DISUSUN OLEH:
NIM: P07120120037
TINGKAT/KELAS: 1/A
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Pedoman dalam Keluarga sejahtera”. Penulisan makalah ini
dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam di
poltekkes mataram.
Dalam Penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
saya miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
PENULIS
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.............................................................................................. 1
DAFTAR ISI................................................................................................. 2
BAB I........................................................................................................... 3
1.3 Tujuan....................................................................................................4
BAB II.......................................................................................................... 5
BAB III........................................................................................................ 1
3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 15
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Selama ini, keluarga dipandang sebagai kesatuan yang terkecil di dalam
masyarakat yang berperan sebagai tempat bernaung dan penggantungan
hidup anggota-anggotanya. Keluarga itu sendiri merupakan sekumpulan
orang dalam satu kesatuan atau unit yang mengelompok dan hidup bersama
untuk jangka waktu relatif lama dan berlangsung terus. Oleh karena itu, suatu
keluarga biasanya diikat oleh perkawinan dan hubungan darah. Keluarga
selalu menempati kedudukan yang primer dan fundamental. Ini berarti
keluarga memiliki peranan yang besar dan vital dalam mempengaruhi
kehidupan maupun kepribadian anggota-anggotanya terutama anak.
Kehidupan berkeluarga itu mengandung makna disamping untuk memenuhi
dan menyalurkan hasrat biologis dan kebutuhan emosional, juga untuk
memberikan kesempatan bersosialisasi para anggotanya, khususnya bagi
anak-anak. Sehingga dalam konteks yang nyata, karena mereka saling
berhubungan, berinteraksi sekaligus saling mempengaruhi, keluarga akan
selalu dinamis dan peka terhadap lingkungannya. Karena itu pula, keluarga
sebagai suatu kelompok sosial tidak dapat hidup menyendiri dalam situasi
vakum, melainkan harus selalu berada di tengah atau setidak-tidaknya
bertautan dengan suatu kehidupan sosial bersama budayanya..
Sebagai tempat bernaung dan penggantungan hidup, segenap anggotanya
pasti mengharapkan adanya suasana aman, nyaman, tenang, tenteram dan
dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya, baik lahirilah maupun batiniah.
Keluarga sejahtera yang ditandai dengan tercukupinya kebutuhan lahir batin
dan memiliki hubungan yang serasi antar anggota keluarga, dengan alasan-
alasan tersebut, sudah barang tentu menajdi idaman dan dambaan bagi
setiap orang, Karena hanya dengan kondisi yang demikian itu, mereka dapat
mengembangkan potensinya secara optimal dan mengaktualisasikannya
dalam bentuk prestasi dan hasil kerja. Termasuk diantaranya dalam upaya
mengembangkan kehidupan pribadi masing-masing sehingga mampu
mencapai tingkat kematangan tertentu secara emosional maupun intelektual.
permasalahannya sekarang, upaya untuk mencapai keluarga sejahtera,
bukanlah pekerjaan mudah. Banyak tantangan, permasalahan dan hambatan
yang akan ditemui oleh setiap keluarga sebelum mencapai kondisi yang
diinginkan. Seluruh anggota keluarga mungkin harus bekerja ekstra keras
secara bahu membahu, terus menerus dan tanpa mengenal lelah. Harus ada
pula rasa kebersamaan, rasa senasib sepenanggungan dan tanggung jawab
diantara mereka untuk saling menguatkan upaya itu. Sehingga dalam kondisi
tertentu, keluarga yang tidak tabah, sabar, kurang kuat semangat dan
motivasinya, dirasa mustahil akan dapat mengatasi persoalan yang muncul
selama proses pencapaian cita-cita tersebut. Terlebih jika tidak ada
persiapan dan kekompakan di antara anggota-anggotanya untuk bersatu
padu dalam menggapai keluarga sejahtera yang diidam-idamkan.
Adapun tujuan yang diharapkan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
ISI
I. Masa Iddah
1. Pengertian iddah
Iddah berasal dari kata"addad, menurut bahasa artinya menghitng.
Sedangkan menurut istilah syara' ialah masa menunggu seorang istri selama
waktu tertentu setelah terjadi talaq atau ditinggal mati oleh suami. Seorang
istri mendapatkan talaq atau perceraian dengan suaminya tidak bleh dengan
segera menikah dengan laki2 lain, ia harus menunggu dalam jangka waktu
tertentu sesuai dengan syariat Islam. Tujuannya iddah ini adalah untuk
mengetahui secara lebih nyata tentang kesucian kandungan perempuan
yang ditalaq. Masa suci atau menunggu sampai anak dalam kandungannya
dilahirkan.
2. Hukum iddah
Bagi seorang istri yang mengalami talaq atau cerai, baik hidup atau pun mati
maka wajib menjalani masa iddah. Sebagaimana telah dijelaskan dalam Al-
qur'an
ق هَّللا ُ فِي َأرْ َحا ِم ِه َّن ِإ ْن ُك َّن يُْؤ ِم َّن بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم
َ َ َواَل يَ ِحلُّ لَه َُّن َأ ْن يَ ْكتُمْنَ َما َخل ۚات يَت ََربَّصْ نَ بَِأ ْنفُ ِس ِه َّن ثَاَل ثَةَ قُرُو ٍء
ُ ََو ْال ُمطَلَّق
ِ َولَه َُّن ِم ْث ُل الَّ ِذي َعلَ ْي ِه َّن بِ ْال َم ْعر ۚق بِ َر ِّد ِه َّن فِي ٰ َذلِكَ ِإ ْن َأ َرادُوا ِإصْ اَل حًا
َولِلرِّ َجا ِل َعلَ ْي ِه َّن ُۚوف ُّ َوبُعُولَتُه َُّن َأ َح ۚاآْل ِخ ِر
َزي ٌز َح ِكي ٌم ِ َوهَّللا ُ ع ٌَۗد َر َجة
Artinya "Perempuan-perempuan yang ditalak hendaklah menahan diri
(menunggu) tiga kali quru' tidak boleh menyembunyikan apa yang diciptakan
Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat.
Dan suami-suami berhak merujuknya dalam masa menanti itu , jika mereka
para suami nenghendaki ishlah. Dan para mempunyai hak yang seimbang
dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. Akan tetapi para suami
mempunyai satu tingkatan kelebihan dari pada istrinya. Dan Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana". (Q.S.Al-baqarah ayat 228)
3. Macam-macam iddah
Istri yang telah bercerai dengan suaminya tetapi belum sempat berhubungan
suami istri, maka tidak akan dikenai iddah. Akan tetapi bila pernah bergaul
sebagaimana layaknya suami istri, maka wajib melakukan iddah dengan
ketentuan sebagai berikut :
Bagi perempuan yang masi haid, maka iddahnya adalah tiga kali suci,
sebagaimana yang dijelaskan pada firman Allah tersebut diatas
Bagi perempuan yang sudah tidak haid lagi karena usia maupun penyakit,
maka iddahnya adalah selama tiga bulan. Sebagaimana firman Allah :
ِيض مِنْ نِسَاِئ ُك ْم ِإ ِن ارْ َت ْب ُت ْم َف ِع َّد ُتهُنَّ َثاَل َث ُة َأ ْشه ٍُر َوالاَّل ِئي لَ ْم َيحِضْ َن
ِ والاَّل ِئي َيِئسْ َن م َِن ْال َمح َۚ
Artinya " Perempuan-perempuan yang tidak haid lagi, baik karena usia
maupun penyakit, maka iddahnya tiga bulan. Demikian pula perempuan-
perempuan yang belum mengalami haid".(Q.S.at-Talaq ayat 4).
Adapun perempuan-perempuan yang tidak haid itu misalnya :
1) Masih kecil (belum baligh)
2) Sudah sampai umur tetepi belum haid
3) Sudah berusia lanjut sehingga tidak bisa haid lagi
4) Bagi wanita yang sedang mengandung, maka iddahnya sampai
melahirkan. Firman Allah :
َو َمنْ َي َّت ِق هَّللا َ َيجْ َع ْل لَ ُه مِنْ َأ ْم ِر ِه يُسْ رً ا ۚ َّضعْ َن َح ْملَهُن
َ ال َأ َجلُهُنَّ َأنْ َي ُ َوُأواَل
ِ ت اَأْلحْ َم
Artinya :"Perempuan-perempuan yang sedang mengandung iddahnya
sampai melahirkan anaknya (Q.S.at-Talaq ayat 4)
Bagi wanita yang ditinggalkan mati suaminya dalam kenadaan tidak
mengandung, maka iddahnya adalah 4 bulan 10 hari. Sebagaimana firman
Allah :
Istihadhah adalah darah yang berasal dari urat yang pecah / putus dan
keluarnya bukan pada waktu haid/nifas tetapi terkadang juga keluar pada
masa haid dan saat nifas, karena dia adalah darah berupa penyakit, maka
tidak akan berhenti mengalir sampai wanita itu sembuh darinya.Berbeda
dengan darah haidh, darah istihadhah mempunyai ciri warnanya merah,
baunya seperti bau darah biasa dan ketika keluar darah tersebut mengental.
Wanita yang terkena istihadhah tersebut dia memiliki masa iddah sama
dengan wanita haid. Apabila telah berlalu selama tiga kali haid maka
selesailah masa iddahnya.
ada beberapa yang harus dihindari seorang dalam masa iddah bahkan
dilarang dilaksanakan diantaranya :
Keajaiban yang lain merupakan misteri yang di ungkap kan oleh seorang
ilmuan ahli biokimia berkebangsaan amerika keturunan mesir ia seorang
ilmuwan muslim, dr. Rashad Khalifa, adalah orang yang pertama yang
menemukan sistem matematika pada desain al-quran. dia memulai meneliti
komposisi matematik dari al-quran pada tahun 1968, dan memasukkan al-
quran ke dalam sistem computer pada tahun 1969 dan 1970. Yang
diteruskan dengan menerjemah kannya ke dalam bahasa inggris pada awal
70-an. berjudul “miracle of the quran : significance of the mysterious
alphabet” pada oktober 1973.,bertepatan dengan ramadhan 1393 H.
Fenomena angka 19 sering keluar dalam qur’an angka 19 inilah yang
menjadi alat kontrol huruf di dalam al qur’an, sehingga al qur’an terpelihara
dari orang tak bertanggung jawab. tidak akan pernah sedikitpun meleset dari
hitung-hitungan, anda bisa bandingkan dengan kitab suci lain. Perhatikan
Selain itu dalam beberapa kejadian di alam ini dan juga dalam kehidupan
kita sehari-hari, ada yang mengacu kepada bilangan 19, diantaranya sebagai
berikut:
1) Bumi, matahari dan bulan berada pada posisi yang relatif sama setiap
19 tahun.
2) Komet halley mengunjungi sistem tata surya kita pada setiap 76
tahun (19 x 4).
3) Tubuh manusia memiliki 209 tulang atau 19 x 11 Seorang pakar
genetika Robert Guilhem mendeklarasikan keislamannya setelah
terperangah kagum oleh ayat-ayat Al-Quran yang berbicara tentang
iddah (masa tunggu) wanita Muslimah yang dicerai suaminya seperti
yang diatur Islam.Guilhem, pakar yang mendedikasikan usianya
dalam penelitian sidik pasangan laki-laki baru-baru ini membuktikan
dalam penelitiannya bahwa jejak rekam seorang laki-laki akan hilang
setelah tiga bulan. Guru besar anatomi medis di Pusat Nasional Mesir
dan konsultan medis, Dr. Abdul Basith As-Sayyid menegaskan bahwa
pakar Robert Gelhem, pemimpin yahudi di Albert Einstain College dan
pakar genetika ini mendeklarasikan dirinya masuk Islam ketika ia
mengetahui hakikat empiris ilmiah dan kemukjizatan Al-Quran tentang
penyebab penentuan iddah (masa tunggu) perempuan yang dicerai
suaminya dengan masa 3 bulan. Ia menambahkan, pakar Guilhem ini
yakin dengan bukti-bukti ilmiah. Bukti-bukti itu menyimpulkan bahwa
hubungan persetubuan suami istri akan menyebabkan laki-laki
meninggalkan sidik (rekam jejak) khususnya pada perempuan. Jika
pasangan ini setiap bulannya tidak melakukan persetubuhan maka
sidik itu akan perlahan-lahan hilang antara 25-30 persen. Setelah tiga
bulan berlalu, maka sidik itu akan hilang secara keseluruhan.
Sehingga perempuan yang dicerai akan siap menerima sidik laki-laki
lainnya.Bukti empiris ini mendorong pakar genetika Yahudi ini
melakukan penelitian dan pembuktian lain di sebuah perkampungan
Afrika Muslim di Amerika. Dalam penelitiannya ia menemukan bahwa
setiap wanita di sana hanya mengandung dari jejak sidik pasangan
mereka saja. Sementara penelitian ilmiah di sebuah perkampungan
lain di Amerika membuktikan bahwa wanitanya yang hamil memiliki
jejak sidik beberapa laki-laki dua hingga tiga. Artinya, wanita-wanita
non Muslim di sana melakukan hubungan intim selain pernikahan
yang sah. Yang mengagetkan sang pakar ini adalah ketika dia
melakukan penelitian ilmiah terhadap istrinya sendiri. Sebab ia
menemukan istrinya memiliki tiga rekam sidik laki-laki alias istrinya
berselingkuh. Dari penelitiannya, hanya satu dari tiga anaknya saja
berasal dari dirinya. Setelah penelitian-penelitian yang dilakukan ini
akhirnya meyakinkan sang pakar Guilhem ini memeluk Islam. Ia
meyakini bahwa hanya Islamlah yang menjaga martabat perempuan
dan menjaga keutuhan kehidupan social. Ia yakin bahwa wanita
Muslimah adalah wanita paling bersih di muka bumi ini.
Adanya prosesi itu dan mampu melewati masa-masa kritis, sekaligus jika
dikaitkan dengan masa iddah selama 3 bulan atau tiga kali suci, sehingga
dengan masa selama itu dapat dipastikan bahwa rahim seorang perempuan
kosong dari benih kehamilan. Artinya dengan iddah selama itu, maka bisa
dipastikan bahwa seorang wanita yang dicerai oleh suaminya, baik karena
cerai hidup atau karena suaminya meninggal dunia tidak dalam keadaan
hamil, dan hamil akan mengakibatkan kelahiran manusia (anak). “Manusia
dibentuk oleh penyatuan gamet jantan (sperma) dan gamet betina (ovum)
membentuk sebuah sel yang disebut zigot. Zigot di dalam Al Qr’an
disebut nutfah amsyaj yang terbentuk dari perpaduan dan
percampuran nutfah jantan dan nutfah betina.” Dengan diketahuinya
kekosongan rahim itu, maka status anak yang akan dilahirkan oleh seorang
perempuan setelah akan jelas atau akan memperjelas status ayah bagi janin
yang ada pada rahim seorang wanita, yang pada akhirnya akan
mempertegas status nasab anak.
Allah berfirman dalam surah Ar-Ra’du ayat 8 yang artinya : Allah mengetahui
apa yang dikandung oleh perempuan, dan kandungan rahim yang kurang
sempurna dan yang bertambah. Dan segala sesuatu pada sisiNya ada
ukurannya.
Bagi para wanita yang ditinggal oleh suaminya mati, wajib baginya
berkabung. “Para ulama mazhab sepakat atas wajibnya wanita yang ditinggal
mati suaminya untuk melakukan (hidad) berkabung, baik itu wanita itu sudah
lanjut usia maupun masih kecil, muslimah maupun non muslimah. Kecuali
Hanafi, mazhab ini mengatakan bahwa wanita zimmi dan masih kecil tidak
harus menjalani hidad sebab mereka tidak dikenai kewajiban (gairu
taklif).Islam membatasi masa berkabung atau meratapi atas meninggalnya
seseorang. Bagi orang lain selain istri atau suami masa berkabung
dibolehkan hanya 3 hari, namun bagi istri batas maksimal adalah 4 bulan
sepuluh hari.Dalam agama Hindu lebih panjang lagi, sebagaimana
disebutkan, “Dalam agama seperti agama Hindu dan Jainisme. Janda tidak
diizinkan menikah lagi, sekalipun andaikan suaminya tak lama setelah
perkawinannya, dia harus tetap menjanda sepanjang hayatnya, menanggung
celaan dari mertua dan iparnya. Pertama-tama dia dianggap
bertanggungjawab atas kematian suaminya. Diyakini dia yang menimbulkan
penyakit yang menimbulkan suaminya meninggal.” Karena masa berkabung
sekaligus dijadikan sebagai masa iddah selama empat bulan sepuluh hari itu,
untuk ukuran orang-orang tertentu cukup lama. Karena secara naluriah,
manusia senantiasa membutuhkan lawan jenisnya untuk selalu bersama.
Begitu pula wanita normal tentunya membutuhkan lawan jenisnya untuk
mendapatkan perlindungan dari laki-laki, karena wanita dianggap sebagai
makhluk yang lemah, selain itu juga wanita memerlukan pemenuhan
kebutuhan biologis dari lawan jenisnya, dan itu hanya bisa didapatkan jika ia
melakukan pernikahan kembali, begitu pula wanita tersebut dapat
menentukan arah kehidupannya serta tidak ingin larut dalam kedukaan yang
berkepanjangan. Sehingga wajar jika ia diberi kesempatan untuk menikah
lagi demi masa depannya. Begitu juga terhadap kehidupan anak-anak yang
ditinggalkan oleh bapaknya meninggal dunia, juga memerlukan perlindungan,
pengayoman, pendidikan ataupun juga bantuan yang mungkin dapat
diperoleh dari suami ibunya yang baru.
3) Iddah sebagai saat strategis bagi pihak-pihak dan saat berpikir yang
baik untuk dapat rujuk kembali.
KESIMPULAN
Perlu diketahui bersama bahwa selama masa ‘iddah, hendaknya wanita atau
isteri yang ditalak raj’i tetap berada di rumah suaminya, tidak boleh keluar
tanpa izin dari suami tersebut. Allâh Azza wa Jalla berfirman :
َيا َأ ُّي َها ال َّن ِبيُّ ِإ َذا َطلَّ ْق ُت ُم ال ِّن َسا َء َف َطلِّقُوهُنَّ لِ ِع َّدت ِِهنَّ َوَأحْ صُوا ْال ِع َّد َة ۖ َوا َّتقُ~~وا هَّللا َ َر َّب ُك ْم ۖ اَل ُت ْخ ِر ُج~~وهُنَّ مِنْ ُب ُي~~وت ِِهنَّ َواَل
ُ ك ُح ُدو ُد هَّللا ِ ۚ َو َمنْ َي َت َع َّد ُح ُدو َد هَّللا ِ َف َق ْد َظلَ َم َن ْف َس~ ُه ۚ اَل َت ْ~د ِري لَ َع~ َّل هَّللا َ يُحْ~ د
ِث َ َي ْخرُجْ َن ِإاَّل َأنْ َيْأت
َ ِين ِب َفا ِح َش ٍة ُم َب ِّي َن ٍ~ة ۚ َوت ِْل
ك َأمْ رً ا َ َِبعْ َد ٰ َذل
Abdul Fatah, Abd. Ahmadi. Fiqh Islam Lengkap. Jakarta: Rineka Cipta. 1994
Azhar Basyir. Hukum Perkawinan Islam. Yogyakarta: UII Press. cet. 19. 1999.
https://cryzzahwa87.blogspot.com/2012/07/contoh-makalah-keluarga-sejahtera.html