Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PERNIKAHAN DALAM ISLAM

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Dosen Pengampu: Drs. Ramli, MA

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 9

• PUTRI NABILA HARAHAP ( 7213240006 )

• TRI KURNIA ( 7211240014 )

• ZAKIA HASANAH HASIBUAN ( 7213540032 )

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayahNya kami mampu mengerjakan dan menyelesaikan makalah mengenai pernikahan
dalam Islam dengan tepat waktu untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah Pendidikan Agama
Islam. Dan tidak lupa juga kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan tulisan ini, terutama kepada Bapak Dosen Pengampu Drs. Ramli, MA
yang telah memberikan arahan dalam mengerjakan makalah. Kami memohon maaf apabila
dalam kepenulisan tugas ini masih banyak terdapat kesalahan, juga mengharapkan kritik dan
saran yang membangun guna menyempurnakan tugas ini karena kami juga masih dalam tahap
pembelajaran.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih, semoga dengan adanya makalah ini dapat
memberikan manfaat serta wawasan bagi pembaca dan tentunya bagi kami sebagai penulis.

Medan, 4 Mei 2023

Kelompok 9

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 3
BAB I........................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2
1.3 Tujuan .............................................................................................................................. 2
BAB II ......................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ......................................................................................................................... 4
A. Pengertian Dan Hukum Nikah ...................................................................................... 4
B. Tujuan Nikah ................................................................................................................... 5
C. Tata Cara Pernikahan Dalam Islam ............................................................................ 8
D. Rukun Nikah .................................................................................................................. 11
BAB III ..................................................................................................................................... 16
PENUTUP ................................................................................................................................ 16
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 16
3.2 Saran.............................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................... 17
References ................................................................................................................................. 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pernikahan dalam Islam merupakan institusi penting yang memiliki peran besar
dalam membentuk masyarakat yang harmonis dan stabil. Namun, dalam praktiknya,
masih terdapat beberapa permasalahan yang muncul dalam proses pernikahan, seperti
rendahnya tingkat pemahaman agama, kesulitan mencari pasangan yang sesuai,
keterbatasan dalam berinteraksi dengan lawan jenis, serta masalah ekonomi yang
menjadi hambatan bagi sebagian individu dalam menjalankan pernikahan. Selain itu,
terdapat pula masalah dalam pelaksanaan pernikahan, seperti terjadinya peningkatan
jumlah perceraian di kalangan masyarakat muslim. Menurut data yang dikeluarkan
Kementerian Agama, jumlah perceraian di Indonesia pada tahun 2019 mencapai
439.448 kasus, dan sebagian besar di antaranya adalah pasangan suami istri muslim.
Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak pasangan suami istri muslim yang tidak
mampu mempertahankan hubungan pernikahan mereka.
Lalu, banyak terjadi perselingkuhan dalam hubungan pernikahan di kalangan
masyarakat muslim. Selingkuh merupakan tindakan yang sangat dilarang dalam Islam
dan dapat menghancurkan keutuhan hubungan suami istri. Namun, masih banyak yang
melakukan tindakan ini dan menyebabkan keretakan di dalam rumah tangga. Terdapat
kecenderungan adanya kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh suami
terhadap istri. Hal ini juga bertentangan dengan ajaran Islam yang menekankan
perlunya menjaga hubungan suami istri dengan saling menghormati dan menghargai.
Semua permasalahan di atas menunjukkan adanya masalah dalam pemahaman
dan praktik pernikahan dalam Islam, serta kurangnya kesadaran akan pentingnya
menjaga kesucian dan keutuhan hubungan suami istri dalam pandangan agama. Oleh
karena itu, perlu adanya upaya untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran
masyarakat muslim tentang pentingnya pernikahan yang sehat dan harmonis dalam
Islam. Upaya ini dapat dilakukan melalui pendidikan dan penyuluhan agama yang terus
menerus, serta dengan memperkuat peran lembaga pernikahan dalam memberikan
pembinaan dan pendampingan kepada pasangan suami istri muslim.

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat dijelasksan rumusan masalah masalah


sebagai berikut:
1. Apa makna pernikahan dalam islam?

2. Apa hukum nikah dalam islam?

3. Apa saja tujuan nikah?

4. Apa saja rukun dan syarat-syarat nikah?

5. Apa pengertian mahram?

6. Siapa saja yang termasuk wali nikah?

7. Apa saja uraian mengenai kewajiban suami istri?

8. Apa saja hikmah pernikahan?

9. Apa pengertian talaq?

10. Apa pengertian iddah?

11. Apa pengertian rujuk?

12. Apa hikmah dari pernikahan ?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penulisan


adalah sebagai berikut

1. Untuk Memahami makna pernikahan dalam islam

2. Mengetahui hukum nikah dalam islam

3. Mengetahui saja tujuan nikah

4. Mengetahui rukun dan syarat-syarat nikah

5. Memahami pengertian mahram

6. Mengetahui siapa saja yang termasuk wali nikah

7. Memahami kewajiban suami istri

8. Mengetahui hikmah pernikahan

9. Memahami pengertian talaq

2
10. Memahami pengertian iddah

11. Memahami pengertian rujuk

12. Memahami hikmah dari pernikahan

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Hukum Nikah

1. Pengertian Nikah
Nikah makna aslinya adalah akad atau ikatan, Nikah atau perkawinan didefinisikan
sebagai akad yang menghalalkan pergaulan antara seorang laki laki dengan perempuan yang
bukan muhrim sehingga menimbulkan hak dan kewajiban antara keduanya. Nikah merupakan
satu ibadah yang dianjurkan Allah. Firman An-Nur 24 ayat 32:

۟ ُ‫مِن ِعبَا ِدكُ أم َوإِ َمآئِكُ أم ۚ إِن يَكُون‬


‫وا فُقَ َرآ َء يُ أغنِ ِه ُم ٱّللُ مِن فَ أ‬
ُ‫ض ِل ِهۦ ۗ َوٱّلل‬ ‫لصلِحِ ينَ أ‬ ۟ ‫َوأَن ِك ُح‬
َٰ ‫وا ٱ أْل َ َٰيَ َم َٰى مِنكُ أم َوٱ‬

َ ‫َٰ َو ِس ٌع‬
‫علِي ٌم‬

“ Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujung di antara kamu, dan juga orang-
orang yang layak (menikah) dari hamba-hambu sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika
mereka miskin. Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan
Allah Maha luas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui ”
Ayat ini menghendaki agar menjadikan pernikahan sebagai tanggung jawab semua
pihak, terutama orang tua dan majikan (atasan) sebagai satu bentuk ketaatan kepada Allah dan
Rasulullah SAW.

2. Prinsip pernikahan dalam Islam


a) Permudah nikah: persulit cerai.
b) Suka sama suka, dengan landasan kesetaraan (kufu") atas 4 pilihan yaitu keturunan,
kebagusan, kekayaan dan agamanya.
c) Nikah merupakan fitrah (kecenderungan naluri) manusia.
d) Nikah adalah perbuatan yang bernilai ibadah.
e) Polyandri (bersuami satu) dan "monogami terbuka" (seorang laki-laki boleh beristri 2-
4 dengan syarat adil dan prosedurnya benar) lihat QS. Al-Nisa' ayat 3.

4
3. Hukum Nikah
Hukum asal nikah adalah boleh (mubah/jaiz/halal), kemudian bervariasibergantung
kepada motivasi dan kondisi pelakunya. Terdapat 5 tingkatan hukum nikah ditinjau dari motif
dan kondisi seseorang yang akan melaksanakan pernikahan, yaitu:
a. Wajib, bagi seorang yang telah memenuhi syarat dan memiliki bekal, jika tidak
menikah kuat kemungkinannya akan terjerumus ke dalam dosa. (zina).
b. Sunnah, bagi yang memenuhi syarat dan memiliki bekal.
c. Halal atau Boleh (Afubah atau Jais, bagi seseorang yang memenuhi syarat tapi kurang
bekal.
d. Makruh, bagi yang belum memenuhi syarat dan belum mempunyai bekal atau modal
e. Haram, bagi yang mau menikah dengan niat untuk merusak ata mengakibatkan
timbulnya bencana keluarga
Pada prinsipnya nikah adalah Sunnah (tradisi) Rasulullah SAW. Beliemelarang
membenci sunnahnya. Dibenarkan tidak menikah selama dapat menjaga diri dan tidak
"membenci" pernikahan.

B. Tujuan Nikah.
Pernikahan dalam Islam ditempatkan pada posisi yang terhormat, Pernikahan tidak
hanya legalisasi hubungan laki-laki dengan perempuan semata-mata, melainkan wahana
mewujudkan kasih sayang yang diberikan Allah kepada hamba hamba-Nya. Tujuan pernikahan
dalam Islam adalah menciptakan keluarga sakinah, yaitu keluarga yang mendapatkan
ketenangan dan kelapangan jiwa, keleluasan hidup dalam menjalani kehidupan bersama
keluarga serta terpenuhinya kebutuhan lahir batin seperti yang difirmankanAllah dalam Q.S.
Ar-Rum [30] ayat 21

َ‫مِن َءا َٰيَتِ ِهٓۦ أَ أن َخلَقَ لَكُم م أِن أَنفُ ِسكُ أم أَ أز َٰ َو ًجا ِلتَ أسكُنُ ٓو ۟ا إِلَ أي َها َو َجعَ َل بَ أينَكُم م َودة ً َو َرحأ َمةً ۚ إِن فِى َٰذَلِك‬
‫َو أ‬
ٍ َ‫َل َءا َٰي‬
َ‫ت ِلقَ أو ٍم يَتَفَك ُرون‬

“ Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan


untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia
menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir “

5
Jadi tujuan pernikahan dalam Islam adalah:
1) Memperoleh kebahagiaan dan ketenteraman hidup berumah tangga
2) Memperoleh keturunan yang sah
3) Menjaga kehormatan dan harkat manusia
4) Mengikuti sunnah Rasulullah Saw
5) Untuk mencapai tujuan nikah tersebut, maka suami istri harus seagama sehingga akad
nikah dapat dilangsungkan menurut agama Islam.

C. Tata Cara Pernikahan Dalam Islam


Norma-norma Islami yang berkenaan dengan hal-hal yang berhubungan dekat dengan
pernikahan:
1. Norma memilih jodoh:
a) Beragama Islam.
b) Berakhlak mulia, terutama tidak bersifat suka mengungkit suka mengeluh berpikiran
menyeleweng. setiap melihat sesuatu mendesak untuk dibelikan, pemarah/perajuk,
cerewet/pembual.
c) Menyejukkan hati karena kecantikannya
d) Sehat jasmani, rohani, serta produktif.
e) Suci; perawan atau perjaka.
f) Keturunan dari keluarga baik-baik.
g) Usahakan tidak dari keluarga terdekat.

Ibnu Umar ra. Berpesan: "Janganlah kamu mengawini keluarga terdekat, sebab ada kalanya
akan melahirkan anak yang menjadi lemah".

2. Khitbah (Meminang)
Seorang muslim yang akan menikahi seorang muslimah hendaknya ia meminang
terlebih dahulu, karena dimungkinkan ia sedang dipinang oleh orang lain. Islam sangat
melarang seorang muslim meminang wanita yang sedang dipinang oleh orang lain. Dalam
khitbah disunahkan melihat wajah wanita yang akan dipinang (HR. Imam Ahmad, Abu Daud,
Imam Tarnudzi).

6
3. Aqad Nikah (Prosesi Pernikahan)
Dalam aqad nikah ada beberapa syarat dan kewajiban yang harus dipenuhi:
a. Ada perasaan suka sama suka dari kedua calon mempelai.
b. Adanya ijab qabul: Ijab adalah pernyataan wali menyerahkan mempelai wanita kepada
mempelai pria. Sedangkan qabul pernyataan mempelai pria menerima mempelai
wanita.
c. Ada mahar (maskawin)
d. Ada wali
e. Ada saksi

4. Walimatul arusy
Hukumnya wajib dan diusahakan sesederhana mungkin serta hendaknya mengundang
orang-orang miskin. Rasulullah Saw bersabda jika yang diundang kalangan kaya saja berarti
makanan/hidangan itu sejelek jelek (buruk makanan/hidangan).

D. Rukun Nikah
Pernikahan dapat dilaksanakan apabila memenuhi unsur-unsur berikut:
1. Calon pengantin laki-laki dan perempuan (boleh diwakilkan)
2. Wali pihak calon pengantin wanita
3. Dua orang saksi
4. Akad nikah (ijab qabul nikah)
5. Di satu tempat (satu ruangan)
6. Ada maskawin/mahar

E. Syarat Nikah
a) Calon pengantin pria syaratnya:
a. Beragama Islam
b. Laki-laki
c. Orangnya diketahui, jelas, tak ragu-ragu (misalnya kembar)
d. Tidak ada halangan nikah dengan calon pengantin wanita
e. Mengenal dan mengetahui calon istrinya
f. Rela, tak dipaksa
g. Tidak sedang ihram

7
h. Tidak mempunyai istri yang dilarang dimadu dengan calon istrinya
i. Tidak ada larangan lain, misalnya sudah empat orang

2. Calon pengantin wanita


a. Beragama Islam
b. Wanita
c. Orangnya diketahui, jelas, tak ragu (kembar)
d. Tidak dalam masa iddah
e. Tidak dipaksa

3. Wali calon mempelai wanita


a) Bapak kandung
b) Kakek
c) Saudara laki-laki seibu sebapak (sekandung)
d) Saudara laki-laki sebapak
e) Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung
f) Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak
g) Paman dari pihak ayah
h) Anak laki-laki dari parnan dari pihak bapak
i) Wali Hakim

4. Dua orang Saksi


a. Minimal dua orang saksi
b. Islarn
c. Baligh

F. Ijab dan Qabul


Ijab ialah pernyataan wali pengantin wanita yang mengatakan "saya nikahkan engicau
dengan anak saya yang bernama dengan diberi mahar (markawis) benapa dibayar
kontar/hutang. Sedangkan Qabul ialah jawaban mempelai laki-laki yang mengatakan "saya
terima nikahnya putri bapak bernama dengan maharimaskanin sebagai mans tersebut Di
dibayar kontan/tunai.

8
G. Wanita yang Haram dinikahi
1. Selamanya haran dinikahi (QS.4:23-24)
a) Seketurunan darah yang muhrim
b) Seketurunan sesusuan.
c) Seketurunan perkawinan, seperti: menta, dil
2. Haram "sementara untuk dinikahi:
a) Berbeda agama (kafir atau musyrik, QS. 2: 221 jo 60 :10).
b) Masih bersuami yang syah
c) Sudah/sedang beristri empat.
d) Masih dalam iddah atau pinangan (khithbah) orang lain.
e) Sedang melaksanakan ihram.
f) Saudari dari istri (selama istri masih hidup).
g) Telah thalaq tiga bagi suami yang bersangkutan.

H. Pernikahan Tidak Syah


1) Harus ada persetujuan antara kedua calon mempel
2) Calon pengantin laki-laki sudah mencapai umur 19 tahun, calon mempelai wanita
minimal 16 tahun
3) Antara kedua calon mempelai tidak ada larangan untuk menikah
4) Masing-masing pihak tidak terikat tali perkawinan, kecuali bagi pengantin laki-laki
mendapat izin dari Pengadilan atas persetujuan istrinya
5) Antara kedua calon pengantin tidak pernah terjadi dua kali perceraian. Dalam Islam,
boleh kawin dengan perempuan yang sudah dijatuhi talak tiga, tetapi dengan syarat
bahwa perempuan itu sudah kawin dengan laki-laki lain secara baik, kemudian telah
terjadi perceraian dan sudahhabis masa iddahnya
6) Telah lepas dari masa iddah atau jangka waktu tunggu karena putusnya perkawinan

I. Pernikahan Terlarang
1. Nikah Mut'ah
Nikah mut' ah adalah pernikahan yang diniatkan dan diakadkan untuk sementara waktu
saja (hanya untuk bersenang-senang), misalnya seminggu, satu bulan, atau dua bulan. Masa
berlakunya pernikahan dinyatakan terbatas. Nikah mut'ah telah dilarang oleh Rasulullah SAW,
sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadis: "Dari Rabi 'bin Sabrah al-juhani bahwasanya

9
bapaknya meriwayatkan, ketika dia bersama Rasulullah SAW. Beliau bersabda: "Wahai
sekalian manusia, dulu pernah aku izinkan kepada kamu sekalian perkawinan murah, tetapi
ketahuilah sesungguhnya Allah telah mengharamkannya sampai hari kiamat (HR. Muslim).

2. Nikah Syigar
Nikah syigar adalah apabila ada seorang laki-laki mengawinkan anak perempuannya
dengan tujuan agar seorang laki-laki lain menikahkan anak perempuannya kepada laki-laki
(pertama) tanpa maskawin (pertukaran anak perempuan). Perkawinan ini dilarang dengan
sabda Rasulullah SAW:
Dari Ibnu Umar ra, sesungguhnya Rasulullah SAW melarang perkawinan syigar. ( HR.
Muslim )

3. Nikah Muhallil
Nikah muhallil adalah pernikahan yang dilakukan seorang laki-laki terhadap seorang
perempuan yang telah ditalak ba'in, dengan maksud pernikahan tersebut membuka jalan bagi
bekas suami (pertama) untuk nikah kembali dengan bekas istrinya tersebut, setelah cerai dan
habis masa idah. Dikatakan muhallil karena dianggap membuat halal bekas suami yang
menalak ba'in untuk mengawini bekas istrinya. Pernikahan ini dilarang oleh Rasulullah SAW
dengan hadis yang diriwayatkannya dari Ibnu Mas' ud.
Dari Ibnu Abbas ra, Rasulullah SAW melaknat muhallil (yang mengawini setelah ba'in)
dan muhallil lahu (bekas suami pertama yang akan mengawini kembali). (HR. Al-Khamsa).

4. Kawin Dengan Pezina

Seorang laki-laki yang baik-baik tidak diperbolehkan (haram) mengawini perempuan


pezina. Wanita pezina hanya dibolehkan kawin dengan laki-laki pezina, kecuali kalau
perempuan itu benar-benar bertobat. Firman Allah SWT dalam Al-Quran Surat An-Nur [24]:3

َ َ‫ان أَ أو ُم أش ِركٌ ۚ َو ُح ِر َم َٰ َذلِك‬


‫علَى‬ ٍ َ‫ٱلزانِى َل يَن ِك ُح ِإل زَ انِيَةً أَ أو ُم أش ِر َكةً َوٱلزانِيَةُ َل يَن ِك ُح َها ٓ ِإل ز‬
َ‫ٱ أل ُمؤأ مِ نِين‬

“Pezina laki-laki tidak boleh menikah kecuali dengan pezina perempuan, atau dengan
perempuan musyrik; dan pezina perempuan tidak boleh menikah kecuali dengan pezina laki-

10
laki atau dengan laki-laki musyrik; dan yang demikian itu diharamkan bagi orang-orang
mukmin.”

J. Hak Dan Kewajiban Suami Istri

1. Suami dan istri haruslah bergaul menurut cara ma'ruf (baik), saling mencintai, setia,
memberi bantuan lahir batin, mengerti kelebihan dan kekurangan masing-masing.
2. Suami wajib memberi nafkah kepada istri dan anak-anak, menyediakan tempat
tinggal, biaya, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain.
3. Suami adalah pemimpin keluarga, harus bijak dalam mengambil keputusan keluarga.
Saling memelihara kehormatan dan mampu menjaga rahasia rumah tangga.
4. Suami harus memberi kesempatan kepada istrinya berkarir, sesuai dengan tingkat
pendidikan istri.

K. Perceraian/Putusnya Pernikahan

Cerai dalam suatu pernikahan menurut Agama Islam adalah perbuata yang dibenci oleh
Allah. Namun karena watak dasar Islam bersifa lentur/terbuka terhadap kondisi tertentu di
bidang kemasyarakatan maka cerai diperbolehkan dalam keadaan tertentu dengan syarat-syarat
tertentu pula. Beberapa norma yang berkenaan dengan perceraian dalam suatu perkawinan
adalah:

1. Cerai
Cerai artinya lepas ikatan. Talak adalah perbuatan halal yang dibenci Allah (HR. Abu
Daud dan Ibnu Majah), karena itu hukumnya makhruh, dan dibolehkan jika ada alasan-
alasan yang sampai kepada tingkat darurat (terpaksa).
2. Kematian
Siapapun diantara suami istri yang meninggal dunia, maka secara otomatis putuslah
tali pernikahan, yang menyebabkan seorang suami boleh melakukan pernikahan lagi
dengan wanita pilihan lain, begitu juga seorang istri. Tetapi seorang istri dibolehkan
melakukan pernikahan setelah ditinggal suaminya, setelah habis masa iddahnya
(menunggu) yang lamanya telah diatur oleh syariat Islam.

L. Thalak

Thalak berarti melepaskan atau menanggalkan. Menurut istilah thalak ialah melepaskan
seorang perempuan dari ikatan perkawinan. Seseorang yang akan mentalak istrinya, hendaklah
11
terlebih dahulu dipikirkan untung ruginya, terutama manfaat dan mudzoratnya, baik untuk
dirinya sendiri maupun untuk istri dan anak-anaknya.

a. Hukum Thalak
1) Makruh, yaitu hukum asal dari thalak.
2) Haram, dalam dua keadaan: menjatuhkan thalak sewaktu suci yang telah
dicampurinya dalam waktu suci itu.
3) Sunnah, apabila suami tidak sanggup lagi menunaikan kewajibannya (nafkahnya)
dengan cukup atau istri tidak menjaga kehormatan dirinya.
4) Wajib, yaitu jika terjadi perselisihan antara keduanya dan menurut hakim dipandang
perlu keduanya bercerai
b. Kalimat Thalak
Thalak merupakan hak dan diucapkan oleh suami. Kalimat yang dipakai thalak ada dua
macam:

1) Sharih (terang), yaitu dengan kalimat yang tidak diragukan lagi bahwa suami
memutuskan ikatan perkawinannya, seperti “Engkau saya ceraikan" atau "Aku
ceraikan kamu"
2) Kinayah (sindiran), yaitu dengan kalimat yang masih diragukan, misalnya: "Pulanglah
kamu ke rumah orang tuamu." Kalau tidak niat, thalak tidak jatuh, kalau niat bercerai,
maka thalak jatuh.
c. Macam-macam Thalak
1) Thalak satu dan dua yang dinamakan Thalak Raj'i, yaitu thalak yang boleh suami
rujuk kembali kepada mantan istrinya dengan tidak memerlukan nikah lagi.
2) Thalak Ba'in, yaitu thalak yang tidak boleh suami rujuk kembali kepada mantan
istrinya, kecuali persyaratan tertentu

2. Khulu'

Khulu' adalah bentuk perceraian antara suami istri dengan cara istri membayar uang 'iwadl
(pengganti). Istri dibolehkan meminta khulu pada suaminya dengan syarat:

1) Suaminya berzina dengan perempuan lain


2) Suaminya pemabuk
3) Suaminya tidak melaksanakan ajaran Islam
4) Istri tidak senang lagi pada tingkah laku suami.

12
3. Fasakh

Fasakh adalah perceraian yang diputuskan oleh hakim atas permintaan pihak istri. Fasakh
dibolehkan dalam syariat Islam dengan syarat:

1) Suaminya gila.
2) Suaminya berpenyakit kusta, sopak.
3) Suaminya sakit kelamin, sehingga tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan biologis
istrinya.
4) Suaminya hilang, tidak tahu keberadaannya.

4. Zihar (Penyerupaan)

Zihar (penyerupaan), yaitu menyerupakan istri dengan ibu sendiri (sebagai alasan untuk
tidak menggaulinya). Dendanya ditebus dengan memerdekakan seorang hamba sahaya, jika
tidak didapatkan maka puasa 60 hari berturut-turut atau tidak - jika tidak bisa juga - memberi
makan 60 orang miskin (QS. 58. Al-Mujadillah: 2-4).

5. Ila’

Ila' yaitu seorang suami karena marah mengharamkan dirinya untuk berhubungan intim
dengan istrinya dan bersumpah untuk menjauhi diri darinya, waktunya paling lama 4 bulan
(QS. 2:226-227).

6. Li’an (saling melaknat)

Li'an (saling melaknat), yaitu suami/istri menuduh pasangannya berzina tetapi tidak
dapat mengajukan 4 orang saksi, masing-masing bersumpah di hadapan hakim empat kali dan
sumpah yang kelima menyatakan bahwa laknat Allah akan menimpa dirinya jika tidak benar
benar apa yang dituduhkannya kepadanya (QS. 24. Al-Nur: 6-9).

7. Syiqaq

Syiqaq adalah adalah perceraian yang diakibatkan oleh pertengkaran suami istri serta
tidak dapat didamaikan lagi.

8. Ta’liq Thalaq

Taliq Thalaq adalah thalak yang dihubungkan dengan sesuatu, jika sesuatu itu terjadi maka
thalak dianggap jatuh. Dalam prakteknya seorang istri meminta suaminya untuk berjanji

13
dengan cara mengucapkan ta'liq thalaq, yaitu thalak yang dikaitkan dengan perbuatan suami,
antara lain:

1) Jika meninggalkan istri selama dua tahun berturut-turut


2) Tidak member nafkah wajib kepada istri selama tiga bulan
3) Menyakiti badan/jasmani istri, atau
4) Membiarkan istrinya enam bulan berturut-turut.

9. Iddah

Iddah adalah masa menunggu bagi perempuan yang diceraikan atau ditinggal mati suminya
untuk dapat menikah lagi dengan laki-laki lain. Masa iddah yang dijalani oleh perempuan
banyak macamnya yaitu:

1) Iddah Istri yang dicerai dan ia masih hamil, lama iddahnya tiga kali quru (suci).
2) Iddah istri yang ditinggal mati suami, lamanya empat bulan sepuluh hari.
3) Iddah Istri yang dicerai dalam keadaan hamil, lamanya sampai melahirkan.

10. Rujuk

Rujuk ialah kembalinya suami istri kepada ikatan perkawinan setelah terjadi thalak raj'i
dan selama masih dalam masa iddah. Rujuk merupakan perbiatan terpuji, karena setelah suami
istri bercerai, keduanya kembali lagi secara utuh ke dalam ikatan perkawinan.

M. Hikmah Pernikahan

1. Jembatan menghalalkan hubungan dalam upaya mendapatkan kebahagiaan hidup


dunia dan akhirat
2. Membentuk keluarga sakinah, mawaddah, warohmah dan menjalin kasih sayang (Ar-
Rum: 21).
3. Melaksanakan sunnah Rasulullah SAW
4. Benteng untuk berbuat tercela.
5. Menjaga agama dan akhlak.
6. Silaturrahim dengan asas lestari.
7. Reproduksi/regenerasi.
8. Ketenangan lahir-batin.
9. Tolong-menolong.

14
10. Membuka pintu rezeki.
11. Da'wah
12. Pendidikan dan lain-lain

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pada penjelasan dapat disimpulkan bahwa hukum nikah adalah mubah,
artinya boleh dikerjakan dan boleh ditinggalkan. Tujuan pernikahan adalah untuk
memperoleh kebahagiaan dan ketenangan, membina rasa cinta dan kasih sayang,
melaksanakan perintah Allah SWT, dan untuk memperoleh keturunan. Adapun kewajiban
suami yang harus istri ketahui yaitu memberi nafkah, memimpin keluarga dan
membantu tugas istri dalamsehari hari. Rukun nikah nya yaitu: Sighat (akad), Wali
(wali siperempuan), dua orang saksi dan calon pengantin.

Pernikahan merupakan penyambungan silaturahmi antara umat manusia, Memalingkan


pandangan yang liar dan membebaskan umatmanusia dari perbuatan maksiat atau
perzinahan ”dimana Nikah adalahsuatu akad yang menyebabkan kebolehan bergaul antara
seorang laki-lakidengan seorang wanita dan saling menolong diantara keduanya
sertamenentukan batas hak dan kewajiban diantara keduanya”.

3.2 Saran

Penulis merekomendasikan beberapa saran kepada masyarakat,diharapkan


hendaknya senantiasa selalu berpedoman kepada aturan Islamsebagai pedoman dalam
menjalani kehidupan, seperti dalam proses dalammenuju pernikahan, dan hendaklah
meninggalkan dan tidak mengamalkantradisi yang bertentangan dengan hukum Islam itu
sendiri.

16
DAFTAR PUSTAKA

Siregar, H. L., Nurmayani, Ramli, Sugianto, Islami, D., & Dalimunthe, N. (2022). ISLAM
KAFFAH. Medan: Cv. Kencana Emas Sejahtera.

17

Anda mungkin juga menyukai