Disusun Oleh :
Muhammad Ivan F P 201810160311283
Putri Ayu Rahmadani 201810160311284
Ayin Septiana Putri 201810160311286
Kartika Catur Damayanti 201810160311288
Ramdhan Milenianto P 201810160311292
sesuai waktu yang telah ditentukan. Shalawat serta salam tetap tercurah pada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW, beserta sahabat dan para pengikutnya.Dalam kesempatan
ini, kami mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan oleh berbagai
pihak, baik moril maupun materil dalam proses pembuatan makalah ini. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran ataupun
kritik yang membangun, sangat besar harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.Semoga apa yang disajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amin.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Malang, 15 Maret 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang telah kita ketahui, bahwa Nabi Muhammad adalah sosok manusia yang
sempurna. Beliau adalah orang terpilih untuk dijadikan panutan bagi umat manusia.
Beliau mempunyai sifat-sifat yang Arif dan Bijaksana. Sifat-sifat baiknya itu
ditunjukkan pada semua umat manusia, baik pada kalangan keluarga, sahabat maupun
semua penduduk disekitar. Dalam lingkungan keluarga, Nabi mendapat rahmat yang
diperuntukkan bagi keluarganya.
Hidup berkeluarga, menurut islam, harus diawali dengan pernikahan. Pernikahan itu
sendiri merupakan upacara suci yang harus di lakukan oleh kedua calon pengantin,
harus ada penyerahan dari pihak wali pengantin putri (Ijab), harus ada penerimaan dari
pihak pengantin putra (Qabul) dan harus disaksikan oleh dua orang saksi yang adil.
Sebelum membentuk keluarga melalui upacara pernikahan, calon suami istri
hendaknya memahami hukum berkeluarga. Dengan mengetahui dan memahami hukum
berkeluarga, pasangan suami istri akan mampu menempatkan dirinya pada hukum yang
benar. Apakah dirinya sudah diwajibkan oleh agama untuk menikah. Sehingga perhatian
terhadap kemuliaan akhlak ini menjadi satu keharusan bagi seorang suami maupun
seorang istri. Karena terkadang ada orang yg bisa bersopan santun berwajah cerah dan
bertutur manis kepada orang lain di luar
rumah namun hal yg sama sulit ia lakukan di dalam rumah tangganya, maka dari
itu akhlak mulia ini harus ada pada suami dan istri sehingga bahtera rumah tangga dapat
berlayar di atas kebaikan, Sehingga perhatian terhadap kemuliaan akhlak ini menjadi
satu keharusan bagi seorang suami maupun seorang istri. Karena terkadang ada orang
yg bisa bersopan santun berwajah cerah dan bertutur manis kepada orang lain di luar
rumah namun hal yg sama sulit ia lakukan di dlm rumah tangganya,Menyinggung
akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada keluarga maka hal ini tdk hanya
berlaku kepada para suami sehingga para istri merasa suami sajalah yg tertuntut utk
berakhlak mulia kepada istrinya,Karena akhlak mulia ini harus ada pada suami dan istri
sehingga bahtera rumah tangga dapat berlayar di atas kebaikan. Memang suamilah yg
paling utama harus menunjukkan budi pekerti yg baik dlm rumah tangga karena dia
sebagai sebagai pimpinan. Kemudian ia di haruskan utk mendidik anak istri di atas
kebaikan sebagai upaya menjaga
mereka dari api neraka sebagaimana di firmankan Allah SWT
يَا أَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ آ َمنُوا قُوا أَ ْنفُ َس ُك ْم َوأَ ْهلِ ْي ُك ْم نَارًا َوقُوْ ُدهَا النَّاسُ َو ْال ِح َجا َرةُ َعلَ ْيهَا َمالَئِ َكةٌ ِغالَظٌ ِشدَا ٌد الَ يَ ْعصُوْ نَ هللاَ َما أَ َم َرهُ ْم
ََويَ ْف َعلُوْ نَ َما ي ُْؤ َمرُوْ ن
“Wahai orang – orang yg beriman jagalah diri-diri kalian dan keluarga kalian dari api
neraka yg bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaga malaikat-malaikat yg
kasar, yg keras, yg tdk pernah mendurhakai Allah terhadap apa yg diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yg diperintahkan.”
Hidup berkeluarga akan mendatangkan berbagai hikmah yang dapat dirasakan oleh
para pelakunya. Hidup berkeluarga berarti mengamalkan ajaran yang disyari’atkan.
Setelah berkeluarga, seseorang akan lebih serius dalam beribadah. Fikiran tidak lagi
memikirkan calon kekasih atau terganggu
B. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, maka penulis memperoleh beberapa
perumusan masalah.rumusan masalah itu antara lain adalah :
1. Pengertian pernikahan
2. Dasar pernikahan
3. Hukum pernikahan
4. Macam macam pernikahan
5. Akhlak dalam pernikahan
6. Macam macam pernikahan alam zaman jahiliyah
C. Tujuan
Tujuan penyusun makalah ini antara lain :
1. Untuk Mengetahui Urgensi Keluarga dalam Hidup Manusia
2. Untuk Mengetahui Akhlakul Karimah dalam Rumah Tangga
3. Untuk Mengetahui Akhlak Suami atau Isteri
4. Untuk Mengetahui Akhlak Orang Tua Kepada Anak
5. Untuk Mengetahui Akhlak anak terhadap Orang Tua
6. Untuk Mengetahui Membangun Keluarga Sakinah
7. Untuk Mengetahui Larangan kekerasan dalam rumah tangga
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pernikahan
Kata nikah berasal dari bahasa Arab yakni nikaahun yang merupakan
masdar dari kata kerja nakaha. Sinonimnya tazawwaja kemudian diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia sebagai perkawinan. Kata nikah sering kita gunakan
sebab telah masuk ke dalam bahasa Indonesia.
Secara bahasa, kata nikah berarti adh-dhammu wattadaakhul (bertindih
dan memasukkan). Dalam kitab lain, kata nikah diartikan dengan adh- dhammu
waljam’u (bertindih dan berkumpul).Pemakaian termasyhur untuk kata nikah
adalah tertuju pada akad. Dan sesungguhnya inilah yang dimaksud pembuat
Syari’at. Didalam Al-Qur’an pun kata nikah tidak dimaksudkan lain kecuali arti
akad perkawinan.
Adapun secara istilah ilmu Fiqih, nikah berarti suatu akad (perjanjian)
yang mengandung kebolehan melakikan hubungan seksual dengan memakai
kata-kata (lafazh) nikah atau tazwij.
2. Dasar pernikahan
a. Dalil Al-Quran Allah SWT berfirman dalam surat An-Nisa Ayat 3 dan Al
A’raaf ayat 189 yang artinya secara urut sebagai berikut:
“Dan jika kamu tidak akan berlaku adil terhadap anak yatim, maka
kawinilah perempuan-perempuan lain yang kamu senangi, dua, tiga, atau
empat dan jika kamu takut tidak akan berlaku adil, cukup satu orang”.
“Dialah yang menciptakan kamu dari suatu zat dan dari padanya dia
menciptakan isterinya agar dia merasa senang”.
3. Hukum pernikahan
Pada dasarnya hukum menikah itu adalah jaiz (boleh) namun karena
berbagai situasi dan kondisi hukum menikah terbagi menjadi 4 macam, yaitu:
a. Wajib bagi yang sudah mampu, nafsunya sudah mendesak dan takut
terjerumus pada perzinahan, serta sudah punya calon untuk dinikahi.
b. Sunnah bagi orang yang nafsunya sudah mendesak dan mampu menikah
tetapi masih mampu menahan dirinya dari berbuat zina, hukum menikah
baginya adalah sunnah.\
c. Haram bagi seseorang yang yakin tidak akan mampu memenuhi nafkah lahir
dan batin pasangannya, atau kalau menikah akan membahayakan
pasangannya, dan nafsunya pun masih bisa dikendalikan, maka hukumnya
haram untuk menikah.
d. Makruh bagi seseorang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan lahir batin,
namun isterinya mau menerima kenyataan tersebut, maka hukum
perkawinannya adalah makruh.
Artinya:
Artinya:
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih
dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir."
Saran
Saran Dengan adanya uraian tentang akhlaq dalam keluarga ini, diharapkan seorang
muslim / muslimah dapat bertambah iman dan taqwanya kepada Allah. Dengan
mengikuti Al – Qur’an dan Al – Hadist sebagai pedoman hidup, insya Allah akan
mendapat kebaikan dunia dan akhirat. Semoga hal ini dapat meningkatkan kualitas
hidup manusia.