen
aktivitas
miocard dan
2. Merasa lemah
kebutuhan

DO:
1. Gambaran EKG
menunjukkan
iskemia

c. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan adanya sumbatan arteri ditandai dengan
mengeluh nyeri, tampak meringis dan gelisah

2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran darah ke


alveoli ditandai dengan dispnea, PCO2 menurun, PO2 menurun dan napas
cuping

3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai


oksigen miocard dan kebutuhan ditandai dengan dispnea saat/setelah aktivitas,
merasa lemah dan gambaran EKG menunjukkan iskemia

d. Rencana Asuhan Keperawatan


No. Diagnosa Perencanaan Asuhan Keperawatan
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri Akut Setelah Pemberian Pemberian Analgesik
dilakukan Analgesik (I.08243) (I. 08243)
intervensi Observasi: Observasi:
selama 3x24 1. Identifikasi 1. Mengetahui
jam maka karakteristik karakteriskik
tingkat nyeri nyeri nyeri
menurun 2. Identifikasi 2. Mengetahui
dengan kriteria riwayat alergi riwayat alergi
hasil: obat obat
1. Keluhan 3. Identifikasi 3. Memberi jenis
nyeri kesesuaian analgesik yang
menurun jenis tepat
2. Meringis analgesic
menurun dengan

3. Gelisah tingkat
menurun keparahan
nyeri
4. Monitor 4. Melihat apa
tanda-tanda ada perubahan
vital sebelum tanda-tanda
dan sesudah vital sebelum
pemberian dan sesudah
analgesic diberikan
analgesic
5. Monitor 5. Melihat
efektifitas efektifitas
analgesic analgesik

Terapeutik: Terapeutik:
1. Tetapkan 1. Mengoptimalk
target an respons
efektifitas pasien
analgesik
untuk
mengoptimal
kan respons
pasien
2. Dokumentasi 2. Melihat
kan respons respond an

pasien efek pada


terhadap efek pasien
analgesik dan
efek yang
tidak
diinginkan

Edukasi: Edukasi:
1. Jelaskan 1. Agar pasien
terapi dan memahami
efek samping terapi dan efek
obat samping obat

Kolaborasi: Kolaborasi:
1.Kolaborasi pemberian 1.Memberi
dosis dan jenis
obatanalgesik,
yang sesuai

sesuai
indikasi
2. Gangguan Setelah Terapi Oksigen (I. Terapi Oksigen (I.
Pertukaran dilakukan 01026) 01026)
Gas intervensi Observasi: Observasi:
selama 3x24 1. Monitor 1. Menyesuaikan
jam maka kecepatan kecepatan
pertukaran gas aliran aliran oksigen
meningkat oksigen
dengan kriteria 2. Monitor 2. Melihat posisi
hasil: posisi alat alat
1. Dispnea terapi
menurun oksigen
2. Napas 3. Monitor 3. Melihat apa
cuping tanda-tanda ada tanda
hidung hipoventilasi hipoventilasi
menurun 4. Monitor 4. Melihat ada
3. PCO2 integritas integritas
membai mukosa mukosa akibat
k hidung akibat pemasangan
4. PO2 pemasangan oksigen
membai oksigen
k
Terapeutik: Terapeutik:

1. Pertahankan 1. Mempertahank
kepatenan an kepatenan
jalan napas jalan napas
2. Siapkan dan 2. Mempersiapka
atur alat n alat
pemberian
oksigen
3.Memusahkan
3.Gunakan perangkat oksigen yang sesuai
dengan tingkat dengan menyesuaikan keada
mobilitas pasien

Edukasi: Edukasi:
1.Ajarkan 1.Agar mengetahui
pasien dan keluarga caracara

menggunakk menggunakkan
an oksigen di oksigen
rumah

Kolaborasi:
1. Kolaborasi Kolaborasi:
penentuan 1. Pemberian
dosis oksigen dosis sesuai
3. Intoleransi Setelah Manajemen Energi Manajemen Energi (I.
Aktivitas dilakukan (I. 05178) 05178)
intervensi Observasi: Observasi:
selama 3x24 1. Identifikasi 1. Mengetahui
jam maka gangguan hal yang
toleransi fungsi tubuh mengakibatkan
aktivitas yang kelelahan
meningkat mengakibatk
dengan kriteria an kelelahan
hasil: 2. Monitor 2. Mengetahui
1. Dispnea kelelahan kelelahan fisik
saat/sete fisik dan dan emosional
lah emosional
aktivitas
menurun Terapeutik: Teraputik:

2. EKG 1. Sediakan 1. Menjaga


iskemia lingkungan kenyamanan
membai nyaman dan
k rendah stimulus
2.Berikan
aktivitas distraksi yang menenangka
2.Memberikan
n ketenangan

Edukasi: Edukasi:
1.Anjurkan tirah baring 1.Merilekskan tubuh

DAFTAR PUSTAKA

Anam, Hairul.2017.Laporan Pendahuluan NSTEMI.https://www.google.com/url?


sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwigg
um0opXyAhVy7nMBHSJqD8AQFjAAegQIAxAD&url=https%3A%2F
%2Fid.scribd.com%2Fdocument%2F351915332%2FLP-
NSTEMI&usg=AOvVaw357ufBvmMP81R8y6zo44N0 (Diakses Selasa, 3
Agustus 2021)

Haryanto, Budi.2018.Percutaneous Coronary


Intervention.https://www.google.com/url?
https://www.google.com/url?

2021)
(Diakses Selasa, 3 Agustus

PPNI (2018).Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan kriteria hasil


Keperawatan, Edisi 1.Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai