Anda di halaman 1dari 19

BAB III

PRAKTEK KEPEMIMPINAN PEREMPUAN SERTA DAMPAKNYA

SEBAGAI KEPALA RUMAH TANGGA

A. Gambaran Umum Dukuh Krajan Dusun Krajan Desa Majasem Kecamatan

Kendal Kabupaten Ngawi

1. Sejarah Dukuh Krajan Dusun Krajan Desa Majasem Kecamatan Kendal

Kabupaten Ngawi

Krajan merupakan sebuah daerah yang terletak di desa Majasem yang

berada di Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi. Di dusun Krajan mayoritas

mata pencaharian penduduknya adalah petani. Asal mula nama dari dusun

Krajan desa Majasem tidak lepas dari waktu pecah perang Diponegoro, waktu

itu keadaan di Kraton Yogyakarta sedang kacau yang disebabkan para

penguasa kerajaan bersekutu dengan pasukan Belanda. Pada Tahun 1825,

banyak Adipati serta prajurit kraton yang berontak atau melawan. Akhirnya

banyak kelompok prajurit yang melarikan diri kearah Timur dengan tujuan

demi keselamatan diri, anak keturunanya dikemudian hari. Meskipun banyak

pangeran yang ditahan oleh pihak Belanda, tetapi sebagian adipati serta para

prajuritnya megadakan musyawarah untuk melanjutkan perjuanga guna

mempertahankan kebenaran demi hidupnya. Antara lain yang melanjutkan

perjalanan kearah Timur ialah: Eyang Sosronggolosuro, Eyang Sosropronggo,

Eyang Saraudin, Demang Patalan, Demang Nglumbi, Lurah Mbangle dan Ki

21
22

Winontiko. Salah satu dari ke Tujuh prajurit dalam pelariannya kearah Timur

sampailah kedaerah lereng Gunung Lawu yang disebelah timurnya.

Kemudian, masing-masing prajurit membuka daerah baru dengan jalan

babat yang letaknya tidak berjauhan, Salah satunya yaitu ketika Eyang

Sosronggolosuro bersama anaknya melakukan babat desa dengan babat hutan

terlebih dahulu beliau menjumpai pohon besar yang berdekatan pohon Mojo

dan pohon Asam. Dengan penemuan pohon tersebut, daerah itu diberi nama

Majasem. Sampai sekarang tempat itu terkenal dengan sebutan Desa Majasem

masuk wilayah Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi. Sekian banyak pohon

yang ditemui oleh Eyang Sosronggolosuro dua jenis pohon yang letaknya

sangat berdekatan tersebut (dalam bahasa jawa dampit atau gancet) hanya

pohon Mojo dan Asem. Pohon tersebut terletak di tengah sawah dekat dengan

makam dan inilah yang dijadikan simbol desa, maka sejak saat itu pohon

tersebut dijadikan penanda untuk menjadi nama desa yaitu Desa Majasem.1

Desa Majasem dibagi menjadi 6 dusun, yakni Dusun Sondriyan,

Dusun Tegalsari, Dusun Sapen, Dusun Krajan, Dusun Pentuk Pelem, dan

Dusun Jatisari. Dari ke 6 pembagian tersebut, masing-masing dusun memiliki

sejarah dan asal muasal yang berbeda. Dusun Krajan memiliki asal muasal

paling tua dibandingkan dengan dusun-dusun yang lain.2

1
https://majasem.ngawikab.id/profil/sejarah-desa-2/
2
Observasi, Majasem, 23 Desember 2022
23

Dalam versi warga dusun Krajan ada pula yang berpendapat, menurut

Mbah Kabul penjelasan mengenai adanya Dusun Krajan.

“Dulu mbah-mbah saya dan orang tua saya pernah bercerita le, bahwa
asal mula dusun Krajan ini ada berasal dari kata kerajaan, zaman
dahulu kira kira zaman kerajaan di penjajahan Belanda ada keraton
yang bersekutu dengan Belanda, kebetulan waktu penjajahan singgah
di daerah Majasem ini, para sesepuh embahe mbien akhiirnya
teriinspirasi dari kata kerajaan tersebut, maka munculah daerah dengan
nama Krajan”3

2. Kondisi Geografis Dusun Krajan Desa Majasem Kecamatan Kendal

Kabupaten Ngawi

Dusun Krajan Desa Majasem berada diwilayah Kecamatan Kendal

Kabupaten Ngawi. Yang mana Dusun Krajan Berbatasan langsung dengan:

a. Bagian Utara : Berbatasan dengan Dusun Pentuk Pelem

b. Bagian Timur : Berbatasan dengan Dusun Jatisari

c. Bagian Selatan : Berbatasan dengan Dusun Sapen

d. Bagian Barat : Berbatasan dengan Dusun Tegalsari

Dusun Krajan terletak di Desa Majasem ditimur lereng Gunung Lawu,

dengan mayoritas penduduk desa berprofesi sebagai petani dan buruh tani

serta menjadi TKI ataupun TKW, sisanya dari mayoritas penduduk tersebut

berprofesi sebagai peternak ayam potong, ayam petelur, pengajar, PNS dan

pedagang. Kondisi pertanahan yang ada di daerah tersebut bisa dibilang

sangatlah subur dan sangat menguntungkan bagi para petani dalam bercocok

3
Kabul, Hasil Wawancara, Ngawi, 25 Desember 2022.
24

tanam padi, para masyarakat yang berprofesi menjadi petani tidak begitu sulit

dalam mencari air untuk tanaman padi milik mereka karena sekarang sudah

banyak dibangun sumur-sumur untuk irigasi pertanian serta aliran-aliran

sungai dirasa cukup untuk mengairi sawah setiap musimnya.4

3. Kondisi Masyarakat Dukuh Krajan Desa Majasem Kecamatan Kendal

Kabupaten Ngawi

A. Kondisi masyarakat dibidang ekonomi

Kondisi perekonomian masyarakat Dusun Krajan Desa Majasem,

sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada Bapak Warsam

yaitu:

“Sebelum saya lahir waktu itu sekitar tahun 1981 Masyarakat desa
Majasem mayoritas memang sudah bekerja sebagai petani, selain
petani banyak juga masyarakat yang bekerja sebagai pedagang di
pasar-pasar kecil ataupun pasar kota daerah seberang untuk menjual
sayuran, buah-buahan serta hasil dari cocok tanam sawah mereka.
Walaupun perjalanan yang mereka tempuh dengan berjalan kaki
dan bersepeda hingga berkilokilo meter dari rumah, berangkat dini
hari bersama-sama baik dari buruh tani ataupun pedagang dan
pulang dengan membawa hasil yang cukup untuk mencukupi
kebutuhan sehari-hari.”5

Sebelum tahun 1990 kondisi sektor ekonomi masyarakat Dusun

Krajan Desa Majasem dalam pertanian dan perdagangan belum cukup

maju seperti sekarang ini, dahulu petani di Dusun Krajan Desa Majasem

belum mempunyai aliran irigasi seperti halnya sumur bor dan disel

sehingga petani pada waktu itu hanya mengandalkan aliran sungai dan
4
Observasi, Majasem, 23 Desember 2022
5
Warsam, Hasil Wawancara, Ngawi, 26 Desember 2022.
25

parit bocoran sungai yang ada serta curah hujan. Begitu juga dengan

pedagang rata-rata dahulu yang mereka jual hanya kebutuhan pokok

seperti beras, ubi, jagung belum cukup banyak sayuran yang mereka jual

seperti saat ini, meskipun jarak tempuh rumah dengan pasar berkilo-kilo

meter hanya dengan berjalan kaki atau bersepeda serta berharap pulang

membawa hasil yang cukup untuk mencukupi dan mengisi perut satu

keluarga.

Namun dari tahun ke tahun, nampak sudah banyak perubahan dari

petani dan kemajuan dibidang teknologi. Buktinya dahulu memanen padi

masih menggunakan alat tradisional seperti gepyokan masih sangat

dibutuhkan untuk pemanenan padi, namun kini sudah ada thresher atau

combine untuk memanen padi.6 Hal ini sesuai wawancara dengan bapak

Marlan sebagai berikut:

“Memang jika dilihat dari tahun sebelumnya yaitu 1970 sampai


1990 saat ini sudah banyak kemajuan, gepyokan dulu selalu
menjadi alat untuk para petani dalam memanen padi, sekarang
masih ada yang menggunakan alat tersebut tapi tidak banyak.
Sekarang masyarakat mampu menyewa mesin penanam, pemanen
padi, bahakan sekarang ada yang mempunyai mesen tersebut
dibandingkan dengan yang dulu itu sudah jauh lebih enak”.7

Pernyataan bapak Marlan dipertegas lagi oleh bapak Sadi sebagai

berikut:

6
Observasi, Majasem, 23 Desember 2022
7
Marlan, Hasil Wawancara, Ngawi, 26 Desember 2022.
26

“Dahulu gepyokan memang menjadi andalan para petani disini,


bahkan pupukpun dulu susah sekali didapatkan oleh para petani.
Sekarang sudah sangat mudah, jerih payah petani menanam
sekarang sudah bisa dinikmati hampir setiap tiga sampai empat
bulan sekali dulu kalau belum sampai delapan bulan petani belum
merasakan hasil panenannya. Dulu saja belum ada yang namanya
kelompok tani atau sejenisnya itu baru muncul kisaran tahun 2000,
banyak bapak-bapak desa yang mengajak musawarah untuk
membentuk kelompok tani dengan mendatangkan ahli pertanian
untuk mendorong pertanian lebih maju. Sehingga Alhamdulillahnya
sekarang petani sudah semakin maju dibandingkan dengan
dahulu.”8

Sekitar awal tahun 2000 an masyarakat bermusyawarah dan

bergotong royong untuk menghidupkan kelompok tani tersebut hingga

akhirnya berkembang seperti saat ini. Kemudian disisi lain para ibu-ibu

dan bapak-bapak masyarakat Desa Majasem ada juga yang mengadu nasib

dinegeri orang menjadi TKW, dengan Negara tujuan Arab Saudi dan

Malesiya. Dengan bekal nekat, berani mereka akhirnya pulang dengan

membawa hasil dan mampu membangun keidupan yang layak bagi

keluarganya. Misalnya mereka bisa membangun rumah yang layak untuk

tempat tinggal, membeli tanah dan keperluan lainnya.9 Seperti yang

diceritakan oleh ibu Zainatun sebagai berikut:

“Dahulu banyak sekali ibu-ibu termasuk saya dan bapak-bapak


mengadu nasib dinegeri orang mas, terutama banyak yang pergi ke
Arab Saudi untuk mencari nafkah keluarganya dengan bekal nekat
dan berani pergi kesana dan Alhamdulillahnya pulang membawa
hasil yang pada zaman dahulu bisa dikatakan banyak sekali sampai
bisa buat rumah, beli tanah, nah baru tahun-tahun 2000 sampai saat
ini sudah banyak berganti kaum pemuda-pemudi yang pergi ke luar
8
Sadi, Hasil Wawancara, Ngawi, 26 Desember 2022.
9
Observasi, Majasem, 23 Desember 2022
27

negeri dengan Negara tujuan Jepang, Korea, Taiwan, Hongkong


dan Brunai Darusalam.”10

Sedangkan sebagian ada yang bekerja sebagai peternak burung

puyuh, ayam, bebek dan juga entok. Jika dilihat dari banyaknya

pernyataan di atas dapat disimpulkan mayoritas penduduk Dusun Krajan

Desa Majasem bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani.

B. Kondisi masyarakat dibidang social budaya

Masyarakat Dusun Krajan Desa Majasem terkait keadaan sosial

budaya tergolong sangatlah bagus, bisa terlihat dari kearifan lokal warga

untuk saling menjaga persaudaraan dan mau bergotong royong

melestarikan sambatan dalam bahasa lingkungannya, ditambah dengan

adanya organisasi kepemudaan yaitu karang taruna yang bisa membantu

masyarakat ketika ada acara atau hajatan masyarakat. Setiap satu bulan

sekali masyarakat selalu rutin melakukan gotong royong membersihkan

desa, semua dilakukan secara bersama penuh dengan kerukunan.

Adapun kebudayaan sampai saatini masih dilestarikan oleh

masyarakat adalah beladiri pencak silat dari aneka macam perguruan,

seperti Setia Hati Winongo, Setia Hati Terate, Ikatan Kera Sakti, Cempaka

Putih, kemudian terdapatseni tari reog, hadroh, musik dangdut para

pemuda pemudi desa yang selalu menjadi hiburan ketika terdapat program

10
Zainatun, Hasil Wawancara, Ngawi, 29 Desember 2022.
28

bersih desa serta acara HUT RI disetiap tahunnya. 11 Pernyataan ini sesuai

wawancara dengan Bapak Suroto berikut:

“Krajan itu kalau seni dan budaya yang sampai saat ini masih
berkembang seperti pencak silat kemudian juga seni hadroh, dan
untuk yang modern seni reog, campursari dan musik dangdut
sebagai hiburan jika ada acara hajatan warga di sini mas, apalagi
jika ada acara 17 an krajan sangat ramai karena mayoritas
masyarakat sini sangat antusias dalam hal meramaikan semarak
HUT RI.”12
C. Kondisi masyarakat dibidang pendidikan

Pendidikan Masyarakat yang berada di Desa Majasem Kecamatan

Kendal Kabupaten Ngawi saat ini tergolong baik sekali di banding dengan

zaman dahulu, seperti yang disampaikan Bapak Khudhori sebagai berikut:

“Pada sekitar tahun 1970-1980 an masih banyak sekali masyarakat


dusun Krajan yang hanya tamat pendidikan sekolah dasar (SD)
bahkan ada juga yang tidak tamat sekolah dasar (SD), tetapi sampai
pada tahun 1990 an mulai banyak yang sudah bisa tamat SMP
sampai dengan SLTA. Sampai pada taun 2000 sudah banyak sekali
kita jumpai anak-anak yang tamat pendidikan SMA sampai juga
perguruan tinggi tetapi mayoritas masyarakat Desa Krajan ialah
lulusan SMA.”13
Demikian dalam sektor pendidikan masyarakat Desa Krajan pada

tahun 1970 masih sangat minim, tetapi lambat laun sedikit banyak ada

kemajuan semula hanya lulusan SD ditahun 1990 sudah banyak yang

menjadi lulusan SMP hingga SMA. Baru tahun 2000 an sampai sekarang

masyarakat sudah mulai ter sadar akan pentingnya pendidikan sehingga

11
Observasi, Majasem, 23 Desember 2022
12
Suroto, Hasil Wawancara, Ngawi, 29 Desember 2022.
13
Khudori, Hasil Wawancara, Ngawi, 26 Desember 2022.
29

sudah banyak yang lulus SMA sampai dengan perguruan tinggi baik

negeri maupun swasta.

D. Kondisi masyarakat dibidang sosial keagamaan

Dari segi sosial keagamaan, masarakat Dusun Krajan mayoritas

beragama islam dan bisa dibilang sangatlah religius, karena banyak sekali

kegiatan keagamaan yang diselenggarakan masyarakat sendiri dan minat

masyarakat sangatlah tinggi seperti yang disampaikan oleh Kang Hendro:

“Masyarakat disini kalau soal keagamaan sangatlah kencang atau


bisa dibilang utun, karena mayoritas penduduk disini beragama
islam tidak ada selain itu sehingga banyak sekali keaktifan
masyarakat di krajan ini mengadakan kegiatan keagamaan seperti
rutinan yasinan, manakiban dan sholawatan. Yasinan dilaksanakan
setiap hari kamis habis dzuhur untuk perempuan dan untuk laki-laki
kamis setelah sholat magrib yang biasa masyarakat sini disebut
jamaah yasin”.14
Hal ini dapat dilihat dari kentalnya tingkat religiusitas masyarakat

terhadap kegiatan keagamaan sangat sangat tinggi.15

E. Kondisi sarana prasarana di dusun krajan

Sarana prasarana di Dusun ini bisa dibilang cukup hanya saja

mungkin perlu untuk dikembangkan seperti fasilitasi dusun terhadap

pemuda lingukan krajan untuk bermain volleyball setiap sore.16 Hal

tersebut sama seperti yang sampaikan oleh bapak Suroto:

14
Hendro, Hasil Wawancara, Ngawi, 29 Desember 2022.
15
Observasi, Majasem, 23 Desember 2022
16
Observasi, Majasem, 23 Desember 2022
30

“Ya gini lin, bisa kamu lihat sendiri Mas setiap sore anak-anak
sama temen-temen mu, di Krajan ini alhamdulillah punya lapanagan
volley dan untuk sarana prasarana ini ya tau sendirilah kita dapat
bantuan itu hanya berupa bola sama net, jadi untuk lapangan dan
sebagainya apa adanya di lapangan, terkait dana pemain dan
sebagainya, minum dan sebagainya konco-konco itu bawa sendiri
dari rumah’’17
B. Pola Kepemimpinan Perempuan sebagai kepala Rumah Tangga di Dukuh

Krajan, Dusun Krajan, Desa Majasem, Kecamatan Kendal, Kabupaten

Ngawi?

Di dusun Krajan peneliti menemukan beberapa perempuan yang dalam

hal ini dikatakan sebagai kepala rumah tangga. Dalam hal ini pemimpin

perempuan dalam rumah tangga di dusun Krajan terdapat 3 jenis klasifikasi

sebagai pemimpin dalam rumah tangga. Tiga klasifikasi tersebut adalah pertama

perempuan yang janda yang disini statusnya tidak ada suami dikarenakan suami

meninggal dunia, sudah secara otomatis istri yang ditnggal suaminya mati disebut

sebagai kepala keluarga bahkan juga kepala rumah tangga. Kedua adalah istri

yang ditinggal suaminya kerja di luar daerah yang mana suami tidak serumah

dengan istrinya, dinamakan sebagai pemimpin karena dalam urusan rumah

tangganya yang tidak ada suaminya ia menajalani aktifitasnya sendiri tanpa ada

suami. Ketiga adalah istri mencari nafkah dikarenakan sang suami yang tidak

bekerja karena kondisi fisiknya.

Dalam membina rumah tangga, Islam telah membagi peranan masing-

masing antara suami dan istri dalam bentuk pemberian tanggung jawab pada
17
Suroto, Hasil Wawancara, Ngawi, 29 Desember 2022.
31

keduannya di bidang masing-masing sesuai dengan potensi dan kodrat yang

mereka miliki. Tanggung jawab yang tidak terpisah, tapi saling melengkapi. Istri

diberi tanggung jawab primer sesuai dengan bidang keahliaanya, watak dan

kodrat kewanitaanya, yaitu bertanggung jawab memenej kehidupan rumah tangga

dan mendidik anak.

Peneliti melihat ada bentuk peran kepemimpinan perempuan dalam

rumah tangga yang terjadi di beberapa informan, kemudian peneliti melakukan

wawancara ke tempat untuk memastikan apakah yang diamati oleh peneliti terjadi

secara demikian. Pola kepemimpinan yang dilakukan oleh perempuan yang janda

yang statusnya tidak ada suami dikarenakan suami meninggal dunia.

Terkait pola kepemimpinan dalam memimpin rumah tangga seperti yang

disampaikan Ibu Alfiyah sebagai Petani:

“Saya untuk mengurus anak harus sesuai dengan apa yang saya rasa baik,
maka apa yang saya bilang seharusnya ditututi, karena saya sebagai orang
tua harus bisa mengarahkan dan membina anak-anak saya sebab itu
tugasku, siapa lagi kalau bukan saya, bapak sudah tidak ada. Namun,
terkadang anak tidak sepakat dengan apa yang saya inginkan, jika hal
tersebut terjadi saya tetap berbicara baik-baik, musyawarah bagaimana
baiknya supaya semua sama-sama enak dan tidak muncul perselisihan.”18

Sementara itu, posisi perempuan sebagai pemimpin dalam keluarganya

dengan sebab yang sama juga dialami oleh Ibu Tartik

“Saya mengarahkan secara sabar mas, bagaimana baiknya menurut anak


saya sebab saya juga ingin anaknya menjadi seseorang yang dia cita-
citakan, saya pernah menyuruh anak saya untuk lanjut sekolah tapi dia
lebih memilih untuk bekerja, saya tidak bisa memaksakan keinginan anak
18
Alfiyah, Hasil Wawancara, Ngawi, 20 Januari 2023.
32

saya. Jadi saya memimpin anak saya selain mengarahkan saya juga
mencontohkan hal baik, seperti untuk bekerja keras, tanggung jawab, dan
sabar.”19

Di sisi lain pola kepemimpinan perempuan yang berstatus janda bukan

hanya terkait memimpin rumah tangga namun juga terkait manajemen dalam

rumah tangga.

“saya pagi kadang sore juga pergi ke sawah untuk mengelola sawah di
sisi lain saya masih memiliki tanggungan rumah seperti masak, nyuci
layaknya seorang ibu pada umumnya, kadang dibantu sama anak saya
walaupun anak saya kalau pagi kerja.”20

Hal tersebut juga disampaikan oleh ibu Siti Alfiyah dengan pola

manajemen rumah tangga yang dilaukakan tidak jauh bebeda dengan Ibu Tartik.

“ Cara saya mengatur rumah tangga terfokus kepada mendidik anak saya
mas, kerja tetap saya lakukan sebagai petani, pekerjaan rumah tetap saya
sempatkan untuk mengurusnya, namun saya menekankan kepada pola
pengasuhan kepada anak saya, saya mengarahkan seperti mengharuskan
belajar, mengingatkan ibadah, dan mungkin dengan cara saya begitu anak
saya juga sudah sadar kalau saya sebagai kepala rumah tangga yang sudah
ditinggal suami jadi anak saya tau kapan saatnya untuk membantu orang
tua dan kapan saatnya mengurus keperluannya sendiri. “21

Mengenai bentuk manajemen rumah tangga mereka, penulis juga

menanyakan terkait penyelesaian permasalahan yang sering terjadi dalam pola

kepemimpinan perempuan janda yang statusnya tidak ada suami dikarenakan

suami meninggal dunia dan beliau menjawab:

19
Alfiyah, Hasil Wawancara, Ngawi, 20 Januari 2023.
20
Tartik, Hasil Wawancara, Ngawi, 20 Januari 2023.
21
Alfiyah, Hasil Wawancara, Ngawi, 20 Januari 2023.
33

“Penyelesaian permasalahan dengan cara saya komunikasikan dengan


anak saya mas, sebab siapa lagi yang bisa diajak diskusi selain anak saya.
Terkadang kalaupun masalah yang berkaitan dengan masalah saya ya
saya mencoba untuk sabar, diterima dengan apa adanya bagaimanapun ya
saya hadapi.”22

Senada dengan yang disampaikan Ibu Siti Alfiyah, Ibu Tartik menjawab:

“Tergantung masalahnya mas, kadang saya cerita kepada saudara, namun


lebih sering saya bercerita ke anak saya, saya obrolkan bagaimana cara
mengatasi permasalahan ini bersama anak saya, sebab bagaiamanpun
anak saya juga sudah dituntut untuk dewasa dalam menyikapi
permasalahan, hitung-hitung cara mendidik saya juga seperti itu.23

Realitas lain, Peneliti juga menemukan pola kepemimpinan yang

dilakukan istri namun dengan sebab yang berbeda, dalam hal ini peneliti

menemukan istri yang ditinggal suami merantau namun istri tetap melakukan

pekerjaan di rumah dan bekerja dalam mencari nafkah. Dalam wawancara yang

dilakukan oleh penulis muncul pendapat dan tanggapan selama menjadi kepala

rumah tangga. Ibu Sulasmi menyampaikan:

“Kalau urusan ekonomi sulit lah mas, kalau saya istri harus mengurus
anak juga karena anak saya masih kecil, mengatur waktu untuk bekerja,
mengurus rumah, itu pasti ribet, kerjaan menunggu, kerjaan rumah gak
beres-beres. Pokoknya tekanan batin itu masyaAllah mas.”24

Kemudian penulis mempertanyakan kembali tentang ibuk mengatur atau

memanajemen rumah tangga, Ibu Sulasmi menjawab:

22
Tartik, Hasil Wawancara, Ngawi, 20 Januari 2023.
23
Tartik, Hasil Wawancara, Ngawi, 20 Januari 2023.
24
Sulasmi, Hasil Wawancara, Ngawi, 13 Januari 2023.
34

“Kalau mengerjakan pekerjaan rumah, tetap saya. Menyapu, masak, cuci


baju, ngepel, ngurus anak dan kalau ada maslah dan maupun hal kecil
yang memicu pertengkaran perdebatan kita bicarakan baik-baik,
pokoknya terbuka, apa-apa dibicarakan, soal anak pun juga pertimbangan
sama suami mas ya musyawarah bersama.”25

Dari pernyataan diatas ada pendapat yang hamper mirip yang

disampaikan oleh informan, yaitu ibu lutfi, ia mengatakan:

“Kalau saya bebas sih mas, nggak harus siapa yang diatas siapa yang
dibawah, biasanya kan kalau sudah keluarga ya maunya perempuan
ngikuti laki-laki, tapi kalau saya enggak, kalau saya dengan suami saya
itu ya kita yang wajar saja, nggak ada yang lebih tinggi, cuman saya harus
menghormati suami saya sebagai kepala keluarga, maksudnya gak ada
larangan seperti ini itu trus pengambilan keputusan pun di ambil bareng-
bareng secara musyawarah.”26

Peneliti juga menemukan pola kepemimpinan yang dilakukan istri namun

dengan sebab yang berbeda, dalam hal ini peneliti menemukan istri mencari

nafkah dikarenakan sang suami yang tidak bekerja karena kondisi fisiknya,

Seoreng ibu Suparmi sebagai Guru PNS yang memutuskan diri sebagai kepala

rumah tangga dan pencari nafkah keluarga di karenakan suaminya telah lanjut

usia dan tidak bisa bekerja. Peneliti menanyakan terkait kondisi rumah tangga

dalam keluarga beliau bagaimana, Ibu Suparmi menjawab,

“Mengingat bapak sudah tua sehingga saat ini bapak hanya bisa di rumah
dan tidak berpenghasilan, maka saya sebagai istri tetap harus saling
melengkapi untuk meneruskan hidup yang penuh dengan kebutuhan,
semakin lama semakin meningkat.”27

25
Sulasmi, Hasil Wawancara, Ngawi, 13 Januari 2023.
26
Lutfi, Hasil Wawancara, Ngawi, 16 Januari 2023.
27
Suparmi, Hasil Wawancara, Ngawi, 18 Januari 2023.
35

Mengingat peran suami dilakukan oleh ibu Suparmi maka peneliti

kembali menanyakan terkait bentuk manajemennya seperti apa dan ibu

menjawab:

“Kenyataannya manajemen secara keseluruhan saya yang mnegatur mas,


baik urusan rumah tangga dan ekonomi mas, jadi saya rasa bisa dikatakan
kalau pola kepemimpinan dalam keluarga saya sebagai pengendalinya,
namun suami saya hargai dengan tetap saya layani, mengingat dulu juga
kita sama-sama kerja, jadi mungkin memang ini masanya saya untuk
pengendali urusan rumah tangga.”28

Kondisi ini berbeda dengan keadaan informan lainnya sebab suami masih

dalam satu rumah, hal tersebut membuat peneliti bertanya terkait bentuk

keterlibatan suami ibu Suparmi dalam keluarga bagaimana, ibu Suparmi

menjawab,

“Kadang-kadang urusan keluarga yang bersifat mendesak harus saya


aturkan ke bapak saya bicarakan dengan beliau, jadi beliau yang
memutuskan beberapa solusi atas permasalahan-permasalahan yang tidak
bisa saya hadapi, kalaupun hal kecil yang bisa dilakukan bapak ya saya
biarkan bapak berperan mas, seperti kalau ada saluran listrik ataupun
saluran air yang bermasalahan bapak yang mengatasi. Di sisi lain ketika
ada tamu bapak yang menemui, menyambut dan yang ngobrol juga
bapak.”29

Kondisi keluarga istri sebagai pencari nafkah sebab suami terkendala

kondisi fisik juga ditemui peneliti namun Ibu Sumirah diri untuk mencari nafkah

sebab suaminya dalam keadaan psikisnya berbeda dengan umumnya. Peneliti

menanyakan terkait peran ibu dalam keluarga seperti apa, Ibu Sumirah menajwab,

“Saya pencari nafkah utama mas, sebab bapak setelah mengalami


kecelakaan dan sarafnya terganggu mengakibatkan beliau susah untuk

28
Suparmi, Hasil Wawancara, Ngawi, 18 Januari 2023.
29
Suparmi, Hasil Wawancara, Ngawi, 18 Januari 2023.
36

melakukan kegiatan pada umumnya, sehingga kewajiban beliau menjadi


kewajiban saya. Kewajiban rumah tangga tetap saya lakukan mas jadi
untuk pagi saya menyelesaikan pekerjaan rumah dan saya sebagai
pembantu di rumah Dewan kerjanya sampai malam.”30

Penulis juga melakukan wawancara terhadap Ibu Sumirah tentang

kendala dalam manajemen rumah tangga, Ibu Sumirah menjawab:

Sejujurmnya saya merasa kewalahan sebab dua peran dilakukan sendiri


bahkan harus mengurus suami sebab kondisi fikis tdk memungkinkan,
seringkali saya merasa masih membutuhkan saran dari sua,I saya, namun
sebab kondisi tersebut saya hanya bisa menerima keadaan dan bersabar.31

Sebagaimana wawancara yang dijelaskan tiga klasifikasi penelitian

tentang pola kepemimpinan perempuan di dusun krajan desa majasem kecamatan

Kendal menghasilkan beberapa bentuk pola kepemimpinan yang di perankan.

C. Dampak dari peran perempuan sebagai kepala Rumah Tangga di Dukuh

Krajan, Desa Majasem, Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi?

Setiap keluarga mengininkan keluarga yang harmonis, yang mana hak

dan kewajiban berjalan secara seimbangn dan mengarah pada ajaran agama

namun keadaan mampu memeberikan fenomena baru seperti halnya pola

kepemimpinan perempuan yang dialami oleh beberapa masyarakat dusun krajan

desa majasem. Pola kepemimpinan yang dilakaukan oleh istri yang suaminya

sudah meninggal yang mengakibatkan status istri menjadi janda.

Peneliti telah melakukan wawancara terkait pola kepemimpinan dan

manajemen rumah tangga yang dialami oleh beberapa masyarakat dusun krajan

30
Sumirah, Hasil Wawancara, Ngawi, 18 Januari 2023.
31
Sumirah, Hasil Wawancara, Ngawi, 18 Januari 2023.
37

desa majasem. Melihat fenomena yang terjadi peneliti bertanya terkait dampak

dari pola kepemimpionan perempuan di dususn krajan desa majaasem.

Ibu Siti Alfiyah menjawab : mengingat pola kepimpinan yang saya

lakukan apa yang saya sampaikan sebisa mungkin harus dilaksanakan oleh anak

saya, maka hal tersebut berdampak kepada jiwa anak-anak saya untuk bekerj

keras supaya mereka tidak terkejut dengan tidak mudahnya mendapatkan

sesuatudan harus diusahakan, namun disis lain segakla peran menjadi tanggung

jawab saya, sehingga hal tersebut saya rasa cukup berat pada awlnya.

Lainnya juga disampaikan oleh Ibu Tartik menjawab hal tersebut; anak

saya lebih mandiri dengan pola pengasuhan saya lakukan, namun karena

kemandiriannya anak saya lebih jauh dan jarang komunikasi dengan saya.

Secara ideal suami dapat mengatur tugas tugas isteri dalam rumah,

bahkan dalam keadaan-keadaan tertentu suami berhak untuk memaksa dan

menyuruh istri dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah, misalnya mencuci,

memasak dan mengurus anak. Akan tetapi, karena tuntutan pekerjaan sebagai TKI

maka suami tidak berada di rumah dan tidak terlibat langsung dalam urusan

rumah tangga. Fenomena baru seperti halnya pola kepemimpinan perempuan

yang dialami oleh beberapa masyarakat dusun krajan desa majasem. Pola

kepemimpinan yang dilakaukan oleh istri yang suaminya tidak berada dirumah

atau tidak tinggal serumah dengan istrinya yang mengakibatkan status istri

mengambil alih kepemimpinan rumah tangga.


38

Berkaitan dengan hal tersebut peneiliti telah melakukan wawancara

terkait pola kepemimpinan dan manajemen rumah tangga yang dialami oleh

beberapa masyarakat dusun krajan desa majasem. Dari fenomena yang terjadi

peneliti bertanya tentang dampak dari peran tersebut kepada informan yang

ditemui oleh peneliti, yaitu ibu Sulasmi:

“Kalau ditanya perempuan sebagai pemimpin ya sebenere pusing, banyak


yang perlu di atur, ngurus anak, ngatur keuangan, ngurus rumah, kadang
masih mikir pesenan, cari duit. Pokonya berat mas, sebenernya berat
banget jadi istri, apalagi kalau suaminya kerja diluar, kita ditinggal
dirumah sendirian. kita harus pinter ngatur urusan rumah, pokok faktor
ekonomi yang dampaknya itu, wahh pokoknya berat, tapi dari situ saya
melihat adanya kemandirian dan saya merasa lebih kuat mas, karena
melakukan apapun dengan saya sendiri ”

Jawaban lain juga disampaikan oleh ibu lutfi: Semenjak ditinggal suami

saya merasakan kesepian mas, namanya juga pasangan mas. Ketika mengatur

urusan rumah tangga sendiri itu rasanya ya agak berat mas ya meskipun saya

belum ada momongan, tapi ya bisa tidak bisa ya apapun harus mandiri mas.

Peneliti juga menemukan fenomena lain lagi terkait pola kepemimpinan

seorang istri yang mana posisi seroang suami tidak terlalu berkecimpung dalam

jrusan rumah tangga sebab kondisi fisik yang tidak memungkinkan untuk bekerja

karena sudah tua. Kemudian peneliti juga menanyakan dampak terkait peran yang

dilakukannya.

Ibu suparmi menjawab “Saya merasa keberatan, selain saya harus

mengurus rumah, mencari nafkah, saya masih mempunyai tanggungan untuk

mengurus suami saya, namun hal tersebut membuat saya semakin sadar untuk
39

bekerja keras serta bertanggung jawab untuk melakukan tugas-tugas ibu rumah

tangga. Sebenarnya saya sedikit kewalahan tapi dengan adanya bapak saya

masioh semangat.

Jawaban lain juga disampaikan ibu Sumirah: Saya merasa mrnjadi

seorang istri sangata berat, tsaya merasa keadaan ini bukan suatu keberuntungan

untuk saya, tap saya paham, bagaimanapun keadaannya pasti ada hikmahnya, hal

tersbut membuat saya semakin tegar dan percaya diri terhadap kemamuan saya

dalam mengatur dan mengurusi seluruh urusan rumah tangga.

Dari hasil pengamatan, peneliti mendapatakan hasil yang menyebutkan

bahwa muncul bentuk pola kepemiminan seorang perempuan (istri) dalam urusan

rumah tangga beserta dampaknya masing-masing dari peran-peran yang mereka

lakukan dalam mejalankan aktifitas rumah tangga.

Anda mungkin juga menyukai