Anda di halaman 1dari 13

TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP

Kelompok 5 :

Alfirah Mulia (220802039)

Ryna Septiana (220802067)

Ritia Azzahra (220802090)

Dosen Pengampu :

Dr. Ade Irma, B.H.Sc., M.A.

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN PEMERINTAHAN

PRODI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

TAHUN 2023/2024
2

A. Pendahuluan
Seorang pemimpin dengan gaya transformasional merupakan pemimpin
yang bisa mempengaruhi bawahannya dengan cara tertentu sehingga sebuah
organisasi atau instansi dapat mencapai tujuannya. Dalam hal ini pemimpin
dengan gaya transformasional melakukan beberapa penerapan dalam
kepemimpinannya, mulai dari memotivasi bawahannya agar mereka merasa
dipercayai, dihargai, dan juga agar mereka dapat berkomitmen dan yakin pada
pemimpinnya.
Dalam makalah ini kami akan memaparkan beberapa poin poin penting
terkait kepemimpinan transformasional, mulai dari konsep dasar, sejarah, ciri-
ciri, prinsip-prinsip, kelebihan dan juga kekurangan.

B. Konsep Dasar Kepemimpinan Transformasional (Transformational


Leadership)
1. Pengertian Pemimpin, Pimpinan dan Kepemimpinan.
Sebelum lanjut ke konsep kepemimpinan transformasional, terlebih dahulu
kita perlu mengetahui apa itu Pemimpin, Pimpinan dan Kepemimpinan. Berikut
beberapa pemaparan para ahli :
1) Menurut Miftah Thoha dalam bukunya Perilaku Organisasi (1983: 255)
pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan memimpin, artinya
memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain atau kelompok tanpa
mengindahkan bentuk alasannya.1
2) Menurut Kartini Kartono (1994. 33) pemimpin adalah seorang pribadi yang
memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan dan kelebihan
disatu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk
bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu
atau beberapa tujuan.

1
Dr. Wahyu Suprapti, Modul Kepemimpinan Transformasional Pelatihan Kepemimpinan Administrator
(Jakarta: LAN-RI, 2019) 94. hal. 10
3

3) Menurut C. N. Cooley (1902) pemimpin itu selalu merupakan titik pusat


dari suatu kecenderungan, dan pada kesempatan lain, semua gerakan sosial
kalau diamati secara cermat akan akan ditemukan kecenderungan yang
memiliki titik pusat.2
4) Menurut Henry Pratt Faiechild dalam Kartini Kartono (1994: 33) pemimpin
ialah seorang yang dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan
mengatur, mengarahkan, mengorganisir atau mengontrol usaha/upaya orang
lain atau melalui prestise, kekuasaan dan posisi.
Dari berbagai paham tentang kepemimpinan dapat diambil pengertian
bahwa pemimpin (leader) adalah orang yang melakukan atau menjalankan
kepemimpinan (leadership). Adapun istilah ’pimpinan’ mencerminkan
kedudukan seseorang atau sekelompok orang pada hirarki tertentu dalam suatu
organisasi formal maupun non formal.
Kepemimpinan sendiri sudah tentu bersifat lebih luas dibandingkan dengan
pimpinan (manajer). Pemimpin (leader) dapat diaplikasikan dalam konteks
organisasi maupun non organisasi (dalam lingkungan sosial kemasyarakatan),
karena seorang ’pemimpin’ dapat berpengaruh tanpa harus diberi kewenangan
formal (influence without authority), seperti contohnya para tokoh masyarakat,
pemuka agama (pemimpin umat), alim ulama, dan lain sebagainya.3
1) Robbins (1996) merumuskan kepemimpinan sebagai suatu kegiatan untuk
mempengaruhi perilaku orangorang agar bekerja bersama-sama menuju
suatu tujuan tertentu yang mereka inginkan bersama.
2) Megan dkk. (Rodney: 14:2005) menjelaskan: “…..kepemimpinan
merupakan suatu kualitas keorganisasian”. Dari ungkapan tersebut berarti
kepemimpinan mengalir melalui jaringan-jaringan berbagai peranan yang
berhubungan dengan organisasi. Kepemimpinan membentuk sistem yang
menghasilkan pola-pola interaksi dan berarti bahwa para anggota yang lain
terkait pada kejadian-kejadian keorganisasian.

2
Dr. Wahyu Suprapti, Op. Cit, hal. 11
3
Dr. Wahyu Suprapti, Op. Cit, hal. 12
4

3) Yukl mendefinisikan kepemimpinan sebagai ‘the process of influencing


others to understand and agree about what needs to be done and how to do
it, and the process of facilitating individual and collective effort to
accomplish shared objectives.” (Cogliser & Brigham. 779:2004). Yang
berarti, kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain untuk
mengerti dan menyetujui apa yang harus dilakukan, bagaimana cara
mengerjakannya, dan proses memfasilitasi individu serta usaha kolektif
untuk mencapai tujuan bersama.4
4) Menurut Terry (Kartono 1998: 38), Kepemimpinan adalah aktivitas
mempengaruhi orang-orang agar mereka suka berusaha mencapai tujuan-
tujuan kelompok.
5) Menurut Ordway Teod dalam bukunya ”The Art Of Leadership” (Kartono
1998: 38) kepemimpinan merupakan kegiatan mempengaruhi orang-orang
bekerja sama untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan. Kepemimpinan
dapat terjadi dimana saja, asalkan seseorang menunjukkan kemampuannya
mempengaruhi perilaku orang lain ke arah tercapainya suatu tujuan tertentu.
6) Djanalis djanaid (1994) seorang pemimpin yang efektif adalah pemimpin
yang memiliki kemampuan mengambil keputusan yang cepat tepat dan
memiliki skala besar, memiliki sifat sifat unggul menggunakan gaya yang
sesuai dengan anak, buah memotivasi anak buah agar produktif, memiliki
wibawa dan mampu menyelesaikan konflik.
Dari beberapa pengertian kepemimpinan yang telah dikemukakan oleh para
ahli yang tersebut di atas, pada intinya epemimpinan memiliki makna yaitu
sebuah usaha untuk mempengaruhi orang lain agar melakukan aktivitas tertentu
demi mencapai tujuan yang telah ditentukan.5

2. Kepemimpinan Transformasional

4
Dr. Wahyu Suprapti, Op. Cit, hal. 13
5
Dr. Wahyu Suprapti, Op. Cit, hal. 14
5

Menurut Keller (1992) mengemukakan bahwa Kepemimpinan


Transformasional adalah sebuah gaya kepemimpinan yang mengutamakan
pemenuhan terhadap tingkatan tertinggi dari hirarki maslow yakni kebutuhan
akan harga diri dan aktualisasi diri.6
Menurut (Suarga 2017) kepemimpinan transformasional adalah pemimpin
yang mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi bawahannya dengan cara
tertentu. Yaitu dengan cara melakukan penerapan dalam kepemimpinan
transformasional maka bawahan akan merasa dipercayai, dihargai, dan loyal
serta respek terhadap pemimpinnya.7
Kepemimpinan transformasional, atau sering juga disebut kepemimpinanan
kharismatik, pemimpin menciptakan visi dan lingkungan yang memotivasi para
karyawan untuk berprestasi melampaui harapan. Dalam hal ini para karyawan
merasa percaya, kagum, dan hormat kepada pemimpinnya sehingga mereka
termotivasi untuk melakukan lebih apa yang diharapkan dari mereka. Bahkan
Mereka jarang melampaui apa yang mereka perkirakan dapat mereka lakukan.
Model pemimpinan yang berkembang pesat dalam dua dekade terakhir ini
didasarkan lebih pada upaya pemimpin untuk mengubah berbagai nilai.
keyakinan, dan kebutuhan para bawahan.8
Kepemimpinan transformasional secara khusus berhubungan dengan
gagasan perbaikan. Bernard Bass menegaskan bahwa kepemimpinan
transformasional akan tampak apabila seorang pemimpin itu mempunyai
kemampuan untuk:
1) Menstimulasi semangat para kolega dan pengikutnya untuk melihat
pekerjaan mereka dari beberapa perspektif baru.
2) Menurunkan visi dan misi kepada tim dan organisasinya.

6
Hurin In Lia Amalia Qori, Kepemimpinan Karismatik Versus Kepemimpinan Transformasional
(Banyuwangi: 2013) 8, hal. 4
7
Basirun, Turimah, Konsep Kepemimpinan Transformasional (Lampung: MindSet : Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam, 2022) 8, hal. 4
8
Hani Handoko, Fandy Tjiptono, Kepemimpinan Transformasional Dan Pemberdayaan (Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Indonesia, 1996) 18, hal. 11
6

3) Mengembangkan kolega dan pengikutnya pada tingkat kemampuan dan


potensial yang lebih tinggi.
4) Memotivasi kolega dan pengikutnya untuk melihat pada kepentingannya
masing-masing, sehingga dapat bermanfaat bagi kepentingan
organisasinya.9
C. Sejarah Teori Kepemimpinan Transformasional

Pelopor dari Kepemimpinan ini adalah Studi Ohio State, yang dimulai
dengan mengumpulkan lebih dari 1.800 laporan yang berkaitan dengan perilaku
kepemimpinan. Ada dua faktor yang mendasar dalam melihat perilaku
kepemimpinan, yaitu: inisiasi struktur dan pertimbangan. Inisiasi Struktur
menggambarkan keprihatinan dengan tugas-tugas organisasi dan termasuk
kegiatan seperti pengorganisasian, perencanaan dan mendefinisikan tugas dan
pekerjaan karyawan. Pertimbangan menggambarkan keprihatinan dengan
individu dan hubungan interpersonal dan termasuk perilaku yang berkaitan
dengan karyawan kebutuhan sosial dan emosional serta perkembangan mereka.
penelitian empiris berusaha untuk menentukan jenis perilaku yang lebih baik,
tetapi pada akhirnya tidak bisa sampai pada kesimpulan tertentu (Tavfelin,
2013;9).10
Sejumlah teori yang berbeda berkembang, seperti Blake dan Mouton (1969)
mengembangkan dengan Kepemimpinan Grid, Hersey dan Blanchard (1969 )
mengembangkan model kepemimpinan situasional. Contoh lain termasuk
Vroom dan Yetton (1973) dengan model keputusan normatif, teori kontingensi
dari Fiedler, dan DPR (1971) mengenai teori path goal. Teori kepemimpinan
situasional ternyata sangat populer, karena beberapa alasan. Pertama, berguna
sebagai jawaban gaya terlalu kepemimpinan yang otoriter dengan munculnya
organisasi besar. Kedua, berguna sebagai alat pembelajaran bagi manajer yang
menghargai konstruksi, meskipun masih sekedar deskriptif sederhana. Namun,

9
Hurin In Lia Amalia Qori, Op. Cit, hal. 4
10
Isnaini Mualldin, Kepemimpinan Transformasional Dalam Kajian Terotik Dan Empiris (Yogyakarta:
Working Paper, 2016), 15. hal. 3
7

dalam prakteknya teori ini umumnya gagal untuk memenuhi standar ilmiah,
mungkin karena mereka mencoba untuk menjelaskan terlalu banyak dengan
sedikit variabel (Hughes, et.al., 2006).11
Pada awal 1980-an ada kekecewaan terkait dengan teori kepemimpinan, hal
ini dikaitkan dengan fakta bahwa kebanyakan model kepemimpinan
menyumbang persentase yang relatif kecil dari varians dalam kinerja yang
terkait hasil (Bryman dalam Tavfelin, 2013; 10). Diluar dari pesimisme ini,
akhirnya gelombang baru pendekatan alternatif muncul. Berbeda dengan model
kepemimpinan sebelumnya dengan fokus pada rasional proses dan perilaku
pemimpin, model kepemimpinan baru menekankan emosi, nilai-nilai, dan
perilaku pemimpin simbolis. Sehingga muncul dari karya-karya awal yang
karismatik dan teori kepemimpinan transformasional yang telah menjadi yang
paling sering diteliti dari jenis mereka selama 20 tahun terakhir (Avolio et al.,
dalam Tavfelin, 2013, 10).
Teori kepemimpinan transformasional didasarkan pada studi karismatik
kepemimpinan, yang diteliti oleh Weber, yang berpendapat bahwa kewenangan
pemimpin karismatik tergantung pada mereka yang terlihat memiliki biasa
kualitas yang membuat mereka menonjol dari orang lain. Para pemimpin sering
muncul di saat krisis dan membujuk orang lain untuk mengikuti mereka, contoh
pemimpin seperti Mahatma Ghandi menjadi, Martin Luther King – dan juga
Hitler (Hughes et al., 2006).12
James Mac Gregor Burns (1978) memperkenalkan konsep kepemimpinan
transformasional. Ia belajar para pemimpin politik di Amerika Serikat, dan
menyarankan bahwa kepemimpinan dapat dinyatakan dalam dua berbeda
bentuk, transformasional atau kepemimpinan transaksional, yang menurut
pendapatnya adalah berlawanan satu sama lain. Pemimpin transaksional
memiliki pertukaran hubungan dengan pengikut mereka. Pertukaran ini bisa
berupa finansial, psikologis atau politik, dan uang dapat ditukar dengan

11
Isnaini Mualldin, Op. Cit, hal. 4
12
Isnaini Mualldin, Op. Cit, hal. 5
8

produktivitas, pujian untuk kesetiaan, atau janji untuk penilaian. Terlepas dari
pertukaran tersebut, hubungan antara pemimpin dan pengikut berlangsung tidak
lebih dari melakukan pertukaran. Sehingga Ini tidak membentuk hubungan yang
lebih mendalam antara pemimpin dan bawahan. Untuk mencapai perubahan,
Burn berpendapat bentuk lain dari kepemimpinan yang lebih baik adalah
kepemimpinan transformasional.
Pemimpin transformasional berbicara kepada nilai-nilai dan pengikut
menjadi bagian dari kelompok yang memiliki tujuan yang sama. Dengan
menunjukkan masalah dengan situasi dan visi yang menarik untuk masa depan
dengan mencerminkan nilai-nilai pengikut mereka. Kepemimpinan
transformasional membantu pengikut mereka untuk melampaui harapan dalam
mewujudkan visi mereka menjadi kenyataan (Bass & Riggio , 2006).
Kepemimpinan transformasional muncul dari dan berakar dalam tulisan-tulisan
Burns ( 1978), Bass ( 1985), Karya-karya Bennis dan Nanus ( 1985), Kouzes
dan Posner ( 1987).13

D. Ciri–Ciri Kepemimpinan Transformasional


Ciri-ciri seorang pemimpin transformasional adalah dia yang senantiasa
merangkul segala hambatan maupun halangan yang terdapat dalam organisasi.
Setidaknya ada empat ciri-ciri kepemimpinan transformasional yang dijabarkan
oleh Robbins dan Judge (2008), yaitu:
1) Pertimbangan Individual (Individualized Consideration)
Seorang pemimpin akan memperlakukan setiap bawahannya sebagai
individu yang berbeda satu sama lain dan akan memonitor, mendampingi
serta menumbuhkan peluang bagi para bawahan tersebut. Dengan begitu,
pemimpin akan melihat setiap pengikutnya dengan cara yang berbeda-beda
dan mengenali mereka serta memperlakukan mereka dengan kemampuan,
kebutuhan dan aspirasi yang berbeda pula. Pemimpin juga akan memberi
pelatihan maupun saran yang berbeda-beda.
2) Motivasi Inspirasional (Inspirational Motivation)
Merupakan perilaku atau kemampuan dari seorang pemimpin dalam
mengomunikasikan harapannya yang tinggi serta menyampaikan visi

13
Isnaini Mualldin, Op. Cit, hal. 6
9

bersama dengan menarik kepada setiap orang yang dipimpinnya.Dalam


penyampaian tersebut, pemimpin akan menggunakan simbol-simbol yang
menarik agar bawahannya terinspirasi untuk mencapai tujuan dari organisasi
tersebut, sehingga organisasi akan mengalami kemajuan yang penting.
3) Pengaruh Ideal (Idealized Influence)
Pengaruh ideal juga kerap disebut sebagai pemimpin yang karismatik.
Pasalnya pemimpin tersebut memiliki kemampuan atau perilaku dalam
membagikan visi dan misi bagi anggotanya, sehingga membuat anggotanya
mempunyai keyakinan yang mendalam kepada pemimpin tersebut. Pengikut
akan memiliki rasa bangga dan respek kepada pemimpinnya, sehingga
mereka akan merasa sangat bangga menjadi pengikut dari pemimpin
tersebut. Mereka juga percaya bahwa pemimpinnya merupakan sosok yang
memiliki kapasitas dalam menyelesaikan permasalahan.
4) Stimulasi Intelektual (Stimulasi Intelektual)
Ialah kemampuan dari seorang pemimpin dalam meningkatkan kecerdasan,
kreativitas, dan inovasi dari pengikutnya.14

E. Prinsip-prinsip Kepemimpinan Transformasional


Erik Rees, 2001 menyatakan paradigma baru kepemimpinan
transformasional mengangkat tujuh prinsip menciptakan kepemimpinan yang
sinergis. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
1) Simplifikasi.
Keberhasilan kepemimpinan diawali dengan sebuah visi yang akan menjadi
cermin dan tujuan bersama. Visi organisasi yang telah dirancang akan
mendorong anggota dalam organisasi tersebut mencapainya. Oleh karena itu
kemampuan serta keterampilan dalam mengungkapkan visi secara jelas,
praktis dan transformasional mampu menjawab “ke mana kita akan
melangkah”.
2) Motivasi.
Chukwuma & Obiefuna (2014) Motivasi adalah proses membangkitkan
perilaku, mempertahankan kemajuan perilaku, dan menyalurkan perilaku
tindakan yang spesifik. Pemimpin transformasional dapat menciptakan suatu
sinergis di dalam organisasi, berarti dia dapat mengoptimalkan, memotivasi
dan memberi energi kepada setiap pengikutnya. Motivasi dapat berupa tugas
atau pekerjaan yang betul-betul menantang serta memberikan peluang untuk
terlibat suatu proses kreatif, memberikan usulan mengambil keputusan
dalam pemecahan masalah.

14
Basirun, Turimah, Op. Cit, hal. 4 - 5
10

3) Fasilitasi.
Kemampuan untuk secara efektif memfasilitasi “pembelajaran” yang terjadi
di dalam organisasi secara kelembagaan, kelompok, ataupun individual. Hal
ini akan berdampak pada semakin bertambahnya modal intelektual dari
setiap orang yang terlibat di dalam organisasi. Berbagai fasilitas dapat anda
lakukan dalam memfasilitasi kegiatan pembelajaran misalnya melakukan
coffee morning, seminar, workshop dan lain sebagainya.
4) Inovasi.
Inovasi, yaitu kemampuan untuk menghasilkan ide ide baru
mengimplementasikan ide baru yang bermanfaat. Perubahan akan
menimbulkan ketidakpastian yang akan membuat resistensi. Oleh karena
itu dituntut pemimpin yang berani dan bertanggungjawab melakukan suatu
perubahan. Dalam suatu organisasi yang efektif dan efisien, setiap orang
yang terlibat perlu mengantisipasi perubahan dan seharusnya pula mereka
tidak takut akan perubahan tersebut. Berkaitan dengan hal ini pemimpin
transformasional harus mampu merespons perubahan tanpa mengorbankan
rasa percaya dan tim kerja yang sudah dibangun.
5) Mobilitas.
Pengerahan seluruh sumber daya yang ada untuk melengkapi dan
memperkuat setiap orang yang terlibat di dalamnya dalam mencapai visi
dan dan misi organisasi. Pemimpin transformasional akan selalu
mengupayakan pengikut dengan penuh tanggung jawab dan selalu
melakukan perubahan untuk menghasilkan kinerja yang tinggi. Dalam
rangka pengerahan ini tentunya memperhatikan kompetensi yang dimiliki
oleh pengikutnya/stafnya.
6) Open mind.
Perubahan merupakan hal yang pasti, demikian juga perubahan-perubahan
yang terjadi dalam oranisasi. Oleh karena itu pemimpin harus selalu
mensikapi setiap perubahan yang ada, sehingga dapat beradaptasi dengan
perubahan yang ada. Untuk itu, maka kemampuan untuk selalu membuka
diri untuk menerima masukan dan saran dalam menyambut perubahan
dengan paradigma baru yang positif.
7) Memiliki tekad yang kuat.
Tekad bulat untuk selalu sampai pada akhir, tekad bulat untuk
menyelesaikan sesuatu dengan baik dan tuntas. Untuk ini tentu perlu pula
didukung oleh pengembangan disiplin spiritualitas, emosi, dan fisik serta
komitmen.15

15
Dr. Wahyu Suprapti, Op. Cit, hal. 26-29
11

F. Kekurangan Kepemimpinan Transformasional.


Kepemimpinan transformasional memiliki beberapa kelemahan dalam
implementasinya.
1) Bersifat elitis dan anti demokratis, terlalu banyak penekanan pada aspek
kepemimpinan 'heroik'. Pemimpin transformasional menciptakan dan
mengkomunikasikan sebuah visi dalam upaya mencapai perubahan, yang
tampaknya mereka bertindak secara independen dari para bawahan.
2) Memiliki potensi untuk disalahgunakan.
3) Kurangnya kejelasan konseptual mengenai berbagai komponen
kepemimpinan transformasional. Lebih khusus, empat komponen
transformasional yang diidentifikasi oleh MLQ (Multifactor Leadership
Questionnaire) yaitu pengaruh ideal, motivasi inspirasional, stimulasi
intelektual, dan pertimbangan individual, telah menunjukkan tumpang tindih
yang substansial, yang menunjukkan bahwa komponen komponen ini tidak
didefinisikan secara jelas.
4) Kurangnya spesifikasi tentang bagaimana pemimpin transformasional
mempengaruhi pengikut mereka dan pada kondisi mana kepemimpinan
transformasional muncul dan efektif.16
5) Kepemimpinan transformasional memperlakukan kepemimpinan sebagai
ciri kepribadian atau kecenderungan bersifat pribadi daripada perilaku
melatih orang. Melatih orang-orang dalam pendekatan ini menjadi masalah
karena sulit untuk mengajar orang untuk mengubah sifat mereka.17

G. Kelebihan Kepemimpinan Transformasional.


Beberapa dari kelebihan dengan memilih metode kepemimpinan seperti ini
yaitu antara lain sebagai berikut:
1) Mampu memberikan komitmen yang cukup baik bagi para anggota yang
tergabung dalam melaksanakan visi dan misi yang diminta.
2) Dapat mengarahkan para anggota atau bawahan dalam melakukan tanggung
jawab dan tugas yang diberikan sepenuhnya.
3) Memiliki ketegasan yang dapat membantu mempermudah perusahaan atau
organisasi dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
4) Mampu meningkatkan hubungan interpersonal antara pimpinan dan
bawahan secara maksimal.
16
Roni Harsoyo, Teori Kepemimpinan Transformasional Bernard M. Bass dan Aplikasinya Dalam
Peningkatan Mutu Lembaga Pendidikan Islam (Nganjuk: Southeast Asian Journal of Islamic Education
Management, 2022) 262, hal. 256
17
Isnaini Mualldin, Op. Cit, hal. 9
12

5) Dapat memberdayakan seluruh kemampuan para karyawan atau bawahan


yang dipimpin secara optimal.
6) Penuh dengan motivasi dan semangat yang tinggi untuk mewujudkan tujuan
perusahaan secara bersama-sama.18

H. Kesimpulan
Kepemimpinan transformasional adalah pemimpin yang mempunyai
kekuatan untuk mempengaruhi bawahannya dengan cara tertentu. Yaitu dengan
cara melakukan penerapan dalam kepemimpinan transformasional maka
bawahan akan merasa dipercayai, dihargai, dan loyal serta respek terhadap
pemimpinnya. Tentunya untuk mencapai tujuan dan hasil akhir yang sempurna
dan sesuai keinginan.
Dengan adanya prinsip dan kekurangan dalam pemaparan diatas, dapat
menyeimbangkan gaya kepemimpinan transformasional ini, seperti makna dari
transform itu sendiri yang berarti gaya kepemimpinan ini terus berubah sampai
pada posisi terbaiknya

18
Basirun, Turimah, Op. Cit, hal. 39
13

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Wahyu Suprapti, Modul Kepemimpinan Transformasional Pelatihan Kepemimpinan


Administrator, Jakarta: LAN-RI, 2019.

Hurin In Lia Amalia Qori, Kepemimpinan Karismatik Versus Kepemimpinan


Transformasional, Banyuwangi: 2013.

Basirun, Turimah, Konsep Kepemimpinan Transformasional, Lampung:


MindSet : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 2022.

Hani Handoko, Fandy Tjiptono, Kepemimpinan Transformasional Dan


Pemberdayaan, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, 1996.

Isnaini Mualldin, Kepemimpinan Transformasional Dalam Kajian Terotik Dan


Empiris, Yogyakarta: Working Paper, 2016.

Roni Harsoyo, Teori Kepemimpinan Transformasional Bernard M. Bass dan


Aplikasinya Dalam Peningkatan Mutu Lembaga Pendidikan Islam, Nganjuk: Southeast
Asian Journal of Islamic Education Management, 2022.

Anda mungkin juga menyukai