Kelompok 5 :
Dosen Pengampu :
TAHUN 2023/2024
2
A. Pendahuluan
Seorang pemimpin dengan gaya transformasional merupakan pemimpin
yang bisa mempengaruhi bawahannya dengan cara tertentu sehingga sebuah
organisasi atau instansi dapat mencapai tujuannya. Dalam hal ini pemimpin
dengan gaya transformasional melakukan beberapa penerapan dalam
kepemimpinannya, mulai dari memotivasi bawahannya agar mereka merasa
dipercayai, dihargai, dan juga agar mereka dapat berkomitmen dan yakin pada
pemimpinnya.
Dalam makalah ini kami akan memaparkan beberapa poin poin penting
terkait kepemimpinan transformasional, mulai dari konsep dasar, sejarah, ciri-
ciri, prinsip-prinsip, kelebihan dan juga kekurangan.
1
Dr. Wahyu Suprapti, Modul Kepemimpinan Transformasional Pelatihan Kepemimpinan Administrator
(Jakarta: LAN-RI, 2019) 94. hal. 10
3
2
Dr. Wahyu Suprapti, Op. Cit, hal. 11
3
Dr. Wahyu Suprapti, Op. Cit, hal. 12
4
2. Kepemimpinan Transformasional
4
Dr. Wahyu Suprapti, Op. Cit, hal. 13
5
Dr. Wahyu Suprapti, Op. Cit, hal. 14
5
6
Hurin In Lia Amalia Qori, Kepemimpinan Karismatik Versus Kepemimpinan Transformasional
(Banyuwangi: 2013) 8, hal. 4
7
Basirun, Turimah, Konsep Kepemimpinan Transformasional (Lampung: MindSet : Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam, 2022) 8, hal. 4
8
Hani Handoko, Fandy Tjiptono, Kepemimpinan Transformasional Dan Pemberdayaan (Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Indonesia, 1996) 18, hal. 11
6
Pelopor dari Kepemimpinan ini adalah Studi Ohio State, yang dimulai
dengan mengumpulkan lebih dari 1.800 laporan yang berkaitan dengan perilaku
kepemimpinan. Ada dua faktor yang mendasar dalam melihat perilaku
kepemimpinan, yaitu: inisiasi struktur dan pertimbangan. Inisiasi Struktur
menggambarkan keprihatinan dengan tugas-tugas organisasi dan termasuk
kegiatan seperti pengorganisasian, perencanaan dan mendefinisikan tugas dan
pekerjaan karyawan. Pertimbangan menggambarkan keprihatinan dengan
individu dan hubungan interpersonal dan termasuk perilaku yang berkaitan
dengan karyawan kebutuhan sosial dan emosional serta perkembangan mereka.
penelitian empiris berusaha untuk menentukan jenis perilaku yang lebih baik,
tetapi pada akhirnya tidak bisa sampai pada kesimpulan tertentu (Tavfelin,
2013;9).10
Sejumlah teori yang berbeda berkembang, seperti Blake dan Mouton (1969)
mengembangkan dengan Kepemimpinan Grid, Hersey dan Blanchard (1969 )
mengembangkan model kepemimpinan situasional. Contoh lain termasuk
Vroom dan Yetton (1973) dengan model keputusan normatif, teori kontingensi
dari Fiedler, dan DPR (1971) mengenai teori path goal. Teori kepemimpinan
situasional ternyata sangat populer, karena beberapa alasan. Pertama, berguna
sebagai jawaban gaya terlalu kepemimpinan yang otoriter dengan munculnya
organisasi besar. Kedua, berguna sebagai alat pembelajaran bagi manajer yang
menghargai konstruksi, meskipun masih sekedar deskriptif sederhana. Namun,
9
Hurin In Lia Amalia Qori, Op. Cit, hal. 4
10
Isnaini Mualldin, Kepemimpinan Transformasional Dalam Kajian Terotik Dan Empiris (Yogyakarta:
Working Paper, 2016), 15. hal. 3
7
dalam prakteknya teori ini umumnya gagal untuk memenuhi standar ilmiah,
mungkin karena mereka mencoba untuk menjelaskan terlalu banyak dengan
sedikit variabel (Hughes, et.al., 2006).11
Pada awal 1980-an ada kekecewaan terkait dengan teori kepemimpinan, hal
ini dikaitkan dengan fakta bahwa kebanyakan model kepemimpinan
menyumbang persentase yang relatif kecil dari varians dalam kinerja yang
terkait hasil (Bryman dalam Tavfelin, 2013; 10). Diluar dari pesimisme ini,
akhirnya gelombang baru pendekatan alternatif muncul. Berbeda dengan model
kepemimpinan sebelumnya dengan fokus pada rasional proses dan perilaku
pemimpin, model kepemimpinan baru menekankan emosi, nilai-nilai, dan
perilaku pemimpin simbolis. Sehingga muncul dari karya-karya awal yang
karismatik dan teori kepemimpinan transformasional yang telah menjadi yang
paling sering diteliti dari jenis mereka selama 20 tahun terakhir (Avolio et al.,
dalam Tavfelin, 2013, 10).
Teori kepemimpinan transformasional didasarkan pada studi karismatik
kepemimpinan, yang diteliti oleh Weber, yang berpendapat bahwa kewenangan
pemimpin karismatik tergantung pada mereka yang terlihat memiliki biasa
kualitas yang membuat mereka menonjol dari orang lain. Para pemimpin sering
muncul di saat krisis dan membujuk orang lain untuk mengikuti mereka, contoh
pemimpin seperti Mahatma Ghandi menjadi, Martin Luther King – dan juga
Hitler (Hughes et al., 2006).12
James Mac Gregor Burns (1978) memperkenalkan konsep kepemimpinan
transformasional. Ia belajar para pemimpin politik di Amerika Serikat, dan
menyarankan bahwa kepemimpinan dapat dinyatakan dalam dua berbeda
bentuk, transformasional atau kepemimpinan transaksional, yang menurut
pendapatnya adalah berlawanan satu sama lain. Pemimpin transaksional
memiliki pertukaran hubungan dengan pengikut mereka. Pertukaran ini bisa
berupa finansial, psikologis atau politik, dan uang dapat ditukar dengan
11
Isnaini Mualldin, Op. Cit, hal. 4
12
Isnaini Mualldin, Op. Cit, hal. 5
8
produktivitas, pujian untuk kesetiaan, atau janji untuk penilaian. Terlepas dari
pertukaran tersebut, hubungan antara pemimpin dan pengikut berlangsung tidak
lebih dari melakukan pertukaran. Sehingga Ini tidak membentuk hubungan yang
lebih mendalam antara pemimpin dan bawahan. Untuk mencapai perubahan,
Burn berpendapat bentuk lain dari kepemimpinan yang lebih baik adalah
kepemimpinan transformasional.
Pemimpin transformasional berbicara kepada nilai-nilai dan pengikut
menjadi bagian dari kelompok yang memiliki tujuan yang sama. Dengan
menunjukkan masalah dengan situasi dan visi yang menarik untuk masa depan
dengan mencerminkan nilai-nilai pengikut mereka. Kepemimpinan
transformasional membantu pengikut mereka untuk melampaui harapan dalam
mewujudkan visi mereka menjadi kenyataan (Bass & Riggio , 2006).
Kepemimpinan transformasional muncul dari dan berakar dalam tulisan-tulisan
Burns ( 1978), Bass ( 1985), Karya-karya Bennis dan Nanus ( 1985), Kouzes
dan Posner ( 1987).13
13
Isnaini Mualldin, Op. Cit, hal. 6
9
14
Basirun, Turimah, Op. Cit, hal. 4 - 5
10
3) Fasilitasi.
Kemampuan untuk secara efektif memfasilitasi “pembelajaran” yang terjadi
di dalam organisasi secara kelembagaan, kelompok, ataupun individual. Hal
ini akan berdampak pada semakin bertambahnya modal intelektual dari
setiap orang yang terlibat di dalam organisasi. Berbagai fasilitas dapat anda
lakukan dalam memfasilitasi kegiatan pembelajaran misalnya melakukan
coffee morning, seminar, workshop dan lain sebagainya.
4) Inovasi.
Inovasi, yaitu kemampuan untuk menghasilkan ide ide baru
mengimplementasikan ide baru yang bermanfaat. Perubahan akan
menimbulkan ketidakpastian yang akan membuat resistensi. Oleh karena
itu dituntut pemimpin yang berani dan bertanggungjawab melakukan suatu
perubahan. Dalam suatu organisasi yang efektif dan efisien, setiap orang
yang terlibat perlu mengantisipasi perubahan dan seharusnya pula mereka
tidak takut akan perubahan tersebut. Berkaitan dengan hal ini pemimpin
transformasional harus mampu merespons perubahan tanpa mengorbankan
rasa percaya dan tim kerja yang sudah dibangun.
5) Mobilitas.
Pengerahan seluruh sumber daya yang ada untuk melengkapi dan
memperkuat setiap orang yang terlibat di dalamnya dalam mencapai visi
dan dan misi organisasi. Pemimpin transformasional akan selalu
mengupayakan pengikut dengan penuh tanggung jawab dan selalu
melakukan perubahan untuk menghasilkan kinerja yang tinggi. Dalam
rangka pengerahan ini tentunya memperhatikan kompetensi yang dimiliki
oleh pengikutnya/stafnya.
6) Open mind.
Perubahan merupakan hal yang pasti, demikian juga perubahan-perubahan
yang terjadi dalam oranisasi. Oleh karena itu pemimpin harus selalu
mensikapi setiap perubahan yang ada, sehingga dapat beradaptasi dengan
perubahan yang ada. Untuk itu, maka kemampuan untuk selalu membuka
diri untuk menerima masukan dan saran dalam menyambut perubahan
dengan paradigma baru yang positif.
7) Memiliki tekad yang kuat.
Tekad bulat untuk selalu sampai pada akhir, tekad bulat untuk
menyelesaikan sesuatu dengan baik dan tuntas. Untuk ini tentu perlu pula
didukung oleh pengembangan disiplin spiritualitas, emosi, dan fisik serta
komitmen.15
15
Dr. Wahyu Suprapti, Op. Cit, hal. 26-29
11
H. Kesimpulan
Kepemimpinan transformasional adalah pemimpin yang mempunyai
kekuatan untuk mempengaruhi bawahannya dengan cara tertentu. Yaitu dengan
cara melakukan penerapan dalam kepemimpinan transformasional maka
bawahan akan merasa dipercayai, dihargai, dan loyal serta respek terhadap
pemimpinnya. Tentunya untuk mencapai tujuan dan hasil akhir yang sempurna
dan sesuai keinginan.
Dengan adanya prinsip dan kekurangan dalam pemaparan diatas, dapat
menyeimbangkan gaya kepemimpinan transformasional ini, seperti makna dari
transform itu sendiri yang berarti gaya kepemimpinan ini terus berubah sampai
pada posisi terbaiknya
18
Basirun, Turimah, Op. Cit, hal. 39
13
DAFTAR PUSTAKA