Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

POLA KEPEMIMPINAN PEREMPUAN SERTA DAMPAKNYA SEBAGAI

KEPALA RUMAH TANGGA

A. Pola Kepemimpinan Perempuan sebagai Kepala Rumah Tangga di Dukuh

Krajan Dusun Krajan Desa Majasem Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi

Dalam bab ini, peneliti akan menganalisis data yang diperoleh dengan

kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun hal-hal yang akan

dibahas yakni tentang Pola Kepemimpinan Perempuan sebagai kepala rumah

tangga di Dukuh Krajan, Dusun Krajan, Desa Majasem, Kecamatan Kendal,

Kabupaten Ngawi. Secara umum, kepemimpinan adalah kemampuan yang

dimiliki oleh seorang individu sehingga dapat mempengaruhi, mendorong,

menggerakkan orang lain supaya dapat berbuat sesuatu demi mencapai tujuan

tertentu. Orang yang memiliki kemampuan kepemimpinan disebut pemimpin1

Pada umumnya pemimpim dalam keluarga adalah suami. Ketika suami

yang memimpin keluarga, maka akan terjadi keseimbangan dalam suatu

organisasi keluarga karena istri focus pada kewajibannya. Namun tidak dengan

yang terjadi di Dusun Krajan Desa Majasem Kecamatan Kendal Kabupaten

Ngawi, peneliti menemukan fenomena bahwa peran pemimpin diambil alih oleh

istri.

1
Bahruddin & Umairson. Kepemimpinan Pendidikan Islam: Antara Teori dan Praktik
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012) hlm. 47.

21
22

Berdasarkan pengamatan dan wawancara penulis. Penulis membagi

alasan kepemimpinan istri

1. Ibu Siti Alfiyah merupakan seorang janda cerai mati.

2. Kedua, Ibu Tartik juga memiliki kondisi yang serupa dengan Ibu Siti Alfiyah

yakni seorang janda cerai mati.

3. Ketiga, Ibu Sulasmi merupakan istri yang ditinggal suaminya merantau.

4. Yang keempat, Ibu Lutfi masih bersama suaminya.

5. Kelima, Ibu Suparmi yang menjadi pemimpin keluarga karena suaminya tidak

bekerja karena sakit.

6. Keenam, Ibu Sumirah yang menjadi pemimpin karena suaminya sakit secara

psikis.

Berdasarkan pernyataan pertama oleh Ibu Siti Alfiyah, ia menerapkan

kepemimpinannya dengan pola otoriter. Terlihat sesuai dengan yang disampaikan

oleh informan bahwa apa yang Ibu Alfiyah katakan harus dituruti oleh anggota

keluarganya karena yang bisa mengarahkan dan membina hanya dia 2. Pernyataan

Ibu Alfiyah sesuai dengan pengertian kepemimpinan oleh Wexly dan Yuki yang

mana dia sebagai pemimpin memengaruhi orang lain untuk lebih berusaha

mengarahkan dan merubah tingkah laku mereka3.

Selain itu, tipe kepemimpinan Ibu Alfiyah seusai dengan tipe

kepemimpinan otoriter yang terdapat dalam buku Kepemimpinan dan perilaku

2
Alfiyah, Hasil Wawancara, Ngawi, 20 Januari 2023.
3
Nogi, Hessel. Manajemen Publik. Jakarta: PT. Grasindo, 2007.
23

oleh Veithzal Rivai & Deddy Mulyadi yang mengemukakan bahwa menempatkan

kepemimpinan ditangan satu orang. Pemimpin bertindak sebagai penguasa

tunggal, sedangkan kedudukan dan tugas anak buahnya hanya sebagai pelaksana.4

Selain Ibu Alfiyah, adapula pola kepemimpinan oleh Ibu Tartik yang

demokratis. Hal itu terlihat ketika Ibu Tartik sebagai pemimpin keluarga

mengarahkan dengan sabar, memberikan contoh yang baik dari perilaku dan sifat

yang bertanggung jawab serta menghargai keinginan anak atau anggota

keluarganya5. Pada pola kepemimpinan Ibu Tartik ini sudah sesuai dengan

pengertian kepemimpinan demokratis yang dikemukakan pada jurnal penelitian

oleh Witarsa yakni kepemimpinan yang mengutamakan orientasi dengan anggota

keluarga dan juga bersifat kepemimpinan lebih aktif, dinamis dan terarah. Ibu

Tartik menerapkan pola kepemimpinannya pada anggota keluarga didasari prinsip

saling menghargai juga saling menghormati.6

Selanjutnya adapula Ibu Sulasmi yang memiliki pola kepemimpinan yang

demokratis, hal tersebut berdasarkan pernyataannya, ketika terlibat masalah kecil

maupun masalah yang besar akan dibicarakan dengan baik-baik, dengan

keterbukaan, dan dipertimbangkan dengan baik bersama suaminya.7 Pola

kepemimpinan Ibu Sulasmi ini sudah sesuai dengan tipe kepemimpinan

demokratis, ia selalu berusaha memanfaatkan setiap orang yang dipimpin untuk

4
Veithzal Rivai & Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, 36-37.
5
Tartik, Hasil Wawancara, Ngawi, 20 Januari 2023.
6
Witarsa. Pengaruh Kinerja Kepemimpinan Pendidikan Berbasis Nilai Terhadap
Pengembangan Budaya Sekolah di Wilayah Perbatasan Indonesia Malaysia.
7
Tartik, Hasil Wawancara, Ngawi, 20 Januari 2023.
24

menyalurkan kemampuannya dan memutuskan keputusan melalui proses

musyawarah. Ibu Sulasmi mengkoordinasikan segala bentuk masalah pada suami

dan anggota keluarganya dengan tanggung jawab dan kerja sama yang baik pada

anggota keluarga lainnya, terlihat juga suami dan anak yang berpartisipasi aktif

dalam memecahkan masalah.8

Kemudian Ibu Lutfi, dia memiliki pola kepemimpinan kendali bebas yang

mana terlihat dari pernyataannya yang mengatakan bahwa, dalam hal

kepemimpinan bebas tidak ada yang di bawah maupun di atas, walau pada

realitanya mayoritas keluarga kedudukannya seorang istri mengikuti suami. 9 Pola

kepemimpinan Ibu Lutfi sesuai dengan Laissez Faire yakni tipe kepemimpinan

kendali bebas, yang mana pemimpin hanya sebagai simbol, proses kepemimpinan

juga dijalankan dengan memberikan kebebasan penuh pada anggota keluarga

lainnya tanpa pengarah dan kontrol kecuali diminta,10

Tipe kepemimpinan demokratis juga diterapkan oleh Ibu Suparmi, yang

mana dalam pengendali rumah tangga adalah beliau, mulai dari menagemen

rumah hingga perekonomian. Walaupun suami Ibu Suparmi mengalami sakit, Ibu

Suparmi tetap menghargai suami dan tidak sering juga membicarakan urusan

rumah tangga kepada suaminya.11 Dalam kondisi yang mendesak Ibu Suparmi

masih membicarakan atau mendiskusikannya dengan suaminya untuk mencari

solusi atas permasalahan tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pola kepemimpinan
8
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, 73
9
Lutfi, Hasil Wawancara, Ngawi, 16 Januari 2023.
10
Sudaryono, Leadership Teori dan Praktek Kepemimpinan, 228
11
Suparmi, Hasil Wawancara, Ngawi, 18 Januari 2023.
25

demokratis, yang mana penekanan kepemimpinannya bukan hanya terletak pada

Ibu Suparmi namun juga suaminya, sehingga anggota keluarga ataupun pemimpin

berpartisipasi aktif.12

Selanjutnya adapula Ibu Sumirah, pola kepemimpinan Ibu Sumirah

tergolong antara pola kepempinan kendali bebas, dikarenakan dalam memutuskan

sesuatu Ibu Sumirah tidak meminta pendapat atau tidak dimintai pendapat, hal

tersebut disebabkan kondisi psikis suami yang tidak memungkinkan dan hal ini

sesuai dengan tipe kepemimpinan kendali bebas. Keadaan tersebut

memungkinkan bahwa pemimpin tidak berfungsi sebagaimana mestinya atau

disebut juga pemimpin yang laissez faire cenderung pasif.13

Berdasarkan data dan analisis di atas, penulis menyimpulkan bahwa Ibu

Alfiyah mengimplementasikan pola kepemimpinan otoriter. Ibu Tartik

mengimplementasikan pola kepemimpinan demokratis. Ibu Sulasmi

mengimplementasikan pola kepemimpinan demokratis. Ibu Lutfi

mengimplementasikan pola kepemimpinan kendali bebas atau laissez faire. Ibu

Suparmi mengimplementasikan pola kepemimpinan demokratis. Dan terakhir Ibu

Sumirah mengimplementasikan pola kepemimpinan laissez faire.

12
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, 73
13
Sudaryono, Leadership Teori dan Praktek Kepemimpinan, 228.
26

B. Dampak dari Peran Perempuan sebagai Kepala Rumah Tangga di Dukuh

Krajan Desa Majasem Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi

Setiap keluarga menginginkan keluarga yang harmonis, yang mana hak

dan kewajiban berjalan secara seimbang dan mengarah pada ajaran agama.

Menurut UU No. 1 Tahun 1974 kedudukan kepala rumah tangga atau disebut

sebagai pemimpin keluarga dibebankan kepada suami, namun dalam keadaan

tertentu atau tidak jarang pula, perempuan yang menjadi pemimpin dalam rumah

tangga, seperti halnya yang terjadi di Dukuh Krajan Desa Majasem. Sesuai

dengan yang penulis uraikan pada sub bab sebelumnya, mayoritas perempuan

menjadi pemimpin keluarga karena keadaan yang menuntutnya.

Akibat timbulnya fenomena tersebut, muncul dampak-dampak yang

terjadi dalam rumah tangga. Idealnya dalam rumah tangga menurut UU No. 1

Tahun 1974 suami sebagai kepala rumah tangga, namun suami para informan

pada penelitian ini, tidak sepenuhnya berperan (bekerja jauh/sakit) atau tidak

sama sekali berperan dalam rumah tangga (meninggal). Dampak negatif atau hal

yang menyimpang yakni menimbulkan ketidakseimbangan dalam keluarga, yang

mana beban tanggung jawab keluarga lebih banyak dipikul sang istri. Selain

ketidakseimbangan keluarga, salah satu dampak lainnya yakni pada managemen

rumah tangga.

Dampak managemen rumah tangga ini juga dirasakan oleh Ibu Siti

Alfiyah. Ibu Alfiyah selain menanggung beban pekerjaan domestik, ia juga


27

menjadi tulang punggung keluarga dengan menjadi petani. Selain itu, Ibu Alfiyah

juga merasa berat dalam mengambil keputusan yang seharusnya dilakukan

bersama suaminya, namun karena suami tiada mengharuskan anak sebagai teman

diskusi atau hanya menerima masalah itu sendiri.14

Ibu Tartik juga merasakan hal yang sama dengan Ibu Alfiyah, sebagai

single parent, ia mengatur rumah tangga dengan prioritas mendidik anak, disela-

sela itu ia menjadi tulang punggung sebagai petani, dan tidak melupakan

kewajibannya sebagai istri yakni mengerjakan urusan domestik dengan dibantu

oleh anak-anaknya. Dampak yang terjadi terhadap ketidakseimbangan keluarga

ini adalah Ibu Tartik dalam menyelesaikan suatu masalah dengan bercerita kepada

saudara, tidak jarang pula anak sebagai teman diskusi untuk menyelesaikan

masalah, karena dituntut dewasa walau menurut Ibu Tartik menjadi dewasa

adalah salah satu cara didikannya sebagai kepala rumah tangga.15

Dampak beban ganda juga dirasakan oleh Ibu Sulasmi, sebagai pemimpin

rumah tangga dia merasakan pusing dikarenakan banyak yang harus diatur, mulai

dari urusan domestik, mengurus anak dan yang paling berat menurut beliau

adalah masalah perekonomian. Namun dampak positif yang dienyam oleh Ibu

Sulasmi yakni ia menjadi wanita mandiri, dan dapat mengerjakan segala hal

sendiri.16

14
Alfiyah, Hasil Wawancara, Ngawi, 20 Januari 2023.
15
Tartik, Hasil Wawancara, Ngawi, 20 Januari 2023.
16
Sulasmi, Hasil Wawancara, Ngawi, 20 Januari 2023.
28

Adapula Ibu Lutfi, menurutnya sebagai pasangan sebagai teman hidup

untuk menghindari adanya kesepian, namun semenjak ditinggal suami, dia

merasakan kesepian karena dalam mengatur urusan rumah tangga sendiri terasa

berat dan dituntut harus mandiri oleh keadaan, hal yang dirasakan oleh Ibu

Sulasmi merupakan dampak negatif.

Selain ditinggal suami, dampak negatif yang dirasakan oleh istri ketika

suami tidak dapat berperan sesuai perannya atau tidak dapat melakukan perannya.

Sebab kondisi fisik yang tidak memungkinkan untuk bekerja karena sudah tua

atau sedang sakit. Sebagai istri dengan suami yang sakit, Ibu Suparmi merasakan

keberatan dalam mengurus rumah tangga, menjadi tulang punggung keluarga,

selain itu juga mengurus suami. Namun dampak positif yang dirasakan oleh Ibu

Suparmi yakni memiliki kesadaran untuk bekerja keras dan bertanggung jawab

mengurus urusan domestik, walaupun dengan kondisi yang kewalahan, namun

Ibu Suparmi masih semangat dengan hadirnya seorang suami.17

Beban ganda, kewalahan juga dirasakan kembali oleh Ibu Sumirah.

Beratnya menjadi istri sekaligus pemimpin keluarga adalah sebuah

ketidakberuntungan. Di samping itu, Ibu Sumirah juga memahami bahwa terdapat

hikmah dibalik keadaanya tersebut. Dampak positif yang dirasakan oleh Ibu

Sumirah yaitu membuatnya semakin tegar dan percaya diri akan kemampuannya

dalam mengatur dan mengurusi segal hal di rumah.18

17
Suparmi, Hasil Wawancara, Ngawi, 20 Januari 2023.
18
Sumirah, Hasil Wawancara, Ngawi, 20 Januari 2023.
29

Manusia yang hidup di dunia ini ada dua, yaitu laki-laki dan perempuan,

dengan memiliki tanggung jawab yang sama dan juga dengan kedudukan yang

sama di hadapan Allah SWT. Perbedaan laki-laki dan perempuan menurut

Djasmoredjo hanya sekadar perbedaan biologis. Walaupun perempuan lebih

identik dengan feminitas dan laki-laki lebih identik maskulinitas. Dengan

memiliki hak yang sama tidak menutup kemungkinan perempuan dapat menjadi

pemimpin sekalipun menjadi pemimpin dalam keluarga.

Fenomena di Dukuh Krajan Desa Majasem ini berdasarkan informan

yang didapatkan oleh penulis. Istri menjadi pemimpin keluarga merupakan hal

wajar. Walaupun dengan keadaan istri yang mengalami beban ganda, karena hak

yang seharusnya diperoleh dari suami tidak istri dapatkan. Sehingga muncul

dampak negatif dan dampak positif pada informan pada penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai