Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH

AKHLAK KEPADA KELUARGA

Pemakalah:
M.Ridwan (190603384)
Darnil Muqaddas (190603380)
Putra Raja Maulana ()

Matakuliah : Filsafat Umum


Unit Belajar : 04 (empat)
Kelompok Tugas : 05 (empat)
Semester : Ganjil
Program Studi : S1 Perbankan Syariah
Dosen Pengasuh : Muhammad Ikbal

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY BANDA ACEH
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim Syukur Alhamdulillah kami panjatkan


kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya jualah kami
dapat menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul “Akhlak Dalam
Keluarga” tepat pada waktunya.

Shalawat dan salam selalu tercurah keharibaan junjungan kita, Nabi


Besar Muhammad SAW, beserta sahabat dan pengikutnya hingga akhir
zaman. Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih yang
sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam
proses pembuiatan makalah ini, baik moril maupun materiil.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena


tak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
dan saran demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini berguna
dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Banda Aceh, 05 Desember 2019


BAB I
PENDAHULUAN
A LATAR BELAKANG

Sebagai seorang muslim yang baik kita tentu tau bahwa ahlak
terhadap orang tua merupakan sesuatu hal yang sangat penting . karena,
orang tua adalah orang yang mengenalkan kita pada dunia dari kecil
hingga dewasa. Dan setiap orang tua pun pasti mempunyai harapan
terhadap anaknya agar kelak menjadi anak yang sukses, berbakti kepada
kedua orang tua serta menjadi lebih baik dan sholeh. Maka dari itu jika
kita mamang seorang muslim yang baik hendaknya kita selalu berbakti
kepada kedua orang tua kita. Melakukan apa yang telah di perintahkan
oleh orang tua dan pantang untuk membangkang kepada orang tua.

Namun di zaman dewasa ini banyak dari kita seperti lupa terhadap
kewajiban kita terhadap orang tua sebagai muslim yang baik, yaitu
adalah kita harus memiliki ahlak yang sempurna Terhadap orang tua kita
.Ahlak merupakan salah satu khazanah intelektual muslim yang
kehadiranya hingga saat ini semakin di rasakan.Tidaklah berlebihan jika
misi utama kerasulan Muhammad SAW. Adalah untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia, dan sejarah mencatat bahwa faktor
pendukung keberhasilan dakwah beliau antara lain karena dukungan
akhlaknya yang prima.

Kepada umat manusia , khususnya yang beriman kepada Allah SWT


diminta agar akhlak dan keluhuran budi Nabi Muhammad SAW. Di
jadikan sebagai contoh dalam kehidupan di berbagai bidang. Perhatian
terhadap pentingnya akhlak kini muncul kembali, yaitu di saat bangsa
Indonesia di hadapkan pada masalah moral dan akhlak yang cukup
serius , yang kalau di biarkan akan menghancurkan masa depan bangsa
Indonesia sendiri.

B Permasalahan
C Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Akhlakul Karimah dalam Rumah Tangga

Secara terminologi, akhlak adalah pola perilaku yang berdasarkan


kepada dan memanifestasikan nilai-nilai Iman, Islam dan Ihsan. Menurut
Imam Ghazali, akhlak yaitu suatu keadaan yang tertanam di dalam jiwa
yang menampilkan perbuatan dengan senang tanpa memerlukan
penelitian dan pemikiran.

Sedangkan karimah berarti mulia, terpuji, baik. Apabila perbuatan


yang keluar atau yang dilakukan itu baik dan terpuji menurut syariat dan
akal maka perbuatan itu dinamakan akhlak yang mulia atau akhlakul
karimah.

Sebelum membahas akhlak terhadap suami atau isteri, maka


timbullah pertanyaan, mengapa orang ingin hidup berumah tangga ?
Karena pernikahan dalam Islam bertujuan untuk membangun pondasi
pertama dalam sebuah komunitas masyarakat, yang dibangun dalam
sebuah ikatan sangat kuat serta dibalut dengan rasa cinta, kasih sayang
dan saling menghormati.

B. Akhlak Suami atau Isteri


a. Menjadikan Pasangan sebagai pusat perhatian (sejak awal tidur –
bangun tidur yang lihat hanya pasangan)
b. Menempatkan kepribadian sebagai seorang suami atau isteri (isteri
pakaian untuk suami dan begitu juga sebaliknya)
c. Jangan menabur benih keraguan/kecurigaan
d. Merasakan tanggung jawab bersama baik suami maupun isteri
(saling mengingatkan dan jangan selalu menuntut)
e. Selalu bermusyawarah (berdialog), lakukan komunikasi dengan
baik, instospeksi masing-masing
f. Menyiapkan diri untuk melakukan peranan sebagai suami atau
isteri
g. Nampakkan cinta dan kebanggaan dengan pasangannya/jangan
kikir memberi pujian
h. Adanya keseimbangan ekonomi dalam mencari nafkah untuk
memenuhi kebutuhan
i. Jangan melupakan dengan keluarga besar masing-masing (ortu)
j. Menjaga hubungan dengan pihak lain.

Hal-hal yang harus diperhatikan oleh Suami

a. Memberi nafkah zahir dan batin, Suami hendaknya menyadari


bahwa istri adalah suatu ujian dalam menjalankan agama. (At-
Taubah: 24)
b. Seorang istri bisa menjadi musuh bagi suami dalam mentaati Allah
dan Rasul- Nya. (At-Taghabun: 14)
c. Hendaknya senantiasa berdo’a kepada Allah meminta istri yang
sholehah. (Al Furqan : 74)
d. Diantara kewajiban suami terhadap istri, ialah: Membayar mahar,
Memberi Nafkah (makan, pakaian, tempat tinggal), Menggaulinya
dengan baik, ( AI-Ghazali)
e. Jika istri berbuat ‘Nusyuz’, maka dianjurkan melakukan tindakan
berikut ini secara berurutan: (1) Memberi nasehat, (2) Pisah
kamar, (3) Memukul dengan (4). pukulan yang tidak
menyakitkan. (An-Nisa’: 34) … ‘Nusyuz’ adalah:Kedurhakaan istri
kepada suami dalam hal ketaatan kepada Allah.
f. Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah, yang paling
baik akhlaknya dan paling ramah terhadap istrinya/keluarganya.
(Tirmudzi)
g. Suami tidak boleh kikir dalam menafkahkan hartanya untuk istri
dan anaknya.(Ath-Thalaq: 7)
h. Suami wajib selalu memberikan pengertian, bimbingan agama
kepada istrinya, dan menyuruhnya untuk selalu taat kepada Allah
dan Rasul-Nya. (AI-Ahzab: 34, At-Tahrim : 6, Muttafaqun Alaih)
i. Suami wajib mengajarkan istrinya ilmu-ilmu yang berkaitan
dengan wanita (hukum-hukum haidh, istihadhah, dll.). (AI-
Ghazali)
j. Suami wajib berlaku adil dan bijaksana terhadap istri. (An-Nisa’:
3)
k. Suami tidak boleh membuka aib istri kepada siapapun. (Nasa’i)
l. Apabila istri tidak mentaati suami (durhaka kepada suami), maka
suami wajib mendidiknya dan membawanya kepada ketaatan,
walaupun secara paksa. (AIGhazali)

Jadilah kau raja di rumahmu. Cintailah isterimu dengan tulus dan


jadikanlah ia sebagai ratumu. Buat ia bangga menjadi permaisuri di
kerajaanmu dengan berlandaskan cinta kasih dan ketaatan kepada Allah
SWT. Berikanlah dirinya makanan yang cukup dan persembahkan untuknya
beragam jenis pakaian. Belikan untuknya minyak wangi karena wanita
menyukai minyak wangi. Buatlah dirinya bahagia selama kau hidup dan
berilah nafkah yang baik dan halal untuk isteri dan anak –
anakmu. Sesungguhnya seorang istri laksana cermin bagi suaminya dan
menjadi bukti akan apa yang diusahakannya dalam mencapai kebahagiaan
ataupun kesengsaraan. Engkau adalah laksana pakaian baginya yang
mampu menampakkan kecantikan diri dan pribadinya serta menutupi setiap
kekurangannya. Jangan terlalu keras dalam rumah tanggamu karena isteri
diciptakan dari tulang rusukmu, bagian dari dirimu. Tulang rusuk berada di
tempat yang terlindung sehingga isterimu pun ada untuk kau lindungi.
Sebagaimana tulang rusuk yang bengkok, berwasiatlah yang baik terhadap
isterimu karena jika engkau keras dalam meluruskan maka ia akan patah
dan jika engkau biarkan maka selamanya ia akan bengkok.

Hak dan Kewajiban Suami Isteri dalam Islam

 Suami istri, hendaknya saling menumbuhkan suasana mawaddah dan


rahmah. (Ar-Rum: 21).
 Hendaknya saling mempercayai dan memahami sifat masing-
masing pasangannya. (An-Nisa’: 19 - Al-Hujuraat: 10)
 Hendaknya menghiasi dengan pergaulan yang harmonis. (An-Nisa’:
19)
 Hendaknya saling menasehati dalam kebaikan.

Hal-hal yang harus diperhatikan oleh Istri

a. Berbakti kepada suami baik dikala suka maupun duka, diwaktu kaya
maupun miskin
b. Patuh dan taat pada suami, menghormatinya dalam batas-batas
tertentu sesuai dengan ajaran Islam
c. Selalu menyenangkan hati dan perasaan suami, serta dapat
menentramkan pikirannya
d. Menghargai usaha atau jerih payah suami dan bahkan membantu
suami dalam menyelesaikan kesulitan yang dihadapinya
e. Isteri menyadari dan menerima dengan ikhlas bahwa kaum laki-laki
adalah pemimpin kaum wanita. (An-Nisa’: 34)
f. Isteri menyadari bahwa hak (kedudukan) suami setingkat lebih tinggi
daripada istri. (Al-Baqarah: 228)
g. Isteri wajib mentaati suaminya selama bukan kemaksiatan. (An-Nisa’:
39)
h. Isteri menyerahkan dirinya, mentaati suami, tidak keluar rumah,
kecuali dengan ijinnya, tinggal di tempat kediaman yang disediakan
suami, menggauli suami dengan baik, dan bersifat jujur (Al-Ghazali).

C. Akhlak Orang Tua Kepada Anak

Dalam ajaran Islam diatur bagaimana hubungan antara anak-


anaknya serta hak dan kewajiban mnasing-masing. Orang tua harus
mengikat hubungan yang harmonis dan penuh kasih sayang dengan
anak-anaknya. Sebaik-baik orang tua adalah orang tua yang mampu
membuat anaknya menjadi generasi rabbani, yang memiliki akhlak dan
adab seperti Rasulullah SAW. Poin yang terpenting adalah teladan dari
orang tuanya.
Nabi Muhammad SAW diutus ke dunia ini tidak lain adalah
untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Akhlak sangat berkaitan
dengan adab. Untuk itulah beliau mengajarkan kita adab sejak bangun
tidur hingga tidur. Semua ada tuntunannya. Termasuk adab anak kepada
orang tuanya, murid kepada gurunya, pendidik kepada peserta didik.

Para pakar pendidikan sering mengatakan bahwa ketika orang


tua mengajarkan adab kepada anaknya, walaupun sebelumnya ia juga
belum melakukan adab itu, dengan belajar adab tersebut bersama
anaknya, maka hal itu bisa berubah menjadi kebiasaan dalam beradab.
Hal ini akan berujung pada terbentuknya karakter yang bagus.

Keberhasilan anak bukan karena guru, tapi dengan orang tuanya.


Anak berprestasi bukan karena gurunya, tapi karena orang tuanya sudah
mencetak generasi yang seperti itu. Sebaik-baik orang tua adalah orang
tua yang mampu membuat anaknya menjadi generasi rabbani, yang
memiliki akhlak dan adab seperti Rasulullah SAW.

Ada beberapa langkah yang dapat dilaksanakan oleh orang tua


dalam peranannya mendidik anak, antara lain:

a) Orang tua sebagai panutan


b) Orang tua sebagai motivator anak
c) Orang tua sebagai cermin utama anak
d) Orang tua sebagai fasilitator anak

D. Akhlak anak terhadap Orang Tua

Orang tua adalah perantara perwujudan kita. Kalaulah mereka itu


tidak ada, kitapun tidak akan pernah ada. Kita tahu bahwa perwujudan
itu disertai dengan kebaikan dan kenikmatan yang tak terhingga
banyaknya., berbagai rizki yang kita peroleh dan kedudukan yang kita
raih. Orang tua sering kali mengerahkan segenap jerih paya mereka
untuk menghindarkan bahaya dari diri kita. Mereka bersedia kurang
tidur agar kita bisa beristirahat. Mereka memberikan kesenangan-
kesenangan kepada kita yang tidak bisa kita raih sendiri. Mereka
memikul berbagai penderitaan dan mesti berkorban dalam bentuk yang
sulit kita bayangkan.

1. Kewajiban kepada ibu

Kalau ibu merawat jasmani dan rohaninya sejak kecil secara


langsung, maka bapak pun merawatnya, mencari nafkahnya,
membesarkannya, mendidiknya dan menyekolahkannya, disanping
usaha ibu. Kalau mulai mengandung sampai masa muhariq(masa
dapat membedakan mana yang baik dan buruk), seorang ibu sangat
berperan, maka setelah mulai memasuki masa belajar, ayah lebih
tampak kewajibannya, mendidiknya dan mempertumbuhkannya
menjadi dewasa, namun apabila dibandingkan antara berat tugas ibu
dengan ayah, mulai mengandung sampai dewasa dan sebagaimana
perasaan ibu dan ayah terhadap putranya, maka secara perbandingan,
tidaklah keliru apabila dikatakan lebih berat tugas ibu dari pada tugas
ayah. Coba bandingkan, banyak sekali yang tidak bisa dilakukan oleh
seorang ayah terhadap anaknya, yang hanya seorang ibu saja yang
dapat mengatasinya tetapi sebaliknya banyak tugas ayah yang bisa
dikerjakan oleh seorang ibu. Barangkali karena demikian inilah maka
penghargaan kepada ibunya. Walaupun bukan berarti ayahnya tidak
dimuliakan, melainkan hendaknya mendahulukan ibu daripada
mendahulukan ayahnya dalam cara memuliakan orang tua

2. Berbuat baik kepada ibu dan bapak

Seorang anak menurut ajaran Islam diwajibkan berbuat baik


kepada ibu dan ayahnya, dalam keadaan bagaimanapun. Artinya
jangan sampai si anak menyinggung perasaan orang tuanya,
walaupun seandainya orang tua berbuat zalim kepada anaknya,
dengan melakukan yang tidak semestinya, maka jangan sekali-kali si
anak berbuat tidak baik, atau membalas, mengimbangi ketidakbaikan
orang tua kepada anaknya, Allah SWT tidak meridhainya sehingga
orang tua itu meridhainya. Allah berfirman dalam Al Qur’an Surat Al-
Luqman : 14

‫ير‬
ُ ‫ص‬ِ ‫ي ْال َم‬ َ ِ‫سانَ ِب َوا ِلدَ ْي ِه َح َملَتْهُ أ ُ ُّمهُ َو ْهنًا َعلَى َو ْه ٍن َوف‬
َّ َ‫صالُهُ فِي َعا َمي ِْن أَ ِن ا ْش ُك ْر ِلي َو ِل َوا ِلدَيْكَ إِل‬ ِ ْ ‫ص ْينَا‬
َ ‫اْل ْن‬ َّ ‫َو َو‬

Artinya:“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua


orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah
dan bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada kedua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah
kembalimu” (QS.Al-Luqman:14)

Menurut ukuran secara umum, si orang tua tidak sampai akan menganiaya
kepada anaknya. Kalaulah itu terjadi penaniayaan orang tua kepada
anaknya adalah disebakan perbuatan si anak itu sendiri yang menyebabkan
marah dan penganiayaan orang tua kepada anaknya. Didalam kasus
demikian seandainya si orang tua marah kepada anaknya dan berbuat
aniaya sehingga ia tiada ridha kepada anaknya, Allah SWT pun tidak
meridhai si anak tersebut lantaran orang tua

a. Berkata halus dan mulia kepada ibu dan ayah

Segala sikap orang tua terutama ibu memberikan refleksi yang


kuat terhadap sikap si anak. Dalam hal berkata pun demikian. Apabila
si ibu sering menggunakan kata-kata halus kepada anaknya, si anak
pun akan berkata halus. Kalau si ibu atau ayah sering mempergunakan
kata-kata yang kasar, si anakpun akan mempergunakan kata-kata
kasar, sesuai yang digunakan oleh ibu dan ayahnya. Sebab si anak
mempunyai insting menir yang lebih mudah ditiru adalah orang yang
terdekat dengannya, yaitu orang tua, terutama ibunya. Agar anak
berlaku lemah lembut dan sopan kepada orang tuanya, harus dididik
dan diberi contoh sehari-hari oleh orang tuanya bagaimana
sianak berbuat, bersikap, dan berbicara. Kewajiban anak kepada orang
tuanya menurut ajaran Islam harus berbicara sopan, lemah-lembut
dan mempergunakan kata-kata mulia. Sebagai pedoman dalam
memberikan perlakuan yang baik kepada kedua orang tua, ingatlah
Firman Allah dalam surah Al Isra ayat 23 dan 24 yang Artinya : Dan
Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau
Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan
"ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka Perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap
mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai
Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua
telah mendidik aku waktu kecil".

b. Berbuat baik kepada ibu dan ayah yang sudah meninggal dunia

Bagaimana berbuat baik seorang anak kepada ibu dan ayahnya


yang sudah tiada. Dalam hal ini menurut tuntunan ajaran Islam
sebagaimana Sabda Nabi Muhammad SAW, yang diriwayatkan oleh
Abu Usaid yang artinya: ”Kami pernah berada pada suatu majelis
bersama Nabi, seorang bertanya kepada Rasulullah SAW: Wahai
Rasulullah, apakah ada sisa kebajikan setelah keduanya meninggal
dunia yang aku untuk berbuat sesuatu kebaikan kepada kedua orang
tuaku. “Rasulullah SAW bersabda: ”Ya, ada empat hal :”mendoakan
dan memintakan ampun untuk keduanya, menempati / melaksanakan
janji keduanya, memuliakan teman-teman kedua orang tua, dan
bersilaturrahim yang engkau tiada mendapatkan kasih sayang kecuali
karena kedua orang tua”.

Hadist ini menunjukkan cara kita berbuat baik kepada ibu dan
ayah kita, apabila beliau-beliau itu sudah tiada yaitu:

a. Mendoakan ayah ibu yang telah tiada itu dan meminta


ampun kepada Alloh SWT dari segala dosa orang tua kita.
b. Menepati janji kedua ibu bapak. Kalau sewaktu hidup orang
tua mempunyai janji kepada seseorang, maka anaknya harus
berusaha menunaikan menepati janji tersebut. Umpamanya
beliau akan naik haj, yang belum sampai melaksanakannya,
maka kewajiban anaknya menunaikan haji orang tua
tersebut.
c. Memuliakan teman-teman kedua orang tua. Diwaktu
hidupnya ibu atau ayah mempunyai teman akrab, ibu atau
ayah saling tolong-menolong dengan temannya dalam
bermasyarakat. Maka untuk berbuat kebajikan kepada
kedua orang tua kita yang telah tiada, selain tersebut di atas,
kita harus memuliakan teman ayah dan ibu semasa ia masih
hidup.
d. Bersilalaturrahmi kepada orang yang kita mempunyai
hubungan karena kedua orang tua. Maka terhadap orang
yang dipertemukan oleh ayah atau ibu sewaktu masih
hidup, maka hal itu termasuk berbuat baik kepada ibu dan
bapak kita yang sudah meninggal dunia.

Akhlak anak terhadap kedua orang tua menurut al-Ghazali


masih relevan bagi pemuda Islam pada masa sekarang, karena
berdasarkan atas al-Qur'an dan Hadits. Akan tetapi anak yang
diterlantarkan orang tua sejak kecil, membuat mereka tidak dapat
menghayati tanggung jawab orang tua terhadapnya, tanggung jawab
anak terhadap orang tua terhadap anak dan akan menyebabkan
mereka tidak berbuat baik kepada orang tua. Sayangilah, cintailah,
hormatilah, patuhlah kepadanya rendahkan dirimu, sopanlah
kepadanya. Oleh karena itu orang tua dan anak harus sama-sama
memperhatikan tanggung jawab dan haknya masing-masing, antara
hak-hak orang tua terhadap anak dan sebaliknya, supaya akhlak atau
etika anak terhadap kedua orang tua berjalan dengan baik dan sesuai
dengan ajaran agama.
3BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak, karena
merekalah anak mula-mula menerima pendidikan-pendidikan serta anak
mampu menghayati suasana kehidupan religius dalam kehidupan keluarga
yang akan berpengaruh dalam perilakunya sehari-hari yang merupakan
hasil dari bimbingan orang tuanya, agar menjadi anak yang berakhlak mulia,
budi pekerti yang luhur yang berguna bagi dirinya demi masa depan
keluarga agama, bangsa dan negara.

B. Saran

Hendaklah orang tua selalu memberikan perhatian yang jenuh kepada


anaknya dalam membina akhlak bukan hanya menyuruh anak agar
melakukan perbuatan yang baik tetapi hendaklah orang tua selalu
memberikan contoh yang baik bagi anak-anaknya
Serta orang tua tampil selalu tauladan baik, membiasakan berbagai bacaan
dan menanamkan kebiasaan memerintah melakukan kegiatan yang baik,
menghukum anak apabila bersalah, memuji apabila berbuat baik,
menciptakan suasana yang hangat yang religius (membaca Al-Qur'an, sholat
berjamaah, memasang kaligrafi, Do'a-Do'a dan ayat-ayat Al-Qur'an).
DAFTAR PUSTAKA

Moh. Shochib, Pola Asuh Orang Tua, Jakarta: Rineka Cipta, 2000

Barsihannor, Studi Agama-Agama di Perguruan Tinggi. Makassar: UIN


Press, 2010.

Ramayulis, Pendidikan Islam dalam Rumah Tangga, Jakarta ; Kalam Mulia,


2001

A. Syifaul Qulub, Pendidikan Agama Islam untuk Pendidikan Perguruan


Tinggi, Jakarta, Laros, 2010

Khairuddin Bashori, Psikologi Keluarga Sakinah, Yogyakarta, Suara


Muhammadiyah, 2006

Majelis Tabligh, Gender dalam Islam, Yogyakarta, Pimpinan Pusat Aisyiyah ;


2010

Suwito, Filsafat Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih, Yogyakarta, Belukar;


2004

Husein Muhammad, Islam Agama Ramah Perempuan, Yogyakarta, LKIS;


2004

Quraih Shihab, Wanita Dalam Islam, Jakarta, Lentera Hati ; 2010

Departemen Agama, Al Qur’an dan Terjemahnya

Anda mungkin juga menyukai