Anda di halaman 1dari 11

BAB II

KEPEMIMPINAN

A. PENGERTIAN KEPEMIMPINAN

Secara umum, kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki oleh

seorang individu sehingga dapat mempengaruhi, mendorong, menggerakkan

orang lain supaya dapat berbuat sesuatu demi mencapai tujuan tertentu. Secara

istilah kepemimpinan berasal dari kata dasar pemimpin dalam bahasa Inggris,

kepemimpinan dinamakan leadership, asal katanya adalah leader, dari akar kata

to lead yang bermakna bergerak lebih awal, berjalan di awal, mengambil langkah

awal, berbuat paling dulu, memelopori, membimbing, menuntun, mengarahkan

pikiran atau pendapat. orang lain, dan menggerakkan orang lain melalui

pengaruhnya.1 Dalam literature lain disebutkan bahwa kepemimpinan adalah,

setiap perbuatan yang ditentukan. oleh invidu atau kelompok dalam upaya

mengkoordinasi serta memberi petunjuk kepada individu. ataupun kelompok yang

tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Pemimpin selalu berada dalam situasi sosial, karena kepemimpinan pada

hakikatnya merupakan hubungan individu dengan individu atau kelompok dengan

individu atau kelompok lain. Individu tersebut dinamakan pimpinan, sedangkan

individu atau kelompok lainnya disebut bawahan.

1
Bahruddin & Umairson. Kepemimpinan Pendidikan Islam: Antara Teori dan Praktik
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012) hlm. 47.

21
22

Beberapa tokoh sepeerti Hendiyat Soetopo dan Waty Soemanto

mendefinisikan kepemimpinan sebagai sebuah kegiatan untuk membimbing suatu

golongan atau kelompok dengan cara sedemikian rupa hingga tercapai tujuan

bersama dari kelompok tersebut. J. Salusu mengartikan kepemimpinan sebagai

kekuatan dalam memengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan

umum.2 Secara garis besar yang dinamakan kepemimpinan adalah cara untuk

mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan yang di inginkan.

Awal kepemimpinan dipercaya oleh masyarakat dahulu bahwa

kepemimpinan merupakan suatu bakat yang tidak semua orang dapat memliki

bakat kepemimpinan karena kepemimpinan merupakan kemampuan yang dibawa

sejak lahir. Sehingga banyak orang yang berpendapat bahwa teori dan ilmu

kepemimpinan tidak dibutuhkan. Kepemimpinan dapat sukses dijalankan tanpa

didasari oleh teori, tanpa pelatihan dan pendidikan sebelumnya. Kepemimpinan

adalah jenis pemimpin yang tidak ilmiah yang dilakukan berdasarkan bakat

menguasai dalam hal ini adalah seni memimpin.

Seorang pemimpin adalah orang terdepan yang harus memiliki kemampuan

managerial, kekuatan motivasi sumber daya manusia, bersikap adil, fleksibel

terhadap keterbukaan dan perubahan, sehingga secara berkesinambungan dapat

menjadi kekuatan budaya yang diterima sebagai nilai instrumental untuk prilaku

yang bersikap dalam mengembangkan iklim organisasi yang konduksif serta

memiliki daya saing.


2
Ibid, 47

22
23

.Pengertian Kepemimpinan Menurut Para Ahli Luar Negeri sebagai berikut:

a. George R. Terry

.Kepemimpinan yaitu aktivitas mempengaruhi orang-orang

supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi.

b. Stoner

Kepemimpinan. yaitu suatu proses mengenai pengarahan dan

usaha untuk mempengaruhi kegiatan. yang berhubungan dengan.

anggota kelompok. .

c. Jacobs dan Jacques

Kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti terhadap

usaha kolektif, serta mengakibatkan ketersediaan untuk melakukan

usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran.

d. Hamhiel dan Coons

Kepemimpinan adalah perilaku dari seseorang individu yang

memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang

akan dicapai bersama (shared goal).

e. Ralph M. Stogdill

Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi kegiatan-

kegiatan sekelompok orang yang terorganisasi dalam usaha mereka

menetapkan dan mencapai tujuan.

f. Rauch dan Behling

23
24

Kepemimpinan menurut Rauch dan Behling adalah proses

mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang

diorganisasikan ke arah pencapaian tujuan.

g. Wexley dan Yuki

Kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain untuk lebih

berusaha mengarahkan tenaga, dalam tugasnya atau merubah tingkah

laku mereka.3

Dari definisi tersebut dapat difahami bahwa pemimpin memeliki pengaruh

penting dalam kemajuan suatu kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

Seorang pemimpin diharapkan oleh para pengikutnya memiliki integritas yang

tinggi. Integritas adalah memahami dan mengidentifikasikan dirinya dengan nilai-

nilai system sosial serta melaksanakannya dengan jujur. Melaksanakan sesuatu

yang baik tanpa mempertimbangkan apakah menguntungkan atau merugikan diri

sendiri atau organisasi. Integritas dan kejujuran sangat menentukan keberhasilan

kepemimpinan. Tanpa integritas tidak ada kepercayaan, pemimpin yang tidak

memiliki integritas tidak akan dipercayai oleh pengikutnya, demikian juga

sebaliknya.4

Kepemimpinan merupakan faktor penentu bagi efektif dan efsiennya suatu

organisasi atau perkumpulan. Sehingga, kualitas pemimpin menentukan

keberhasilan organisasi atau perkumpulannya. Sebab, pemimpin yang sukses itu

3
Nogi, Hessel.2007. Manajemen Publik. Jakarta: PT. Grasindo.
4
Sudaryono, Leadership Teori dan Praktek Kepemimpinan (Jakarta: Lentera Ilmu Cendikia,
2014) 50-51.

24
25

mampu mengelola organisasi atau perkumpulannya, dapat mempengaruhi secara

konstruktif orang lain dan menunjukkan jalan yang benar yang harus dikerjakan

bersama. Oleh sebab itu kepemimpinan dalam rumah tangga sangat dibutuhkan

untuk di terpakan mengatur urusan rumah tangga, karena rumah tangga termasuk

suatu perkumpulan atau kelompok dalam lingkup kecil.

B. TIPE TIPE KEPEMIMPINAN

Dalam melaksanakan fungsinya, ada banyak tipe gaya kepemimpinan yang

akan terlihat, gaya memimpin tersebut memiliki tiga pola dasar yakni; pertama,

gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan pelaksanaan tugas, kedua,

gaya kepemimpinan yang berpola pada pelaksanaan hubungan kerja sama, dan

ketiga, gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan hasil yang dicapai.5

Berdasarkan ketiga pola dasar tersebut terbentuk perilaku kepemimpinan

yang terwujud dalam tiga tipe pokok gaya kepemimpinan,6 yaitu:

1. Tipe kepemimpinan Demokratis

Kepemimpinan demokratis yaitu, kepemimpinan yang mengutamakan

orientasi pada hubungan dengan anggota organisasi sehingga sifat

kepemimpinan ini lebih aktif, dinamis dan terarah. Pemimpin memandang dan

menempatkan orang yang dipimpinnya sebagai subjek yang didasari prinsip

saling menghargai dan saling menghormati.

5
Veithzal Rivai & Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi (Jakarta:
Rajawali Press, 2012), 36-37.
6
Witarsa, “Pengaruh Kinerja Kepemimpinan Pendidikan Berbasis Nilai Terhadap
Pengembangan Budaya Sekolah di Wilayah Perbatasan Indonesia Malaysia,” Jurnal Penelitian
Pendidikan, Vol. 12, No. 1, April 2011.

25
26

Tipe kepemimpinan ini selalu berusaha untuk memanfaatkan setiap orang

yang dipimpin untuk menyalurkan kemampuannya, dalam menentukan

keputusan tipe demokratis mementingkan proses musyawarah. Terdapat

koordinasi pekerjaan dari pemimpin pada bawahan, dengan penekanan rasa

tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik.

Kekuatan kepemimpinan demokratis ini bukan terletak pada person atau

individu pemimpin melainkan terletak pada partisipasi aktif dari setiap

anggota kelompok.7

2. Tipe kepemimpinan Otoriter

Tipe kepemimpinan ini menempatkan kepemimpinan ditangan satu orang.

Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal, sedangkan kedudukan dan

tugas anak buahnya hanya sebagai pelaksana. Pemimpin yang otoriter tidak

menghendaki rapat atau musyawarah.8 Setiap perbedaan diantara anggota

kelompoknya diartikan sebagai kelicikan, pembangkangan, atau

pelanggarandisiplin terhadap perintah atau instruksiyang telah diberikan.

Inisiatif dan daya pikir anggota sangat dibatasi, sehingga tidak diberikan

kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya.

Pengawasan bagi pemimpin yang otoriter hanyalah berarti mengontrol,

apakah segala perintah yang telah diberikan ditaati atau dijalankan dengan

baik oleh anggotanya. Mereka melaksanakan inspeksi, mencari kesalahan dan

7
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, 73
8
Veithzal Rivai & Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi (Jakarta: Rajawali Press,
2012), 36-37.

26
27

meneliti orang - orang yang dianggap tidak taat kepada pemimpin, kemudian

orang - orang tersebut diancam dengan hukuman, dipecat, dsb. Sebaliknya,

orang - orang yang berlaku taat dan menyenangkan pribadinya, dijadikan anak

emas dan bahkan diberi penghargaan.

3. Tipe kepemimpinan kendali bebas (Laissez Faire)

Tipe kepemimpinan ini kebalikan dari tipe otoriter. Pemimpin

berkedudukan sebagai simbol, kepemimpinan dijalankan dengan memberi

kebebasan penuh pada orang yang dipimpinnya dalam mengambil keputusan

tanpa pengarah dan kontrol kecuali diminta. Pemimpin hanya mengfungsikan

dirinya sebagai penasihat.

Kepemimpinan ini pada dasarnya berpandangan bahwa anggota

organisasinya mampu mandiri dalam membuat keputusan atau mampu

mengurus dirinya masing-masing. Hal itu berdampak sering terjadi terjadi

kekacauan karena setiap anggota memiliki kepentingan dan kemampuan yang

berbeda. Dalam keadan seperti itu apabila ada anggota yang bertindak

melakukan kepemimpinan (informal) yang diterima (dipatuhi dan disegani)

oleh anggota organisasi maka pemimpin yang sebenarnya tidak berfungsi.9

Laissez faire adalah persepsi seorang pemimpin yang berpandangan bahwa

pada umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para

anggota terdiri dari orang-orang yang telah dewasa yang telah mengetahui apa

9
Sudaryono, Leadership Teori dan Praktek Kepemimpinan, 228.

27
28

yang menjadi tujuan organisasi.10 Oleh karenanya pemimpin yang laissez faire

cenderung berperan pasif dalam kepemimpinannya.

C. KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

Manusia, sebuah eksistensi menurut pandangan Islam diberi tugas yang

diatur melalui syari‟at, dan sumber. aturannya adalah wahyu. Setiap manusia,

baik laki-laki maupun perempuan, akan dikembalikan kepada Allah setelah dia

meninggal dunia dan dibangkitkan untuk dimintai pertanggungjawaban mengenai

pelaksanaan amanat kekhalifahan serta konsistensinya pada tata cara menciptakan

keadilan dan kemakmuran di bumi.

Manusia tak ada dua jenis yang hidup di dunia ini, ada laki-laki dan

perempuan. Pada dasarnya semua tanggung jawab manusia adalah sama. Dalam

hal ini membahas yang namanya Perempuan merupakan bagian kesatuan

masyarakat yang lebih besar dibandingkan laki-laki. .Penciptaan laki-laki dan

perempuan oleh Tuhan Yang Maha Esa merupakan takdir dan mempunyai

kedudukan, derajat, hak serta kewajiban yang sama. Djasmoredjo dalam Fitriani

(2015) menjelaskan ‘’laki-laki berbeda dengan perempuan‘’ namun hanya

terbatas pada perbedaan biologis. Perempuan identik sebagai sosok yang lembut,

cenderung mengalah, lebih lemah, kurang aktif dan berkeinginan untuk

mengasuh. Sebaliknya, laki-laki sering ditampilkan sebagai seseorang yang besar,

.dominan, lebih kuat, lebih aktif, otonomi serta agresi. Dalam filosofi jawa wanita

10
Ibid,.228.

28
29

memiliki arti wani ditata atau berani diatur. Perkembangan zaman terutama dalam

memenuhi kebutuhan hidup yang layak membuat perempuan turut ambil bagian.

Desakan ekonomi terutama bagi masyarakat kalangan bawah, mengharuskan

perempuan ikut bekerja.11

Laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama sehingga tidak menutup

kemungkinan perempuan juga bisa dan berhak memimpin suatu unsur atau bidang

yang di kecimpunginya. Dalam hal ini seperti rumah tangga, istri memiliki

berbagai hak yang harus dipenuhi oleh laki-laki, sebagaimana halnya istri juga

memiliki berbagai kewajiban yang harus dia penuhi untuk si suami. Landasan

pembagian hak-hak dan kewajiban tersebut adalah tradisi dan fitrah, serta prinsip

setiap hak dibalas dengan kewajiban.12

Dalam urusan rumah tangga Perempuan bisa disebut sebagai pemimpin

menurut AT-TAFAHUM: Journal of Islamic Law,Vol.2 No. 1 Januari-Juni 2018

yang berjudul “KEDUDUKAN DAN PERAN PEREMPUAN SEBAGAI KEPALA

KELUARGA MENURUT HUKUM ISLAM (Studi terhadap Kelompok

Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga-PEKKA di Kabupaten Asahan)”13

dijelaskan bahwa perempuan yang menjadi kepala keluarga, perempuan yang

ditinggal suami kerja diluar daerah sehingga istri tidak serumah dengan suaminya,

11
Reny Yuliant, dan Dedi Dwi Putra,Pulus Diki Takanjanji, “Women Leadership: Telaah
Kapasitas Perempuan Sebagai Pemimpin” MADANI Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan Vol 10
No. 2 (2018).
12
Ali Hasan, Berumah Tangga Dalam Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 152
13
Andri Nurwandi, Nawir Yuslem,Sukiati, “KEDUDUKAN DAN PERAN PEREMPUAN
SEBAGAI KEPALA KELUARGA MENURUT HUKUM ISLAM (Studi terhadap Kelompok
Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga-PEKKA di Kabupaten Asahan), AT-TAFAHUM:
Journal of Islamic Law,Vol.2 No. 1 Januari-Juni 2018

29
30

dan istri yang mencari nafkah untuk keluarga dikarenakan sang suami yang tidak

bekerja atau mencari nafkah dikarenakan kondisi fisiknya.

D. ASPEK KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA

Ranah domestik akrab dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan

kegiatan di dalam rumah tangga. Sosok yang dekat dengan ranah ini adalah

perempuan dalam hal ini adalah (istri). Hadirnya perempuan di ranah domestik ini

seolah sudah menjadi kodrat alamiahnya. Hal ini dipicu karena proses untuk

menjadi seorang perempuan yang berada dalam lingkungan domestik berkaitan

dengan sifat alami perempuan yang berkaitan dengan teori nature, yaitu sifat

dasar manusia yang terbentuk karena faktor biologis. Perempuan yang telah

menikah dan punya anak menjadi begitu lekat dengan ranah ini.

Kegiatan yang berlangsung dalam ranah domestik ini bisa berupa apapun,

asal terjadi di dalam lingkungan rumah, misalnya; berbagai pekerjaan rumah

tangga, mulai dari membersihkan rumah hingga mengurus keperluan keluarga.

Sedangkan ranah publik adalah kebalikan dari ranah domestik. Jika ranah

domestik dikaitkan dengan sifat feminin pada perempuan, maka ranah domestik

justru dikaitkan dengan sifat maskulin pada laki-laki. Dari sini diambil sedikit

gambaran mengenai ranah publik ini. Laki-laki pada umumnya mendominasi

pekerjaan-pekerjaan yang di ranah publik. Pekerjan itu sangat beragam, bisa apa

saja, asal ruang lingkupnya berada di luar lingkungan rumah.

30
31

Adapun yang dimaksud dengan peran domestic dan peran public adalah

sebagai berikut:

1. Peran domestik yang dimaksud adalah ruang lingkup kegiatan perempuan

yang berhubungan dengan kegiatan di rumah dan kodratnya sebagai seorang

perempuan, misalnya menjadi ibu yang bertanggung jawab dalam hal

pengasuhan anak dan urusan rumah tangga lainnya, seperti membersihkan

rumah, juga memasak.

2. Peran publik yang dimaksud adalah ruang lingkup kegiatan perempuan yang

berhubungan dengan kegiatan di luar rumah, misalnya menjadi pencari nafkah

dan lainnya.14

14
Umaimah Wahid, Ferrari Lancia “Pertukaran Peran Domestik dan Publik Menurut
Perspektif Wacana Sosial Halliday “nal Komunikasi, Vol 11 (1), Juni 2018, 106-118 Mediator: Jurnal
Komunikasi, Vol 11 (1), Juni 2018, 106-118.

31

Anda mungkin juga menyukai