Disusun Oleh:
Verdy Rahadian R.
2121201075
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan limpahan rahmatnyalah maka kami bisa menyelesaikan
sebuah karya tulis dengan tepat waktu.
Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul
“AKALAH AKHLAK DALAM KELUARGA DAN LARANGAN
KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA”, yang menurut kami dapat
memberikan manfaat yang besar bagi kita semua. Melalui kata pengantar ini
penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bilamana isi
makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat kurang tepat atau
menyinggung perasaan pembaca. Dengan ini kami mempersembahkan makalah
ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah
ini sehingga dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Semoga makalah ini
bermanfaat. Amin
Penulis
1. Urgensi Keluarga Dalam Hidup Manusia
Dalam pandangan ilmu sosial, keluarga merupakan golongan masyarakat
terkecil yang terdiri atas suami-istri-anak. Pengertian demikian mengandung
dimensi hubungan darah dan juga hubungan sosial. Dalam hubungan darah,
keluarga bisa dibedakan menjadi keluarga besar dan keluarga inti, sedangkan
dalam dimensi sosial, keluarga merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat
oleh saling berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi, sekalipun
antara satu dengan lainnya tidak terdapat hubungan darah.
Keluarga menjadi tempat dasar bagi manusia untuk membangun
kehidupan yang lebih baik sebelum bersentuhan dengan dunia luar.
Sebagaimana teori hierarki kebutuhan yang pernah disampaikan oleh
Abraham Maslow (Sarwono:2002) bahwa manusia memiliki kebutuhan yang
bersifat hierarki (Hierarchi of Needs) antara lain:
1. Kebutuhan Fisiologis atau dasar
2. Kebutuhan akan Rasa Aman
3. Kebutuhan untuk Dicintai dan Disayangi
4. Kebutuhan untuk Dihargai
5. Kebutuhan untuk Aktualisasi Diri
Lima kebutuhan manusia ini apabila dalam tiap tahapannya dilalui, maka
seorang manusia akan menjalani pengalaman hidupnya dengan baik. Di
situlah nilai penting sebuah keluarga dengan status anggota keluarga yang
mampu menjalankan peran dalam pemenuhan kebutuhan sebagaimana dalam
teori hierarchi of needs di atas, maka stimulus positif akan memberi dampak
positif pula bagi keluarga.
Dampak terbesar akan dirasakan anak-anak selaku anggota keluarga yang
paling muda. Di usia mereka keluarga memiliki pengaruh mengantarkan anak-
anak untuk memasuki wilayah sosial yang lebih besar, seperti lingkungan
sosial. Dalam konteks ini, keluarga menjadi pengatur dan designer anak untuk
memilih lingkungan mana yang tepat dan baik dalam menumbuhkan
kepribadian. Keluarga bertanggung jawab untuk mengarahkan anak-anaknya
memasuki lingkungan sosial yang baik agar anak terhindar dari pengaruh
lingkungan yang tidak sehat.
Kepentingan yang besar atas terbentuknya keluarga yang baik berkaitan
erat dengan sabda Rasulullah SAW tentang kriteria keluarga ideal:
“Apabila Allah menghendaki rumah tangga bahagia, maka diberikan
kecenderungan pemahaman ilmu agama. Yang muda menghormati yang
tua, harmonis dalam kehidupan, tidak berlebihan dalam memanfaatkan
hasil nafkahnya, saling mengoreksi kekurangan mereka dan meminta
maaf/melakukan taubat dari kesalahan-kesalahan itu. Dan jika Allah
menghendaki sebaliknya, maka ditinggalkannya mereka dalam
kesesatan.” (HR. ad-Dailamy)
Rangkuman
Ringkasan dari materi di atas antara lain:
1. Keluarga merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh saling
berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi, sekalipun antara
satu dengan lainnya tidak terdapat hubungan darah. Keluarga menjadi
sebuah komunitas penting dalam hidup manusia karena keluarga
merupakan tempat dasar bagi manusia untuk membangun kehidupan yang
lebih baik sebelum bersentuhan dengan dunia luar.
2. Hal dasar yang berkaitan tentang akhlak suami-istri yang harus diketahui
antara lain:
a. Suami isteri hendaknya menumbuhkan suasana mawadah dan rahmah.
(QS. Ar-Rum: 21);
b. Hendaknya saling mempercayai dan memahami sifat masing-masing
pasangannya. (QS.An-Nisa‟: 19, QS.Al Hujarat: 10);
c. Hendaknya saling menghiasi dengan pergaulan yang harmonis.
(QS.An-Nisa‟:19); d. Hendaknya saling menasehati dalam kebaikan
(QS. al-Ashr:4)
3. Ada banyak hal yang menjadi kewajiban orangtua kepada anak.
Diantaranya terdapat dalam hadis yang diriwayatkan oleh al-Hakim, yang
bisa disimpulkan sebagai berikut:
a. Memberi nama yang baik;
b. Membekalinya pendidikan formal;
c. Melatih kesehatan jasmani (berenang) dan kecerdasannya (memanah);
d. Menafkahi dengan yang halal dan baik;
e. Menikahkannya ketika telah dewasa.
4. Akhlak anak terhadap orangtua dalam Islam lebih dikenal dengan istilah
birrulwalidain. Adapun bentuk-bentuk birrulwalidain diantaranya:
a). Mengikuti keinginan dan saran orangtua dalam berbagai aspek. Selama
keinginan dan saran tersebut sesuai dengan ajaran Islam. (QS.
Luqman:15);
b). Menghormati dan memuliakan kedua orangtua. (QS. Luqman:14);
c). Membantu orangtua baik secara fisik maupun materiil. (HR. Muslim);
d). Mendoakan orangtua agar diberikan pengampunan, rahmat dan lainnya.
(QS. Nuh:28);
e). Apabila orangtua telah meninggal, maka bentuk birrulwalidain yang
bisa dilakukan oleh seorang anak adalah: Menyelenggarakan
pemakaman jenazah dengan sebaik-baiknya sesuai dengan syariat
Islam, Melunasi hutang-hutangnya, Melaksanakan wasiatnya,
Meneruskan silaturrahim yang dibinanya ketika hidup, Memuliakan
sahabat-sahabatnya, mendoakannya.
5. Akhlak memberikan pengaruh yang begitu besar bagi terbinanya rumah
tangga yang harmonis/sakinah. Pentingnya peran akhlak yang baik dalam
suatu keluarga dalam suatu penelitian dipengaruhi oleh beberapa sikap,
antara lain:
1). Saling Setia
2). Saling Terbuka
3). Tidak Cemburu yang berlebihan
4). Penuh keceriaan dan murah senyum.
6. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau disingkat KDRT dalam definisi
Hukum dan Ham adalah tindakan yang dilakukan di dalam rumah tangga
baik oleh suami, istri maupun anak yang berdampak buruk terhadap
keutuhan fisik, psikis dan keharmonisan hubungan sesuai yang termaktub
pasal 1 UU No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam
Rumah Tangga. Ruang lingkup tindakan KDRT adalah perbuatan terhadap
seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan
atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan/atau penelantaran
rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan pemaksaan
atau perampasan kemerdekaan secara hukum dalam lingkup rumah tangga.