Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

KETOASIDOSIS DIABETIKUM (KAD)

Konsep Penyakit Ketoasidosis Diabetikum


A. Pengertian
Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah komplikasi akut diabetes melitus yang serius,
suatu keadaan darurat yang harus segera diatasi. KAD memerlukan pengelolaan yang cepat
dan tepat, mengingat angka kematiannya yang tinggi. Pencegahan merupakan upaya penting
untuk menghindari terjadinya KAD.

Ketoasidosis diabetik merupakan akibat dari defisiensi berat insulin dan disertai
gangguan metabolisme protein, karbohidrat dan lemak. Keadaan ini terkadang disebut
“akselerasi puasa” dan merupakan gangguan metabolisme yang paling serius pada diabetes
ketergantungan insulin. Ketoasidosis diabetikum adalah kasus kedaruratan endokrinologi
yang disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolut. Ketoasidosis Diabetikum terjadi
pada penderita IDDM (atau DM tipe II)
KAD adalah keadaan yang ditandai dengan asidosis metabolik akibat
pembentukan keton yang berlebihan, sedangkan SHH ditandai dengan hiperosmolalitas
berat dengan kadar glukosa serum yang biasanya lebih tinggi dari KAD murni (American
Diabetes Association, 2004).

B. Etiologi
Ada sekitar 20% pasien KAD yang baru diketahui menderita DM untuk pertama kali.
Pada pasien yang sudah diketahui DM sebelumnya, 80% dapat dikenali adanya faktor
pencetus. Mengatasi faktor pencetus ini penting dalam pengobatan dan pencegahan
ketoasidosis berulang. Tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata,
yang dapat disebabkan oleh :
1. Insulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis yang dikurangi
2. Keadaan sakit atau infeksi
3. Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati
Beberapa penyebab terjadinya KAD adalah:
- Infeksi : pneumonia, infeksi traktus urinarius, dan sepsis. diketahui bahwa jumlah sel
darah putih mungkin meningkat tanpa indikasi yang mendasari infeksi.
- Ketidakpatuhan: karena ketidakpatuhan dalam dosis
- Pengobatan: onset baru diabetes atau dosis insulin tidak adekuat
- Kardiovaskuler : infark miokardium
- Penyebab lain : hipertiroidisme, pankreatitis, kehamilan, pengobatan kortikosteroid
and adrenergik.
(Samijean Nordmark,2008)
Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan nama pirogen. Pirogen
adalah zat yang dapat menyebabkan demam. Pirogen terbagi 2 yaitu pirogen eksogen dan
endogen. Pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh pasien, contohnya
produk mikroorganisme seperti toksin atau mikroorganisme seutuhnya. Sedangkan pirogen
endogen adalah pirogen yang berasal dari dalam tubuh pasien, contohnya antara lain IL-1,
IL-6, TNF-α, dan IFN. Sumber dari pirogen endogen ini pada umumnya adalah monosit,
neutrofil dan limfosit.
Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel – sel darah putih (monosit,
neutrofil dan limfosit) oleh pirogeb eksogen baik berupa toksin, mediator inflamasi atau
reaksi imun. Sel – sel darah putih tersebut akan mengeluarkan zat kimia yang dikenal
dengan pirogen endogen (IL-1, IL- 6, TNF-α, dan IFN). Pirogen eksogen dan pirogen
endogen akan merangsang endothelium hipotalamus untuk membentuk prostaglandin
(Dinarello & Gelfand, 2005).
Prostaglandin yang terbentuk kemudian akan meningkatkan patokan thermostat di
pusat termoregulasi hipotalamus. Hipotalamus akan menganggap suhu sekarang lebih
rendah dari suhu patokan yang baru sehingga ini memicu mekanisme – mekanisme untuk
meningkatkan panas antara lain menggigil, vasokonstriksi kulit dan mekanisme volunter
seperti memakai selimut. Sehingga akan terjadi peningkatan produksi panas dan penurunan
pengurangan panas yang pada akhirnya akan menyebabkan suhu tubuh naik ke patokan
yang baru tersebut (Sherwood,2001).
Demam memiliki 3 fase yaitu: fase kedinginan, fase demam dan fase kemerahan. Fase
pertama yaitu fase kedinginan merupakan fase peningkatan suhu tubuh yang ditandai
dengan vasokonstriksi pembuluh darah dan peningkatan aktivitas otot yang berusaha untuk
memproduksi panas sehingga tubuh akan merasa kedinginan dan menggigil. Fase kedua
yaitu fase demam merupakan fase keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan
panas di titik patokan suhu yang sudah meningkat. Fase ketiga yaitu fase kemerahan
merupakan fase penurunan suhu yang ditandai dengan vasodilatasi pembuluh darah dan
berkeringat yang berusaha untuk menghilangkan panas sehingga tubuh akan berwarna
kemerahan ( Dalal & Zhukovsky,2006 )
E. Pathway

D. Tanda Dan Gejala


Beberapa tanda dan gejala pada hipertermia menurut (Huda, 2013)
1) Kenaikan suhu tubuh diatas rentang normal Suhu tubuh diatas normal yaitu C
(rektal)C (oral) atau 38,8> 37,8
2) Konvulsi (kejang) Kerjang merupakan suatu kondisi di mana otot-otot tubuh
berkontraksi secara tidak terkendali akibat dari adanya peningkatan termperatur yang
tinggi.
3) Kulit kemerahan Kulit merah dan terdapat bintik-bintik merah (ptikie)
4) Pertambahan RR
5) Takikardi (nadi cepat)
6) Saat disentuh terasa hangat Kulit dapat terasa hangat terjadi karena adanya vasodilatasi
pembuluh darah sehingga kulit menjadi hangat (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)
7) Fase-fase terjadinya hipertermia
a. Fase I : awal
1) Peningkatan denyut nadi
2) Peningkatan laju dan kedalaman pernafasan
3) Menggigil akibat tegangan dan kontraksi obat
4) Kulit pucat dan dingin karena vasokontriksi
5) Merasakan sensasi dingin
6) Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokontriksi
7) Rambut kulit berdiri
8) Pengeluaran keringat berlebih
9) eningkatan suhu tubuh
b. Fase II : proses demam
1) Proses menggigil lenyap
2) Kulit terasa hangat / panas
3) Merasa tidak panas / dingin
4) peningkatan nadi dan laju pernafasan
5) Peningkatan rasa haus
6) Dehidrasi ringan sampai berat
7) Mengantuk, delirium / kejang akibat iritasi sel saraf
8) Lesi mulut herpetik
9) Kehilangan nafsu makan
10) kelemahan, keletihan dan nyeri ringan pada otot akibat katabolisme
protein
c. Fase III : pemulihan
1) Kulit tampak merah dan hangat
2) Berkeringat
3) Menggigil ringan
4) Kemungkinan mengalami dehidrasi

E. Penatalaksanaan
Demam merupakan mekanisme pertahanan diri atau reaksi fisiologis terhadap perubahan
titik patokan di hipotalamus. Penatalaksanaan demam bertujuan untuk merendahkan suhu
tubuh yang terlalu tinggi bukan untuk menghilangkan demam. Penatalaksanaan demam
dapat dibagi menjadi dua garis besar yaitu: nonfarmakologi dan farmakologi.
1) Terapi non-farmakologi Adapun yang termasuk dalam terapi non-farmakologi dari
penatalaksanaan demam:
a) Pemberian cairan dalam jumlah banyak untuk mencegah dehidrasi dan
beristirahat yang cukup
b) Tidak memberikan penderita pakaian panas yang berlebihan pada saat
menggigil. Kita lepaskan pakaian dan selimut yang terlalu berlebihan.
Memakai satu lapis pakaian dan satu lapis selimut sudah dapat memberikan
rasa nyaman kepada penderita.
c) Memberikan kompres hangat pada penderita. Pemberian kompres hangat
efektif terutama setelah pemberian obat. Jangan berikan kompres dingin
karena akan menyebabkan keadaan menggigil dan meningkatkan kembali
suhu inti (Kaneshiro & Zieve, 2010).
2) Terapi farmakologi
Obat-obatan yang dipakai dalam mengatasi demam (antipiretik) adalah paracetamol
(asetaminofen) dan ibuprofen. Parasetamol cepat bereaksi dalam menurunkan panas
sedangkan ibuprofen memiliki efek kerja yang lama (Graneto, 2010). Pada anak-anak,
dianjurkan untuk pemberian paracetamol sebagai antipiretik. Penggunaan OAINS
tidak dianjurkan dikarenakan oleh fungsi antikoagulan dan resiko sindrom Reye pada
anak-anak (Kaushik, Pineda, & Kest, 2010).

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
1)Pemeriksaan darah lengkap : mengindetifikasi kemungkinan terjadinya resiko infeksi
2)Pemeriksaan urine
3)Uji widal : suatu reaksi oglufinasi antara antigen dan antibodi untuk pasien thypoid
4)Pemeriksaan elektrolit : Na, K, Cl
5)Uji tourniquet

Asuhan Keperawatan Hipertermia

1. Pengkajian
Merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan data-data. Tahap pengkajian terdiri atas :
1) Identitas pasien : nama, umur, jenis kelamin, agama dll.
2) Status kesehatan : Keluhan
utama : panas
3) Riwayat penyakit sekarang :
1. Data Subjektif
a. Pasien mengeluh panas
b. Pasien mengatakan badannya terasa lemas/ lemah
2. Data Objektif
a. Suhu tubuh >37oC
b. Takikardia
c. Mukosa bibir kering
d. Warna kulit kemerahan
4) Riwayat kesehatan dahulu
Hipertermi : Sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang menyertai
demam (misalnya mual, muntah, nafsu makan turun, eliminasi, nyeri otot, dan sendi
dll)
5) Pemeriksaan fisik
a. Hitung TTV ketika panas terus menerus
b. Inspeksi dan palpasi kulit, cek turgor kulit (kering, kemerahan, hangat
dan turgor kulit menurun)
c. Tanda-tanda dehidrasi
d. Perubahan tingkah laku : bingung, gelisah, disorientasi, sakit kepala, nyeri
otot, lemah dll).

2. Diagnosa
1) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi oleh virus yang ditandai
dengan suhu tubuh pasien >37oC, akral hangat/ panas, takikardia, dan nafas
cepat.

2) Hipertermi berhubungan dengan ketidakefektifan regulasi suhu sekunder


terhadap usia yang ditandai dengan pasien mengeluh panas, lemas, dan pusing.

3) Hipertermi berhubungan dengan ketidakcukupan hidrasi untuk aktivitas yang


berat yang ditandai dengan pasien mengeluh haus, badan pasien panas,
dehidrasi dan mukosa bibir kering.

3. Intervensi

Perencanaan keperawatan adalah suatu pemikiran tentang perumusan tujuan , tindakan,


dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada pasien berdasarkan analisa pengkajian
agar dapat teratasi masalah kesehatan/ keperawatannya (Azis, 2004).
Tahap awal perencanaan adalah prioritas masalah. Prioritas masalah berdasarkan
mengancam jiwa pasien, tahap kedua yaitu rencana prioritas.
1. Prioritas masalah
a. Hipertermi
2. Tujuan
Setelah diberikan tindakan asuhan keperawatan diharapkan masalah
hipertermi teratasi
3. Kriteria hasil
a. Menunjukkan penurunan suhu tubuh
b. Akral pasien tidak teraba hangat/ panas
c. Pasien tampak tidak lemas
d. Mukosa bibir lembab
4. Intervensi
Observasi
a) Identifikasi penyebab hipertermia(mis. Dehidrasi, terpapar lingkungan
panas, penggunaan incubator)
b) Monitor suhu tubuh
c) Monitor kadar elektrolit
d) Monitor haluaran urine
e) Monitor komplikasi akibat hipertermia Terapiutik
f) Sediakan lingkungan yang dingin
g) Longgarkan atau lepaskan pakaian
h) Basahi dan kipasi permukaan tubuh
i) Berikan cairan oral
j) Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidosis
(Keringat berlebihan).
k) Lakukan pendinginan eksternal (mis. Selimut hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
l) Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
m) Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
a) Anjurkan tirah baring Kolaborasi

Kolaborasi

a) pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

4. Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah ditetapkan dari
diagnosa yang ditegakkan sesuai hasil pengkajian yang dilakukan kepada klien.
5. Evaluasi
Evaluasi tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan
keperawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap
asuhan keperawatan yang diberikan, yaitu

1) Mampu menunjukkan penurunan suhu tubuh ke batas normal (36,5-37,4oC)

2) Akral pasien tidak teraba hangat/ panas

3) Pasien tampak tidak lemas

4) Mukosa bibir lembab


DAFTAR PUSTAKA

Alimul Aziz. (2004). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta. Salemba


Medika

Asmadi. 2008. Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep Aplikasi Kebutuhan Dasar


Klien. Jakarta : Salemba Medika.

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Definisi
dan Klasifikasi. Jakarta : EGC.

Dalal, S. & Zhukovsky, D.S., 2006. Pathophysiology and Management of Fever. The
Journal of Supportive Oncology. 4 (1), 9-16

Diane M. Fraser & Margaret A. Cooper. 2012. Buku Saku Praktik Kebidanan.
Jakarta. ECG

Doengoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

Kaneshiro, N.K., dan Zieve, D. 2010. Demam. Universitas Washington. Tersedia


dari: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000980.htm. Diakses
pada tanggal 23 Februari 2022

Kaushik, A., Pineda, C., dan Kest, H., 2010. Diagnosis dan Penatalaksanaan Demam
Berdarah Dengue pada Anak. anak Wahyu, 31 (1), 28-35. Tersedia dari:
http://pedsinreview.aappublications.org/cgi/reprint/31/4/e28.pdf. Diakses pada
tanggal 23 Februari 2022

Nelwan, R.H.H., 2007, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III, Edisi Keempat,
Balai Penerbit FKUI. Jakarta

Potter & Perry. (2010). Fundamental of Nursing, Edisi 7. Volume 1. Jakarta. Salemba
Medika

Potter & Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Bab II Hipertermi.


Jakarta: EGC
Pratamawati, M. (2019). KTI Asuhan Keperawatan Pada Anak Demam Thypoid. Dalam
https://Repository.stikespantiwaluya.ac.ad Diakses pada tanggal 23 Februari 2022

Sarasvati.2010. Bab II Hipertermi. Jurnal keperawatan.Universitas Sumatera Utara

Sodikin, (2012). Prinsip Perawatan Demam Pada Anak. Jakarta. Rufaida LQ

Tim Pokja Sdki PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan.

Tim Pokja Siki PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan.

Tim Pokja Slki PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan.

Anda mungkin juga menyukai