Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH AGAMA

“PEDOMAN DALAM KELUARGA SEJAHTERA (masa Iddah)”

DOSEN PENGAMPU Dr. AYIP ROSIDI,MA

DISUSUN OLEH:

NAMA: TRIE MULIA HANUMSARI

NIM: P07120120037

PRODI: D-III KEPERAWATAN

TINGKAT/KELAS: 1/A

POLTEKKES KEMEMKES MATARAM

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Pedoman dalam Keluarga sejahtera”. Penulisan makalah ini
dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam di
poltekkes mataram.

Dalam Penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
saya miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih


yang sebesar-besarnya, khususnya kepada Dosen kami yang telah
memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini.

MATARAM,16 November 2020

PENULIS
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR.............................................................................................. 1

DAFTAR ISI................................................................................................. 2

BAB I........................................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang...................................................................................... 3

1.2 Perumusan Masalah...............................................................................4

1.3 Tujuan....................................................................................................4

BAB II.......................................................................................................... 5

2.1 masa iddah.......................................................................................... 5

2.2 penelitian masa iddah...........................................................................8

2.3 pentingnya masa iddah dalam agama islam.........................................10

BAB III........................................................................................................ 1

3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 15
BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Selama ini, keluarga dipandang sebagai kesatuan yang terkecil di dalam
masyarakat yang berperan sebagai tempat bernaung dan penggantungan
hidup anggota-anggotanya. Keluarga itu sendiri merupakan sekumpulan
orang dalam satu kesatuan atau unit yang mengelompok dan hidup bersama
untuk jangka waktu relatif lama dan berlangsung terus. Oleh karena itu, suatu
keluarga biasanya diikat oleh perkawinan dan hubungan darah. Keluarga
selalu menempati kedudukan yang primer dan fundamental. Ini berarti
keluarga memiliki peranan yang besar dan vital dalam mempengaruhi
kehidupan maupun kepribadian anggota-anggotanya terutama anak.
Kehidupan berkeluarga itu mengandung makna disamping untuk memenuhi
dan menyalurkan hasrat biologis dan kebutuhan emosional, juga untuk
memberikan kesempatan bersosialisasi para anggotanya, khususnya bagi
anak-anak. Sehingga dalam konteks yang nyata, karena mereka saling
berhubungan, berinteraksi sekaligus saling mempengaruhi, keluarga akan
selalu dinamis dan peka terhadap lingkungannya. Karena itu pula, keluarga
sebagai suatu kelompok sosial tidak dapat hidup menyendiri dalam situasi
vakum, melainkan harus selalu berada di tengah atau setidak-tidaknya
bertautan dengan suatu kehidupan sosial bersama budayanya..
Sebagai tempat bernaung dan penggantungan hidup, segenap anggotanya
pasti mengharapkan adanya suasana aman, nyaman, tenang, tenteram dan
dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya, baik lahirilah maupun batiniah.
Keluarga sejahtera yang ditandai dengan tercukupinya kebutuhan lahir batin
dan memiliki hubungan yang serasi antar anggota keluarga, dengan alasan-
alasan tersebut, sudah barang tentu menajdi idaman dan dambaan bagi
setiap orang, Karena hanya dengan kondisi yang demikian itu, mereka dapat
mengembangkan potensinya secara optimal dan mengaktualisasikannya
dalam bentuk prestasi dan hasil kerja. Termasuk diantaranya dalam upaya
mengembangkan kehidupan pribadi masing-masing sehingga mampu
mencapai tingkat kematangan tertentu secara emosional maupun intelektual.
permasalahannya sekarang, upaya untuk mencapai keluarga sejahtera,
bukanlah pekerjaan mudah. Banyak tantangan, permasalahan dan hambatan
yang akan ditemui oleh setiap keluarga sebelum mencapai kondisi yang
diinginkan. Seluruh anggota keluarga mungkin harus bekerja ekstra keras
secara bahu membahu, terus menerus dan tanpa mengenal lelah. Harus ada
pula rasa kebersamaan, rasa senasib sepenanggungan dan tanggung jawab
diantara mereka untuk saling menguatkan upaya itu. Sehingga dalam kondisi
tertentu, keluarga yang tidak tabah, sabar, kurang kuat semangat dan
motivasinya, dirasa mustahil akan dapat mengatasi persoalan yang muncul
selama proses pencapaian cita-cita tersebut. Terlebih jika tidak ada
persiapan dan kekompakan di antara anggota-anggotanya untuk bersatu
padu dalam menggapai keluarga sejahtera yang diidam-idamkan.

II. RUMUSAN MASALAH

Adapun yang menjadi fokus permasalahan dalam makalah ini,dapat


dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari masa idah?
2. Bagaimana hasil penelitian tentang masa idah mengenai pembenaran
seorang wanita baru boleh menikah kembali dengan laki-laki lain..
3. Kenapa masa idah itu penting dalam ajaran agama
III. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan yang diharapkan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian dari masa idah


2. Mengetahui apa hasil penelitian tentang masa idah mengenai
pembenaran seorang wanita baru boleh menikah kembali dengan
laki-laki lain..
3. Untuk mengetahui kenapa masa idah itu penting dalam ajaran agama
BAB II

ISI

I. Masa Iddah

1. Pengertian iddah
Iddah berasal dari kata"addad, menurut bahasa artinya menghitng.
Sedangkan menurut istilah syara' ialah masa menunggu seorang istri selama
waktu tertentu setelah terjadi talaq atau ditinggal mati oleh suami. Seorang
istri mendapatkan talaq atau perceraian dengan suaminya tidak bleh dengan
segera menikah dengan laki2 lain, ia harus menunggu dalam jangka waktu
tertentu sesuai dengan syariat Islam. Tujuannya iddah ini adalah untuk
mengetahui secara lebih nyata tentang kesucian kandungan perempuan
yang ditalaq. Masa suci atau menunggu sampai anak dalam kandungannya
dilahirkan.
2. Hukum iddah

Bagi seorang istri yang mengalami talaq atau cerai, baik hidup atau pun mati
maka wajib menjalani masa iddah. Sebagaimana telah dijelaskan dalam Al-
qur'an

‫ق هَّللا ُ فِي َأرْ َحا ِم ِه َّن ِإ ْن ُك َّن يُْؤ ِم َّن بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم‬
َ َ‫ َواَل يَ ِحلُّ لَه َُّن َأ ْن يَ ْكتُمْنَ َما َخل‬  ۚ‫ات يَت ََربَّصْ نَ بَِأ ْنفُ ِس ِه َّن ثَاَل ثَةَ قُرُو ٍء‬
ُ َ‫َو ْال ُمطَلَّق‬
ِ ‫ َولَه َُّن ِم ْث ُل الَّ ِذي َعلَ ْي ِه َّن بِ ْال َم ْعر‬  ۚ‫ق بِ َر ِّد ِه َّن فِي ٰ َذلِكَ ِإ ْن َأ َرادُوا ِإصْ اَل حًا‬
‫ َولِلرِّ َجا ِل َعلَ ْي ِه َّن‬  ۚ‫ُوف‬ ُّ ‫ َوبُعُولَتُه َُّن َأ َح‬  ۚ‫اآْل ِخ ِر‬
‫َزي ٌز َح ِكي ٌم‬ ِ ‫ َوهَّللا ُ ع‬  ٌۗ‫َد َر َجة‬
Artinya "Perempuan-perempuan yang ditalak hendaklah menahan diri
(menunggu) tiga kali quru' tidak boleh menyembunyikan apa yang diciptakan
Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat.
Dan suami-suami berhak merujuknya dalam masa menanti itu , jika mereka
para suami nenghendaki ishlah. Dan para mempunyai hak yang seimbang
dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. Akan tetapi para suami
mempunyai satu tingkatan kelebihan dari pada istrinya. Dan Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana". (Q.S.Al-baqarah ayat 228)

3. Macam-macam iddah

Istri yang telah bercerai dengan suaminya tetapi belum sempat berhubungan
suami istri, maka tidak akan dikenai iddah. Akan tetapi bila pernah bergaul
sebagaimana layaknya suami istri, maka wajib melakukan iddah dengan
ketentuan sebagai berikut :
Bagi perempuan yang masi haid, maka iddahnya adalah tiga kali suci,
sebagaimana yang dijelaskan pada firman Allah tersebut diatas
Bagi perempuan yang sudah tidak haid lagi karena usia maupun penyakit,
maka iddahnya adalah selama tiga bulan. Sebagaimana firman Allah :
‫ِيض مِنْ نِسَاِئ ُك ْم ِإ ِن ارْ َت ْب ُت ْم َف ِع َّد ُتهُنَّ َثاَل َث ُة َأ ْشه ٍُر َوالاَّل ِئي لَ ْم َيحِضْ َن‬
ِ ‫والاَّل ِئي َيِئسْ َن م َِن ْال َمح‬ َۚ  
Artinya " Perempuan-perempuan yang tidak haid lagi, baik karena usia
maupun penyakit, maka iddahnya tiga bulan. Demikian pula perempuan-
perempuan yang belum mengalami haid".(Q.S.at-Talaq ayat 4).
Adapun perempuan-perempuan yang tidak haid itu misalnya :
1) Masih kecil (belum baligh)
2) Sudah sampai umur tetepi belum haid
3) Sudah berusia lanjut sehingga tidak bisa haid lagi
4) Bagi wanita yang sedang mengandung, maka iddahnya sampai
melahirkan. Firman Allah :
‫ َو َمنْ َي َّت ِق هَّللا َ َيجْ َع ْل لَ ُه مِنْ َأ ْم ِر ِه يُسْ رً ا‬ ۚ  َّ‫ضعْ َن َح ْملَهُن‬
َ ‫ال َأ َجلُهُنَّ َأنْ َي‬ ُ ‫َوُأواَل‬
ِ ‫ت اَأْلحْ َم‬
Artinya :"Perempuan-perempuan yang sedang mengandung iddahnya
sampai melahirkan anaknya (Q.S.at-Talaq ayat 4)
Bagi wanita yang ditinggalkan mati suaminya dalam kenadaan tidak
mengandung, maka iddahnya adalah 4 bulan 10 hari. Sebagaimana firman
Allah :

Artinya :"Orang yang meninggal diantara kamu, sedang mereka


meninggalkan istri, iddahnya empat bulan sepuluh hari".(Q.S.Al-Baqarah ayat
234)

 Wanita yang terkena darah Istihadhah

Istihadhah adalah darah yang berasal dari urat yang pecah / putus dan
keluarnya bukan pada waktu haid/nifas tetapi terkadang juga keluar pada
masa haid dan saat nifas, karena dia adalah darah berupa penyakit, maka
tidak akan berhenti mengalir sampai wanita itu sembuh darinya.Berbeda
dengan darah haidh, darah istihadhah mempunyai ciri warnanya merah,
baunya seperti bau darah biasa dan ketika keluar darah tersebut mengental.
Wanita yang terkena istihadhah tersebut dia memiliki masa iddah sama
dengan wanita haid. Apabila telah berlalu selama tiga kali haid maka
selesailah masa iddahnya.

4. Larangan-larangan masa Iddah

ada beberapa yang harus dihindari seorang  dalam masa iddah bahkan
dilarang dilaksanakan diantaranya :

1) Dilarang khitbah (melamar) dan menikah pada wanita cerai hidup.


Sebagaimana Firman Allah dalam surah AlBaqarah ayat 235 : "Dan
janganlah kamu ber'azam (bertetap hati) sebelum habis iddah".
2) Larangan khitbah secara terang-terangan (tasrih) namun boleh
dengan sendirian untuk wanita yang dicerai mati. Hal ini dijelaskan dari
lanjutan ayat 235 dalam surah Al-Baqarah yang artinya :"Dan tidak
ada dosa kamu meminang wanita-wanita itu (yang ditinggal mati
suaminya dalam masa iddahnya) dengan sendirian".
3) Larangan untuk keluar rumah saat masih dalam masa iddah belum
habis, dengan bukan tanpa sebab. Hal tersebut untuk menjaga dan
melindungi wanita yang tengah rapuh dari gangguan-gangguan fitnah
ketika keluar tanpa dengan suami. Namun ulama Makkiyah
berpendapat bahwa mereka boleh keluar ketika benar-benar dalam
keadaan darurat atau ada kepentingan, termasuk apabila perempuan
tersebut yang menjadi tulang punggung untuk menafkahi keluarganya,
seperti seorang, guru, pegawai atau yang lainnya.
4) Larangan bagi wanita yang dalam masa iddah, pakai wangi-wangian
atau yang berbau wangi dengan segala jenis. Hal tersebut di jelaskan
dalam hadit Nabi :"Janganlah perempuan itu menyentuh wangi-
wangian".(H.R Muslim). Termasuk mewarnai rambut, menggunakan
celak dan lainnya, kecuali perawatan tersebut diperlukan untuk
pengobatan. termasuk memakai baju cantik yang warna warni dengan
maksud mempercantik diri.
5) Tidak boleh menggunakan perhiasan atau sejenisnya, baik berupa
emas maupun yang lainnya, termasuk cincin, kalung, dan gelang
II penelitian masa iddah

Keajaiban yang lain merupakan misteri yang di ungkap kan oleh seorang
ilmuan ahli biokimia berkebangsaan amerika keturunan mesir ia seorang
ilmuwan muslim, dr. Rashad Khalifa, adalah orang yang pertama yang
menemukan sistem matematika pada desain al-quran. dia memulai meneliti
komposisi matematik dari al-quran pada tahun 1968, dan memasukkan al-
quran ke dalam sistem computer pada tahun 1969 dan 1970. Yang
diteruskan dengan menerjemah kannya ke dalam bahasa inggris pada awal
70-an. berjudul “miracle of the quran : significance of the mysterious
alphabet” pada oktober 1973.,bertepatan dengan ramadhan 1393 H.
Fenomena angka 19 sering keluar dalam qur’an angka 19 inilah yang
menjadi alat kontrol huruf di dalam al qur’an, sehingga al qur’an terpelihara
dari orang tak bertanggung jawab. tidak akan pernah sedikitpun meleset dari
hitung-hitungan, anda bisa bandingkan dengan kitab suci lain. Perhatikan

bagaimana angka 19 dalam mengontrol al qur’an: keistimewaan angka 19 di


dalam alqur’an ini, di antaranya:

1) jumlah surah al qur’an ada 114 atau 19 x 6.


2) bismillahirrahmanirrahim, yang merupakan kata pembuka dari surah
al qur’an terdiri dari 19 huruf.
3) paket wahyu pertama (qs. al alaq (96) ayat 1—5), diturun- kan
sebanyak 76 huruf atau 19 x 4.
4) ayat pertama kali turun, (qs. al alaq ayat 1), terdiri dari 19 huruf.
5) Surah al qolam ke-68, yang diawali huruf nun. jumlah nun dalam surat
tersebut 133 atau 19 x 7
6) Surah yasin ke-36, yang diawali huruf ya sin, memiliki huruf ya
sebanyak 237 dan huruf sin 48. bila dijumlahkan mejadi 285 atau 19
x15.
7) Surat ke-13 (arra’du), yang diawali huruf alif lam mim ra’, di mana
jumlah alif = 605, lam = 480, mim = 260 dan ra’ = 137, total keempat
huruf tersebut 1482 atau 19 x 78.

Selain itu dalam beberapa kejadian di alam ini dan juga dalam kehidupan
kita sehari-hari, ada yang mengacu kepada bilangan 19, diantaranya sebagai
berikut:
1) Bumi, matahari dan bulan berada pada posisi yang relatif sama setiap
19 tahun.
2) Komet halley mengunjungi sistem tata surya kita pada setiap 76
tahun (19 x 4).
3) Tubuh manusia memiliki 209 tulang atau 19 x 11 Seorang pakar
genetika Robert Guilhem mendeklarasikan keislamannya setelah
terperangah kagum oleh ayat-ayat Al-Quran yang berbicara tentang
iddah (masa tunggu) wanita Muslimah yang dicerai suaminya seperti
yang diatur Islam.Guilhem, pakar yang mendedikasikan usianya
dalam penelitian sidik pasangan laki-laki baru-baru ini membuktikan
dalam penelitiannya bahwa jejak rekam seorang laki-laki akan hilang
setelah tiga bulan. Guru besar anatomi medis di Pusat Nasional Mesir
dan konsultan medis, Dr. Abdul Basith As-Sayyid menegaskan bahwa
pakar Robert Gelhem, pemimpin yahudi di Albert Einstain College dan
pakar genetika ini mendeklarasikan dirinya masuk Islam ketika ia
mengetahui hakikat empiris ilmiah dan kemukjizatan Al-Quran tentang
penyebab penentuan iddah (masa tunggu) perempuan yang dicerai
suaminya dengan masa 3 bulan. Ia menambahkan, pakar Guilhem ini
yakin dengan bukti-bukti ilmiah. Bukti-bukti itu menyimpulkan bahwa
hubungan persetubuan suami istri akan menyebabkan laki-laki
meninggalkan sidik (rekam jejak) khususnya pada perempuan. Jika
pasangan ini setiap bulannya tidak melakukan persetubuhan maka
sidik itu akan perlahan-lahan hilang antara 25-30 persen. Setelah tiga
bulan berlalu, maka sidik itu akan hilang secara keseluruhan.
Sehingga perempuan yang dicerai akan siap menerima sidik laki-laki
lainnya.Bukti empiris ini mendorong pakar genetika Yahudi ini
melakukan penelitian dan pembuktian lain di sebuah perkampungan
Afrika Muslim di Amerika. Dalam penelitiannya ia menemukan bahwa
setiap wanita di sana hanya mengandung dari jejak sidik pasangan
mereka saja. Sementara penelitian ilmiah di sebuah perkampungan
lain di Amerika membuktikan bahwa wanitanya yang hamil memiliki
jejak sidik beberapa laki-laki dua hingga tiga. Artinya, wanita-wanita
non Muslim di sana melakukan hubungan intim selain pernikahan
yang sah. Yang mengagetkan sang pakar ini adalah ketika dia
melakukan penelitian ilmiah terhadap istrinya sendiri. Sebab ia
menemukan istrinya memiliki tiga rekam sidik laki-laki alias istrinya
berselingkuh. Dari penelitiannya, hanya satu dari tiga anaknya saja
berasal dari dirinya. Setelah penelitian-penelitian yang dilakukan ini
akhirnya meyakinkan sang pakar Guilhem ini memeluk Islam. Ia
meyakini bahwa hanya Islamlah yang menjaga martabat perempuan
dan menjaga keutuhan kehidupan social. Ia yakin bahwa wanita
Muslimah adalah wanita paling bersih di muka bumi ini.

III. masa iddah penting dalam agama islam

Terdapat banyak manfaat dalam menjalankan masa iddah

1) Iddah dan kehamilan.

Sebenarnya terjadi perbedaan pengertian diantara para ulama tentang batas


iddah dengan istilah “quru” ini, ada yang mengartikannya dengan “suci” dan
ada pula yang engartikannya dengan “haid”. Sehingga dengan pengertian
yang berbeda itu dapat mengakibatkan perbedaan lama
beriddah. Quru dengan pengertian suci akan mengakibatkan masa iddah
lebih pendek dari quru dengan pengertian haid.

Diperlukannya iddah bagi perempuan yang bercerai dengan suaminya, baik


karena cerai mati atau hidup, salah satu manfaatnya adalah untuk
mengetahui kekosongan rahim seorang wanita dari kehamilan. Terjadinya
kehamilan ini apabila sperma laki-laki bertemu dan bersama sebuah telur 
(ovum) disebabkan adanya hubungan suami istri, sperma laki-laki mampu
bertahan selama 48 jam serta telur 24 jam.

Muhammad Ali Akbar menyatakan bahwa “Adakah menakjubkan mendapati


puncak differensiasi sel embrio terjadi pada tahap ini (minggu ke-4 hingga ke-
8). Periode ini sangat penting karena masing-masing dari tiga lapisan
primordium menjadi sejumlah jaringan dan organ spesifik. Longman juga
mengatakan “semua organ dan sistem organ utama dibentuk selama minggu
keempat hingga kedelapan. Oleh karena itu, periode ini juga disebut periode
organogenisis. Itulah saat embrio paling rentan terhadap faktor-faktor yang
mengganggu perkembangan dan kebanyakan malformasi kongenital yang
terlihat pada waktu lahir didapatkan asalnya selama periode kritis ini.” Artinya
menurut pemahaman penulis dalam minggu-minggu keempat dan kedelapan
inilah saat-saat embrio terjadi degenerasi atau tidak.
Salah satu indikasi bahwa wanita itu tidak hamil adalah dengan adanya haid
atau menstruasi. Menstruasi dimaksudkan dengan “saat seorang wanita
mengeluarkan darah pada periode tertentu dalam keadaan sehat wal afiat.
Darah tersebut berasal dari lubang uterine.” Dan siklus haid berkisar antara
28 hingga 35 hari. Dengan masa menstruasi berkisar antara tiga hari sampai
satu minggu, dalam hal ini tergantung kondisi wanita tersebut.

Adanya prosesi itu dan mampu melewati masa-masa kritis, sekaligus jika
dikaitkan dengan masa iddah selama 3 bulan atau tiga kali suci, sehingga
dengan masa selama itu dapat dipastikan bahwa rahim seorang perempuan
kosong  dari benih kehamilan. Artinya dengan iddah selama itu, maka bisa
dipastikan bahwa seorang wanita yang dicerai oleh suaminya, baik karena
cerai hidup atau karena suaminya meninggal dunia tidak dalam keadaan
hamil, dan hamil akan mengakibatkan kelahiran manusia (anak). “Manusia
dibentuk oleh penyatuan gamet jantan (sperma) dan gamet betina (ovum)
membentuk sebuah sel yang disebut zigot. Zigot di dalam Al Qr’an
disebut nutfah amsyaj yang terbentuk dari perpaduan dan
percampuran nutfah jantan dan nutfah betina.” Dengan diketahuinya
kekosongan rahim itu, maka status anak yang akan dilahirkan oleh seorang
perempuan setelah akan jelas atau akan memperjelas status ayah bagi janin
yang ada pada rahim seorang wanita, yang pada akhirnya akan
mempertegas status nasab anak.

Allah berfirman dalam surah Ar-Ra’du  ayat 8 yang artinya : Allah mengetahui
apa yang dikandung oleh perempuan, dan kandungan rahim yang kurang
sempurna dan yang bertambah. Dan segala sesuatu pada sisiNya ada
ukurannya.

2) Iddah sebagai masa berkabung.

Bagi para wanita yang ditinggal oleh suaminya mati, wajib baginya
berkabung. “Para ulama mazhab sepakat atas wajibnya wanita yang ditinggal
mati suaminya untuk melakukan (hidad) berkabung, baik itu wanita itu sudah
lanjut usia maupun masih kecil, muslimah maupun non muslimah. Kecuali
Hanafi, mazhab ini mengatakan bahwa wanita zimmi dan masih kecil tidak
harus menjalani hidad sebab mereka tidak dikenai kewajiban (gairu
taklif).Islam membatasi masa berkabung atau meratapi atas meninggalnya
seseorang. Bagi orang lain selain istri atau suami masa berkabung
dibolehkan hanya 3 hari,  namun bagi istri batas maksimal adalah 4 bulan
sepuluh hari.Dalam agama Hindu lebih panjang lagi, sebagaimana
disebutkan, “Dalam agama seperti agama Hindu dan Jainisme. Janda tidak
diizinkan menikah lagi, sekalipun andaikan suaminya tak lama setelah
perkawinannya, dia harus tetap menjanda sepanjang hayatnya, menanggung
celaan dari mertua dan iparnya. Pertama-tama dia dianggap
bertanggungjawab atas kematian suaminya. Diyakini dia yang menimbulkan
penyakit yang menimbulkan suaminya meninggal.” Karena masa berkabung
sekaligus dijadikan sebagai masa iddah selama empat bulan sepuluh hari itu,
untuk ukuran orang-orang  tertentu cukup lama. Karena secara naluriah,
manusia senantiasa membutuhkan lawan jenisnya untuk selalu bersama.
Begitu pula wanita normal tentunya membutuhkan lawan jenisnya untuk
mendapatkan perlindungan dari laki-laki, karena wanita dianggap sebagai
makhluk yang lemah, selain itu juga wanita memerlukan pemenuhan
kebutuhan biologis dari lawan jenisnya, dan itu hanya bisa didapatkan jika ia
melakukan pernikahan kembali, begitu pula wanita tersebut dapat
menentukan arah kehidupannya serta tidak ingin larut dalam kedukaan yang
berkepanjangan. Sehingga wajar jika ia diberi kesempatan untuk menikah
lagi demi masa depannya. Begitu juga terhadap kehidupan anak-anak yang
ditinggalkan oleh bapaknya meninggal dunia, juga memerlukan perlindungan,
pengayoman, pendidikan ataupun juga bantuan yang mungkin dapat
diperoleh dari suami ibunya yang baru.

3) Iddah sebagai saat strategis bagi pihak-pihak dan saat berpikir yang
baik untuk dapat rujuk kembali.

Apabila seseorang bercerai dengan suami atau istrinya, maka ia akan


merasakan adanya berbagai perubahan dalam kebiasaan hidupnya.
Sebelumnya seorang laki-laki senantiasa dilayani, tetapi ketika ia berpisah
dengan istrinya, kebiasaan-kebiasaan itu tidak didapatkan atau ditemukannya
lagi, begitu pula bagi perempuan yang dicerai oleh suaminya. Sehingga saat-
saat inilah yang dapat digunakan untuk berpikir keras, menimbang-nimbang
buruk baiknya bercerai itu.Seorang janda dapat lebih leluasa menyatakan
kemauannya untuk bisa kawin lagi, karena dalam hal ini janda lebih berhak
atas dirinya sendiriTerhadap adanya perceraian, janda juga perlu memikirkan
positif dan negatifnya rujuk kembali. Baik pengaruhnya  terhadap dirinya
sendiri, anak-anak, keluarga, kerabat, handai-taulan, dan lain-lain. Dampak
negatif tentunya  perlu ditekan semaksimal mungkin.Adanya iddah
merupakan kesempatan untuk berpikir lebih jauh, serta diharapkan dengan
masa itu, pasangan suami istri yang bercerai akan menemukan jalan yang
terbaik untuk kehidupan mereka selanjutnya.Terhadap pihak ketiga yang
berkepentingan dengan kelanggengan pasangan suami istri itu, juga masih
mempunyai waktu atau kesempatan untuk melakukan intervensi,
memberikan nasehat-nasehat atau saran agar rumah tangga suami istri itu
bisa rukun kembali sebagaimana sediakala dengan memberikan alternatif
yang dapat menggugah suami istri yang bercerai itu agar bisa rukun kembali.
Nasehat yang demikian sangat dianjurkan dalam Islam. Perhatikan firman
Allah dalam surah Al-Ashr ayat 3.

4) Iddah sebagai ta’abbudi kepada Allah.

Selain tujuan-tujuan iddah sebagaimana diungkapkan diatas, pelaksanaan


beriddah juga merupakan gambaran tingkat ketaatan makhluk kepada aturan
Khaliknya yakni Allah. Terhadap aturan-aturan Allah itu, merupakan
kewajiban bagi  wanita muslim untuk mentaatinya. Apabila wanita muslim
yang bercerai dari suaminya, apakah karena cerai hidup atau mati. Disana
ada tenggang waktu yang harus dilalui sebelum menikah lagi dengan laki-laki
lain. Kemauan untuk mentaati  aturan beriddah inilah yang merupakan
gambaran ketaatan, dan kemauan untuk taat itulah yang didalamnya
terkandung nilai ta’abbudi itu. Pelaksanaan nilai ta’abbudi ini selain akan
mendapatkan manfaat beriddah sebagaimana digambarkan diatas, juga akan
bernilai pahala apabila ditaati dan berdosa bila dilangar  dari Allah SWT.
BAB III

KESIMPULAN

Perlu diketahui bersama bahwa selama masa ‘iddah, hendaknya wanita atau
isteri yang ditalak raj’i tetap berada di rumah suaminya, tidak boleh keluar
tanpa izin dari suami tersebut. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

‫َيا َأ ُّي َها ال َّن ِبيُّ ِإ َذا َطلَّ ْق ُت ُم ال ِّن َسا َء َف َطلِّقُوهُنَّ لِ ِع َّدت ِِهنَّ َوَأحْ صُوا ْال ِع َّد َة ۖ َوا َّتقُ~~وا هَّللا َ َر َّب ُك ْم ۖ اَل ُت ْخ ِر ُج~~وهُنَّ مِنْ ُب ُي~~وت ِِهنَّ َواَل‬
ُ ‫ك ُح ُدو ُد هَّللا ِ ۚ َو َمنْ َي َت َع َّد ُح ُدو َد هَّللا ِ َف َق ْد َظلَ َم َن ْف َس~ ُه ۚ اَل َت ْ~د ِري لَ َع~ َّل هَّللا َ يُحْ~ د‬
‫ِث‬ َ ‫َي ْخرُجْ َن ِإاَّل َأنْ َيْأت‬
َ ‫ِين ِب َفا ِح َش ٍة ُم َب ِّي َن ٍ~ة ۚ َوت ِْل‬
‫ك َأمْ رً ا‬ َ ِ‫َبعْ َد ٰ َذل‬

Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu maka hendaklah kamu


ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) ‘iddahnya (yang
wajar) dan hitunglah waktu ‘iddah itu serta bertakwalah kepada Allâh
Rabbmu. Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan
janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan
keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allâh, maka sesungguhnya dia telah
berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. Kamu tidak mengetahui barangkali
Allâh Mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru. [at-Thalaq/65:1]. Imam
asy-Syaukani rahimahullah berkata, “Mengapa demikian, karena status istri
padanya belum hilang, sehingga masih menyisakan sebagian status dari sisi
wanita dan sebagian status dari sisi suami. Hal ini akan lengkap kembali bila
saling rujuk. Sudah dimaklumi apabila wanita tersebut berada dalam status
tidak diceraikan, maka tidak boleh keluar kecuali dengan izin suaminya,
karena kadang suami membutuhkannya sementara istri sedang berada di
luar rumah. Kadang ketidaksukaan suami terhadap istri muncul dengan
sebab istri keluar rumah atau menimbulkan kecemburuan. Oleh karena itu
dalam hadits shahih dari Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari hadits
Abu Hurairah Radhiyallahu anhu dalam shahihain dan yang lainnya bahwa
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

‫ص ~و َم َو َز ْو ُج َه~~ا َش ~ا ِه ٌد ِإاَّل بِِإ ْذ ِن ~ ِه‬


ُ ‫ اَل َي ِح~ ُّل ل ِْل َم~~رْ َأ ِة َأنْ َت‬Seorang wanita tidak boleh berpuasa
(sunat) sedangkan suaminya ada di rumah kecuali dengan izinnya. Apabila
(ketentuan) ini berlaku pada puasa yang merupakan bagian dari ibadah yang
paling agung, lalu bagaimana dengan keluar ? Apabila kamu bisa memahami
ini, maka kamu akan tahu tidak sepantasnya bagi wanita di masa ‘iddah talak
raj’i untuk keluar keluar kecuali dengan izin suaminya [13].
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Fatah, Abd. Ahmadi. Fiqh Islam Lengkap. Jakarta: Rineka Cipta. 1994

Abdurrahman I Doi.Perkawinan dalam Syari’at Islam. Jakarta: Renika Cipta.


cet. I. 1992.

Al Asqalani, Alhafidz Ibn Hajar. Bulughul Maram. Semarang: Toha Putra.


1985

Azhar Basyir. Hukum Perkawinan Islam. Yogyakarta: UII Press. cet. 19. 1999.

https://cryzzahwa87.blogspot.com/2012/07/contoh-makalah-keluarga-sejahtera.html

Nasa’iy, Abu Abdur Rahman Ahmad An. Sunan An Nasa’iy. Semarang: CV.


Asy Syifa’. 1992

Anda mungkin juga menyukai