PENGAMPU : Sugianto,S.Pd.I.,M.A.
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 11
FAKULTAS EKONOMI
Pertama marilah kita mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, sebab telah
memberikan rahmat dan karunianya serta kesehatan kepada kami, sehingga mampu
menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu mata kuliah kami yaitu
“Pendidikan Agama Islam”. Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu
saya yaitu bapak Sugianto,SP.d.I.,M.A. Yang sudah membimbing kami dalam
menyelesaikan tugas makalah ini.
Makalah ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
kita semua. Akan tetapi kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Apabila dalam makalah ini terdapat kekurangan dan kesalahan, kami
mohon maaf karena sesungguhnya manusia itu tak luput dari kesalahan. Kami berharap
semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan bagi siapa saja yang
memerlukannya dimasa yang akan datang.
Kelompok 11
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN..............................................................................................................................2
A. Pengertian dan Hukum Nikah.................................................................................................2
B. Tujuan Nikah...........................................................................................................................3
C. Tata Cara Pernikahan dalam Islam..........................................................................................3
D. Rukun Nikah...........................................................................................................................4
E. Syarat Nikah............................................................................................................................5
F. Ijab dan Qabul.........................................................................................................................6
G. Wanita yang Haram dinikahi..................................................................................................6
H. Pernikahan tidak Sah...............................................................................................................6
I. Pernikahan Terlarang...............................................................................................................7
J. Hak dan Kewajiban Suami Istri...............................................................................................7
K. Perceraian/Putusnya Pernikahan.............................................................................................7
L. Thalak......................................................................................................................................8
M. Hikmah Pernikahan.............................................................................................................10
BAB III..........................................................................................................................................11
PENUTUP.....................................................................................................................................11
A. Kesimpulan...........................................................................................................................11
B. Saran......................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap Makhluk pasti ingin berkembang biak dan memiliki keturunan, tetapi yang
membedakan Manusia dengan makhluk – makhluk lainnya adalah ikatan pernikahan.
Allah S.W.T menganjurkan Manusia untuk menikah agar dapat mempertahankan
keberadaannya dan mengendalikan perkembangbiakan dengan cara yang sesuai dan
menurut kaiadah norma Agama, Laki-laki dan perempuan memiliki fitrah yang saling
membutuhkan satu sama lain.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
C. Tujuan
Adapun tujuan nya adalah sebagai berikut:
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Nikah
Nikah makna aslinya adalah akad atau ikatan. Nikah atau perkawinan
didefinisikan sebagai akad yang menghalalkan pergaulan antara seorang laki-laki
dengan perempuan yang bukan muhrim sehingga menimbulkan hak dan kewajiban
antara keduanya.
Nikah merupakan suatu ibadah yang dianjurkan Allah sesuai dengan firman Allah
dalam Al-Quran surah An-Nur ayat 32 :
ْ ۤ ُْ ْك ْم اِ ْن ي َُّكو
ِ نوا فقَُ َرا َء ي ُغنِ ِه ُم ال ُّّٰل ِم ْن فَضْ ِل ه َوال ّّٰل ُ َو
اس ع َعلِ ْي ّ ٰ َوا ْنَ ِكحُوا ْْاليَامٰ ى ِم ْن ُك ْم َوال
ُ صلِ ِح ْينَ ِم ْن ِعبَا ِد ُك ْم َواِ َم ۤا ى
م
Artinya : Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan
juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki
dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada
mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya), Maha
Mengetahui.
3. Hukum nikah
Hukum asal nikah adalah boleh (mubah/jaiz/halal), kemudian bervariasi
bergantung pada motivasi dan kondisi pelakunya. Terdapat 5 tingkatan hukum nikah
2
ditinjau dari motif dan kondisi seseorang yang akan melaksanakan pernikahan, yaitu:
a. Wajib, bagi seorang yang telah memenuhi syarat dan memiliki bekal.
b. Sunnah, bagi yang memenuhi syarat dan memilik bekal.
c. Halal atau boleh (mubah atau jaiz), bagi seseorang yang memenuhi syarat tapi
kurang bekal.
d. Makruh, bagi yang belum memenuhi syarat dan belum mempunyai bekal/modal.
e. Haram, bagi yang mau menikah dengan niat merusak atau mengakibatkan
timbulnya bencana keluarga.
B. Tujuan Nikah
Tujuan pernikahan dalam islam adalah menciptakan keluarga Sakinah, yaitu
keluarga yang mendapatkan ketenangan dan kelapangan jiwa, keleluasaan hidup dalam
menjalani kehidupan Bersama keluarga serta terpenuhinya kebutuhan lahir dan batin.
3
g. Usahakan tidak dari keluarga terdekat
2. Khitbah (meminang)
4. Walimatul ‘arusy
Hukumnya wajib dan diusahakan sesederhana mungkin serta hendaknya
mengundang orang-orang miskin. Rasulullah Saw bersabda jika yang diundang
kalangan kaya saja berarti makanan/hidangan itu sejelek-jelek (buruk)
makanan/hidangan.
D. Rukun Nikah
1. Calon pengantin laki-laki dan perempuan (bisa diwakilkan)
2. Wali pihak calon pengantin Wanita
3. Dua orang saksi
4. Akad nikah
5. Di satu tempat
6. Ada mahar
4
E. Syarat Nikah
1. Calon pengantin pria syaratnya yaitu:
a. Beragama islam
b. Laki-laki
c. Orangnya diketahui, jelas, tak ragu-ragu (misalnya kembar)
d. Tidak ada halangan nikah dengan calon pegantin Wanita
e. Mengenal dan mengetahui calon istrinya
f. Rela, tidak dipaksa
g. Tidak sedang ihram
h. Tidak mempunyai istri yang dilarang dimadu dengan calon istrinya
i. Tidak ada larangan lain, misalnya sudah empat orang
2. Calon pengantin Wanita syaratnya yaitu:
a. Beragama islam
b. Wanita
c. Orangnya diketahui, jelas, tak ragu-ragu (misalnya kembar)
d. Tidak dalam masa iddah
e. Tidak dipaksa
3. Wali calon mempelai Wanita syaratnya yaitu:
a. Bapak kandung
b. Kakek
c. Saudara laki-laki seibu sebapak (kandung)
d. Saudara laki-laki sebapak
e. Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung
f. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak
g. Paman dari pihak ayah
h. Anak laki-laki dari paman dari pihak bapak
i. Wali hakim
4. Dua orang saksi
a. Minimal dua orang saksi
5
b. Islam
c. Baligh
d. Merdeka
e. Laki-laki
f. Adil
Qabul ialah calon pengantin mengucapkan qabul di depan saksi dan wali dengan
penuh keyakinan.
6
2. Calon pengantin laki-laki sudah mencapai umur 19 tahun, calon mempelai Wanita
minimal 16 tahun.
3. Antara kedua calon mempelai tidak ada larangan untuk menikah
4. Masing-masing pihak tidak terikat tali perkawinan, kecuali bagi pengantin laki-laki
mendapat izin dari pengadilan atas persetujuan istrinya.
5. Antara kedua calon pengantin tidak pernah terjadi dua kali perceraian 6. Telah lepas
masa iddah
I. Pernikahan Terlarang
1. Nikah Mut’ah adalah pernikahan yang diniatkan dan di akadkan untuk sementara
waktu saja (hanya untuk bersenang-senang)
2. Nikah Syigar adalah apabila ada seorang laki-laki mengawinkan anak perempuannya
dengan tujuan agar seorang laki-laki menikahkan anak perempuannya kepada laki-
laki (pertama) tanpa mas kawin (pertukaran anak perempuan).
3. Nikah Muhallil adalah pernikahan yang dilakukan seorang laki-laki terhadap seorang
perempuan yang telah di talak ba’in, dengan maksud pernikahan tersebut membuka
jalan bagi bekas suami (pertama) untuk nikah Kembali dengan bekas istrinya tersebut,
setelah cerai dan habis masa iddah.
4. Kawin dengan pezina, seorang aki-laki yang baik-baik tidak diperbolehkan (haram)
mengawini perempuan pezina.
K. Perceraian/Putusnya Pernikahan
Cerai dalam suatu pernikahan menurut agama islam adalah perbuatan yang dibenci oleh
7
Allah. Beberapa norma yang berkenaan dengan perceraian dalam suatu perkawinan
adalah:
1. Cerai artinya lepas ikatan. Talak adalah perbuatan halal yang dibenci Allah, karena itu
hukumnya makhruh dan dibolehkan jika ada alasan-alasan yang sampai kepada
tingkat darurat (terpaksa).
2. Kematian, siapapun diantara suami istri yang meninggal dunia, maka secara otomatis
putuslah tali pernikahan, yang menyebabkan seorang suami boleh melakukan
pernikahan lagi dengan Wanita pilihan lain, begitu juga seorang istri boleh menikah
lagi setelah masa iddah nya selesai.
L. Thalak
Thalak berarti melepaskan atau menanggalkan. Menurut istilah thalak ialah melepaskan
seorang perempuan dari ikatan perkawinan. Dalam ajaran islam thalak bukan hal yang
disukai tapi bahkan dibenci, meskipun tidak diharamkan.
a. Hukum Thalak
1. Makruh, yaitu hukum asal dari thalak
2. Haram, dalam dua keadaan : menjatuhkan thalak sewaktu suci yang telah
dicampurinya dalam waktu suci itu
3. Sunnah, apabila suami tidak sanggup lagi menunaikan kewajibannya (nafkahnya)
dengan cukup atau istri tidak menjaga kehormatan dirinya.
4. Wajib, yaitu jika terjadi perselisihan antara keduanya dan menurut hakim
dipandang perlu keduanya bercerai.
b. Kalimat Thalak
1. Sharih (terang) yaitu dengan kalimat yang tidak diragukan lagi bahwa suami
memutuskan ikatan perkawinannya.
2. Kinayah (sindiran) yaitu dengan kalimat yang masih diragukan.
c. Macam-macam Thalak
8
1. Thalak satu dan dua yang dinamakan Thalak Raj’I yaitu thalak yang boleh suami
rujuk Kembali kepada mantan istrinya dengan tidak memerlukan nikah lagi.
2. Thalak Ba’in yaitu thalak yang tidak boleh suami rujuk Kembali dengan mantan
istrinya, kecuali persyaratan tertentu.
e. Khulu’ adalah bentuk perceraian antara suami istri dengan cara istri membayar uang
‘iwadl (pengganti). Istri boleh meminta khulu’ pada suaminya dengan syarat:
1. Suaminya berzina dengan perempuan lain
2. Suaminya pemabuk
3. Suaminya tidak melaksanakan ajaran islam
4. Istri tidak senang lagi pada tingkah laku suami
f. Fasakh adalah perceraian yang diputuskan oleh hakim atas permintaan pihak istri.
Fasakh dibolehkan dalam syariat islam dengan syarat:
1. Suaminya gila
2. Suaminya berpenyakit kusta, sopak
3. Suaminya sakit kelamin, sehingga tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan biologis
istrinya
4. Suaminya hilang, tidak tahu keberadaanya
g. Zihar (penyerupaan) yaitu menyerupakan istri dengan ibu sendiri (sebagai alasan
untuk tidak menggaulinya)
9
h. Ila’ yaitu seorang suami karena marah mengramkan dirinya untuk berhubungan intim
dengan istrinya dan bersumpah untuk menjauhi diri darinya.
i. Li’an (saling melaknat) yaitu suami/istri menuduh pasangannya berzina tetapi tidak
dapat mengajukan 4 orang saksi.
j. Syiqaq adalah perceraian yang diakibatkan oleh pertengkaran suami istri serta tidak
dapat di damaikan lagi
k. Pelanggaran ta’liq thalaqadalah thalak yang dihubungkan dengan sesuatu, jika sesuatu
itu terjadi maka thalak dianggap jatuh.
l. Iddah adalah masa menunggu bagi perempuan yang diceraikan atau ditinggal mati
suaminya untuk dapat menikah lagi dengan laki-laki lain.
m. Rujuk adalah kembalinya suami istri kepada ikatan perkawinan setelah terjadi thalak
raj’I dan selama masih dalam masa iddah.
M. Hikmah Pernikahan
1. Jembatan menghalalkan hubungan dalam upaya mendapatkan kebahagiaan hidup
dunia dan akhirat
2. Membentuk keluarga Sakinah, mawaddah, warohmah dan menjalin kasih sayang
3. Melaksanakan sunnah Rasulullah SAW
4. Benteng untuk berbuat tercela
5. Menjaga agama dan akhlak
6. Silaturahim dengan asas lestari
7. Reproduksi/regenerasi
8. Ketenangan lahir dan batin
9. Tolong-menolong
10. Membuka pintu rezeki
11. Da’wah
10
12. Pendidikan dan lain-lain
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di dalam agama Islam, pernikahan dapat diartikan bahwa suatu perjanjian suci yang
dilakukan oleh laki-laki dan perempuan yang ingin melanjutkan hubungan menjadi hubungan
yang halal. Mereka akan mengikat janji untuk menyatakan bahwa sudah siap untuk
membangun rumah tangga. Pernikahan dalam Islam merupakan salah satu asas hidup yang
bisa membuat umat Muslim menjadi lebih baik lagi. Oleh karena itu, pernikahan bukan
hanya menjadi cara untuk melaksanakan ibadah saja, tetapi juga berhubungan dengan
membangun kehidupan rumah tangga dan keturunan. Bahkan, dengan pernikahan, pintu
silaturahmi menjadi terbuka lebar karena menjadi lebih mengenal keluarga suami dan
keluarga istri, sehingga antara anggota keluarga yang satu dengan lainnya bisa saling
membantu.
Oleh sebab itu, supaya tali silaturahmi menjadi lebih erat, maka suami istri dan
anggota keluarga dari kedua belah pihak harus menjaga komunikasi, saling mencintai, saling
memberi kasih sayang, saling mengingatkan agar tidak melakukan kejahatan, dan saling
membantu satu sama lain.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan , kami memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Agar masyarakat menghindari sikap yang bertentangan dengan norma Agama dan
norma kemasyarakatan khususnya pergaulan bebas yang dapat membawa kepada
kehamilan di luar nikah agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
11
kerelaan mempelai agar dapat mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah dan
rahmah.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Hapni Laila Siregar, M. (2021). ISLAM KAFFAH. Medan: CV. Kencana Emas Sejahtera.
https://www.gramedia.com/best-seller/pernikahan-menurut-pandanganislam/#:~:text=Pengertian
%20Pernikahan%20dalam%20Islam,siap%20untuk%20membangun% 20rumah%20tangga.
12