Anda di halaman 1dari 64

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN PENELITIAN RELEVAN

A. Landasan Teori
1. Tinjauan Tentang Kepemimpinan
a. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat berperan

dalam suatu organisasi, baik buruknya organisasi sering kali tergantung pada

faktor pemimpin.14 Kepemimpinan adalah kemampuan untuk memberikan

pengaruh yang bersangkutan kepada orang lain untuk melakukan suatu usaha

kooperatif guna mencapai tujuan yang sudah dicanangkan. 15 Kepemimpinan

adalah kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa

sehingga tercapailah tujuan kelompok bersama itu.16 Sedangkan Tim Dosen

AP berpendapat bahwa kepemimpinan adalah ilmu dan seni mempengaruhi

orang atau kelompok orang untuk berfikir dan bertindak melalui perilaku yang

positif dalam rangka mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien.17

Definisi kepemimpinan secara luas menurut Nurkolis meliputi proses

mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku

pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki

kelompok dan budayanya.18


14
Muhaimin and Sutiah, Sutiah and Prabowo, Sugeng Listyo, Manajemen
pendidikan: aplikasinya dalam penyusunan rencana pengembangan sekolah/madrasah.
Jakarta: Kencana, 2011, h.29.
15
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, Cet. 21,Bandung: Rajawali Pers,
2016, h.153
16
Soekarto Indrafachrudi dan Tahalele, Bagaimana Kepemimpinan Kepala Sekolah
yang Efektif, Malang: Ghalia Indonesia, 2006, h.2
17
Tim Dosen AP, Manajemen Pendidikan, Yogyakarta: UNY Press, 2011, h.135
18
Nurkolis, Menejemen Berbasis Sekolah, Jakarta: Grasindo, 2003, h.153
Kepemimpinan adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-

aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan terhadap para anggota

kelompok.Kepemimpinan adalah satu kekuatan penting dalam rangka

pengelolaan, oleh sebab itu kemampuan memimpin secara efektif merupakan

kunci untuk menjadi seorang manajer yang efektif. 19

Ngalim Purwanto menyebutkan bahwa kepemimpinan adalah

sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian untuk

dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar

mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya

dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta tidak terpaksa.18

Kepemimpinan adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh individu atau

kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau

kelompok lain yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan-

tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.20

Beberapa definisi kepemimpinan dalam buku Kartini Kartono sebagai

berikut: Benis berkata “...the process by that an agent induces a subordinate

to behave during a desired manner” (proses dengan mana seorang agen

menyebabkan bawahan bertingkah laku menurut satu cara tertentu).Ordway

Tead dalam bukunya The Art of Leadership menyatakan kepemimpinan

adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka mau bekerja sama

untuk mencapai tujuan yang di inginkan.


19
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: Rajawali Pers, 2010, h.104
20
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, cet. 24 Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2017, h.26
21
Sudarwan Danim, Kepemimpinan Pendidikan Kepemimpinan (IQ + EQ), Etika, Perilaku
Motivasional, dan Mitos. Bandung: Alfabeta. 2010, h.6
George R. Terry dalam bukunya Principle of Management berkata

kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka suka

berusaha mencapai tujuan-tujuan kelompok. Howard H. Hoyt dalam bukunya

aspect of modern Public Administration menyatakan kepemimpinan adalah

seni untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, kemampuan untuk

membimbing orang. Menurut Prof. Kimball Young, kepemimpinan adalah

bentuk dominasi didasari kemampuan pribadi, yang sanggup mendorong atau

mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu berdasarkan akseptansi/

penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi

situasi khusus.22

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan

adalah kemampuan yang dilakukan oleh seorang pemimpin untuk

mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok serta mengarahkan

tingkah laku bawahan atau orang lain guna mencapai tujuan tertentu.

Syarat- syarat Kepemimpinan Kartini Kartono menyebutkan konsepsi

persyaratan kepemimpinan harus selalu dikaitkan dengan tiga hal penting,

yaitu: (1) Kekuasaan ialah kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan

wewenang kepada pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakkan

bawahan untuk berbuat sesuatu. (2) Kewibawaan ialah kelebihan, keunggulan,

keutamaan, sehingga orang mampu “mbawani” atau mengatur orang lain agar

orang tersebut patuh pada pemimpin, dan


22
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, Cet. 21, Bandung: Rajawali Pers.
2016, h.57-58
bersedia melakukan perbuatan-perbuatan tertentu. (3) Kemampuan ialah

segala daya, kesanggupan, kekuatan, dan kecakapan atau keterampilan teknis

maupun sosial yang dianggap melebihi dari kemampuan anggota biasa.23

Earl Nightingale dan Whitt Schult dalam bukunya artistic Thinking-

how to win ideas (1965) yang dikutip oleh Kartini Kartono, menuliskan

kemampuan dan syarat yang harus dimiliki seorang pemimpin adalah: (1)

Kemandirian, berhasrat memajukan diri sendiri (individualism). Besar rasa

ingin tahu, dan cepat tertarik pada manusia dan benda-benda (curious). (2)

Multiterampil atau memiliki kepandaian beraneka ragam. (3) Memiliki rasa

humor, antusiasme tinggi, suka berkawan. (4) Perfeksionis, selalu ingin

mendapatkan yang sempurna. (5) Mudah menyesuaikan diri, adaptasinya

tinggi. (5) Sabar namun ulet, serta tidak berhenti. (6) Waspada, peka, jujur,

optimis, berani, gigih, ulet, realistis. (7) Komunikatif, serta pandai berbicara

atau berpidato. (8) Berjiwa wiraswasta. Sehat jasmani, dinamis, sanggup dan

suka menerima tugas yang berat, serta berani mengambil resiko. (9) Tajam

firasatnya dan adil pertimbangannya. Berpengetahuan luas, dan haus akan

ilmu pengetahuan. Memiliki motivasi tinggi, dan menyadari terget atau tujuan

hidupnya yang ingin dicapai, dibimbing oleh idealisme tinggi. Punya

imajinasi tinggi, daya kombinasi, dan daya inovasi.24

23
Kartini Kartono, Pemimpin... h.36
24
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, cet. 21, Bandung: Rajawali Pers, 2016, h.37
b. Fungsi Kepemimpinan

Fungsi kepemimpinan merupakan gejala sosial, karena harus

diwujudkan dalam interaksi antar individu dalam situasi sosial suatu

kelompok atau organisasi. Fungsi kepemimpinan tersebut dua dimensi utama

yaitu kemampuan pemimpin dalam mengarahkan (direction) dan tingkat

dukungan (support) dari anggota organisasi, yang secara operasional

dibedakan menjadi Lima pokok fungsi kepemiminan antara lain:25

1) Fungsi Instruktif

Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah, pemimpin sebagai komunikator

merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, kapan dan dimana

perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif.

Kepemimpinan yang efektif memerlukan kemampuan menggerakan dan

memotivasi orang lain agar mau melaksanakan perintah. Sedangkan fungsi

orang yang dipimpin menurut Nawawi adalah melaksanakan perintah

yang hanya dapat dilakukan secara efektif jika memiliki kemampuan

mendengar dan memahami isi instruksi. Kreativitas dan inisiatif

menetapkan apa yang harus dilaksanakan sepenuhnya merupakan fungsi

pemimpin.26

2) Fungsi Konsultatif

Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalam usaha

menetapkan keputusan, pemimpin kerapkali memerlukan bahan

25
Rivai, Veithzal dan Sylviana Murni, educational management Analisis Teori dan
Praktik. Cetakan ke-3, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012, h.53
26
Hadari, Nawawi, Kepemimpinan menurut Islam cet ke-2, Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2001, h.143
pertimbangan yang mengharuskan berkonsultasi dengan orang-orang yang

dipimpinnya yang dinilai mempunyai berbagai bahan informasi yang

diperlukan dalam menetapkan putusan. Tahap berikutnya konsultasi dari

pimpinan pada orang-orang yang dipimpin dapat dilakukan setelah

keputusan ditetapkan dan sedang dalam pelaksanaan. Konsultasi ini

dilaksanakan dengan maksud untuk memperoleh umpan balik untuk

memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah

ditetapkan.

3) Fungsi Partisipatif

Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang-

orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan

maupun dalam melaksanakannya. Partisipasi tidak berarti bebas berbuat

semaunya, tetapi dilaksanakan secara terkendali dan terarah berupa kerja

sama dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain.

Keikutsertaan pemimpin harus tetap dalam fungsi sebagai pemimpin dan

bukan pelaksana.

4) Fungsi Delegasi

Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang

membuat dan menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun

tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti

kepercayaan. Orang-orang penerima delegasi itu harus diyakini


merupakan pembantu pimpinan yang memiliki persamaan prinsip,

presepsi, dan aspirasi.

5) Fungsi Pengendalian

Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses

mampu mengatur aktifitas anggotanya secara terarah dan dalam

koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan

secara maksimal. Fungsi pengendalian ini dapat diwujudkan melalui

kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.

Pada dasarnya fungsi kepemimpinan memiliki dua aspek, yaitu: Fungsi

administrasi, yaitu mengadakan formulasi kebijaksanaan administrasi dan

menyediakan fasilitasnya. Fungsi sebagai top manajemen, yaitu mengadakan

planning, organizing, staffing, directing, commanding, controlling, dsb.27 Fungsi

kepemimpinan dapat dilihat dari interaksi pemimpin dengan bawahan untuk

mencapai tujuan suatu organisai. Pemimpin berfungsi untuk memupuk dan

memelihara kebersamaan di dalam kelompok. Pekerjaan akan terasa lebih mudah

mencapai tujuan apabila dikerjakan secara bersama-sama.

c. Prinsip-Prinsip Kepemimpinan

Agar seorang pemimpin dapat memberikan komando dan yang dipimpin

dapat mengambil inisiatif dalam mencapai tujuan yang diharapkan, maka ada

beberapa prinsip kepemimpinan yang harus dipenuhi, antara lain:

1) Harus mempunyai visi dan misi serta tujuan yang jelas. Jika perlu diterapkan

pula tahapan-tahapan pencapaian tersebut. ada semacam prioritas, mana yang

lebih dulu untuk dikerjakan dan mana yang hendak dilakukan kemudian.
Perumusan tugas pokok dan fungsi setiap unit (bagian organisasi) juga harus

jelas, tidak ada tumpang tindih dalam pembagian tugas.


27
Hamdan Dimyati, Model Kepemimpinan dan Sistem Pengambilan Keputusan, Bandung:
CV Pustaka Setia, 2014, h.42.
2) Pendelegasian dalam wewenang harus jelas. ada keseimbangan antara

wewenang dan tanggung jawab.28

Menurut Danim tindakan kepemimpinan yang baik ada sebelas prinsip-

prinsip kepemimpinan, yaitu; (1) Mengenal diri sendiri dan mencari perbaikan diri,

(2) Mahir secara teknis, (3) tanggung jawab dan mengambil tanggung jawab atas

tindakan sebagai pemimpin, (4) Menjadi contoh, (5) memiliki empati dan

memperhatikan kesejahteraan mereka, (6) menjaga informasi pekerja, (7)

Mengembangkan rasa tanggung jawab pekerjaan pribadi selaku pimpinan, (8)

Memastikan bahwa tugas-tugas dimengerti, diawasi, dan dicapai,

(9) Gunakan kemampuan penuh organisasi.29

Dari uraian di atas, secara garis besar prinsip-prinsip kepemimpinan yang

harus dimiliki oleh suatu organisasi, antara lain; (1) Memiliki visi, misi, dan tujuan

yang jelas untuk mengembangkan dan memajukan organisasinya. (2) Bertanggung

jawab atas tugas yang dimiliki sebagai pemimpin. Mampu membuat keputusan

yang tepat. (3) Mengawasi para anggota atau staff dalam menjalankan tugasnya.

(4) Mampu memanfaatkan potensi yang ada dalam organisasi yaitu potensi sumber

daya manusia (SDM) dalam organisasinya. (5) membuat keputusan tepat waktu.

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pemimpin

Faktor pemimpin yang sangat penting adalah karakter dari orang yang

menjadi pemimpin tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Covey bahwa 90


28
Zainudin dan mustakim, Studi kepemimpinan Islam: konsep, teori, dan praktiknya dalam
sejarah, Yogyakarta, SUKA-Press, 2012, h.13
29
Danim, Sudarwan, Pengantar Kependidikan, Bandung: Alfabeta, 2010, h.33-34.

persen dari semua kegagalan pemimpin adalah kegagalan pada karakter.30

Ngalim Purwanto menyebutkan bahwa faktor-faktor yang pada umumnya

sangat dominan mempengaruhi perilaku seorang pemimpin diantaranya:

1) Keahlian dan pengetahuan yang dimiliki oleh seorang pemimpin untuk

menjalankan kepemimpinannya.

2) Jenis pekerjaan atau lembaga merupakan tempat pemimpin melaksanakan

tugas jabatannya.

3) Sifat-sifat kepribadian pemimpin yang turut menentukan bagaimana sikap dan

perilakunya dalam menjalankan kepemimpinan.

4) Sifat-sifat kepribadian pengikut atau kelompok yang dipimpinnya.

5) Sangsi-sangsi yang ada ditangan pemimpin, kekuatan yang dimiliki pemimpin

sangat menentukan sikap dan tingkah lakunya.30

Dari uraian di atas dapat disimpulkan beberapa faktor yang mempengaruhi

perilaku seorang pemimpin, diantaranya: faktor pengetahuan, lingkungan,

kepribadian, dan sosial. Untuk menjadi pemimpin yang berkualitas baik, maka

seorang kepala sekolah harus mempunyai hubungan yang baik juga dengan

lingkungan sekitar.

e. Peranan dan Sifat Seorang Pemimpin


Ngalim Purwanto mengatakan bahwa peranan seorang pemimpin yang

baik dapat disimpulkan menjadi 13 macam, yaitu:

1) Sebagai pelaksana (executive). Seorang pemimpin tidak boleh hanya


30
Muhaimin and Sutiah, Sutiah and Prabowo, Sugeng Listyo, Manajemen pendidikan:
aplikasinya dalam penyusunan rencana pengembangan sekolah/madrasah, Kencana, Jakarta,2011,
h.29.
melaksanakan kehendak sendiri terhadap kelompoknya, tetapi juga harus

berusaha menjalankan/ memenuhi kehendak dan kebutuhan kelompoknya,

juga program atau rencana yang telah ditetapkan bersama.

2) Sebagai perencana (planner).

Seorang pemimpin yang baik harus pandai membuat dan menyusun

perencanaan sehingga segala sesuatu yang diperbuatnya bukan secara asal,

tetapi segala tindakan sudah diperhitungkan dan bertujuan.

3) Sebagai seorang ahli (expert). Seorang pemimpin harus mempunyai

keahlian, terutama keahlian yang berhubungan dengan tugas jabatan

kepemimpinan yang dipegangnya.

4) Mewakili kelompok dalam tindakannya keluar (external group

representative). Seorang pemimpin harus menyadari bahwa baik buruk

tindakannya diluar kelompoknya mencerminkan baik buruk kelompok

yang dipimpinnya.

5) Mengawasi hubungan antar anggota kelompok (controller of internal

relationship). Menjaga jangan sampai terjadi perselisihan, dan berusaha

membangun hubungan yang harmonis dan menimbulkan semangat bekerja

kelompok.
6) Bertindak sebagai pemberi ganjaran/ pujian dan hukuman (purveyor of

rewards and punishments). Seorang pemimpin harus dapat membesarkan

hati anggota-anggotanya yang giat bekerja dan banyak sumbangannya

terhadap kelompok, serta berani menghukum anggota yang berbuat

merugikan kelompoknya.

7) Bertindak sebagai wasit dan penengah (arbitrator and mediator). Dalam

menyelesaikan perselisihan atau menerima pengaduan pengaduan diantara

anggota-anggotanya, seorang pemimpin harus dapat bertindak tegas, tidak

pilih kasih ataupun mementingkan salah satu golongan.

8) Merupakan bagian dari kelompok (exemplar). Pemimpin bukanlah

seorang yang berdiri di luar atau di atas kelompoknya, tetapi seorang

pemimpin merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kelompoknya.

9) Merupakan lambang kelompok (symbol of the group). Sebagai lambang

kelompok, seorang pemimpin hendaknya menyadari bahwa baik buruknya

kelompok yang dipimpinnya tercermin pada dirinya.

10) Pemegang tanggung jawab para anggota kelompoknya (surrogate for

individual responsibility). Pemimpin harus bertanggung jawab terhadap

perbuatan-perbuatan anggotanya yang dilakukan atas nama kelompok.

11) Sebagai pencipta/ memiliki cita-cita (ideologist). Seorang pemimpin

mempunyai suatu konsepsi yang baik dan realitas, sehingga dalam

menjalankan kepemimpinannya mempunyai garis yang tegas menuju arah

yang telah dicita-citakan.


12) Bertindak sebagai seorang bapak (father figure). Tindakan pemimpin

terhadap anak buah/ kelompoknya hendaklah mencerminkan tindakan

seorang bapak terhadap anak-anak/ anggota keluarganya.

13) Sebagai “kambing hitam” (scape goat). Pemimpin harus menyadari bahwa

dirinya merupakan tempat melamparkan kesalahan/ keburukan yang

terjadi didalam kelompoknya.31

Ordway Tead mengemukakan sepuluh sifat ideal yang perlu dimiliki oleh

seorang pemimpin yaitu; (1) Energik jasmani dan rohani, (2) Kesadaran akan

tujuan dan arah yang ditempuh, (3)bersemangat, (4) Hangat, ramah dan

mempunyai rasa kasih sayang, (5) Memiliki kepribadian yang utuh, (6) Ahli

dalam bidangnya, (7) bersikap tegas, (8) Cerdas, (9) Mampu mengajar dan,

memiliki keyakinan yang teguh.32

Dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang

berkualitas baik, maka seorang pemimpin hendaklah memiliki peranan dan

sifat yang baik layaknya seorang pemimpin serta mampu menerapkannya

dalam kehidupan sehari-hari.

2. Gaya Kepemimpinan
a. Pengertian Gaya Kepemimpinan

Menurut Nurkolis menyebutkan bahwa gaya adalah sikap, gerak-gerik atau

lagak yang menandai ciri seseorang.33 Gaya kepemimpinan merupakan norma

perilaku yang dipergunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba

mempengaruhi perilaku orang lain. Menurut pendekatan tingkah laku gaya


kepemimpinan adalah pola menyeluruh dari tindakan seorangpemimpin,baik

yang tampak maupun yang tidak tampak.34


31
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, cet. 24 Bandung: PT. Remaja
Rosda karya, 2017, h.26
32
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, cet. 24 Bandung: PT. Remaja
Rosda karya, 2017, h.65-66 31Soewadji Lazaruth, Kepala Sekolah dan Tanggungjawabnya, Cet VI.
Yogyakarta: Kanisius, 2009, h.67
33
Soewadji Lazaruth, Kepala Sekolah dan Tanggungjawabnya, Cet VI. Yogyakarta:
Kanisius, 2009, h.67
Menurut Kurniadin dan Machali mengungkapkan bahwa gaya

kepemimpinan adalah pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, baik

yang tampak maupun yang tidak tampak oleh bawahannya. 35Seorang

pemimpin dalam rangka memimpin sesuatu yang dipimpinnya tentunya

memiliki cara atau teknik tersendiri dalam menjalankan suatu bentuk usaha

kepemimpinan. Suatu cara atau teknik dalam menjalankan suatu

kepemimpinan tersebut itulah yang dimaksud dengan gaya kepemimpinan35

Gaya kepemimpinan menurut Ngalim Purwanto merupakan cara atau

teknik seseorang dalam menjalankan suatu kepemimpinan yang mana cara

tersebut pencerminan dari sifat-sifat dasar seorang pemimpin. 36 Gaya

kepemimpinan didefinisikan juga sebagai pola perilaku yang ditampilkan oleh

seorang pemimpin pada saat pemimpin itu mencoba memengaruhi orang lain

sepanjang diamati oleh orang lain.37 Beberapa definisi gaya kepemimpinan

yang dikutip oleh Nurkolis, sebagai berikut; 38(1) Thoha, gaya kepemimpinan

adalah suatu pola perilaku yang konsisten yang ditunjukkan oleh pemimpin

dan diketahui pihak lain ketika pemimpin berusaha mempengaruhi kegiatan-

kegiatan orang lain.39


35
Nurkholis, Manajemen Berbasis Sekolah: Teori, Model dan Aplikasinya. Jakarta:
Grasindo, 2003, h.166
35
Nurkholis, Manajemen, h.167
36
Kurniadin, Didin dan imam Machali, Manajemen Pendidikan: Konsep & Prinsip
Pengelolaan Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2014.h.301
37
Yuyun Fajriani, Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Etos Kerja
Guru terhadap Kinerja Guru (Studi Pada Al-Azhar Syifa Budi Solo), Jupe UNS, April, 2013,
h.2
38
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, cet. 24 Bandung: PT.
Remaja Rosda karya, 2017, h.48
39
Wahjosumidjo. Kepemimpinan dan Motivasi, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2001
(2) Stoner dan freeman menyebutkan, gaya kepemimpinan adalah pola

tingkah laku yang lebih disukai oleh seorang pimpinan dalam

prosesmengarahkan dan mempengaruhi para pekerja. (3) Stephen J

Knezevich, gaya kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang disukai

dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin. (4) Fandy Tjiptono dan

Anastasia Diana, gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan

pemimpin dalam berinteraksi dengan pengikutnya.

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya

kepemimpinan adalah suatu pola perilaku konsisten yang dilakukan oleh

pimpinan untuk mempengaruhi orang lain atau bawahannya. Setiap pemimpin

akan mengambil cara tertentu untuk memimpin bawahannya, masalah yang

dihadapinya, dan situasi yang dirasakan. Gaya kepemimpinan merupakan

teknik, cara, dan tipe atau pola tingkah laku yang ditunjukkan seorang

pemimpin ketika berusaha memengaruhi tingkah laku orang lain seperti

principle akan dipersepsikan oleh orang-orang yang akan dipengaruhi oleh

pemimpin tersebut. Gaya kepemimpinan ini diperlukan untuk mengelola tiga

unsur dalam kepemimpinan yang saling berkaitan yaitu unsur manusia, unsur
sarana, dan unsur tujuan. Untuk dapat memperlakukan ketiga unsur tersebut

secara seimbang dan proporsional, seorang pemimpin harus memiliki

pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan yang diperlukan dalam

kepemimpinannya.

b. Macam-macam Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan (leadership style) sebenarnya berkaitan dengan

bagaimana pemimpin menjalankan tugas kepemimpinannya, misalnya gaya apa

yang digunakan dalam merencanakan, merumuskan dan menyampaikan

perintah-perintah/ajakan-ajakan. Setiap pemimpin mempunyai ciri khas/gaya

tersendiri dalam menjalankan tugas kepemimpinannya.

1) Menurut Thoha, dalam teori path-goal versi House gaya


kepemimpinan terdapat empat macam, yaitu:

a) Kepemimpinan direktif. Tipe ini sama dengan model kepemimpinan

yang otokratis dari Lippit dan White. Pemimpin yang mempunyai gaya

seperti ini pada umumnya sering memberikan perintah atau tugas

khusus pada bawahannya, membuat keputusan-keputusan penting dan

banyak terlibat dalam pelaksanaanya. Semua kegiatan terpusat pada

pemimpin. Pada dasarnya gaya direktif adalah gaya otoriter. Dalam

model ini tidak ada partisipasi dari bawahan.

b) Kepemimpinan yang mendukung (supportive leadership).

Kepemimpinan model ini mempunyai kesediaan untuk menjelaskan


sendiri, bersahabat, mudah didekati, dan mempunyai perhatian

kemanusiaan yang murni terhadap para bawahannya. Kepemimpinan

partisipatif. Gaya kepemimpinan ini, pemimpin berusaha meminta dan

mempergunakan saran-saran dari para bawahannya. Namun

pengambilan keputusan masih terpusat padanya. Kepemimpinan yang

berorientasi pada prestasi. Gaya kepemimpinan ini menerapkan

serangkaian tujuan yang menantang para bawahannya untuk berprestasi.

Demikian pula pemimpin memberikan keyakinan kepada mereka bahwa

mereka mampu melaksanakan tugas pekerjaan mencapai tujuan secara

baik. 40

2) Menurut teori Path-Goal (Jalur Tujuan) macam-macam gaya


kepemimpinan yaitu:

a) Gaya Kepemimpinan Mendukung (Supportive) Kepemimpinan

supportive leadership mempunyai kesediaan untuk menjelaskan

sendiri, bersahabat, mudah didekati, dan mempunyai perhatian

kemanusiaan yang murni terhadap para bawahannya. Seorang

pemimpin yang menggunakan gaya supportive leadership ini sering

memberikan perhatian kepada kebutuhan para bawahan,

memberikan hak-hak para bawahan, memperhatikan kesejahteraan

mereka dan menciptakan suasana yang bersahabat dalam unit kerja

mereka. Seorang pemimpin yang bergaya supportive leadership

tidak menganggap karyawan sebagai seorang budak melainkan


sebagai seorang patner kerja, yang bersama-sarna mencapai tujuan

perusahaan.

b) Gaya Kepemimpinan Otoriter (Directive), Kepemimpinan directive

memberitahukan kepada para bawahan apa yang diharapkan dari

mereka, memberi pedoman yang spesifik, meminta para bawahan

untuk mengikuti aturan aturan dan prosedur, mengatur waktu, dan

mengkoordinasikan pekerjaan mereka. Gaya kepemimpinan ini

sama dengan model kepemimpinan otoriter (otokratis). Seorang

pemimpin yang
40
Miftah Toha, Kepemimpinan Dalam Manajemen, Cet. 16 PT. Rajagrafindo Persada,
Jakarta, 2012, h.296-297

menggunakan gaya kepemimpinan ini lebih memusatkan kekuasaan

dan keputusan pada diri pemimpin sendiri. Pemimpin memegang

wewenang sepenuhnya dan mernikul tanggung jawab sendiri. Para

bawahan yang diberi informasi secukupnya untuk melaksanakan tugas

yang diberikan oleh pemimpin. Para bawahan tidak diberi partisipasi

sama sekali dalam pengambilan suatu, keputusan. Bawahan merasakan

supervisi dan instruksi yang ketat adalah suatu pemaksaan dari kontrol

pemimpin.

c) Gaya Kepemimpinan yang Berorientasi Kepada Keberhasilan

(Achievement oriented Leadership). Gaya kepemimpinan achievement

oriented leadership menetapkan serangkaian tujuan yang menantang

para bawahan untuk berprestasi, dengan memberikan keyakinan kepada


mereka bahwa mereka mampu melaksanakan tugas pekerjaan mencapai

tujuan secara baik. Seorang pemimpin yang menggunakan gaya

kepemimpinan model ini selalu menetapkan tujuan yang menantang,

mencari perbaikan dalam kinerja, menekankan kepada keunggulan

dalam kineria, dan memperlihatkan kepercayaan bahwa para bawahan

akan mencapai standar yang tinggi.41

d) Gaya kepemimpinan sebenarnya berkaitan dengan bagaimana pemimpin

menjalankan tugas kepemimpinannya. salah satu gaya kepemimpinan

adalah gaya kepemimpinan otorier. Pemimpin


41
Miftah Toha, Kepemimpinan Dalam Manajemen, Cet. 16 PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta,
2012
memegang wewenang sepenuhnya dan mernikul tanggung jawab

sendiri. Para bawahan tidak diberi partisipasi sama sekali dalam

pengambilan suatu, keputusan. Bawahan merasakan supervisi dan

instruksi yang ketat adalah suatu pemaksaan dari kontrol pemimpin.

3) Bentuk-bentuk gaya atau tipe kepemimpinan menurut Soewadji


Lazaruth adalah sebagai berikut.42

a) Kepemimpinan Otoriter

Soekarto Indrafachrudi dan Tahalele menyebutkan bahwa Seorang

pemimpin yang otokratis ingin memperlihatkan kekuasaannya dan ingin

berkuasa.43 Kepemimpinan otokratis mendasarkan diri pada kekuasaan dan

paksaan yang mutlak harus dipatuhi, sikap dan prinsip-prinsipnya sangat

konservatif/ kuno dan ketat-kaku.44 Pemimpin yang otokratis selalu

memaksakan rencananya tanpa berkonsultasi kepada kawan kawannya dan


tidak pernah menjelaskan isi sepenuhnya dari rencananya. Nurkolis

menyebutkan pemimpin otokratis selalu membuat keputusan sendiri tanpa

menanyakan opini atau saran dari orang lain.

Kepemimpinan otokratik memiliki dua jenis, yaitu:45 kepemimpinan

memberi tahu, dimana dalam membuat keputusan pemimpin hanya

mengumumkan sesuatu keputusan yang otokratik, dan kepemimpinan

menjual, dimana dalam membuat keputusan pemimpin menggunakan taktik-

taktik mempengaruhi seperti melalui persuasi yang rasional. Ngalim

Purwanto, dalam kepemimpinan yang otokratis,


42
Soewadji Lazaruth. Kepala Sekolah dan Tanggungjawabnya Cet VI. Yogyakarta: Kanisius,
2009, h.63
43
Soekarto Indrafachrudi dan Tahalele, Bagaimana Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Efektif,
Malang: Ghalia Indonesia, 2006, h.17
44
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, cet 21, Bandung: Rajawali Pers. 2016, h.83
45
Nurkholis, Manajemen Berbasis Sekolah: Teori, Model dan Aplikasinya, Jakarta: Grasindo,
2003, h.168
pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota kelompoknya dan

beranggapan bahwa memimpin adalah menggerakkan dan memaksa kelompok.

Dominasi yang berlebihan mudah menghidupkan oposisi terhadap

kepemimpinan, atau menimbulkan sifat apatis, atau sifat-sifat agresif pada

anggota-anggota kelompok terhadap pemimpinnya.

Seorang pemimpin yang otokratis memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1)

Menganggap organisasi yang dipimpinnya sebagai milik pribadi, (2)

mengidentifikasikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi, (3) menganggap

bawahan semata-mata hanya sebagai alat, (4) tidak mau menerima pendapat,

saran, dan kritik dari anggotanya, (5) terlalu bergantung pada kekuasaan
formalnya, (6) caranya menggerakkan bawahan dengan pendekatan paksaan dan

bersifat mencari-cari kesalahan/ menghukum.46

Soewadji Lazaruth menyebutkan bahwa kepemimpinan yang bersifat

otoriter muncul atas keyakinan pemimpin bahwa fungsi dan perannya adalah

memerintah, mengatur, dan mengawasi anggota kelompoknya.Keuntungan

kepemimpinan tipe ini adalah kedisiplinan dapat dikontrol dengan baik, dan

semua pekerjaan dapat berlangsung secara tertib dan teratur. Selain keuntungan,

kepemimpinan ini juga memiliki banyak kelemahan diantaranya. Adanya jarak

pemisah antara pemimpin dan yang dipimpin, karena pemimpin selalu

menempatkan diri diluar kelompok, Staf atau kelompok tidak dapat berkembang

dengan baik, karena kurang atau tidak mendapat kesempatan untuk ikut

berpartisipasi dalam pengambilan keputusan,apabila kelompok terdiri dari orang-

orang yang lemah maka mereka akan menjadi robot-robot,


46
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, cet. 24 Bandung: PT. Remaja
Rosda karya, 2017, h.48

hubungan antara anggota kelompok tidak harmonis, kelompok bekerja dalam suasana

tertekan, permasalahan tidak dipecahkan secara terbuka dan objektif, Pemimpin tipe

ini selalu mengidentikkan kewibawaan dan kekuasaan, sehingga ketika pemimpin

sedang tidak ada ditempat maka keadaan akan menjadi kacau, Komunikasi banyak

terjadi antara atasan dengan bawahan, sedangkan komunikasi antar anggota

kelompok menjadi kurang.47


Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan

otokratis merupakan kepemimpinan yang selalu mengandalkan diri sendiri tanpa

mementingkan opini orang lain.

b) Kepemimpinan laissez-faire

Pemimpin yang bersifat laissez-faire menghendaki supaya bawahannya

diberikan banyak kebebasan. Pemimpin tipe ini selalu menganak tirikan guru. Dalam

melaksanakan rapat, kadang-kadang pimpinan rapat diserahkan kepada guru yang

dianggap sudah cakap, kemudian kepala sekolah meninggalkan rapat dan

melaksanakan tugas lain sehingga setelah selesai rapat terkadang guru-guru menjadi

bingung dan ragu serta tidak mengetahui rencana dan kehendak dari pemimpin

sekolah. Pemimpin yang bersifat laissez-faire sebenarnya bisa dikatakan bukan

pemimpin, karena mereka bekerja sendiri-sendiri tanpa memiliki tujuan bersama.48

Kartini Kartono menyebutkan bahwa Pemimpin laissez-faire pada hakikatnya

bukanlah seorang pemimpin dalam arti sebenarnya, sebab bawahan dalam situasi

kerja sama sekali tidak terpimpin, tidak terkontrol, tanpa


47
Soewadji Lazaruth, Kepala Sekolah dan Tanggungjawabnya, Cet.VI, Yogyakarta: Kanisius,
2009, h.63
48
Soekarto Indrafachrudi dan Tahalele, Bagaimana Kepemimpinan Kepala Sekolah yang
Efektif, Malang: Ghalia Indonesia, 2006, h.21-26

disiplin, masing-masing orang bekerja semaunya sendiri. Setiap pertanggung jawaban

didistribusikan kepada setiap anggota sebagai individu yang terpisah-pisah dan tidak

ada kontrol sosial.49 Pemimpin tipe ini sama sekali tidak memberikan kontrol dan

koreksi terhadap pekerjaan anggota-anggotanya, dengan demikian mudah terjadi

kekacauan dan bentrokan-bentrokan. Segala kegiatan yang dilakukan tanpa rencana


yang terarah dan tanpa pengawasan dari pimpinan. Pemimpin tipe ini memiliki ciri-

ciri sebagai berikut: (1) Dalam mengambil keputusan, kebebasan diberikan

sepenuhnya kepada kelompok atau perseorangan, (2) Pemimpin tidak terlibat dalam

musyawarah kerja, (3) Kerjasama antar anggota dilakukan tanpa campur tangan

pemimpin, (4) Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu dengan

partisipasi dari pemimpin. (5) Pendelegasian wewenang terjadi secara ektensif. (6)

Pengambilan keputusan diserahkan kepada para pejabat pimpinan yang lebih rendah

dan kepada para petugas operasional, kecuali dalam hal-hal tertentu yang nyata-nyata

menuntut keterlibatannya secara langsung. (7) status quo organisasional tidak

terganggu. (8) Penumbuhan dan pengembangan kemampuan berfikir dan bertindak

yang inovatif dan kreatif diserahkan kepada para anggota yang bersangkutan sendiri.

(9) Sepanjang dan selama para anggota organisasi menunjukkan perilaku dan prestasi

kerja yang memadai,(10) intervensi pimpinan dalam perjalanan organisasi berada

pada tingkat yang minimum. (11) Tidak ada kritik, pujian atau usaha mengatur

kegiatan pemimpin.50
49
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, cet. 21 Bandung: Rajawali Pers. 2016,
h.84
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, cet. 24, Bandung: PT. Remaja
50

Rosda karya, 2017


Soewadji Lazaruth menyatakan bahwa pada kepemimpinan tipe ini pemimpin

berkeyakinan bahwa perannya hanyalah mendampingi dan melayani apabila

diperlukan. Pemimpin laissez faire menganggap bahwa guru-guru atau anggota

kelompoknya adalah orang-orang yang sudah matang, sehingga tugas pemimpin

adalah “tut wuri” saja untuk mengingatkan apabila ada yang akan menyimpang.

Kelemahan kepemimpinan tipe ini tidak begitu nampak, tetapi pada umumnya
kelemahan-kelemahan seperti dibawah ini akan segera nampak diantaranya: (1)

Anggota kelompok tidak berkembang karena tidak mendapat bimbingan dan arahan

yang cukup, (2) anggota kelompok tidak merasakan ada kepemimpinan dalam

kelompoknya, suasana tidak tertib dan teratur, (3) sehingga setiap orang melakukan

tugasnya berdasarkan selera masing-masing, (4) apabila kelompok terdiri dari orang-

orang yang lemah, maka suasana akan semakin buruk, (5) Apabila muncul masalah

maka tidak pernah terpecahkan sampai tuntas dan memuaskan.51

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan laissez-faire

merupakan kepemimpinan yang dilakukan secara individual dan penuh dengan

kebebasan.

b) Kepemimpinan Demokratis

Soekarto Indrafachrudi dan Tahalele menyebutkan bahwa kepemimpinan

demokratis merupakan macam kepemimpinan yang baik dan yang sesuai, karena

dalam kepemimpinan demokratis semua guru bekerja sama untuk mencapai tujuan

bersama. Dalam kepemimpinan tipe ini, semua putusan diambil melalui


50
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, cet. 24, Bandung: PT. Remaja
Rosda karya, 2017
musyawarah dan mufakat semua guru-guru maupun pihak-pihak terkait. Pemimpin

mendorong guru-guru dalam hal mengembangkan keterampilannya.52

Seperti diungkapkan oleh kepemimpinan demokratis menitik beratan masalah

aktivitas pada setiap anggota kelompok juga para pemimpin lainnya yang semuanya

terlibat aktif dalam penentuan sikap, pembuatan rencana-rencana, dan pembuatan

keputusan penerapan disiplin kerja. Selain itu pemimpin yang demokratis merupakan

pembimbing yang baik bagi kelompoknya dan menyadari bahwa tugasnya ialah
mengkoordinasikan pekerjaan dan tugas dari semua anggota dengan menekankan rasa

tanggung jawab dan kerja sama yang baik kepada setiap anggota. Pemimpin tipe ini

memiliki ciri-ciri sebagai berikut; (1) kebijakan dan keputusan didapat dari hasil

musyawarah, (2) anggota kelompok bebas bekerjasama dengan anggota lain dan

berbagai tugas diserahkan kepada kelompok, (3) kritik dan pujian bersifat objektif

dan berdasarkan fakta-fakta, pemimpin ikut berpartisipasi dalam suatu kegiatan.53

Ngalim Purwanto, menyebutkan bahwa pemimpin yang bertipe demokratis

menafsirkan kepemimpinannya bukan sebagai diktator, melainkan sebagai pemimpin

ditengah-tengah anggota kelompoknya. Pemimpin yang demokratis selalu berusaha

menstimulasi anggota-anggotanya agar bekerja secara kooperatif untuk mencapai

tujuan bersama.

Kepemimpinan yang demokratis memiliki sifat-sifat sebagai berikut: (1)

Dalam menggerakkan bawahan bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia

merupakan makhluk termulia di dunia. (2) Selalu berusaha untuk menyinkronkan


52
Soekarto Indrafachrudi dan Tahalele, Bagaimana Kepemimpinan Kepala Sekolah yang
Efektif, Malang: Ghalia Indonesia, 2006, h.21
53
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, cet. 21 Bandung: Rajawali Pers. 2016, h.87
kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dari tujuan pribadi bawahan.

(3) Senang menerima saran, pendapat, dan kritik dari bawahan. (4) Mengutamakan

kerjasama dalam mencapai tujuan. (5) Memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada

bawahan, dan membimbingnya. (6) Mengusahakan agar bawahan dapat lebih sukses

daripada dirinya. (7) Selalu mengembangkan kapasitas pribadinya sebagai seorang

pemimpin.54
Soewadji Lazaruth menyebutkan bahwa pada kepemimpinan tipe ini

pemimpin berkeyakinan bahwa perannya adalah mendorong, membimbing,

menghimpun semua kekuatan kelompok secara maksimal dan bekerja sama dengan

kelompok dalam rangka mencapai tujuan bersama. Prinsip utama dalam

kepemimpinan demokratis adalah mengikutsertakan semua orang dalam proses

penetapan dan penentuan strategi dalam usaha pencapaian tujuan bersama. Setiap

pengambilan keputusan selalu didasarkan pada musyawarah dan mufakat. Didalam

proses pembinaan, tugas pemimpin yang demokratis adalah sebagai berikut.

Mengembangkan persatuan dan kesatuan kelompok, mendorong keberanian untuk

bereksperimen, mengembangkan daya penalaran anggota kelompok, membangun rasa

aman dan percaya diri sendiri pada kelompok, menolong kelompok untuk melihat

secara jelas batasan kewenangannya, mengembangkan interaksi dan saling bertukar

pengalaman antar anggota kelompok, mengembangkan kepemimpinan anggota

kelompok.55

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemimpin demokratis

merupakan pemimpin yang selalu mengutamakan sikap bermusyawarah, sehingga

dalam mengambil keputusan selalu bersama-sama.


54
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, cet. 24 Bandung: PT. Remaja
Rosda karya, 2017, h.50
55
Soewadji Lazaruth, Kepala Sekolah dan Tanggungjawabnya, Cet. VI, Yogyakarta:
Kanisius, 2009, h.65
4) Menurut Hasibuan, terdapat beberapa macam gaya kepemimpinan, yaitu
sebagai berikut:
a. Kepemimpinan Otoriter

Kepemimpinan Otoriter adalah jika kekuasaan atau wewenang, sebagian

besar berada pada pimpinan atau kalau pimpinan itu menganut sistem

sentralisasi wewenang. Pengambilan keputusan dan kebijaksanaan hanya


ditetapkan sendiri oleh pemimpin, bawahan tidak diikutsertakan untuk

memberikan saran, ide, dan pertimbangan dalam proses pengambilan

keputusan. Orientasi kepemimpinannya difokuskan hanya untuk peningkatan

produktifitas kerja karyawan dengan kurang memperhatikan perasaan dan

kesejahteraan bawahan.

b. Kepemimpinan Partisipasi

Kepemimpinan Partisipasi adalah apabila dalam kepemimpinan-nya

dilakukan dengan cara persuasif, menciptakan kerja sama yang serasi,

menumbuhkan loyalitas, dan partisipasi para bawahan. Pemimpin memotivasi

bawahan agar merasa ikut memiliki perusahaan. Bawahan harus berpartisipasi

memberikan saran, ide, dan pertimbangan dalam proses pengambilan

keputusan.

c. Kepemimpinan Delegasi

Kepemimpinan Delegasi apabila seorang pemimpin mendelegasikan

wewenangnya kepada bawahan dengan agak lengkap. Dengan demikian,

bawahan dapat mengambil keputusan dan kebijaksanaan dengan bebas atau

leluasa dalam melaksanakan pekerjaannya. Pemimpin tidak peduli cara

bawahan mengambil keputusan dan mengerjakan pekerjaannya, sepenuhnya

diserahkan kepada bawahan. Dalam hal ini bawahan dituntut memiliki

kematangan dalam pekerjaan (kemampuan) dan kematangan psikologis

(kemauan). Kematangan pekerjaan dikaitkan dengan kemampuan untuk

melakukan sesuatu yang berdasarkan pengetahuan dan keterampilan.


Kematangan psikologis dikaitkan dengan kemauan atau motivasi untuk

melakukan sesuatu yang erat kaitannya dengan rasa yakin dan keterikatan.

5) Gaya kepemimpinan menurut Sutikno: 56

a. Gaya Otokratik

Tipe kepemimpinan menganggap bahwa kepemimpinan adalah hak

pribadinya (pemimpin), sehingga ia tidak perlu berkonsultasi dengan orang

lain dan tidak boleh ada orang lain yang turut campur. Seorang pemimpin

otokratik akan menunjukkan sikap yang menonjolkan keakuannya, dan selalu

mengabaikan peranan bawahan dalam proses pengambilan keputusan, tidak

mau menerima saran dan pandangan bawahannya.

b) Gaya Kendali Bebas (Laisez Faire)

Tipe kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari tipe kepemimpinan

otokratik. Dalam kepemimpinan tipe ini, pemimpin biasanya menunjukkan

perilaku yang pasif dan seringkali menghindar diri dari tanggung jawab.

Seorang pemimpin yang kendali bebas cenderung memilih peran yang pasif

dan membiarkan organisasi berjalan menurut temponya sendiri. Disini

seorang pemimpin mempunyai keyakinan bebas dengan memberikan

kebebasan yang seluas-luasnya terhadap bawahan maka semua usahanya

akan cepat berhasil.


56
Sutikno, sobry M, Pemimpin dan Gaya Kepemimpinan, Edisi Pertama, Lombok: Holistica,
2014, h.35
c) Gaya Paternalistik

Persepsi seorang pemimpin yang paternalistik tentang peranannya

dalam kehidupan organisasi dapat dikatakan diwarnai oleh harapan


bawahan kepadanya. Harapan bawahan berwujud keinginan agar pemimpin

mampu berperan sebagai bapak yang bersifat melindungi dan layak

dijadikan sebagai tempat bertanya dan untuk memperoleh petunjuk,

memberikan perhatian terhadap kepentingan dan kesejahteraan

bawahannya.

d) Gaya Kharismatik

Seorang pemimpin yang kharismatik memiliki karakteristik khusus

yaitu daya tariknya yang sangat memikat, sehingga mampu memperoleh

pengikut yang sangat besar dan para pengikutnya tidak selalu dapat

menjelaskan secara konkrit mengapa orang tersebut itu dikagumi.

e) Gaya Militeristik

Pemimpin yang bertipe militeristik ialah pemimpin dalam

menggerakkan bawahannya lebih sering mempergunakan sistem perintah,

senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya, dan senang kepada

formalitas yang berlebih-lebihan. Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku

dari bawahannya, dan sukar menerima kritikan dari bawahannya.

f) Gaya Pseudo-demokratik

Tipe ini disebut juga kepemimpinan manipulatif atau semi demokratik.

Pemimpin seperti ini menjadikan demokrasi sebagai selubung untuk

memperoleh kemenangan tertentu. Pemimpin yang bertipe pseudo-

demokratik hanya tampaknya saja bersikap demokratis padahal sebenarnya

dia bersikap otokratis. Pemimpin ini menganut demokrasi semu dan lebih
mengarah kepada kegiatan pemimpin yang otoriter dalam bentuk yang

halus dan samar-samar.

g) Gaya Demokratik

Tipe demokratik adalah tipe pemimpin yang demokratis, dan bukan karena

dipilihnya si pemimpin secara demokratis. Tipe kepemimpinan dimana

pemimpin selalu bersedia menerima dan menghargai saran-saran,

pendapat, dan nasihat dari staf dan bawahan, melalui forum musyawarah

untuk mencapai kata sepakat. Kepemimpinan demokratik adalah

kepemimpinan yang aktif, dinamis, dan terarah. Kegiatan-kegiatan

pengendalian dilaksanakan secara tertib dan bertanggung jawab.

Pembagian tanggung jawab yang jelas, memungkinkan setiap anggota

berpartisipasi secara aktif.

6) Gaya kepemimpinan menurut William J. Reddin, seorang profesor dan


konsulat dari Kanada

a. Gaya Kepemimpinan Tiga Dimensi

Reddin mengungkapkan bahwa gaya kepemimpinan tersebut selalu

dikembalikan pada dua hal yang mendasar, yaitu hubungan pemimpin

dengan tugas dan hubungan kerja. 57 Dalam hal ini, terdapat empat gaya

kepemimpinan efektif, yaitu: 58

57
Miftah Thoha, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada. 2008, h.310
58
Miftah Thoha, Perilaku Organisasi…311-312
1) Eksekutif
Gaya ini banyak memberikan perhatian pada tugas-tugas pekerjaan

dan hubungan kerja. Seorang manajer yang menggunakan gaya ini

disebut sebagai motivator yang baik, mau menetapkan standar kerja

yang tinggi, mau menerima perbedaan individu, dan berkeinginan

memperjuangkan kerja tim dalam manajemennya.

2) Pecinta Pengembangan (developer)

Gaya ini mempergunakan perhatian yang maksimum terhadap

hubungan kerja, dan perhatian minimum terhadap tugas-tugas

pekerjaan. Seorang manajer yang menggunakan gaya ini mempunyai

kepercayaan yang jelas terhadap orang-orang yang bekerja dalam

perusahaannya dan sangat memperhatikan pengembangan mereka

sebagai individu.

3) Otokratis yang baik hati (Benevolent Autocrat)

Gaya ini memberikan perhatian yang maksimum terhadap tugas, dan

perhatian yang minimum terhadap hubungan kerja.

4) Birokrat/ bureaucratic Gaya kepemimpinan lebih efektif (seseorang

yang hanya mempunyai sifat efektif saja dengan orientasi tugas yang

rendah). Hampir sama dengan Deserter, gaya kepemimpinan tidak

sungguh-sungguh menaruh minat pada tugas (TO) atau pergaulan

(RO). dia sendiri bagaimanapun juga efektif karena amat patuh kepada

peraturan. Gaya kepemimpinan yang memelihara suasana kepatuhan

tersebut tetapi secara pribadi kurang menghayati dan melibatkan di

dalam permasalahannya. Pemimpin Birokrat memandang dirinya


sebagai seorang yang paling efisien. Pemimpin yang mentaati

peraturan organisasi, menempuh jalan yang telah digariskan.

Pemimpin yang berpegang teguh kepada hal-hal mendetail serta

orientasi utamanya adalah “aturan permainan”. Baginya hanya

peraturan yang ada dan berlaku serta pengalaman dimasa lampau

itulah petunjuk yang harus dipatuhi dan diikuti.

Golongan Birokrat ini biasanya tumbuh dalam lingkungan

dinas pemerintahan. Pemimpin yang seringkali terdapat pada

organisasi yang prestasinya kadang-kadang sukar diukur/dinilai. Tipe

ini sangat efektif dalam hal kepatuhan terhadap peraturan tetapi dari

golongan Birokrat ini sukar didorong pada peningkatan produksi dan

tidak mau mengembangkan bawahannya. Pemimpin yang berpendapat

bahwa pergaulan yang sehat dan matang sukar dicapai dan

perencanaan jangka panjang itu adalah gagasan kurang baik.

Pemimpin yang sangat terikat pada apa yang terjadi di masa lalu dalam

organisasinya.

3. Tinjauan tentang Kepala madrasah

a. Pengertian Kepala madrasah

Kata “kepala” dapat diartikan “ketua” atau “pemimpin” dalam suatu

organisasi atau sebuah lembaga. Sedangkan “madrasah” adalah sebuah

lembaga dimana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran.

Menurut Wahjosumidjo secara sederhana kepala madrasah dapat

didefinisikan sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas


untuk memimpin suatu madrasah dimana diselenggarakan proses belajar

mengajar atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi

pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Kepala sekolah adalah

jabatan pemimpin yang tidak bisa diisi oleh orang-orang tanpa

didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan.59

Wahjosumidjo mendefinisikan bahwa kepala madrasah yang

berhasil adalah kepala madrasah yang mampu memahami keberadaan

madrasah sebagai organisasi yang kompleks dan unik, serta mampu

melaksanakan peranan kepala sekolah sebagai seorang yang diberi

tanggung jawab untuk memimpin madrasah. Kepala sekolah adalah

seseorang yang menentukan titik pusat dan irama suatu madrasah.

Kepala madrasah memiliki peranan sangat penting dalam

menggerakkan kehidupan madrasah guna mencapai tujuan. ada dua hal

yang perlu diperhatikan oleh kepala madrasah dalam memimpin, yaitu:

(1) Kepala madrasah berperan sebagai kekuatan sentral yang menjadi

kekuatan penggerak kehidupan madrasah. (2) Kepala madrasah harus

memahami tugas dan fungsi mereka demi keberhasilan madrasah, serta

memilki kepedulian kepada staf dan siswa.60

59
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Madrasah, Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010, h.83-84
60
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Madrasah, Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010, h.81-82

b. Standar Kepala madrasah

Kualifikasi kepala madrasah terdiri atas kualifikasi umum dan

kualifikasi khusus.
Kualifikasi umum kepala madrasah adalah sebagai berikut; (1)

Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau diploma empat (D-4)

kependidikan atau non kependidikan pada perguruan tinggi yang

terakreditasi; (2) Pada waktu diangkat sebagai kepala madrasah berusia

setinggi tingginya 56 tahun; (3) Memiliki pengalaman mengajar sekurang-

kurangnya lima tahun menurut jenjang sekolah masing-masing kecuali di

Taman Kanak kanak/ Raudhatul Athfal (TK/ RA) memiliki pengalaman

mengajar sekurang-kurangnya tiga tahun di TK/ RA; (4) dan Memiliki

pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai negeri sipil (PNS) dan

bagi non PNS disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh

yayasan atau lembaga yang berwenang. Sedangkan Kualifikasi khusus

kepala sekolah dasar/ madrasah ibtidaiyah (SD/ MI), adalah sebagai

berikut; (1) Berstatus sebagai guru SMP/MTS (2) Memiliki sertifikat

pendidik sebagai guru SMP/MTs; dan (3) Memilik sertifikat kepala

SMP/MTs yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan pemerintah.61

c. Tugas dan Fungsi Kepala madrasah

Tugas kepala sekolah ialah berusaha menciptakan suasana pekerjaan

yang sehat dan menyenangkan .62


61
Muhaimin and Sutiah, Sutiah and Prabowo, Sugeng Listyo, Manajemen pendidikan:
aplikasinya dalam penyusunan rencana pengembangan sekolah/madrasah, Kencana, Jakarta,2011,
h.39-40.
62
Soekarto Indrafachrudi dan Tahalele, Bagaimana Kepemimpinan Kepala Sekolah yang
Efektif, Malang: Ghalia Indonesia, 2006, h.29
Wahjosumidjo menyebutkan bahwa sebagai seorang pemimpin

kepala madrasah harus memperhatikan fungsi-fungsi kepemimpinan yaitu:


1) Bertanggung jawab agar para guru, staf, dan siswa menyadari akan

tujuan madrasah yang telah ditetapkan, dengan kesadaran tersebut para

guru, staf, dan siswa dengan penuh semangat, keyakinan

melaksanakan tugas masing-masing dalam encapai tujuan madrasah.

2) Agar guru, staf, dan siswa melaksanakan tugas-tugas dengan penuh

kesadaran, maka setiap kepala madrasah bertanggungjawab untuk

menyediakan segala dukungan, peralatan, fasilitas, sebagai peraturan

dan suasana yang mendukung kegiatan.

3) Kepala madrasah harus mampu memahami motivasi guru, staf dan

siswa, mengapa mereka bersikap dan berprilakubaik yang positif

maupun reaksi yang tidak mendukung.

4) Kepala madrasah harus selalu tampak sebagai sosok yang dihargai,

terpercaya, diteladani, dituruti segala perintahnya, sehingga sebagai

seorang pemimpin, kepala sekolah betul-betul berfungsi sebagai

sumber inspirasi bawahan.

5) Kepala madrasah harus selalu dapat menjaga memelihara

keseimbangan antara guru, staf dan siswa disatu pihak dan

kepentingan madrasah serta kepentingan masyarakat dipihak lain.

6) Tiap kepala madrasah harus menyadari bahwa esensi kepemimpinan

adalah kepengikutan (the followership), yang artinya kepemimpinan

tidak akan terjadi apabila tidak didukung oleh bawahan atau pengikut.

7) Memberikan bimbingan, mengadakan koordinasi kegiatan,

mengadakan pengendalian/ pengawasan dan mengadakan pembinaan


agar masing-masing anggota/ bawahan memperoleh tugas yang wajar

dalam beban dan hasil usaha bersama.

8) Untuk mengatasi permasalahan matarantai pengelolaan kepala

madrasah yang sebenarnya sangat menentukan terciptanya kepala

madrasah yang profesional.

9) Dapat disimpulkan bahwa kepala madrasah yang efektif adalah kepala

madrasah yang dapat menjalankan tugas dan fungsi kepala madrasah

dengan baik. Sehingga seorang kepala madrasah dapat dijadikan

contoh dan panutan yang baik bagi bawahannya dalam menjalankan

tugas, serta dapat mengayomi bawahan agar mereka senantiasa merasa

nyaman dan tidak melakukan hal-hal yang dapat mencoreng nama baik

madrasah.63

d. Kepemimpinan Kepala madrasah

1) Pengertian Kepemimpinan Pendidikan

Adapun pengertian kepemimpinan pendidikan terdapat beberapa

pendefinisian. Menurut Fachrudi, sebagaimana dikutip oleh Nur Efendi

kepemimpinan pendidikan adalah suatu kemampuan dalam proses

memengaruhi, mengoordinir orang-orang yang ada hubungannya dengan

ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan


63
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Madrasah, Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010, h.118-119
pengajaran, agar kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat berlangsung

lebih efisien dan efektif di dalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan dan

pengajaran.64
Menurut Rohmat mengungkapkan bahwa kepemimpinan pendidikan

adalah kemampuan pemimpin pendidikan dalam memengaruhi para guru,

staf administrasi dan siswa dalam mencapai tujuan pendidikan serta

mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki pendidikan. Perilaku

pemimpin pendidikan menjadi suri tauladan bagi semua personel

pendidikan yang pada akhirnya dapat tercipta budaya pendidikan yang

lebih maju.65 Sedangkan menurut Soemanto dan Soetopo menyatakan

bahwa kepemimpinan pendidikan adalah tindakan atau tingkah laku di

antara individu-individu dan kelompok-kelompok yang menyebabkan

mereka bergerak ke arah tercapainya tujuan-tujuan pendidikan yang

menambahkan penerimaan bersama bagi mereka.66

Dari berbagai pendapat di atas dapat dirumuskan bahwa

kepemimpinan pendidikan adalah kemampuan seseorang dalam

memengaruhi, mengoordinir, menggerakkan, memberikan motivasi, dan

mengarahkan orang-orang dalam lembaga pendidikan agar pelaksanaan

pendidikan dan pengajaran dapat lebih efisien dan efektif


64
Nur Efendi, Islamis educational Leadership: Memahami Integrasi Konsep Kepemimpinan di
Lembaga Pendidikan Islam, Yogyakarta: Kalimedia, 2015, h.7
65
Rohmat, Kepemimpinan Pendidikan Konsep Aplikasi, Purwokerto: STAIN Press, 2010, h.45
66
Nur Efendi, Islamis instructional Leadership: Memahami Integrasi Konsep Kepemimpinan di
Lembaga Pendidikan Islam, Yogyakarta: Kalimedia, 2015, h.8

dalam pencapaian tujuan pendidikan dan pembelajaran. Jika konsep

kepemimpinan di atas dielaborasikan pada kepemimpinan pendidikan di

sekolah, maka dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah harus dapat


memengaruhi guru ke arah positif sesuai dengan visi, misi, dan tujuan

yang ingin dicapai oleh kepala madrasah sebagai pemimpin.

Untuk itu seorang kepala madrasah harus menerapkan gaya

kepemimpinan yang disesuaikan dengan karakter, budaya dan suasana

iklim madrasah untuk mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran. 2)

Peran Kepemimpinan Kepala madrasah

Peran utama kepala madrasah menurut Depdiknas sesuai dengan

prespektif kebijakan nasional adalah sebagai berikut:

a) Kepala madrasah sebagai pendidik, Kepala madrasah sebagai manajer,

b) Kepala madrasah sebagai administrator,

c) Kepala madrasah sebagai supervisor,

d) Kepala madrasah sebagai leader (pemimpin),

e) Kepala madrasah sebagai pencipta iklim kerja,

f) Kepala madrasah sebagai entrepreneur (wirausaha),

g) Kepala madrasah sebagai innovator di madrasah. 67

Sedangkan peran kepala madrasah menurut Mulyasa yaitu:

a) Kepala madrasah sebagai professional person (pendidik), meliputi

pembinaan mental, pembinaan moral dan pembinaan fisik bagi tenaga

kependidikan.68
67
Barlian, Ikbal, Manajemen Berbasis Sekolah Menuju Sekolah Berprestasi, Jakarta: Erlangga,
2013, h.53
68
Mulyasa, Pengembangan dan implentasi pemikiran kurikulum, Rosdakarya bandung, 2013,
h.98
b) Kepala madrasah sebagai manajer, yang pada hakikatnya merupakan

suatu proses merencanakan, mengorganisasi, melaksanakan,


memimpin dan mengendalikan, usaha para anggota organisasi serta

mendayagunakan seluruh sumber-sumber daya organisasi dalam

rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.69

c) Kepala madrasah sebagai adaministrator, dalam hal ini kepala

madrasah memiliki hubungan yang erat dengan berbagai aktifitas

pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan dan

pendokumenan seluruh program madrasah.70

d) Kepala madrasah sebagai supervisor, harus mampu melakukan

berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja

tenaga kependidikan.71

e) Kepala madrasah sebagai leader, harus mampu memberikan petunjuk

dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan,

membuka komunikasi dua arah dan mendelegasikan tugas.72

f) Kepala madrasah sebagai innovator, harus memiliki strategi yang

tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan,

mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan

teladan dan mengembangkan model-model pembelajaran yang

inovatif.73
69
Mulyasa, Pengembangan dan implentasi pemikiran kurikulum, Rosdakarya bandung, 2013,
h.103
70
Mulyasa, Pengembangan... h.107
71
Mulyasa, Pengembangan... h.111
72
Mulyasa, Pengembangan... h.115
73
Mulyasa, Pengembangan... h.118
g) Kepala madrasah sebagai motivator, harus memiliki strategi yang

tepat untuk memotivasi para tenaga kependidikan dalam melakukan


tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui

pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin,

dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai

sumber belajar melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar (PSB).74

Kepala madrasah sebagai penentu kebijakan di sekolah juga harus

memfungsikan perannya secara maksimal, pernyataan Kartini kartono

dalam Idochi Anwar menyebutkan bahwa fungsi kepemimpinan adalah

memandu, menuntun, membimbing, memberi atau membangun motivasi-

motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan komunikasi

yang lebih baik sehingga akan mampu membawa para pengikutnya

kepada tujuan yang telah direncanakan.75

Allah SWT. berfirman dalam Al-Qur‟an (QS. Shad ayat 26):

ُ‫ضلُّونَ َعن َسبِيٱِلللَّ ِهلَه‬


ِ َ‫ضلَّ َك َعن َسبِيٱِلللَّ ۚ ِهِإنَّٱلَّ ِذينَي‬ ِ ْ‫ٰيَدَا ُوۥ ُدِإنَّا َج َع ْل ٰنَ َك َخلِيفَةًفِىٱَأْلر‬
ِ ُ‫ضفَٱحْ ُكمبَ ْينَٱلنَّا ِسبِ ْٱل َحقِّ َواَل تَتَّبِ ِع ْٱلهَ َو ٰىفَي‬
۟ ‫ْم َع َذابٌ َش ِدي ۢ ٌدبمانَس‬
ِ ‫ُوايَوْ َم ْٱل ِح َسا‬
‫ب‬ َِ

Artinya: Hai Daud, Sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah


(penguasa) di muka bumi, Maka berilah keputusan (perkara) di antara
manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena
ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang
yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena
mereka melupakan hari perhitungan.76
74
Mulyasa, Pengembangan....h.120
75
Anwar, Moch. Idochi, Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan, Jakarta: pt
Rajagrafindo Persada, 2013, h.78
76
Departemen agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: CV. Kathoda, 2005. h.410

Dari penjelasan di atas, maka dapat difahami bahwasannya posisi

kepala madrasah akan menentukan arah suatu lembaga. Kepala madrasah


merupakan pengaturan dari program yang ada disekolah. Sebagai seorang

kepala madrasah dalam memimpin memiliki peran yang sangat penting

dalam mengembangkan madrasah. Jika seorang kepala sekolah mampu

melaksanakan semua perannya, maka akan menghasilkan madrasah yang

sangat bagus dan berkualitas.

e. Kepala madrasah sebagai Pemimpin di madrasah

Kepala madrasah merupakan salah satu pemimpin tertinggi yang ada

di suatu lembaga. Peran kepala madrasah sangat berpengaruh terhadap

perkembangan yang ada di dalamnya. Untuk menciptakan sebuah

madrasah yang maju dan berkembang, maka dibutuhkan kepala madrasah

yang memiliki kualitas dan perilaku efektif kepada madrasah yang

dipimpinnya.

Disebutkan oleh Tim Dosen AP, ciri-ciri kepala sekolah yang efektif

dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Kepala madrasah efektif memiliki visi yang kuat tentang masa depan

madrasahnya, dan pemimpin yang mendorong semua staf untuk

mewujudkan visi tersebut.

2) Kepala madrasah efektif memiliki harapan tinggi terhadap prestasi

siswa dan kinerja staf.

3) Kepala madrasah efektif tekun mengamati para guru di kelas dan

memberikan umpan balik yang positif dan konstruktif dalam rangka

memecahkan masalah serta memperbaiki pembelajaran.


4) Kepala madrasah efektif mendorong pemanfaatan waktu secara

efisien dan merancang langkah-langkah untuk meminimalisasi

kekacauan.

5) Kepala madrasah efektif mampu memanfaatkan sumber-sumber

material dan personil secara kreatif.

6) Kepala madrasah efektif memantau prestasi siswa secara individual

dan kolektif dalam memanfaatkan informasi untuk mengarahkan

perencanaan instruksional.77

Secara umum, ciri dan perilaku kepala madrasah efektif dapat dilihat

dari tiga hal pokok, yaitu; Kemampuannya berpegang pada citra atau visi

lembaga dalam menjalankan tugas, Menjadikan visi madrasah sebagai

pedoman dalam mengelola dan memimpin madrasah, dan Memfokuskan

aktifitasnya kepada pembelajaran dan kinerja guru di kelas.78

Dari beberepa ciri kepala madrasah efektif yang telah dijelaskan di

atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepala madrasah efektif adalah

kepala madrasah yang tekun, dapat memantau, mendorong serta

memotivasi guru-guru maupun siswa guna memecahkan dan

memperbaiki masalah serta kekacauan yang ada di sekolah.

f. Kompetensi Kepala madrasah

Menurut Wibowo kompetensi kepala madrasah adalah kecakapan yang

bersangkutan dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya (Tupoksi),


77
Tim Dosen AP, Manajemen Pendidikan, Yogyakarta: UNY Press, 2011, h.150-151
untuk mencapai standar mutu kaitannya dengan unjuk kinerja atau kerja nyata,

dalam hal ini tupoksi untuk memimpin atau mengelola madrasah menuju

keberhasilan pendidikan di madrasah.79

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun

2010 Tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Madrasah, pasal 1 ayat 5,

dijelaskan bahwa kompetensi kepala madrasah adalah pengetahuan, sikap dan

keterampilan pada dimensi-dimensi kompetensi kepribadian, manajerial,

kewirausahaan, supervisi, dan sosial.

Sementara Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 tahun

2010 pasal 1 ayat 5 tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala madrasah,

kompetensi kepala madrasah adalah pengetahuan, sikap dan keterampilan

pada dimensi-dimensi kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan,

supervisi, dan sosial.

4. Manajemen Madrasah
a. Pengertian Manajemen

Istilah manajemen madrasah seringkali disandingkan dengan istilah

administrasi madrasah. Berkaitan dengan itu, terdapat tiga pandangan berbeda;

pertama, mengartikan lebih luas dari pada manajemen (manajemen merupakan inti

dari administrasi); kedua, melihat manajemen lebih luas dari pada administrasi dan

ketiga, pandangan yang menggangap bahwa manajemen identik dengan

administrasi. Berdasarkan fungsi pokoknya istilah manajemen dan administrasi

mempunyai fungsi yang sama. Karena itu, perbedaan kedua istilah tersebut tidak

konsisten dan tidak signifikan.


78
Tim Dosen AP, Manajemen Pendidikan, Yogyakarta: UNY Press. 2011, h.150
79
Ahmad Siswoko Wibowo, Pengaruh Budaya Organisasi, Kepuasan Kerja dan Gaya
Kepemipinan terhadap Kinerja Karyawan, 2014, h.25
Manajemen merupakan proses yang khas bertujuan untuk mencapai suatu

tujuan dengan efektif dan efisien menggunakan semua sumber daya yang ada. Terry

menjelaskan: “Management is performance of coneiving desired result by means

that of grouuf efforts consisting of utilizing human talent and resources”. Ini dapat

dipahami bahwa manajemen adalah kemampuan mengarahkan dan mencapai hasil

yang diinginkan dengan pemberdayaan manusia dan sumber daya lainnya.79

Ricky W. griffin mendefinisikan manajemen sebagai suatu rangkaian

aktifitas (termasuk perencanaan, dan pengambilan keputusan, pengorganisasian,

kepemimpinan, dan pengendalian) yang diarahkan pada sumber- sumber daya

organisasi (manusia, finansial, fisik, dan informasi) dengan maksud untuk mencapai

tujuan organisasi secara efektif dan efisien. 80

Selanjutnya Pengertian Manajemen dikemukakan Parker (Stoner &

Freeman, 2000): Ialah Seni melaksanakan pekerjaan melalui orang- orang (the art

of getting things done through people).81

Sufyarma mengutip dari stoner mengatakan: Manajemen adalah proses

perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian upaya anggota

organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan secara efektif dan efisien.82 Dalam teori Manajemen Islam

seseorang yang melakukan kebaikan akan diberi ganjaran didunia dan akhirat.

Ganjaran di dunia ini termasuk keuntungan material, dan pengakuan sosial, dan
79
Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2005. h.41
80
Ricky W. Griffin, Manajemen, alih bahasa Gina Gania; editor Wisnu Candra Kristiaji,
Jakarta: Erlangga, 2005, h.7
81
Husaini usman, Manajemen, Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan, edisi 3, Jakarta: Bumi
Aksara, 2011, h. 5
82
Sufyarma, Kapita Selekta Manajemen, Pendidikan, Bandung: CV. Alfabeta, 2005, h.188-
189.
kesejahteraan psikologis dan di hari kemudian berupa kesenangan dan kemakmuran

dari Allah. Seseorang juga akan diberi pahala atas niat yang baik.83

Dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah sebuah proses perencanaan,

pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk

mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif artinya bahwa tujuan

dapat dicapai sesuai perencanaan, sementara efisien berarti tugas yang ada

dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal. 83 Sufyarma,

Kapita Selekta... h.180

b. Fungsi-fungsi Manajemen

Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan

melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam

melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen dapat dikatakan

sebagai tugas-tugas yang harus dilakukan oleh seorang manajer. Fungsi manajemen

pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol

pada awal abad ke-20. Ketika itu, Henry Fayol menyebutkan lima fungsi manajemen,

yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengendalikan dan pengevaluasian.

Selanjutnya dapat dijelaskan masing- masing fungsi tersebut: Perencanaan (Planing)

Perencanaan merupakan memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang

dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara

keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi

berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat


apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan

perusahaan.
83
Sufyarma, Kapita Selekta... h.180

Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen

karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan. Keberadaan suatu

rencana sangat penting bagi organisasi/lembaga pendidikan karena rencana berfungsi

untuk: Menjelaskan dan merinci tujuan yang ingin dicapai. Memberikan pegangan

dan menetapkan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan

tersebut. Memberikan batas kewenangan dan tanggung jawab bagi seluruh pelaksana.

Menghindari pemborosan.84

Terdapat tiga jenis perencanaan menurut jangka waktunya yaitu perencanaan

jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.85

Pengorganisasian atau organizing. Pengorganisasian dilakukan dengan

tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan kegiatan yang lebih kecil.

Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan

menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas tugas yang telah

dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan

tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-

tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut,

pada tingkatan mana keputusan harus diambil.

Pelaksanaan (Actuating) dari seluruh rangkaian proses manajemen,

pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam

fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-


aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih

menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang- orang

84
Sidiq Umar, Manajemen Madrasah, Ponorogo, CV. Nata Karya, 2018, h.5
85
Sidiq Umar, Manajemen …h.5
dalam organisasi. actuating merupakan implementasi dari apa yang direncanakan

dalam fungsi planning dengan memanfaatkan persiapan yang sudah dilakukan

organizing.86 Pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan

perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan

pemotivasian agar dapat melaksanakan kegiatan secara optimum sesuai dengan peran,

tugas dan tanggung jawabnya. Jadi actuating artinya adalah menggerakkan orang-

orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau penuh kesadaran secara bersama-

sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki secara efektif. Dalam hal ini yang

dibutuhkan adalah kepemimpinan (leadership).85

Cara yang tepat digunakan untuk menggerakkan para karyawan/sumber daya

manusia yang ada di lembaga pendidikan yaitu dengan cara memotivasi atau memberi

motif-motif bekerja agar mau dan senang melakukan segala aktivitas dalam rangka

mencapai tujuan secara efektif dan efisien, demikian juga kepemimpinan dan

komunikasi sebagai bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam menjalankan fungsi

actuating tersebut.87

Pengawasan (Controlling) Fungsi pengawasan meliputi penentuan standar,

supervisi, dan mengukur penampilan/ pelaksanaan terhadap standar dan memberikan

keyakinan bahwa tujuan organisasi tercapai. Pengawasan sangat erat kaitannya

dengan perencanaan, karena melalui pengawasan efektivitas manajemen dapat


diukur.88 Dengan demikian pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha

untuk mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan

memastikan apakah tujuan organisasi tercapai.


86
Wibowo, Manajemen Perubahan, Jakarta: RajaGrafinso Persada, 2006, h.13.
87
W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: pt Grasindo, 2008, h.35
88
Sidiq Umar, Manajemen Madrasah, Ponorogo, CV. Nata Karya, 2018, h.5

Apabila terjadi penyimpangan di mana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula

tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya.

Proses pengendalian dapat melibatkan beberapa elemen, yaitu: Menetapkan

standar kinerja. Mengukur kinerja. Membandingkan unjuk kerja dengan standar yang

telah ditetapkan. Mengambil tindakan korektif saat terdeteksi penyimpangan.89

Pengevaluasian atau evaluating, merupakan proses pengawasan dan

pengendalian performa perusahaan untuk memastikan bahwa jalannya perusahaan

sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Seorang manajer dituntut untuk

menemukan masalah yang ada dalam operasional perusahaan, kemudian

memecahkannya sebelum masalah itu menjadi semakin besar.

c. Pengertian Manajemen madrasah

Sidiq, dengan mengutip James A.F stoner menyatakan bahwa dalam dunia

pendidikan, menejemen dapat diartikan sebagai aktifitas memadukan sumber-sumber

pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang diberikan

sebelumnya90.
Mulyasa, dengan mengutip pendapat Ghaffar menyatakan bahwa menejemen

pendidikan mengandung arti sebagai suatu proses kerja sama secara simantik,

sistemik, dan komprehensif dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional91.

89
Wibowo, Manajemen Perubahan, Jakarta: RajaGrafinso Persada, 2006, h.13.
90
Sidiq Umar, Manajemen Madrasah, Ponorogo, CV. Nata Karya, 2018, h.5 92E.
91
Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2016, h.19-20
Manajemen madrasah adalah manajemen yang dilaksanakan dalam

pengembang madrasah dengan arti manajemen itu merupakan seni dalam ilmu

pengelolaan sumber daya madrasah untuk mencapai tujuan madrasah secara efektif

dan efisien atau sebagai proses perencanaanpengorganisasian, pengarahan,

pengendalian sumber daya madrasah untuk mencapai tujuan madrasah itu sendiri

secara efektif dan efisien. Manajemen pendidikan adalah bagaimana menggunakan

dan mengelola sumber daya pendidikan Islam secara efektif dan efisien untuk

mencapai tujuan pengembangan, kemajuan dan kualitas proses dan hasil pendidikan

Islam itu sendiri92.

Bidang-bidang Manajemen pada Madrasah.

Dalam melaksanakan kegiatannya, madrasah memiliki berbagai garapan.

Sehingga diperlukan keteraturan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut.

Manajemen madrasah memiliki bidang-bidang manajemen sebagai berikut:

1) Manajemen kurikulum

Kurikulum di madrasah merupakan penentu utama kegiatan sekolah.

Kurikulum yang dirumuskan harus sesuai dengan filsafat dan cita-cita bangsa,

perkembangan siswa, tuntutan dan kemajuan masyarakat. Manajemen


kurikulum membicarakan pengorganisasian sumber-sumber yang ada di

sekolah sehingga kegiatan manajemen kurikulum ini dapat dilakukan dengan

efektif dan efisien.93

Dengan kata lain, dengan program kurikuler tersebut, madrasah menyediakan

lingkungan pendidikan bagi siswa untuk berkembang,


92
Muhaimin dkk, Aplikasinya dalam Penyesuaian Rencana Pengembangan
Sekolah/Madrasah, Manajemen Pendidikan, Percetakan Kencana Perada Media Group, 2009. h 1-5
93
Rohiat, Manajemen Sekolah, Bandung, Refika Aditama, 2010, h.21.

kurikulum disusun sedemikian rupa yang memungkinkan siswa yang

melakukan beraneka ragam kegiatan belajar. Kurikulumtidak terbatas pada

sejumlah mata pelajaran, namun meliputi segala sesuatu yang dapat

mempengaruhi perkembangan siswa.94

2) Manajemen kesiswaan

Manajemen peserta didik keberadaannya sangat dibutuhkan di

lembaga pendidikan karena siswa merupakan subjek sekaligus objek dalam

proses transformasi ilmu dan keterampilan. Manajemen peserta didik

merupakan penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan

peserta didik, mulai dari siswa itu masuk sampai dengan keluar dari suatu

sekolah.95

Pengertian peserta didik menurut ketentuan umum UU RI No. 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah anggota masyarakat

yang mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia

pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik adalah orang
yang mempunyai pilihan untuk menempuh ilmu sesuai dengan citacita dan

harapan masa depan. dari pengertian beberapa ahli, bisa dikatakan bahwa

peserta didik adalah orang/individu yang mendapat pelayanan pendidikan

sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan agar tumbuh dan berkembang

dengan baik serta mempunyaikepuasan dalam menerima pelajaran yang

diberikan oleh pendidiknya.


94
Agustinus Hermino, Manajemen Kurikulum Berbasis Karakter, Bandung, Alfabeta, 2014),
h.33.
95
Agustinus Hermino, Manajemen…h.33.
Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen

peserta didik adalah layanan yang memusatkan perhatian pada pengaturan,

pengawasan, dan layanan siswa di kelas dan di luar kelas seperti pengenalan,

pendaftaran, layanan individual seperti pengembangan keseluruhan

kemampuan, minat, kebutuhan sampai seorang pemimpin matang di sekolah.96

Manajemen kesiswaan merupakan kegiatan-kegiatan yang

bersangkutan dengan masalah kesiswaan di sekolah. Tujuan manajemen

kesiswaan adalah menata proses kesiswaan mulai dari perekrutan, mengikuti

pembelajaran sampai dengan lulus sesuai dengan tujuan institusional agar

dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Kegiatan manajemen kesiswaan

meliputi perencanaan penerimaan murid baru, pembinaan siswa, dan

kelulusan.97

3) Manajemen sumber daya manusia

Manajemen yang dituntut meliputi memperoleh dan memilih anggota

yang cakap, membantu anggota menyesuaikan diri pada tugas-tugas barunya,


menggunakan anggota dengan lebih efektif, dan menciptakan kesempatan

untuk perkembangan anggota secara berkesinambungan. 98 Manajemen sumber

daya manusia bertujuan untuk mendayagunakan tenaga kependidikan secara

efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal, namun tetap dalam

kondisi yang menyenangkan.


96
Mohamad Mustari, Manajemen Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015, h.108.
97
Rohiat, Manajemen Sekolah, Bandung, Refika Aditama, 2010, h.25.
98
Rohiat, Manajemen…h.26-27.
Adapun komponen dari manajemen sumber daya manusia ini adalah

sebagai berikut (1) Recruitmen atau penarikan mulai dari pengumuman

penerimaan pegawai, pendaftaran, pengetesan, pengumuman diterimanya

pegawai sampai dengan daftar ulang. (2) Placemen atau penempatan, yaitu

proses penanganan pegawai baru yang sudah melaksanakan pendaftaran ulang

untuk diberi pada bagian seksi mana mereka ditempatkan. (2) Penugasan

dilakukan sesuai dengan bidang keahlian dan kebutuhan lembaga. (3)

Development atau pengembangan, dimaksudkan untuk peningkatan mutu

pegawai baik dilakukan dengan pendidikan maupun kesempatan-kesempatan

lain seperti penataran, diskusi ilmiah, lokakarya, menjadi anggota organisasi

profesi dan lainnya. (4) Pengawasan atau evaluasi, merupakan aspek terakhir

dalam penanganan pegawai. Pada tahap ini dimaksudkan bahwa pada tahap-

tahap tertentu pegawai diperiksa, apakah yang mereka lakukan sudah sesuai

dengan tugas yang seharusnya atau belum. Selain evaluasi atau penilaian juga

dilakukan untuk mengetahui tingkat kenaikan kemampuan personelsetelah

mereka memperolah pembinaan dan pengembangan.99


4) Manajemen sarana dan prasarana

Manajemen sarana dan prasarana adalah kegiatan yang mengatur untuk

mempersiapkan segala peralatan/material bagi terselenggaranya proses

pendidikan di sekolah. Manajemen sarana dan prasarana dibutuhkan untuk

membantu kelancaran proses belajar mengajar. Sarana dan prasarana

pendidikan adalah semua benda bergerak dan tidak bergerak yang


99
Mohamad Mustari, Manajemen Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015, h.108.
dibutuhkan untuk menunjang penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar,

baik secara langsung maupun tidak langsung. Manajemen sarana dan

prasarana merupakan keseluruhan proses perencanaan, pengadaan,

pendayagunaan dan pengawasan sarana dan prasarana yang digunakan agar

tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai dengan efektif dan efisien.

Kegiatan manajemen sarana dan prasarana meliputi perencanaan kebutuhan,

pengadaan, penyimpanan, penginventarisasian, pemeliharaan dan

penghapusan sarana dan prasarana pendidikan.100

Ketersediaan sarana dan prasarana merupakan salah satu komponen

penting yang harus terpenuhi dalam menunjang manajemen pendidikan yang

baik. Menurut ketentuan umum Permendiknas No. 24 tahun 2007, sarana

adalah perlengkapan pembelajaran principle dapat dipindah-pindah,

sedangkan prasarana adalah fasilitas dasar untuk menjalankan fungsi sekolah.

Sarana pendidikan antara lain meja, kursi, papan tulisserta alat-alat media

pembelajaran. Sedangkan yang termasuk prasarana antara lain halaman,

taman, lapangan, gedung dan lain-lain.


Tujuan dari pengelolaan sarana dan prasarana sekolah ini adalah untuk

memberikan layanan secara profesional berkaitan dengan sarana dan

prasarana pendidikan agar proses pembelajaran bisa berlangsung secara

efektif dan efisien.101

5) Manajemen keuangan

Manajemen pembiayaan sekolah adalah seluruh proses kegiatan yang


100
Rohiat, Manajemen Sekolah, Bandung, Refika Aditama, 2010, h.25.
101
Mohamad Mustari, Manajemen Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015,
h.108.
direncanakan dan dilaksanakan/ diusahakan secara sengaja dan sungguh-

sungguh, serta pembinaan secara kontinu terhadap biaya operasional sekolah

sehingga kegiatan pendidikan lebih efektif dan efisien serta membantu

pencapaian tujuan pendidikan.

Adapun prosedur manajemen keuangan sekolah adalah; (a). Dana

masukan (input) (b). Budgeting (perencanaan anggaran) (c). Throwput

(pelaksanaan proses/operasional) (d). Output (hasil usaha).102

Tujuan utama manajemen keuangan sekolah adalah untuk menjamin agar

dana yang tersedia dipergunakan untuk kegiatan harian sekolah dan

menggunakan kelebihan dana untuk diinvestasikan kembali, memelihara

barang-barang (aset) sekolah, dan menjaga agar peraturan-peraturan serta

praktik penerimaan, pencatatan, dan pengeluaran uang diketahui dan

dilaksanakan. Manajemen keuangan sekolah dilakukan dengan mengacu pada

empat prinsip, yaitu; keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik.

Keadilan berarti besarnya pendanaan pendidikan (pemerintah, pemerintah


daerah, dan masyarakat) disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.

Efisiensi mengarah pada perbandingan antara masukan dengan keluaran.

Transparansi adanya keterbukaan dalam manajemen keuangan sekolah, baik

dari segi sumber keuangan dan jumlahnya, rincian penggunaannya, dan

pertanggung jawabannya semua harus jelas. Akuntabilitas public, penggunaan

keuangan sekolah dapat dipertanggung jawabkan.103


102
Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan, Jogjakarta, Ar-Ruzz
Media, 2008, h.181.
103
Agustinus Hermino, Manajemen Kurikulum Berbasis Karakter (Bandung: Alfabeta,
2014, h.33.

6) Manajemen hubungan sekolah dan masyarakat

Manajemen hubungan masyarakat (Humas) adalah proses penelitian,

perencanaan, pelaksanaan, dan pengevaluasian suatu kegiatan komunikasi

yang disponsori oleh organisasi. Menurut Frank Jeffkins, humas merupakan

segala sesuatu yang terdiri dari semua bentuk komunikasi berencana, baik ke

dalam maupun ke luar, untuk mencapai tujuan khusus, yaitu pengertian

bersama.104

Pada hakikatnya kualitas pendidikan tidak terlepas dari adanya bentuk

kerjasama antara sekolah dan masyarakat. Hubungan lembaga pendidikan dan

masyarakat adalah suatu proses komunikasi antara lembaga pendidikan dan

masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat

terhadap kebutuhan dan praktik pendidikan dan pada akhirnya untuk

meningkatkan kualitas pendidikan.105

Tugas-tugas pokok atau beban kerja Humas suatu lembaga adalah: (a).

Memberikan informasi dan menyampaikan ide (gagasan) kepada masyarakat


atau pihak-pihak lain yang membutuhkannya. (b). membantu pemimpin

mempersiapkan bahan-bahan tentang permasalahan dan informasi yang akan

disampaikan atau yang menarik perhatian masyarakat pada saat tertentu. (c).

Membantu pemimpin dalam mengembangkan rencana dan kegiatan-kegiatan

lanjutan yang berhubungan dengan pelayanan kepada masyarakat sebagai

akibat dari komunikasi timbal balik dengan pihak luar.


104
Mohamad Mustari, Manajemen Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015,
h.108.
105
Agustinus Hermino, Manajemen Kurikulum Berbasis Karakter, Bandung: Alfabeta,
2014, h.33.
Jadi kinerja humas merupakan suatu usaha untuk mewujudkan suatu

hubungan yang harmonis antara suatu lembaga dengan masyarakatnya

sehingga akan timbul opini publik yang menguntungkan bagi kehidupan

lembaga tersebut.106

7) Manajemen layanan khusus.

Manajemen layanan khusus dilakukan untuk mendukung keberhasilan

proses belajar mengajar. Keberhasilan belajar tersebut di antaranya harus

ditunjang dengan pusat sumber belajar, pusat kesehatan sekolah, bimbingan

konseling, dan kantin sekolah. Karena personil khusus tersebut tidak dapat

diadakan, yang membantu pelayanan khusus ini adalah guru dengan proses

belajar mengajar di kelas, tetapi secara khusus diberikan atau ditangani oleh

kepala sekolah kepada para siswa agar mereka lebih maksimal dalam

melaksanakan proses belajar mengajar.107

Manajemen layanan khusus adalah bagian penting dari manajemen

berbasis sekolah (MBS), lembaga persekolahan adalah salah satu alat untuk
mencapai cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana terdapat

dalam pembukaan UUD 1945. Tanggung jawab dan tugas sekolah tidak hanya

dalam proses pembelajaran dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan

dan teknologi. Sebagaimana digariskan dalam Undang-undang Sistem

Pendidikan Nasional, sekolah pun harus menjaga dan meningkatkan kesehatan

peserta didik baik jasmani maupun rohani. Manajemen khusus adalah bentuk

layanan untuk memenuhi tugas dan tanggung jawab tersebut dan membantu

pencapaian tujuan pendidikan.


106
Suryobroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, h.158-189
107
Rohiat, Manajemen Sekolah, Bandung: Refika Aditama, 2010, h.21.
Dengan kata lain, manajemen layanan khusus merupakan suatu

proses kegiatan memberikan pelayanan kebutuhan kepada peserta didik untuk

menunjang kegiatan pembelajaran agar tujuan pendidikan bisa tercapai secara

efektif dan efisien. Manajemen layanan khusus pada satuan pendidikan

sekolah ditetapkan dan diorganisasikan dengan tujuan untuk mempermudah

atau memperlancar pembelajaran, serta dapat memenuhi kebutuhan khusus

siswa di sekolah, dan agar peserta didik senantiasa berada dalam keadaan baik

jasmani maupun rohani.108

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Ada beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan atau berhubungan

dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu sebagai berikut:

1. Elirina MIN Kec. Ketahun Kab. Bengkulu Utara (3 juli 2016), jurnal, meneliti

tentang Gaya kepemimpinan kepala sekolah adalah salah satu faktor penting

menentukan kinerja guru dan keberhasilan pendidikan di sekolah. Penelitian


ini memberikan kesimpulan menunjukkan bahwa: (1) Kepala Sekolah dalam

pelaksanaan gaya partisipatif, demokratis, iklim sekolah yang sehat dan

harmonis di sekolah-sekolah. Seperti menjunjung tinggi nilai-nilai

kebersamaan dan melaksanakan visi sekolah menggunakan gaya partisipatif

saat menjelaskan peraturan sekolah yang telah ditetapkan menggunakan

partisivatif dan demokratis, ( 2 ) Kepala Sekolah untuk meningkatkan disiplin

guru seperti ketepatan waktu datang ke sekolah dengan jadwal yang telah

ditetapkan menggunakan gaya iklim sekolah yang sehat dan harmonis , ( 3 )

Kepala sekolah adil dalam


109
Agustinus Hermino, Manajemen Kurikulum Berbasis Karakter, Bandung: Alfabeta, 2014,
h.91.
pembagian tugas dan kesejahteraan dipandu oleh peraturan dan program

menggunakan gaya kepemimpinan partisipatif, demokratis, iklim sekolah

yang sehat dan harmonis.

2. Ain Kurniati (2016), Kepemimpinan transformasional kepala madrasah dalam

pelaksanaan manajemen peningkatan mutu berbasis madrasah di Mi Negeri

Jejeran Bantul. Tujuan penelitian ini adalah pertama, untuk mengetahui

kepemimpinan transformasional kepala madrasah di MI Negeri Jejeran

Bantul, kedua, untuk mengetahui dampak kepemimpinan transformasional

dalam pelaksanaan manajemen peningkatan mutu berbasis madrasah di MI

Negeri Jejeran Bantul. Teori yang digunakan adalah teori kepemimpinan

transformasional Bernard Bass. Penelitian ini menggunakan pendekatan

deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian fenomenologi. Adapun teknik

pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam tesis ini adalah observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Sumber data dalam penelitian ini adalah kepala

madrasah, guru, karyawan, komite madrasah, serta wali siswa. Metode

analisis data yang digunakan yaitu reduksi data (reduction data), penyajian

data (display data), dan penarikan kesimpulan (conclusion).

3. Nugraheni Dwi Agustin, nim 1320410060, Gaya Kepemimpinan Kepala

Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Pendidik dan Pengelolaan Pendidikan

di SDIT Insan Mulia Wonosobo. Tesis, Program Pascasarjana Universitas

Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015. Kepala Sekolah dalam Satuan

Pendidikan merupakan pemimpin. Pemimpin mempunyai dua jabatan yaitu

sebagai pemimpin formal dan pengelola sekolah. Dalam melaksanakan

tugasnya setiap kepala sekolah menggunakan strategi dan cara yang berbeda-

beda sesuai dengan karakternya, yang dikenal dengan sebutan gaya

kepemimpinan. Tujuan penelitian ini adalah pertama, untuk mengetahui gaya

kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja pendidik dan

pengelolaan pendidikan di SDIT Insan Mulia Wonosobo, kedua,untuk

mengetahui capaian kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja pendidik dan

pengelolaan pendidikan di SDIT Insan Mulia Wonosobo, ketiga,untuk

mengetahui faktorpendukung dan penghambat gaya kepemimpinan kepala

sekolah dalam meningkatkan kinerja pendidik dan pengelolaan pendidikan di

SDIT Insan Mulia Wonosobo. Peneliti ini merupakan jenis penelitian

kualitatif dengan pendekatan deskriptif analitis. Teknik sampling yang

digunakan adalah purpose sampling. Jadi sumber data dalam penelitian ini

adalah kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, orang tua
peserta didik serta dokumen-dokumen terkait dengan gaya kepemimpinan

kepala sekolah. Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan

dalam tesis ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis

data yang digunakan adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data

dan verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, Pertama, gaya

kepemimpinan kepala sekolah SDIT Insan Mulia Wonosobo adalah

demokratis, hal ini dapat dilihat dari peran kepala sekolah sebagai edukator,

manajer, administrator, supervisor, leader, inovator dan motivator. Kedua,

kepala sekolah cukup berhasil dalam meningkatkan kinerja pendidik dan

pengelolaan pendidikan. Hal ini dibuktikan dengan kompetensi pendidik yang

sudah baik. Dalam peningkatkan standar pengelolaan pendidikan juga berjalan

dengan baik, yaitu melalui tahapan perencanaan program, pelaksanaan

rencana kerja serta pengawasan dan evaluasi. Ketiga, faktor pendukung dan

penghambat implementasi gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam

meningkatkan kinerja pendidik dan pengelolaan pendidikan. Faktor

pendukung meliputi Kepala Sekolah sudah S2, 5 pendidik sedang proses S2,

buku perpustakaan memadahi, akreditasi sekolah A, sistem fullday school,

manajemen Sekolah bagus, menggunakan kurikulum JSIT dan Dinas, buku

Penghubung dengan orang tua, target capaian lulusan bisa membaca dan hafal

2 juz Al Qur’an dan Hadits, adanya dapurlogistik, pembinaan pendidik, tenaga

kependidikan dan peserta didik, forum POMG, dan program sekolah diadopsi

sekolah lain. Sedangkan faktor penghambat meliputi 8 pendidik sedang

menempuh S1 pendidikan, karya ilmiah pendidik masih minim, sarana dan


prasarana berupa gedung masih kurang, pengalaman mengajar pendidik masih

kurang, dan kepala sekolah belum bisa mengayomi pendidik laki-laki.

4. Muhammad Iqbal Baihaqi (2015), jurnal yang berjudul “Pengaruh Gaya

Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru di

MA Ma‟arif Selorejo Blitar”. FKIP Universitas Islam Balitar.

KONSTRUKTIVISME, Vol. 7, No. 2, Juli 2015: 97-106. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis

pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru, pengaruh

motivasi kerja guru terhadap kinerja guru, dan kepemimpinan kepala sekolah

dan motivasi kerja dengan kinerja guru. Penelitian menggunakan rancangan

korelasi dengan melibatkan 23 guru MA Ma‟arif Selorejo Blitar. Instrumen

penelitian ialah angket. data dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan

regresi. Hasil dan analisis data dari penelitian tersebut dapat disimpulkan

bahwa: 1) Terdapat pengaruh yang signifikan kepemimpinan kepala sekolah

terhadap kinerja guru di MA MA‟Arif Selorejo Blitar 2) Terdapat pengaruh

yang signifikan antara motivasi kerja guru terhadap kinerja guru di MA

MA‟ARIF Selorejo Blitar. 3) Terdapat pengaruh yang signifikan antara

kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap kinerja guru

di MA MA‟ARIF Selorejo Blitar.

5. Jurnal Noor Muhammad, Shahrir Charil bin H. Marzuki dan Mohd. Yahya bin

Mohd. Hussin (2015), dengan judul “The madrasah Leadership, Teacher

Performance and Learning Culture to improve Quality at madrasah

Tsanawiyah Negeri jakarta of South”. Journal of Management and


Sustainability; Vol. 5, No. 2; 2015. STIA YAPPANN Jakarta Indonesia dan

UPSI Tanjung Malem Perak Malaysia. Hasil tujuan dari penelitian ini adalah

untuk menganalisis dampak kepemimpinan religious school, kinerja guru dan

budaya belajar dengan kualitas madrasah. Tujuan penelitian yang ingin

dicapai adalah: Mengidentifikasi tingkat kepemimpinan madrasah, kinerja

guru, budaya belajar dan kualitas madrasah; Identifikasi hubungan

kepemimpinan madrasah dengan kualitas madrasah; Identifikasi hubungan

kinerja guru dengan kualitas madrasah; Identifikasi hubungan budaya belajar

dengan kualitas madrasah; Identifikasi model hubungan kepemimpinan

madrasah, kinerja guru dan budaya belajar dengan kualitas madrasah. Oleh

karena itu, berdasarkan hasil penelitian ini untuk menghasilkan kualitas

madrasah yang tinggi dapat dilakukan dengan meningkatkan kepemimpinan

madrasah, kinerja guru dan budaya belajar di madrasah. Jika kepemimpinan

madrasah, kinerja guru dan budaya belajar rendah, maka akan menghasilkan

kualitas madrasah yang lebih rendah.

6. Saifullah (2016) yang berjudul “Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam

Peningkatan Kinerja Guru Pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah

Pertama Kabupaten Aceh Besar”. UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Indonesia.

Jurnal MUDARISUNA, Volume 6, Nomor 2, Desember 2016. Berdasarkan

hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa gaya Kepemimpinan Kepala

Sekolah dalam Meningkatkan Kemampuan Guru Pendidikan agama Islam,

kepala sekolah menerapkan gaya kepemimpinan instruktif dan delegatif dalam

meningkatkan kemampuan guru Pendidikan agama Islam. Gaya


kepemimpinan delegatif yang ditetapkan oleh Kepala Sekolah Menengah

Pertama, dalam hal ini kepala sekolah memberikan kesempatan kepada guru

Pendidikan agama Islam untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

Gaya kepemimpinan instruktif yang diterapkan oleh kepala sekolah dalam

meningkatkan kemampuan guru Pendidikan agama Islam, seperti setiap guru

PAI diharuskan untuk mengikuti pelatihan dan menginstruksikan kepada guru

wajib mengikutsertakan dirinya melalui wadah MGMP.

7. Thusyanthini Nadarasa dan Ravivathani Thuraisingam (2014) Jurnal yang

berjudul “The Influence of Principals‟ Leadership style on SchoolTeachers‟

Job Satisfaction–Study of middle school in Jaffna District”. International

Journal of Scientific and research Publications, Volume 4, Issue 1, January

2014. (BBA(hons) HRM special, Advanced diploma in Management

Accounting) Department of Human Resource Management, University of

Jaffna dan (BBA(hons) FM special), Department of monetary Management,

University of Jaffna. dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa

penelitian ini dirancang untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan

kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru. Temuan penelitian ini

menyatakan bahwa kepemimpinan Demokrat memiliki dampak positif

terhadap kepuasan kerja guru. Selain itu, kepemimpinan Otokratis memiliki

dampak negatif terhadap kepuasan kerja. Penelitian ini secara empiris

membuktikan bahwa gaya kepemimpinan Demokratik akan meningkatkan

kepuasan kerja guru. Jadi, para pelaku harus mempraktikkan gaya


kepemimpinan demokratis untuk meningkatkan kepuasan kerja guru, hanya

saja, mereka memberikan usaha penuh untuk melayani mereka.

8. Mochamad Fahmi (2017), tesis yang berjudul “Pengaruh Supervisi Akademik

dan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Profesonalitas Guru

Pendidikan agama Islam Sekolah Menengah Pertama Negeri Se-Kota Tegal”.

Program Studi Manajemen Pendidikan Islam Pascasarjana Institut agama

Islam Negeri Purwokerto. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuan dari

penelitian ini adalah untuk menganalisis besaran pengaruh dari: (1) supervisi

akademik terhadap profesionalitas guru PAI SMP Negeri se-Kota Tegal; gaya

kepemimpinan kepala sekolah terhadap profesionalitas guru PAI SMP Negeri

se-Kota Tegal; dan (3) supervisi akademik dan gaya kepemimpinan kepala

sekolah secara simultan terhadap profesionalitas guru PAI SMP Negeri se-

Kota Tegal. Penelitian dirancang sebagai penelitian survei yang bersifat

menjelaskan fenomena (explanatory research) dengan pendekatan korelasi.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru mata pelajaran Pendidikan

agama Islam (PAI) dari seluruh SMP Negeri se-Kota Tegal dengan jumlah

responden 38 (tiga puluh delapan) guru PAI. Hasil yang diperoleh dalam

penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) terdapat pengaruh supervisi akademik

kepala sekolah terhadap profesionalitas guru PAI di SMP Negeri se-Kota

Tegal sebesar 77,9%; (2) gaya kepemimpinan kepala sekolah memiliki

pengaruh terhadap profesionalitas guru PAI di SMP Negeri se-Kota Tegal

sebesar 23,8 %; (3) terdapat pengaruh supervisi akademik dan gaya

kepemimpinan kepala sekolah secara simultan terhadap profesionalitas guru


PAI SMP Negeri se-Kota Tegal sebesar 88,2 %. Berdasarkan hasil analisis

tersebut dapat disimpulkan bahwa supervisi akademik dan gaya

kepemimpinan kepala sekolah dapat dijadikan prediktor untuk meningkatkan

profesionalitas guru PAI SMP Negeri se-Kota Tegal.

Dari beberapa penelitian di atas, berdasarkan pengetahuan peneliti

menunjukan bahwa belum ditemukannya penelitian yang membahas tentang Analisis

gaya kepemimpinan kepala madrasah dalam melaksanakan manajemen pembelajaran.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, yaitu meneliti tentang gaya

kepemimpinan kepala madrasah dalam melaksanakan manajemen pembelajaran.

Maka dari itu, penelitian ini masih relevan untuk dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai