Anda di halaman 1dari 20

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

Psikologi Keluarga dalam Islam Dr. Taufik Hidayat, M.Kes., Psikolog

Dr. Hj. Halimatus Sakdiyah, MSI

PERBEDAAN PSIKOLOGI SUAMI DAN ISTRI

OLEH

SAFIAH WARDAH

220211050113

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI

PASCASARANA

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

BANJARMASIN

2023

1
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Di banyak wilayah di dunia dengan beragam budaya dan sistem sosial, keluarga
merupakan unit sosial yang penting dalam membangun masyarakat. Keluarga
merupakan warisan kemanusiaan yang terus eksis dan tidak lekang oleh perubahan
zaman. Berbagai perubahan akibat,perkembangan zaman mau tidak mau
mempengaruhi corak dan ciri khas keluarga.1

Keluarga yang tangguh merupakan salah satu fondasi terpenting dalam


membangun sumber daya manusia sesuai cita-cita luhur bangsa. Keluarga juga
merupakan salah satu faktor kunci untuk mencapai pembangunan berkelanjutan,
sesuai dengan Konferensi PBB tentang Pembangunan Berkelanjutan tahun 2012
dan disepakati secara internasional pada tahun 2015.Untuk mewujudkan keluarga
yang kokoh dan tangguh memerlukan upaya yang sungguh-sungguh, Terkhususnya
bagi pasangan pria dan wanita yang akan membangun Mahligai Rumah Tangga.
Pengetahuan dalam menciptakan keluarga bahagia, kesadaran umum untuk
membangun keluarga yang sehat dan berkualitas, keseriusan dalam menyelesaikan
berbagai konflik dalam keluarga serta komitmen menghadapi tantangan hidup
masing-masing yang semakin sulit merupakan prasyarat pengetahuan yang harus
dimiliki setiap pasangan.2

Selain itu, untuk menciptakan sebuah keluarga yang kuat, baik suami
maupun istri juga harus memahami dengan jelas perbedaan yang ada pada satu sama
lain. Seperti yang dikatakan John Gray, perempuan dan laki-laki berasal dari dua
planet yang berbeda, sehingga setiap orang memiliki kebiasaan atau budaya yang
sama-sama berbeda. Jhon Gray mengibaratkan laki-laki berasal dari planet Mars
dan perempuan dari planet venus, namun keduanya bertemu di bumi dan lupa
bahwa mereka berbeda. Kemudian mereka berharap satu sama lain akan

1
Sri Lestari, Psikologi Keluarga. (Jakarta: Kencana, 20120, hal. 1
2
Subdit Bina Keluarga Sakinag dan KUA, Fondasi Keluarga Sakinah (Bacaan Mandiri Calon
Pengantin). (Jakarta: Subdit Bina Keluarga Sakinah, Ditjen Bimas Islam Kemenag RI. 2017) hal. 1

2
memahaminya. Hanya dengan melihat perbandingan dua planet tersebut, kita dapat
menyimpulkan seberapa besar perbedaan yang ada antara suami dan istri.

Dalam kehidupan berkeluarga, setiap keluarga mempunyai suasana yang


berbeda-beda. Walaupun secara umum banyak persamaannya, misalnya sudah
menikah, sama-sama miskin, mempunyai dua orang anak, penghasilan suami sesuai
UMR, istri tidak bekerja, namun suasana kekeluargaan akan berbeda. Perbedaannya
pasti ada sehingga dalam membangun rumah tangga kita tidak bisa
membandingkan atau menyamakan keluarga kita dengan keluarga orang lain.
Masing-masing keluarga mempunyai banyak perbedaan yang terjadi pada masing-
masing individunya, sehingga menurut penulis perlunya dalam makalah ini kita
memahami dengan jelas perbedaan psikologis antara suami dan istri.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Peran Suami dan Peran Istri


Kehidupan berumah tangga akan menjadi harmonis dan langgeng, bukan
sekedar perkara sederhana tanpa persiapan yang matang, pernikahan akan menjadi
salah satu gerbang untuk perempuan dan laki-laki hidup bersam. Sehingga untuk
membentuk keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah bukan semata-mata
terpenuhinya kebutuhan materi seperti sandang, pangan, papan tetapi juga sangat
berpengaruhi pembagian peranannya. Hal tersebut memerlukan kedewasaan dan
tanggung jawab, tanggung jawab dan kewajiban harus dipenuhi dan dilaksanakan
dengan benar.
Hak dan kewajiban suami istri harus dipahami dan dilaksanakan sebaik-
baiknya, sehingga perlu diketahui apa saja hak istri, kewajiban apa yang harus
dilakukan suami terhadap istrinya dan sebaliknya. Pemahaman yang jelas mengenai
hak dan kewajiban dalam kehidupan berumah tangga akan menciptakan kondisi dan
pedoman yang jelas dalam membangun rumah tangga yang hangat dan harmonis.
Berikut beberapa peran yang harus dipenuhi dalam kehidupan berumah tangga,
antara lain:
1. Berperanlah seperti pasangan yang baik
2. Berperilaku seperti sahabat, bertingkah laku seperti sahabat. Terkadang
pasangan membutuhkan teman untuk berbagi pendapat atau seseorang yang
tahu cara mendengarkan setiap keluh kesah.
3. Bertindak sebagai orang yang membangkitkan semangat
4. Memainkan peran penasehat
5. Memainkan peran sebagai stabilisator dalam kehidupan yang penuh
persaingan, tantangan, dan terkadang guncangan emosional bagi pasangan.
Seringkali orang dewasa menderita kecemasan, depresi, atau stres. Pada
ketidakstabilan emosi jenis ini, pasangan sendiri harus mampu menetralisir
suasana hati pasangannya
6. Bertindak sebagai orang tua

4
7. Beradaptasi dan tanggung jawab terhadap lingkungan.3
Pada masa hubungan yang berbentuk suami dan istri, hal pertama yang
harus diluruskan adalah bagaimana suami dan istri membagi perannya dalam
kehidupan berkeluarga. Pada prinsipnya pembagian peran antara suami dan istri
harus adil, tidak boleh menzalimi siapapun dan tentunya sebagai seorang yang
beriman harus menaati aturan agama.
Jika kita mencermati beberapa teks agama, kita akan menemukan contoh-
contoh dari masa kenabian yang memberikan gambaran bagaimana suami istri
terbiasa melakukan pekerjaan praktis dalam rumah tangga tanpa ada pilihan yang
ekstrim, tepat atau kaku. Suatu ketika ada yang bertanya kepada Aisyah ra “Apa
yang Nabi saw. lakukan di rumah?” Aisyah menjawab: “Biasanya Nabi saw.
mengerjakan pekerjaan rumah tangga sehari-hari, khususnya melayani keluarga,
jadi kalau sudah waktunya salat, dia keluar untuk mengerjakannya” (Riwayat
Bukhari).
Aisyah ra. pun ditanya lagi: “Apa yang dilakukan Rasulullah di rumah?”
Aisyah ra menjawab: “Dia orang biasa, mencuci baju, memberi makan kambing
dan melayani dirinya sendiri” (Riwayat Ahmad). Demikianlah Nabi saw.
memberikan contoh keteladanan dalam mengerjakan kegiatan ke rumah tanggaan.
Selain itu bisa juga dilihat Bagaimana kehidupan anak dan menantu Nabi Saw,
Ali bin Abi Thalib dan Fatimah, mereka berkata demi Allah, aku (Ali bin Abi
Thalib) selalu menimba air dan sumur sehingga dadaku terasa sakit". Fatimah juga
berkata, "dan aku demi Allah memutar penggiling hingga kedua tanganku
melepuh” (Riwayat Ahmad).
Kehidupan orang-orang Mulia zaman dulu telah memberikan petunjuk
bahwa tidak ada doktrin agama yang menyatakan bahwa pekerjaan domestik itu
sepenuhnya menjadi tugas istri. Justru kita mendapatkan pernyataan yang lebih
jelas dari Imam An-Nawawi bahwa "membuat roti, memasak, mencuci pakaian
dan lain-lain semua itu merupakan sumbangan dan kebaikan wanita kepada
suaminya. Interaksi yang bagus, pergaulan yang mulia yang tidak wajib sama

3
Departemen Agama RI, Modul Pelatihan Guru Keluarga Sakinah (Jakarta: Departemen Agama RI,
Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2004) Hal 123-124

5
sekali atasnya, bahkan seandainya ia tidak mau melaksanakannya maka ia tidak
berdosa."4
Oleh karena itu sangat penting untuk berbagi peran praktis antara suami dan
istri, agar semua urusan bisa terselesaikan dengan baik, dan tidak ada satu pihak
yang merasa terbebani atau terzalimi oleh pasangannya. Cukup suami dan istri
duduk bersama, membuat daftar pekerjaan ke rumah tanggaan yang harus
diselesaikan setiap hari, dan membuat kesepakatan pada setiap item pekerjaan
tersebut siapa yang bertanggung jawab.
Kemudian lakukan musyawarah di rumah untuk membagi peran antara
suami, istri, anak-anak, dan pembantu (jika memiliki pembantu rumah tangga).
Lebih khusus lagi yang harus disepakati adalah peran suami dan istri di dalam
rumah tangga, agar tidak menimbulkan perasaan ketidakadilan. Bagilah peran
secara berkeadilan melalui proses musyawarah yang penuh suasana kasih sayang,
bukan pemaksaan kehendak atau intimidasi agar terjaga cinta dan kasih sayang
dalam kehidupan keluarga itu.
Alasan mengapa peran keluarga harus menjadi kesepakatan antara suami
dan istri dan perlu dituangkan dalam kesepakatan bersama antara lain:
1. Suami istri sibuk dengan tugas dan wewenangnya
Alasan yang sangat masuk akal mengapa perlu diadakannya suatu
pembagian adalah karena setiap orang sibuk menyelesaikan tugas dan kewajiban
yang diberikan. Suami bekerja di kantor, mengikuti kegiatan masyarakat, mengikuti
klub olah raga, mengelola organisasi sosial, dan lain-lain. Begitu pula istri yang
bekerja di suatu instansi, mengikuti kegiatan masyarakat, menjadi anggota klub
senam, menjadi pengurus sebuah yayasan, dan sebagainya. Setiap orang sibuk
dengan fungsi dan tugasnya masing-masing. Jika tidak dibarengi dengan
pembagian peran yang baik, maka urusan rumah tangga akan terlantar, pasangan
sibuk dengan pekerjaan di luar, dan tidak ada yang mengurus keluarga. Jika tidak
dilakukan tindakan maka hal ini dapat menjadi permasalahan besar dalam
kehidupan berkeluarga, dimana tidak adanya keseimbangan antara pengurusan

4
Cahyadi Takariawan, Wonderful Family: Merajut Keindahan Keluarga. (Solo:PT. Era Adicitra
Intermedia, Cet. 11, 2019). Hal 105-106

6
rumah tangga dan urusan luar rumah tanggak sehingga menyebabkan keduanya
saling melemahkan dan mengabaikan satu sama lain.5
2. Waktu bagi suami istri sangat terbatas
Tidak ada yang dapat menyangkal bahwa waktu yang kita miliki sangat
terbatas. Waktu 24 jam dalam sehari semalam yang sepertinya tidak pernah cukup
untuk menyelesaikan berbagai tugas, peran, dan aktivitas kita di rumah maupun di
luar rumah. Satu kegiatan berlanjut dengan agenda berikutnya yang belum selesai.
Jadi, karena mengetahui waktu sangat terbatas, maka tidak boleh disalahkan waktu
apabila ada suatu tugas yang terabaikan.6
3. Manusia mempunyai batasan
Tidak ada manusia yang sempurna, tidak ada suami yang sempurna, tidak
ada Istri yang sempurna. Hanya ada suami yang mempunyai banyak kelemahan dan
keterbatasan, disamping kelebihan dan potensi yang dimilikinya. Dan juga hanya
ada istri yang mempunyai banyak keterbatasan dan kekurangan, selain kelebihan
dan potensi yang di milikinya. Ketika pasangan menyadari banyaknya keterbatasan
yang dimiliki oleh suami dan istri, maka pasangan harus melakukan upaya untuk
mengatasinya. Pembagian peran antara suami dan istri, merupakan cara untuk
mengatasi keterbatasan dan kekurangan yang mau tidak mau dimiliki oleh kedua
belah pihak. Bekerja seharian telah menguras tenaga sehingga menyebabkan baik
suami maupun istri kehilangan kelembutan, keintiman, dan kasih sayang. Rasa lelah
dan kebiasaan-kebiasaan yang mengukungnya mudah menimbulkan ledakan emosi
antara suami istri atau antara orang tua dan anak.
Sangat penting untuk menjaga keseimbangan antara peran suami dan istri,
memastikan bahwa tugas dan hubungan saling percaya di dalam dan di luar rumah
secara umum berhasil. Tidak ada pihak yang boleh merasa didominasi oleh pihak
lain dalam kehidupan keluarga. Suami istri harus berbagi agar semua pekerjaan
keluarga berjalan lancar.7

B. Kontroversi Peran Ayah

5
Ibidd..hal. 109
6
Ibidd..hal. 110
7
Ibidd..hal. 111

7
Menjadi orang tua merupakan salah satu tahapan yang harus dilalui oleh
pasangan yang memiliki anak. Masa transisi menjadi orang tua dengan lahirnya
anak pertama terkadang menimbulkan permasalahan dalam hubungan pasangan
dan dianggap menurunkan kualitas pernikahan. Selain itu, studi psikologis juga
menunjukkan bahwa perempuan mengalami transisi yang lebih sulit dibandingkan
laki-laki, terutama jika transisi tersebut melibatkan pilihan antara pengasuhan anak
dan peluang ekonomi. Dukungan keluarga sangat diperlukan agar perempuan tidak
mengalami kesulitan dalam menjalankan fungsinya dengan baik. Intinya, jika
dukungan keluarga sangat kurang maka peran serta dan dukungan suami akan
menjadi pendukung utama.8
Peran suami dalam kehidupan berkeluarga tidak hanya sekedar menjadi
administrator atau memutuskan bagaimana menyelesaikan permasalahan keluarga,
namun suami dalam keluarga juga berperan sebagai ayah bagi anak. Arti penting
kehadiran ayah antara lain adalah kehadirannya di masa kini serta kesediaan dan
kesiapannya dalam jangka waktu yang cepat. Orang tua dianggap memiliki
kehadiran jika wujudnya yang tampak dan kebenarannya terlihat di dekat anak-
anaknya, namun sejujurnya kehadirantersebut tidak selalu bersifat fisik. Ada
banyak aspek lain dari kehadiran, diantaranya :
1. Kehadiran rohaniah
2. Kehadiran kesalehan
3. Kehadiran pendidikan
4. Kehadiran fisik
5. Kehadiran hati dan perasaan
6. Kehadiran doa
7. Kehadiran pikiran
8. Kehadiran materi
9. Kehadiran inspirasi dan motivasi
10. Kehadiran keteladanan
Ayah adalah orang yang bertanggung jawab terhadap visi pendidikan dalam
keluarga, ayah harus bisa menjadi teladan, cermin, pelindung dan lain-lain, karena
dialah orang yang bertanggung jawab dalam keluarga. Sekalipun ibu orang yang

8
Sri Lestari, Op. Cit..Hal. 16

8
sering terliha dalam keluarga, namun ayah adalah man of vision and mission, yang
mempunyai visi dan misi dalam keluarga. Selain itu, Ayah juga merupakan orang
yang membangun sistem berpikir dengan tantangan dan permainan.
Oleh karena itu, tidak heran jika seorang ayah selalu mengajarkan tantangan
dan lebih banyak bermain dengan putranya. Pada otak laki-laki, otak yang lebih
dominan suka bermain dan mendominasi, sehingga ketika ayah mengajak anaknya
bermain dengan caranya, ibu tidak boleh memarahinya. Karena pada umumnya
para ibu cenderung menegur ayah yang mengajaknya anaknya bermain yang
menurutnya kasar, karena sifatnya yang berbeda. Para ibu seringkali menggunakan
moralitas dan hati nurani untuk bermain dengan halus dan teratur.
Kemudian ibu yang mengajarkan feminitas dan ayah yang mengajarkan
maskulinitas dalam rumah. Ayah mengajarkan anaknya tegas dan tangguh, karena
di otaknya terdapat hormon testosteron, sifat testosteron tersebut adalah agresif.
Anak laki-laki mendapatkan kejantanan dari ayahnya. Sedangkan anak perempuan
juga mempunyai hormon testosteron, tentunya dalam jumlah yang lebih sedikit.oleh
karena itu peran ayah pada anak perempuan juga sangat di butuhkan kehadirannya.
Ayah dapat menjadi teladan maskulinitas bagi anak perempuannya dan anak
perempuan dapat melihat apa sebenarnya peran laki-laki. Selain itu, maskulinitas
yang ada pada diri anak perempuan dapat meningkatkan ketangguhan anak
perempuan.
Ayah adalah penjamin profesionalisme, peran ayah sebagai penjamin
profesionalisme umunya adalah dengan selalu mengajukan pertanyaan kepada
anak, dan pertanyaannya cukup tegas. misalnya,” apakah kamu sudah mengerjakan
pekerjaan rumahmu?”, atau bertanya “bagaimana ujiannya?”. Karena ayahlah
yang menjamin profesionalisme, jika ibu menggunakan cara bertanya yang
berbeda, ibu akan lebih lembut. Selain itu juga ayah adalah seorang konsultan
pendidikan. biasanya, ayah adalah tempat yang tepat untuk bertanya tentang masa
depan. Kadang peran ayah bisa terbilang tidak berperasaan karena secara tidak
sadar sang ayah mengajarkan cinta yang tangguh dan kesatriaan yang kuat karena
pada otak laki-laki adanya hormon vasopresin.9

9
Dr. Aisyah Dahlan, Maukah Jadi Orang Tua Bahagia?. (Jakarta: Pustaka Elmadina, 2022) hal 72-
73

9
C. Peran Perempuan dalam Keluarga
Kemajuan zaman menyebabkan meningkatnya kesadaran gender, dan peran
perempuan semakin diakui dalam segala aspek yang berbeda. Banyak pemimpin
baik di bidang sosial ekonomi maupun politik yang dijabat oleh perempuan dan
terbukti berhasil. . Fakta ini membuktikan adanya kesetaraan peran dalam
masyarakat modern, dimana perempuan setara dan dalam beberapa aspek bahkan
lebih unggul dibandingkan laki-laki.
Selain status perempuan sebagai sumber generasi unggul, perempuan juga
diyakini mampu menjadi istri yang berbakti. Pandangan istri yang berbakti
mempunyai implikasi yang sangat luas, mulai dari kemampuan mendidik anak,
mengatur rumah tangga bahkan mungkin mengatur pengeluaran keuangan dan
kontribusi keuangan atau pendapatan. Poin dedikasi menghasilkan karakter yang
luar biasa, mampu menangani. berbagai persoalan yang berkaitan dengan pekerjaan
rumah tangga yang baik.10
Secara umum kebahagiaan keluarga merupakan tanggung jawab kepala
keluarga. Kebahagiaan menjadi persoalan utama dalam membina sebuah keluarga,
tentunya selain kebahagiaan yang sebenarnya dari sudut perilaku spiritual.
Keseimbangan antara kebahagiaan dan kedamaian yang dihasilkan dari
pengamalan prinsip spiritual keagamaan merupakan bentuk kehidupan berumah
tangga yang ideal.
Peran penting perempuan dalam membangun keluarga dan masyarakat
adalah perempuan berperan memajukan kemajuan keluarga dan juga berperan
menunjang karir suami. Peran perempuan saat ini semakin mengarah pada
kesetaraan gender, hal ini menjadi bukti bahwa kehadiran Islam telah mengangkat
derajat perempuan hingga peran perempuan semakin diakui oleh banyak
kalangan.11

10
Tim Budha Wacana, Peran Wanita dalam Mewujudkan Keluarga Bahagia Sejahtera. Di akses 12
Oktoner 2023. https://kemenag.go.id/buddha/peran-wanita-dalam-mewujudkan-keluarga-
bahagia-sejahtera-4g96ql
11
Ainun Bosra, Peran Wanita dalam Membangun Keluarga dan Masyarakat. Di akses 12 Oktober
2023. https://sulut.kemenag.go.id/berita/510407/Peran-Wanita-dalam-Membangun-Keluarga-
dan-Masyarakat

10
Secara umum kebahagiaan keluarga merupakan tanggung jawab kepala
keluarga. Kebahagiaan menjadi persoalan utama dalam membina sebuah keluarga,
tentunya selain kebahagiaan yang sebenarnya dari sudut perilaku spiritual.
Keseimbangan antara kebahagiaan dan kedamaian yang dihasilkan dari
pengamalan prinsip spiritual keagamaan merupakan bentuk kehidupan berumah
tangga yang ideal.
Dalam bukunya Wonderful Wife, Pak Cahyadi Takariawan memberikan 10
peran perempuan atau istri salehah dalam membangun rumah:
1. Pandai menyenangkan suami
Perempuan yang baik adalah dambaan setiap laki-laki, mempunyai istri
yang baik bukan hanya sekedar kebanggaan, bahkan dia adalah aset suami yang
paling berharga. Sebenarnya tidak ada harta atau harta yang lebih berarti bagi
suami, kecuali dalam bentuk istri yang shaleh. Nabi Muhammad Saw.
menggambarkan istri Salehah, yaitu seorang istri yang menyenangkan jika
dipandang oleh suaminya, dan dapat menjaga harta dan kehormatannya jika
suaminya meninggalkannya.
Hadits menyebutkan bahwa salah satu peran istri yang shaleh adalah
“berpenampilan rapi”. Kalimat ini terkesan sederhana dan biasa saja, padahal jika
dipikir-pikir secara mendalam, Anda akan melihat bahwa ini bukanlah masalah
biasa melainkan masalah yang luar biasa. Ada syarat dan konsekuensi tertentu bagi
istri untuk mengambil peran tersebut, dan berlaku pula sebaliknya.12
2. Taatilah suamimu dengan cinta di hatimu
Peran istri yang saleh yang kedua adalah menaati suami dengan penuh
kasih. Padahal, ketaatan seorang istri kepada suaminya dapat dianggap sebagai
bentuk dukungan dan bantuannya terhadap suami dalam menjaga kepemimpinan
keluarga. Bahwa jika pemimpin tidak dihormati, dipatuhi dan didengarkan, tidak
akan ada kepemimpinan di rumah. Rumah itu berjalan tanpa pemimpin, Anggota
keluarga tidak tahu harus pergi ke mana, tidak tahu keputusan apa yang harus
diambil dalam keluarga.

12
Cahyadi Takariawan, Winderful Wife: Menjadi Istri di Sayang Suami. (Solo: PT. Era Adicitra
Intermedia, Cet. Ke 6. 2020) hal. 9

11
Organisasi tidak dapat disebut organisasi jika tidak ada pemimpin yang
harus diikuti. Keluarga sebagai organisasi terkecil dalam kehidupan juga
memerlukan seorang pemimpin untuk mengarahkan, membimbing, mengayomi,
dan memberikan teladan bagi istri dan anak-anaknya. Hal ini menunjukkan bahwa
kepemimpinan suami bukanlah kepemimpinan yang mutlak dan tidak terbatas,
dalam menaati suami bukanlah ketaatan buta tapi ada batasannya. 13
3. Menjaga kehormatan dan harta suamimu
Peran ini telah ditekankan dalam Al-Quran, “Maka wanita-wanita yang
salihah ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diti ketika suaminya tidak
ada, Karena Allah telah memelihara mereka.” (An-Nisa:34)
Hifzul Ghaib pada ayat diatas dapat berarti menjaga kehormatan diri,
menjaga kehormatan suami, menjaga harta istri, menjaga harta suami, menjaga
anak dan rumah. Seorang istri yang mampu menjaga kehormatan diri dan suami,
ketika suami tengah pergi maka istri idak melakukanhal-hal yang merusak
kehormatan diri dan suami. Menjaga kehormatan diri dan suami merupakan suatu
hal yang tidak bisa di pisahkan.14
4. Layani suamimu dengan baik
Menjadi istri yang bertalenta yang mengabdi agar suami nyaman dan
bahagia bersamanya adalah bagiah dari pelayanan istri kepada suami. Arti
pelayanan adalah perbuatan - perbuatan istri yang ditujukan untuk membantu dan
menyenangkan suami. Pelayanan bukan berarti memandang rendah perempuan
sebagai abdi atau pembantu, karena pelayanan merupakan wujud cinta dan kasih
sayang seorang istri kepada suaminya. Pelayanan merupakan deklarasi hubungan
wanita dengan suaminya dalam kerangka sakinah, mawaddah warohmah bukanlah
perbudakan atau penindasan suami terhadap istrinya.Namun merupakan wujud
peran istri yang shaleh berdasarkan keikhlasan dan pengertiannya kepada suami.15
5. Sumber inspirasi dan motivasi bagi suami
Seorang perempuan dalam keluarga harus selalu memberikan semangat dan
energi kepada suami tercinta, bukan melemahkannya. Kita sering mendengar
pepatah, selain suami yang hebat selalu ada istri yang hebat.

13
Ibidd…hal 45
14
Ibidd…hal 67
15
Ibidd…hal 91

12
Dalam kehidupan sehari-hari, suami dan istri adalah pasangan yang harus
saling melengkapi, ketika suami tengan berada dalam kondisi gelisah maka istri
harus berusaha unntuk menyamangati dan memotivasinya. Ketika suami berada
dalam kondisi marah, istri harus berusaha meredamkannya dan ketika suami berada
dalam suasana susah, istri harus berusaha memberinya inspirasi.16
6. Fokus pada kebaikan suami
Ketika mata hati istri tertutup terhadap kesalahan dan kelemahan suami,
maka segala kebaikan dan kelebihan suami lenyap tak terlihat lagi di matanya.
Sekalipun tumpukan kebaikan suami lebih tinggi dari gunung, namun istri tetap
tidak bisa melihatnya karena tertutupi oleh kesalahan suaminya. Kenyataannya
adalah sang istri begitu sibuk memerhatikan, mencatat, menghafal, dan
mengarsipkan segala sesuatu yang buruk dari suaminya.
Banyak perempuan yang mudah melupakan kebaikan suaminya sehingga
tidak bisa mensyukuri kebaikannya. Oleh karena itu, seorang perempuan
mempunyai peran untuk selalu mensyukuri kebaikan suaminya sehingga dia hanya
fokus pada kebaikan suaminya.17
7. Jadilah sahabat suamimu di saat senang dan sedih
Pada tahap kehidupan pernikahan ini, laki-laki dan perempuan bukan hanya
sekedar “suami-istri” yang resmi dan sah, mereka juga adalah sepasang kekasih dan
mereka sangat istimewa. Suami-istri tidak hanya sekedar sahabat yang mau saling
menemani dan sabar mendengarkan cerita masing-masing namun juga harus bisa
memberikan kekuatan dan semangat kepada pasangan.
Hendaknya istri selalu menjadi sahabat setia bagi suami dalam suka maupun
duka, dalam bahagia dan deritan, dalam tawa dan air mata, dalam kesulitan dan
kemudahan, dalam kejayaan dan keterpurukan. Dalam kekayaan dan kemiskinan
serrta dalam pujian dan celaan. Semua dihadapi bersama, istri menjadi sahabat yang
setia menemani suami dalam semua kondisi.18
8. Perkuat kebaikan suamimu

16
Ibidd…hal 115
17
Ibidd…hal 139
18
Ibidd…hal 161

13
Peran Istri yang salehah hendaknya menjadi kolaborator yang berperan
aktif dalam memajukan sifat-sifat baik suaminya, bukannya menghilangkan sifat-
sifat baiknya dan justru berperan memperkuat sifat-sifat buruknya.
Hidup di zaman yang penuh dengan tuntutan hidup dan berbagai
permasalahan membuat suami dan istri perlu mempererat hubungan untuk
menghadapi segala bentuk permasalahan dan tantangan bersama. Istri mempunyai
peranan yang sangat penting dalam menjaga dan menumbuhkan sifat-sifat baik
dalam diri suami agar selalu berada pada jalan yang benar. Agar suami senantiasa
tegar menghadapi berbagai bentuk godaan yang datang silih berganti, sulit terbujuk
keadaan, sulit tergiur suasana yang mendorong melakukan kejahatan.
Sejak zaman dahulu, banyak orang yang menegaskan bahwa godaan
terbesar pria adalah kekayaan, takhta, dan wanita. Tentu saja ini cara pandang laki-
laki, namun bagi perempuan mungkin tidak jauh berbeda yaitu harta, tahta, dan laki-
laki. Godaan ini seulah abadi, sudah ada sejak zaman prasejarah, hingga zaman
modern. Kenyataan bahwa istri harus memainkan peran tertentu dan sadar akan
tugas dan peran besarnyadalam memperkuat kekuatan spiritual pasangannya.
Sayangnya, tidak semua istri menyadari peran mereka. Sebagian orang teracuni
oleh nilai-nilai hedonisme. Oleh karena itu, kadang ada perempuan yang
mendukung dan membujuk suaminya untuk melakukan kejahatan.19
9. Menghormati dan Memuliakan Suami
Peran perempuan selanjutnya dalam keluarga adalah menghormati dan
menghargai suami. Inilah peran bahkan sikap sadar dan mendasar seorang wanita
terhadap suaminya. Tidak berpengaruh jika istri lebih kaya dari suaminya, atau jika
istri mempunyai status sosial yang lebih tinggi dari suami, meskipun istri
mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan lebih salehah. Namun seorang
istri tetap harus mampu menunjukkan rasa hormat dan penghargaan kepada
suaminya, sebagai bagian dari upaya meningkatkan kebahagiaan dan keharmonisan
dalam kehidupan berumah tangga.
Di zaman modern ini, banyak dijumpai pasangan suami istri yang bekerja
dan berkarir di luar rumah. Selain untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin
luas dan kompleks, juga berkaitan dengan kesadaran dan ekspresi diri. Tak jarang

19
Ibidd…hal 203

14
suami istri bertengkar dan bersaing tanpa disadari. Mereka mungkin tidak berniat
bersaing atau mencoba mengalahkan satu sama lain dengan menaikkan gaji dan
jabatan, namun hal itu bisa saja terjadi tanpa disengaja.20

10. Sepenuh hati melahirkan dan membesarkan anak


Sejak awal kehidupan manusia, telah diketahui bahwa peran perempuan
adalah mengandung, melahirkan, dan membesarkan anak. Ibu merupakan pelahir
generasi baru, dimana tugas ini menjadi sangat istimewa sekaligus berat bagi
perempuan karena mulia dan beratnya tugas tersebut, maka dari itu ajaran agama
memberikan jaminan khusus bagi ibu hamil dan melahirkan. Misalnya jika ada
resiko kematian saat melahirkan, maka pahalanya dianggap orang yan mati syahid.
Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda :
“Perempuan yang meninggal karena melahirkan anaknya, anaknya menariknya
dengan tali pusar untuk masuk kesurga” ( HR. Ahmad)
Dalam cerita lain yang disebutkan “Wanita yang meninggal saat melahirkan adalah
syahid”. (HR An-Nasi).21
Namun di era modern, banyak perempuan yang lupa akan perannya dan
takut untuk hamil, melahirkan, dan menyusui. Banyak alasan yang menyebabkan
wanita modern takut untuk hamil, melahirkan dan menyusui, salah satunya karena
keadaan ekonomi. Hal ini tidak hanya terjadi pada keluarga miskin yang berada
dalam keadaan sulit, namun karena alasan ekonomi juga dapat terjadi pada keluarga
yang relatif mapan bahkanorang kaya. Selain itu, ada juga permasalahan terkait
gaya hidup modern sehingga takut hamil, melahirkan dan menyusui.
D. Perbedaan Psikologis dan Sifat-Sifat Khusus Suami dan Istri
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaannya ialah dia menciptakan untukmu
istri-istri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tentram
kepadanya, dan dijadikannya diantaramu rasa kasih dan sayang. sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berpikir”. (Ar-Rum: 21)

20
Ibidd…hal. 247
21
Ibidd…hal 271

15
Ayat Allah di atas sangat populer ketika membicarakan pernikahan dan
keluarga. Ada beberapa wawasan yang dapat kita peroleh dari ayat ini, antara lain
penciptaan laki-laki dan perempuan yang berpasangan. Kata pupuler di atas adalah
wanita, namun bisa juga berarti pasangan. Maka dari itu laki-laki dan perempuan
adalah format yang membentuk pasangan.

Tentu saja berbeda karena yang satu laki-laki dan yang satu perempuan, tapi
mereka datang berpasangan, bukan berlawanan, jadi akan lebih bersahabat jika kita
menggunakan kata "pasangan gender" untuk menyebut laki-laki dan perempuan,
bukan “lawan jenis”. Jika mendefinisikan pasangan , maka menganggap laki-laki
dan perempuan adalah seimbang dan setara, mereka mempunyai hubungan suami
istri dalam kehidupan berkeluarga dengan potensi dan kepribadian masing-masing.

Pasangan ini tentunya merupakan dua hal yang tidak sama namun saling
melengkapi, faktanya laki-laki mempunyai potensi maskulin berupa kepribadian
laki-laki dan ego maskulinnya, sedangkan perempuan mempunyai potensi feminin
berupa watak perempuan dan ego perempuan. Mereka akan berbagi, melengkapi
dan menguatkan satu sama lain dalam perbedaan tersebut.

Ada ciri-ciri yang unik pada laki-laki dan ada pula ciri-ciri unik pada wanita.
Inilah sebabnya mengapa mereka bisa menjadi mitra yang saling melengkapi.
Dalam kehidupan berumah tangga, suami harus laki-laki dan istri harus perempuan.
Kenyataannya mereka hanya butuh saling pengertian, saling memahami dan
berbagi, bukan saling bertukar kepribadian. Banyak persamaan antara laki-laki dan
perempuan, diantaranya mereka merupakan makhluk Tuhan yang berwujud
manusia dan sama-sama hidup di planet bumi, sebenarnya mereka berasal dari
ciptaan yang sama dan mempunyai misi hidup yang sama, hanya ada sedikit
perbedaan pada sifat-sifat, jenis dan peran yang mereka lakukan. Sekali lagi, laki-
laki atau perempuan juga merupakan makhluk yang membutuhkan keluarga, cinta
dan kasih sayang.

Tentu saja terdapat perbedaan ciri laki-laki dan perempuan dalam


berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain, karena struktur otak mereka tidak
sama, namun perbedaan tersebut bukan berarti tidak bisa berintegrasi dan tidak bisa
rukun. Yakinlah bahwa perbedaan sifat pria dan wanita ternyata ada rahasia yang

16
bisa didapat dalam kehidupan berumah tangga, yakni bisa menjadi pasangan yang
serasi.

Beberapa peneliti secara khusus membedakan perilaku atau ciri-ciri suami


dan istri. realitas realitas perbedaan yang ada antara laki-laki dan perempuan. Jika
kita memahami secara akademis bahwa banyak perbedaan antara laki-laki dan
perempuan, maka tidak akan menuntut pasangan seperti dirinya.. Perbedaan
tersebut antara lain:

1. Perbedaan pada sisi emosi, dalam limbik sistem ikatan emosi ini lebih besar
pada perempuan yang bisa menjelaskan mengapa perempuan lebih memiliki
aspek memelihara dan perhatian pada anak
2. Perbedaan kapasitas memori, hipocampus pada perempuan lebih besar
sehingga ini bisa menjelaskan kemampuan perempuan untuk
mengekspresikan emosi dan memperhatikan lebih detail pada setiap aspek
3. Perbedaan kemampuan komunikasi verbal. perempuan cenderung
menggunakan kedua bagian dari otak sehingga lebih mampu
mengemukakan komunikasi verbal dan memiliki kosakata yang lebih
banyak daripada laki-laki laki-laki cenderung untuk berkomunikasi
langsung pada pokok permasalahan
4. Perbedaan apresiasi terhadap seks laki-laki memiliki kekuatan apresiasi
lebih besar terhadap seks daripada perempuan sehingga secara biologi
menunjukkan bahwa industri berkaitan pornografi cenderung didominasi
oleh laki-laki.
5. Perbedaan kemampuan sosialisasi, laki-laki cenderung memiliki aspek
sosiologi yang lebih rendah karena dipengaruhi oleh hormon testosteron
yang tidak begitu aktif untuk aspek ini.
6. Kemampuan multitasking, perempuan memiliki koneksi yang lebih kuat
pada 2 otak sehingga perempuan memiliki kemampuan untuk multitasking
dalam mengerjakan sesuatu.
7. Kemampuan memahami bahasa tubuh perempuan memiliki kapasitas lebih
besar dalam memahami wajah dan mendengarkan suara yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan dari pihak lawan bicara.

17
8. Perbedaan dalam menyelesaikan masalah perempuan dan laki-laki
menggunakan strategi yang berbeda ketika menyelesaikan masalah.
Perempuan lebih menggunakan aspek visual sedangkan laki-laki cenderung
menggunakan aspek rasional atau petunjuk-petunjuk yang berisi tahap-
tahap penyelesaian masalah.22

Perempuan memiliki area otak lebih besar yang berfungsi berdasarkan


naluri tindak lanjut, yang membuat mereka bekerja lebih cepat ketika orang lain
masih berpikir. Saat perempuan berpikir, mereka menggunakan belahan otak kanan
mereka, yang khusus menangani masalah emosional. Hal ini mungkin menjelaskan
mengapa wanita lebih mampu menangkap isyarat seperti bahasa tubuh, nada suara,
dan lain-lain. Percakapan intuitif seperti ini menyebabkan wanita kurang tidur dan
meningkatkan hormon stres dan diabetes.

Penelitian menunjukkan bahwa wanita memiliki lebih banyak sel otak yang
mengontrol empati sesaat, sedangkan pola aktivitas di otak pria menunjukkan
bahwa mereka lebih fokus pada penyelesaian masalah dan kurang mementingkan
perasaan. Inilah sebabnya mengapa wanita bisa menitikkan air mata saat menonton
film atau membaca novel. Perempuan lebih mampu menahan amarah karena
mereka memiliki lebih banyak sel otak di bagian otak yang berhubungan dengan
amarah dan emosi. Pindai otak menunjukkan bahwa ketika seorang perempuan
bersikap agresif, dia lebih mungkin melakukan serangan verbal dibandingkan
serangan fisik.

Perempuan dan laki-laki mengekspresikan kecemasan dengan cara yang


berbeda, perempuan lebih khawatir karena mereka memiliki kadar kimia serotonin
yang lebih rendah dibandingkan laki-laki, yang membuat mereka lebih rentan
terhadap perasaan cemas. Sementara itu, dengan kadar serotonin yang tinggi, rasa
cemas pada pria bisa semakin berkurang.

Mari kita berdamai dengan perbedaan-perbedaan ini dan menjadikannya


sebagai rahmat Tuhan agar dapat mencapai kebahagiaan hidup yang optimal,

22
Cahyadi Takariawan, Wonderful Couple: Menjadi pasangan yang paling Bahagia. (Solo: PT. Era
Adicitra Intermedia, Cet. Ke 7, 2020) hal. 194

18
tujuannya bukan untuk konfrontasikan, bukan untuk dipandang sebagai stereotip,
stereotip antara laki-laki dan perempuan, tetapi tentang menciptakan
kesempurnaan. dan kebahagiaan sebagai pasangan.23

23
Cahyadi Takariawan, Happy Family: Membangun Fondasi, Meraih Mimpi. (Yogyakarta:
Wonderful, 2020) hal. 257

19
DAFTAR PUSTAKA

Ainun Bosra, Peran Wanita dalam Membangun Keluarga dan Masyarakat. Di akses
12 Oktober 2023. https://sulut.kemenag.go.id/berita/510407/Peran-
Wanita-dalam-Membangun-Keluarga-dan-Masyarakat
Dahlan, Dr. Aisyah. 2022. Maukah Jadi Orang Tua Bahagia?. Jakarta: Pustaka
Elmadina.
Departemen Agama RI. 2014. Modul Pelatihan Guru Keluarga Sakinah. Jakarta:
Departemen Agama RI, Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji.
Lestari, Sri. 2012. Psikologi Keluarga. Jakarta: Kencana
Subdit Bina Keluarga Sakinag dan KUA. 2017. Fondasi Keluarga Sakinah
(Bacaan Mandiri Calon Pengantin). Jakarta: Subdit Bina Keluarga
Sakinah, Ditjen Bimas Islam Kemenag RI.
Takariawan, Cahyadi. 2019. Wonderful Family: Merajut Keindahan Keluarga.
Solo:PT. Era Adicitra Intermedia, Cet. Ke 11.
Takariawan, Cahyadi. 2020. Happy Family: Membangun Fondasi, Meraih Mimpi.
Yogyakarta: Wonderful.
Takariawan, Cahyadi. 2020. Wonderful Couple: Menjadi pasangan yang paling
Bahagia. (Solo: PT. Era Adicitra Intermedia, Cet. Ke 7.
Takariawan, Cahyadi. 2020. Wonderful Wife: Menjadi Istri di Sayang Suami. Solo:
PT. Era Adicitra Intermedia, Cet. Ke 6.
Tim Budha Wacana, Peran Wanita dalam Mewujudkan Keluarga Bahagia
Sejahtera. Di akses 12 Oktoner 2023.
https://kemenag.go.id/buddha/peran-wanita-dalam-mewujudkan-
keluarga-bahagia-sejahtera-4g96ql

20

Anda mungkin juga menyukai