Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Masalah

Keluarga merupakan susunan kelembagaan atas dasar hubungan

perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara. Undang-Undang No. 1

tahun 1974 menyebutkan “Perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara

pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau

rumah tangga yang bahagia dan kekal bedasarkan Ketuhanan Yang Maha

Esa”.1 Perkawinan bukanlah semata-mata hanya untuk meraih kebahagiaan

dunia saja namun juga untuk meraih kebahagiaan di akhirat. Kehidupan rumah

tangga yang sakinah, mawadah dan warahmah merupakan tujuan dari

perkawinan.2 Perkawinan suatu hal yang sangat sakral bagi manusia yang

menjalainnya dan berlaku untuk semua makhluk-Nya, bahkan suatu cara yang

dipilih oleh Allah SWT untuk berkembang biak dan melestarikan hidup

manusia.3 Hal tersebut mendukung bawasanya perkawinan dalam sebuah ikrar

akad merupakan peristiwa hukum bukan peristiwa biologis semata yang

melibatkan hubungan kelamin antara laki–laki dan juga perempuan.

Keluarga meliputi seorang suami dan istri yang memiliki peranan

masing-masing dalam menjalankan sebuah rumah tangga. Suami merupakan

pemimpin dalam keluarga yang berkewajiban mendidik, mengatur,

melindungi serta mencukupi kebutuhan seluruh anggota keluarga. Seorang

istri yang sekaligus menjadi seorang ibu memiliki peranan penting untuk

1
Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan , Pasal 1
2
Kompilasi Hukum Islam, Pasal 3
3
H.M.A. Tihami dan Soehari Sahrani, Fiqh Munakahat Kajian Fiqh Nikah Lengkap
(Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 6.

1
2

mendidik anak serta memberikan pelayanan kepada keluarga. Suami wajib

melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah

tangga sesuai dengan kemampuannya.4

Laki-laki (suami) dan perempuan (istri) dalam bingkai rumah tangga

mempunyai hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh masing-masing.

Hak-hak suami yang harus dilakukan oleh istri yaitu mematuhi suami,

memelihara kehormatan dan harta suami, berhias untuk suami, menjadi patner

suami.5 Sedangkan hak-hak istri yang wajib dilakukan oleh suami yaitu

memberikan mahar, pemberian suami kepada istri karena berpisah (mut‟ah),

nafkah tempat tinggal dan pakaian, serta adil dalam pergaulan.6

Suami istri merupakan mitra dan rekan kerja di tengah keluarga. Islam

menggariskan bahwa suami adalah kepala rumah tangga dan istri adalah ibu

rumah tangga. Sama dengan yang disebutkan dalam Undang-undang No. 1

Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 31 ayat 3 Bahwa “Suami adalah kepala

keluarga dan isteri ibu rumah tangga” Keduanya ingin mencapai kebahagiaan

duniawi dan ukhrawi dengan membentuk keluarga. Fakta literature tersebut

juga didukung dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 79 ayat (1) menyebutkan

bahwa, “Suami adalah kepala keluarga dan isteri ibu rumah tangga.” Hal yang

sama juga disebutkan pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan pasal 31 ayat (3). Hal tersebut menunjukkan bahwa kedudukan

suami di Indonesia adalah sebagai kepala keluarga yang bisa juga disebut

4
Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Pasal 34
5
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. Fiqh Munakahat,
(Jakarta: Amzah, 2014), hlm. 221-230.
6
Ibid, hlm. 174.
3

sebagai pemimpin keluarga. Ketika pemimpin keluarga adalah suami, maka

suami memiliki hak dan kewajiban yang didapatkan menjadi tanggung jawab

untuk mengurus keluarganya. Bagaimanapun, bukan hanya laki-laki saja,

tetapi suami maupun istri memiliki tugas mulia untuk memelihara rumah

tangga yang merupakan basis masyarakat. Jadi menurut KHI dan UU

Perkawinan, suami adalah pemimpin dan kepala keluarga.

Di era saat ini, fakta teoritis tersebut tidak lagi berlaku untuk semua

orang, sebab terdapat fakta sosial terkait perempuan sebagai kepala keluarga

yaitu istri yang mencari nafkah dikarenakan sang suami yang sudah tidak

mampu bekerja karena kondisi kesehatan fisiknya. Sebagian besar perempuan

saat ini seiring berkembangnya zaman banyak wanita (istri) bekerja di luar

rumah dan tetap mengurusi rumah tangga sehingga wanita mempuanyai beban

ganda. Berbeda dengan suami yang bekerja di luar rumah hanya terfokus

kepada kehidupan finansial keluarga mereka. Dalam hal ini tidak sesuai

dengan Kompilasi Hukum Islam pasal 80 ayat 4 yaitu suami wajib

memberikan nafkah kepada istrinya baik nafkah dhohir maupun bathin.7

Hal tersebut juga didukung dengan penelitian AT-TAFAHUM: Journal

of Islamic Law,Vol.2 No. 1 Januari-Juni 2018 yang berjudul “KEDUDUKAN

DAN PERAN PEREMPUAN SEBAGAI KEPALA KELUARGA MENURUT

HUKUM ISLAM (Studi terhadap Kelompok Pemberdayaan Perempuan

Kepala Keluarga-PEKKA di Kabupaten Asahan)” dijelaskan bahwa yang

dimaksud kepala keluarga adalah para janda yang ditinggal mati suami karena

konflik atau meninggal karena sakit. Secara kultural di Indonesia, biasanya


7
Kompilasi Hukum Islam Pasal 80 ayat 4
4

para istri yang ditinggal mati suaminya sering tidak berumah tangga lagi dan

bertahan hidup sendiri untuk membiayai anggota keluarga.

Disamping para janda, yang masuk dalam kategori tersebut adalah para

istri yang ditinggal suaminya bekerja di luar daerah. Secara legal, status

mereka masih sah menjadi seorang istri, namun secara ekonomi mereka harus

menjadi kepala keluarga karena penghasilan suami tidak cukup untuk

dikirimkan ke keluarga dan habis untuk mereka pakai sendiri di kota, sehingga

perempuan menjadi penanggung jawab penuh kegiatan, aktifitas dan

kebutuhan hidup sehari-hari di desa atau di kampung.

Artinya tidak selalu dikatakan bawasannya kepala keluarga merupakan

seorang suami. Melihat fenomena di Dukuh Krajan Desa Majasem Kecamatan

Kendal Kabupaten Ngawi terutama fokus peneliti yaitu Perempuan sebagai

Kepala Rumah Tangga dimana Perempuan mengambil alih peran suami dalam

memimpin keluarga meskipun status Kepala keluarga adalah suami terjadi di

daerah tersebut dengan berbagai bentuk seperti perempuan mencari nafkah,

perempuan memutuskan keputusan urusan rumah tangga, perempuan

membina rumah tangganya, dan perempuan melindungi keluarganya

akibatnya terlihat dominasi dari peran perempuan lebih menonjol sehingga

terkesan perempuan sebagai pemimpin dalam keluarga.8

Menurut hasil observasi penulis, di Dukuh Krajan Dusun Krajan Desa

Majasem Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi terlihat ada 3 perempuan yang

8
Andri Nurwandi, Nawir Yuslem, Sukiati, “ Kedudukan Perempuan Sebagai Kepala
Keluarga Menurut Hukum Islam ( Studi Terhadap Kelompok Pemberdaya Perempuan Kepala
Keluarga-PEKKA di Kabupaten Asahan),”AT-TAFAHUM:Journal of islamic law, Vol.2 No. 1
Januari-Juni 2018, 70.
5

berperan sebagai pencari nafkah dalam keluarga sehingga menurut penulis

dapat disimpulkan bahwa perempuan tersebut memegang kendali

kepemimpinan dalam rumah tangganya. Bukti kongkrit perempuan atau istri

yang menjadi pemimpin rumah tangga dikarenakan faktor ekonomi seperti

istri yang bekerja ke luar negeri (TKW), hal tersebut diungkapkan oleh

mantan (TKW) di Dukuh Krajan Desa Majasem Kecamatan Kendal yang

bernama Sriatun, ia merasa lebih mendominasi perkara keuangan rumah

tangga dibandingkan suami.9 Ada pula 2 perempuan yang bisa dikatakan

menjadi pemimpin dalam keluarganya karena dia yang bekerja mencari nafkah

dalam keluarganya dikarenakan sang suami yang sudah tidak mampu untuk

bekerja dilatarbelakangi karena kondisi fisik yang tidak memungkinkan untuk

bekerja lagi. Selain itu perempuan yang ditinggal suami kerja diluar kota atau

daerah yang mana mengakibatkan istri harus memenuhi segala urusan rumah

tangganya.

Dominasi perempuan dalam fenomena diatas menjadikan istri sebagai

pemeran utama kendali dalam urusan keluarganya sehingga dapat ditarik

kesimpulan perempuan (istri) sebagai pemimpin dalam keluarganya yang

berperan penuh mengatur, membimbing, mencukupi dan mendidik anak-

anaknya. Dalam hal ini penulis ingin menganalisis bagaimana pola

kepemimpinan dan dampak dari perempuan sebagai kepala rumah tangga yang

memimpin keluarganya. Penulis menarik judul “Pola Kepemimpinan

Perempuan sebagai Kepala Rumah Tangga (Studi Kasus di Dukuh

9
Hasil wawancara dengan narasumber
6

Krajan Dusun Krajan Desa Majasem Kecamatan Kendal Kabupaten

Ngawi)“.

b. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pola Kepemimpinan Perempuan sebagai kepala Rumah

Tangga di Dukuh Krajan, Dusun Krajan, Desa Majasem, Kecamatan

Kendal, Kabupaten Ngawi?

2. Bagaiamana Dampak dari peran perempuan sebagai kepala Rumah Tangga

di Dukuh Krajan, Desa Majasem, Kecamatan Kendal, Kabupaten?

c. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian itu bertujuan untuk

menganalisa rumusan masalah yang terangkum sebagai berikut:

1. Penelitian ini untuk mengetahui Pola Kepemimpinan Perempuan sebagai

kepala Rumah Tangga di Dukuh Krajan, Desa Majasem, Kecamatan

Kendal, Kabupaten Ngawi.

2. Untuk mengetahui Dampak dari peran perempuan sebagai kepala Rumah

Tangga di Dukuh Krajan, Desa Majasem, Kecamatan Kendal, Kabupaten

Ngawi.

d. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat:

1. Manfaat ilmiah. Dapat dijadikan referensi bagi siapa saja yang ingin

memahami sekilas mengenai kepemimpinan Perempuan dalam rumah

tangga serta bisa dijadikan sebagai referensi untuk penelitian yang akan

datang.
7

2. Manfaat praktis. Bisa dijadikan sebagai wawasan ilmu pengetahuan akan

untuk para Perempuan.

e. Telaah Pustaka

Sebagai pendukung penelitian yang akan dilakukan, peneliti telah

melakukan peninjauan terhadap beberapa penelitian terdahulu yang memiliki

relevansi dengan tema yang akan diangkat. Sehingga peneliti mengetahui

bahwa sebelumnya telah ada skripsi yang berkaitan dengan masalah aborsi.

Adapun beberapa penelitian terdahulu yang memiliki relevansi dengan tema

yang diangkat adalah sebagai berikut:

Pertama, Skripsi Bella Oktavia, NIM: 12102173139, dengan judul

“Peran Istri Sebagai Kepala Keluarga Dalam Perspektif Hukum Positif,

Hukum Islam Dan Gender (Studi Kasus di Desa Sambiresik Kecamatan

Gampengrejo Kabupaten Kediri)”, Jurusan Hukum Keluarga Islam, IAIN

Tulungagung, 2021. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Peran istri

sebagai kepala keluarga di Desa Sambiresik meliputi: mencari nafkah,

merawat dan mendidik anak-anak, role model dalam keluarga, hingga turut

sebagai penentu dalam pengambilan kebijakan keluarga. 2) Dalam perspektif

hukum positif terhadap istri yang berperan sebagai kepala keluarga dalam

Undang-Undang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam secara tegas

menyatakan yang berkedudukan sebagai kepala keluarga adalah suami.

Namun ketika suami tidak mampu menjalankan segenap kewajibannya

sebagai kepala kepala keluarga, maka istri dibolehkan menjalankan peran

sebagai kepala keluarga sebagai bentuk kewajiban dan tanggung jawab


8

bersama. Dalam Hukum Islam sesuai dengan teori mubadalah istri boleh

berperan sebagai kepala keluarga karena ini merupakan bentuk kesalingan

(mufa‟alah) dan kerja sama antar dua pihak (musyarakah) yang berarti saling

mengganti, saling mengubah, atau saling menukar peran satu sama lain.

Sedangkan dalam perspektif gender peran istri sebagai kepala keluarga dalam

teori equilibrium boleh dilakukan untuk menunjukkan sikap keseimbangan

dan keharmonisan dalam hubungan antara suami dan istri. Peran istri sebagai

kepala keluarga tidak perlu untuk dipertentangkan karena keduanya memang

harus bekerjasama dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat dan

berbangsa.10

Persamaan penelitian ini adalah membahas tentang peran perempuan

sebagai kepala rumah tangga, sedangkan perbedaan penelitian ini adalah

ditinjau dari perspektif gender.

Kedua, Saifu Robby El Baqy, NIM: 12.21.2.1.034 “Kedudukan

Seorang Istri Sebagai Pencari Nafkah Utama Dalam Keluarga Perspektif

Hukum Islam (Studi Kasus di Desa Dibal, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten

Boyolali)” Fakultas Syari‟ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa istri sebagai pencari nafkah utama

memberikan pengaruh positif dan negatif terhadap kehidupan rumah tangga.

Pengaruh positif istri sebagai pencari nafkah utama yaitu menjadikan

perekonomian rumah tangga menjadi lebih baik. Pengaruh negatifnya,

kewajiban sebagai ibu rumah tangga menjadi terabaikan di antaranya yaitu


10
Oktavia Bela, “Peran Istri Sebagai Kepala Keluarga Dalam Perspektif Hukum Positif,
Hukum Islam Dan Gender (Studi Kasus di Desa Sambiresik Kecamatan Gampengrejo Kabupaten
Kediri)”,Skripsi, ( Tulungagung : IAIN Tulungagung, 2021)
9

istri menjadi kurang taat terhadap suami, terpenuhi dan pekerjaan rumah

tangga terabaikan. Dalam perspektif hukum Islam wajibnya memperhitungkan

seberapa besar dan kepentingan ketika akan menghindarkan sesuatu yang

dapat menimbulkan kerugian.11

Adapun persamaan penilitian ini adalah membahas mengenai dampak

dari peran publik istri, sedangkan perbedaan peneilitian ini adalah hanya

menggunakan landasan dari hukum islam.

Ketiga, Skripsi Misbahul Munir, dengan judul Analisis Gender

Terhadap Peran Istri Sebagai Pencari Nafkah Keluarga (Studi Kasus Desa

Plalangan Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo). Berdasarkan hasil

analisis penelitian tersebut menghasilkan dua kesimpulan sebagai jawaban

dari dua pertanyaan dalam rumusan masalah di atas, yang pertama,terkait

dengan relasi gender antara suami dan istri terhadap permasalahan istri

sebagai pencari nafkah keluarga, para suami berpendapat sesuai dengan ahli

fiqih, yaitu tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap istri yang mencari

nafkah.Kedua,sedangkan di tinjau dari teori gender, faktor-faktor yang

mendorong istri sebagai pencari nafkah keluarga di desa Plalangan Kecamatan

Jenangan sudah sesuai dengan teori nature dan nuture. Yaitu, dari kelompok

buruh dan guru TK, dalam keluarga ini tidak ada kesetaraan gender dalam

pembagian peran antara suami-istri disebut nuture (kontruksi sosial).

11
Robby El Baqy Saifu, “Kedudukan Seorang Istri Sebagai Pencari Nafkah Utama Dalam
Keluarga Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di Desa Dibal, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten
Boyolali)”, Skripsi, (Surakarta: IAIN Surakarta, 2016)
10

Kemudian dari kelompok pedagang dalam keluarga ini ada kesetaraan gender

disebut nature (alami).12

Adapun persamaan penelitian tersebut adalah sama sama menganalisis

peran istri yang mencari nafkah, sedangkan perbedaan penelitian ini adalah

pada fokus pembahasaan yakni pada pembahasan gender.

Keempat, Skripsi Faradhila, Salma Dewi. 2018. Peran Istri Sebagai

Pencari Nafkah Utama dalam Perspektif Maslahah (Studi Kasus di Desa

Joresan Kecamatan Mlarak Kabupaten Ponorogo). Skripsi. Jurusan Ahwal

Syakhshiyyah, Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Ponorogo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa istri sebagai pencari

nafkah utama adalah sebagai wujud menolak kemudaratan yang terjadi

dikarenakan sang suami belum mampu memenuhi kebutuhan hidup

keluarganya. Dilihat dari segi kepentingan dan masalahnya istri yang bekerja

sebagai pencari nafkah utama di Desa Joresan termasuk dalam kategori

maslahah daruriyah. Dalam perspektif maslahah wajibnya memperhitungkan

seberapa besar kemanfaatan atau kemudaratan yang didapat demi menjaga

kelangsungan hidup agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.13

Adapun persamaan penelitian tersebut adalah sama sama menganalisis

peran istri yang mencari nafkah, sedangkan perbedaan penelitian ini adalah

pada fokus pembahasaan yang membahasa perspektif maslahah.

12
Munir Misbahul, “Analisis Gender Terhadap Peran Istri Sebagai Pencari Nafkah
Keluarga (Studi Kasus Desa Plalangan Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo)”, Srkipsi
(Ponorogo: IAIN Ponorogo, 2018 )
13
Faradila Salma Dewi, “Peran Istri Sebagai Pencari Nafkah Utama dalam Perspektif
Maslahah (Studi Kasus di Desa Joresan Kecamatan Mlarak Kabupaten Ponorogo)”, Skripsi
(Ponorogo: IAIN Ponorogo, 2018)
11

f. Metode Penelitian

g. Jenis Dan Pendekatan Penelitian

h. Jenis Pendekatan

Ditinjau dari jenis penelitiannya, penelitian ini tergolong

penelitian kualitatif lapangan (field research), yakni kegiatan observasi

yang dilakukan dalam objek yang sebenarnya, penyelidikan empiris

dengan menggunakan data yang kongkret.14 Penelitian ini dimaksudkan

untuk memahami fenomena yang ada di lokasi subjek penelitian

misalnya seperti tindakan, prilaku masyarakat, persepsi dan lain-lain

secara menyeluruh dilanjutkan dengan mendeskripsikan berupa kata-

kata dan disajikan dengan metode yang alamiah.15 Alasan peneliti

menggunakan jenis penelitian ini karena peneliti ingin menjelaskan

fakta dan teori yang terjadi di lokasi penelitian. Penelitian ini berfokus

pada bentuk –bentuk pola dan dampak kepemimpinan Perempuan yang

ada di Dukuh Krajan Dusun Krajan Desa Majasem Kecamatan Kendal

Kabupaten Ngawi.

i. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan disini ialah pendekatan

studi kasus, yakni kajian yang mengeksplorasi suatu masalah dengan

batasan mendetail, penggalian data yang mendalam, serta

mengikutsertakan berbagai macam sumber informasi. Penelitian ini

ialah penelitian kualitatif. Metodologi Kualitatif ialah suatu langkah-


14
Muhammad Nazir, Metode Penelitian, ( Jakarta : Ghalia Indonesia, 1998), 63.
15
Ismail Nurdin & Sri Hartati, Metodologi Penelitian Sosial, (Surabaya: Media Sahabat
Cendekia, 2019), 75
12

langkah penelitian yang menciptakan data deskriptif berupa narasi

tertulis maupun pendapat dari orang-orang setempat dan perilaku yang

diamati. Penelitian kualitatif bertujuan memahami permasalahan yang

ada di lingkungan Dukuh Krajan Dusun Krajan Desa Majasem

Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi.16

j. Kehadiran Peneliti

Eksistensi peneliti di lapangan menjadi kunci utama, karena dalam

penelitian kualitatif peneliti berperan sebagai pengepul data. Dalam proses

observasi peneliti hanya menjadi pengamat atas informan yang ada di

Dukuh Krajan Dusun Krajan Desa Majasem Kecamatan Kendal

Kabupaten Ngawi tanpa terlibat dalam objek penelitian. Penelitian ini

dilakukan secara face to face antara peneliti dengan para narasumber

Dukuh Krajan Dusun Krajan Desa Majasem Kecamatan Kendal

Kabupaten Ngawi.

k. Lokasi Penelitian

Yang menjadi lokasi observasi tepatnya di Dukuh Krajan Dusun

Krajan Desa Majasem Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi .Daerah

tersebut berada dibawah kaki Gunung Lawu yang mana suasananya sangat

kental dengan pedesaan secara tradisional. Alasan peneliti memilih tempat

tersebut sebagai lokasi penelitian karena sesuai data BPS Kabupaten

Ngawi Tahun 2022 yang mana diterbitkan dalam sebuah Buku yang

berjudul “ Kecamatan Kendal dalam angka tahun 2022 “ meemaparkan

Sugiyono, Metodologi Penulisan Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan


16

R&D), (Bandung: Alfabeta, 2006 ), 315.


13

data bahwasanya Jumlah populasi penduduk berdasarkan jenis kelamin di

Desa Majasem sesuai data tersebut adalah 4338 jiwa ( laki-laki ) dan 4529

jiwa ( perempuan ) artinya terdapat lebih banyak jumlah populasi

Perempuan yang ada di Desa Majasem tersebut sehingga peneliti tertarik

untuk meneliti lebih dalam lagi mengenai Perempuan sebagai kepala

rumah tangga.

l. Data dan Sumber Data Penelitian

m. Data

Data ialah bahan keterangan mengenai kondisi nyata atau fakta-

fakta yang ditentukan dalam uraian tertentu yang runtut yang

menunjukkan deskripsi, jumlah atau hal yang lainnya. Adapun data

yang diperlukan oleh peneliti adalah data mengenai Perempuan

sebagai kepala rumah tangga di Dukuh Krajan Desa Majasem

Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi.

n. Sumber Data

Sumber data adalah sumber di mana data penelitian itu melekat

dan atau dapat diperoleh.17 Sumber data dalam penelitian ini ialah :

1.) Sumber data primer

Sumber data primer ialah sumber data penelitian yang digali

langsung oleh peneliti kepada narasumber di lokasi setempat.18

Data primer digali langsung dari lokasi lapangan dengan

wawancara langsung dengan Perempuan (istri) yang berperan


17
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), 91.
18
Bagja Waluya, Sosiologi Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat , (Bandung: Setia
Purna Inves, 2007), 79
14

sebagai kepala rumah tangga yang dalam hal ini baru ditemukan 3

perempuan.

2.) Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data kedua setelah data

primer.19 Data sekunder dalam penelitian ini adalah informasi dari

aparat dari kantor desa, kecamatan dan tokoh-tokoh di desa

setempat, referensi-referensi dari buku dan file PDF yang yang

relevan dengan topik yang diteliti.

o. Teknik Pengumpulan Data

Di dalam penelitian ini, diperlukan data yang akurat di lapangan.

Sehingga metode yang digunakan harus sesuai dengan objek yang akan

diteliti. Teknik pengolahan data lebih banyak pada observasi dan

wawancara. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan

data sebagai berikut:

p. Observasi

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode pengamatan, yakni

meninjau kondisi di lapangan. Dalam hal ini peneliti berperan penting

untuk menangkap gejala-gejala yang ada di lokasi penelitian.

Kemudian melakukan pencatatan yang selanjutnya dianalisis lebih

lanjut.20

19
Burhan bungin, Metodologi Penelitian Sosial: Format 2 Kuantitatif dan Kualitatif,
(Surabaya: Airlangga Uneversity Press, 2005), 128.
20
Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial Hukum, (Jakarta: Granit, 2004), 70.
15

Dalam hal ini, peneliti mencari bentuk dan dampak dari

kepemimpinan perempuan terhadap perempuan yang ada di dukuh

Krajan Desa Majasem Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi.

q. Wawancara

Wawancara ialah pertemuan dua orang atau lebih antara peneliti

dan narasumber untuk menggali informasi dan ide melalui Tanya

jawab, sehingga dapat menampung banyak data dalam suatu topik

tertentu. Selama penelitian ini peneliti menggali informasi dengan

wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur ialah wawancara yang

dilakukan dengan perencanaan sebelumnya dan berpedoman pada

daftar pertanyaan yang sebelumnya sudah disusun.21

Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan

narasumber yaitu kepala dusun, ketua RT dan ibu rumah tangga.

Metode ini dipakai untuk memperoleh data mengenai pengetahuan

para perempuan (istri) akan perannya sebagai istrti di dukuh Krajan

Desa Majasem Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi..

r. Dokumentasi

Dokumentasi ialah mencari data yang bersangkutan yang berupa

foto, catatan, transkip, buku, karya tulis dan sebagainya. Dibandingkan

dengan metode lain, maka metode ini agak tidak begitu sulit, dalam

arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum

Sugiyono, Metodologi Penulisan Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan


21

R&D), 317.
16

berubah. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda

hidup tapi benda mati. 22

Dokumentasi dalam penelitian ini adalah berupa foto lokasi

penelitian serta data lokasi penelitian.

s. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses menemukan dan merangkai data secara

sistematis yang diperoleh dari hasil wawancara dari berbagai narasumber,

catatan lapangan, dan bahan-bahan yang lain sehingga mudah dipahami,

dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Untuk

menganalisa data dilakukan dengan cara analisis kualitatif yaitu penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis dan lisan dari

orang yang diamati. Analisis data bertujuan untuk mengendalikan data

agar lebih sistematis dan tidak keluar topik dari rumusan masalah.23

Adapun metode analisis data kualitatif menurut Miles-Huberman

antara lain:

t. Data collection (pengumpulan data)

Seperti dengan namanya, pada proses ini peneliti mengumpulkan

data dengan melakukan wawancara maupun survey lapangan.

u. Data reduction (reduksi data)

Pada proses ini peneliti meminimalisir beberapa data dari sekian

banyak data yang sifatnya masih umum dan masih sulit memilah

22
Suharsimi Arikunto, PROSEDUR PENELITIAN Suatu Pendekatan Praktik ( Edisi
Revisi VI ), (Jakarta : PT. Asdi Mahasatya, 2006), 231.
23
Muri Yusuf, Metode Penelitian Kualitatif dan Penelitian Gabungan, (Jakarta: Kencana,
2014), 400
17

manakah data yang relevan, dikerucutkan kepada data yang paling

urgen dan memilah data agar layak untuk dipaparkan dalam hasil

penelitian.

v. Data display (pemaparan data)

Pemaparan data ialah menyusun data sedemikian rupa agar

menjadi informasi yang bisa diambil gambaran penuhnya, sebagai

bahan verifikasi data.

w. Conclusion (konklusi/ verifikasi)

Pada proses ini peneliti berusaha untuk lebih memahami data

yang telah terkumpul dan menyimpulkannya agar laporan lebih mudah

dipahami oleh pembaca.

x. Pengecekan Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian merupakan konsep penting

yang diperbaharui dari konsep kesahihan dan keandalan. Dalam proses ini

peneliti menggunakan ketekunan observasi atau penelitian .Dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi yaitu peneliti

menguji akan menguji kriteria kredibilitas yang digunakan untuk

menjamin bahwa data yang telah dikumpulkan peneliti benar-benar

sahih.24 Teknik ini dapat dicapai salah satunya dengan cara

membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

Realisasi dari proses ini dibuktikan dengan cara peneliti langsung

melakukan survei data yang terkait dengan perempuan ( istri ) di dukuh

24
Mustajab, Masa Depan Pesantren: Telaah atas Model Kepemimpinan dan Manajemen
Pesantren Salaf, (Yogyakarta: LKIS Yogyakarta), 29
18

Krajan Desa Majasem Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi melalui suvei

dan wawancara dari berbagai sumber.

y. Tahapan Penelitian

Tahapan-tahapan penelitian kualitatif yaitu sebagai berikut:

a. Tahap pralapangan: Peneliti menyusun rancangan penelitian

yang akan dilakukan dan peralatan atau instrumen yang

diperlukan.

b. Tahap pekerjaan lapangan: Peneliti mulai menggali data-data

yang dibutuhkan yang berhubungan dengan fokus penelitian,

berupa survei lapangan, wawancara dengan narasumber terkait

dan mencari dokumen-dokumen tertulis yang berkaitan dengan

penelitian.

c. Tahap analisis data: Tahap lanjutan yakni peneliti disini

mungumpulkan dan menganalisis data yang diperoleh.

z. Sistematika Pembahasan

Pada bab pertama yakni pendahuluan, pembahasan dalam bab ini

menjelaskan gambaran umum tentang arah penelitian. Dimulai dengan latar

belakang masalah yang menjadi dasar dilaksanakannya penelitian ini.

Menggambarkan secara spesifik masalah yang akan diangkat dalam penelitian

ini. Kemudian tujuan penelitian dan manfaat penelitian yang berisi harapan

penelitian ini dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu

pengetahuan dan bisa dijadikan refrensi untuk penelitian yang akan datang.

Dilanjutkan dengan telaah pustaka yang membedakan penelitian ini dengan


19

penelitian sebelumnya, kajian teori dan metode penelitian yang berisi dasar

atau alat untuk menjawab permasalahan yang diangkat peneliti. Yang terakhir

sistematika pembahasan yang berisi rincian setiap bab dalam penelitian ini.

Pada bab kedua yakni konsep kepemimpinan dan kepemimpinan

perempuan serta aspek kepemimpinan perempuan dalam rumah tangga,

Membahas tentang landasan teori yang digunakan peneliti dalam penelitian ini

sebagai alat analisa yaitu berkaitan kepemimpinan perempuan.

Pada bab ketiga yakni praktek kepemimpinan perempuan serta dampak

perempuan sebagai kepala rumah tangga, bab ini memaparkan hasil

penggalian data di lapangan yang isinya meliputi: gambaran umum,

pemahaman masyarakat di Dukuh Krajan Deusun Krajan Desa Majasem

Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi tentang Pola kepemimpinan Perempuan

sebagai kepala rumah tangga dan dampak Perempuan sebagai kepala rumah

tangga di Dukuh Krajan Deusun Krajan Desa Majasem Kecamatan Kendal

Kabupaten Ngawi.

Pada bab keempat yakni pemaparan pola dan dampak kepemimpinan

perempuan sebagai kepala rumah tangga, bab ini membahas data yang

terkumpul dan dianalisis dengan teori yang dijelaskan di bab sebelumnya.

Pada bab ini aka nada dua sub bab yakni akan memaparkan pola

kepemimpinan perempuan dan aspek kpepemimpinan perempuan dalam

rumah tangga di Dukuh Krajan Dusun Krajan Desa Majasem Kecamatan

Kendal Kabupaten Ngawi dan dampaknya di Dukuh Krajan Deusun Krajan

Desa Majasem Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi.


20

Pada bab kelima yakni penutup, bab ini merupakan akhir dari skripsi

yang berisi jawaban umum dari permasalahan dan kesimpulan.

Anda mungkin juga menyukai