Anda di halaman 1dari 27

A.

Pendahuluan

Di kesempatan mendatang, pemimpin dituntut memiliki
karakteristik antara lain:
1. Tingkat persepsi dan wawasan yang luar biasa teradap realita dunia.
2. Tigkat motivasi yang luar biasa.
3. Kekuatan emosional.
4. Keterampilan baru dalam menganalisis asumsi kultural,
mengidentiIikasi asumsi Iungsional dan disIungsional.
5. Kemauan dan kemampuan untuk melibatkan orang lain serta menarik
partisipasi mereka.
6. Kemauan dan kemampuan untuk membagi kekuasaan serta kontrol.

Oleh karena itu, pemimpin harus menyadari perubahan perannya
dari era sebelum ini. hal ini mengakibatkan implikasi:
1. Fleksibilitas
2. Pengalaman yang luas
3. Tanggung jawab seremonial atau spiritual menjadi Iungsi yang
diperlukan.
4. Pembuatan keputusan yang tidak dapat dibuat secara eIektiI terpusat
di puncak organisasi.

John W. Work (1996) mengasumsikan bahwa pemimpin di era
mendatang harus bersedia menerima lima tantangan Iundamental, yaitu:
1. Pemimpin harus mau menjadi lebih peka dan memahami semua
perbadaan etnis, budaya, dan gender.
2. Pemimpin harus mempunyai visi untuk tempat kerjanya.
3. Pemimpin harus bersedia merancang dan mengimplementasikan
proses-proses komunikasi yang baru dan berbeda.
4. Pemimpin harus beredia mmbawa komitmen penuh dalam upaya
mendayagunakan pengikut yang beragam secara eIektiI.
5. Pemimpin harus menjadi pasak antara organisasi dan masyarakat luas.

Pemimpin dan kepemimpinan yang di embannya memiliki Iungsi
strategis yang menentukan kinerja organisasi. pemimpin yang
melaksanakan kepemimpinannya secara eIektiI, dapat menggerakan
oarang/ persnil kearah tujuan yang di cita-citakan, akan menjadi anutan
dan teladan.


. Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan

Pemimpin
Pemimpin atau leader adalah orang yang paling berorientasi pada
hasil, da kepastian dengan hasil ini hanya positiI kalau seseorang
mengetahui apa yang di inginkannnya. Kouzes (2004) menyatakan bahwa
pemimpin adalah pionir sebagai orang yang bersedia melangkah ke dalam
situasi yang tidak di ketahui. Sedangkan Kartono (2005) menyatakan
pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki seperioritas tertentu ,
sehingga memiliki kewibawaan dan kekuasaan untuk menggerakkan orang
lain melakukan usaha bersama guna mencapai sasaran tertentu.

Kepemimpinan
Kepemimpinan atau leadership termasuk kelompok ilmu terapan
dari ilmu-ilmu sosial, sebab prinsip-prinsip dan rumusan-rumusannya
bermanIaat bagi kesejahteraan manusia. ada beberapa pemahaman
mengenai kepemimpinan dari berbagai tokoh yang perlu di ketahui.
Robbins (2006) menyatakan kepemimpinan adalah kemampuan
untuk mempengaruhi kelompok menuju pencapaian sasaran.
Kouzes dan Posner (2004) myenyatakan bahwa kepemimpinan
merupakan penciptaan cara bagi orang untuk ikut berkontribusi dalam
mewujudkan sesuatu yang luar biasa.
Kartono mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan
untuk memberikan pengaruh yang konstruktiI kepada orang lain untuk
melakukan suatu usaha kooperatiI mencapai suatu tujuan yang sudah
direncanakan.
Veithzal Rivai (2004) menyatakan kepemimpinan merupakan
peranan dan juga proses untuk mempengaruhi orang lain.

Berdasarkan penjelasan tentang kepemimpinan tersebut, dapatlah
ditarik beberapa kesimpulan, yaitu bahwa:
1. kepemimpinan meliputi penggunaan pengaruh dan bahwa semua
hubungan dapat melibatkan pemimpin
2. kepemimpinan mencakup pentingnya proses komunikasi. kejelasan
dan keakuratan dari komunikasi mempengaruhi perilaku dan kinerja
pengikutnya
3. kepemimpinan memIokuskan pada tujuan yang di capai. pemimpin
yang eIektiI harus berhubungan dengan tujuan-tujuan individu,
kelompok, dan organisasi.


. Teori Pemimpin dan Kepemimpinan
Sebuah organisasi harus memiliki visi dan misi. Dengan kata lain,
organisasi harus mencapai tujuannya. Alasannya sederhana, organisasi
adalah sebuah institusi yang menarik manusia-manusia agar bersedia
bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama, tujuan bersama, dan
tujuan masing-masing.
Paradigma klasik yang terus-menerus diakui validitasnya hingga hari
ini dalam manajemen adalah adanya empat Iungsi pokok yang harus
dikelola dengan optimal untuk menggaransi keberhasilan manajemen,
yaitu planning, organi:ing, leading, dan controlling. Pakar yang berbeda
mengembangkan sesuai dengan keyakinannya, namun kesemuanya berada
dalam satu kesepakatan. Hicks dan Gullet (1984) membagi Iungsi tersebut
menjadi planning, organi:ing, motivating, dan controlling. Louis Allen
(1985) mengelompokkan menjadi planning, organi:ing, coordinating,
motivating, dan controlling. Sementara itu, Koontz dan Weihrich (1990)
mengemukakan bahwa Iungsi manajemen adalah planning, staffing,
leading, dan controlling.
Mengikuti kaidah klasik yang menjadi Iondasi kesepakatan Iungsi
manajemen, maka setiap kegiatan manusia, khususnya yang melembaga,
harus dirancang, diorganisasikan, dipimpin, dan dikendalikan.
Perencanaan merupakan dinamik langkah pertama yang menentukan
hendak dibawa ke mana kegiatan. Langkah kedua adalah pengorganisasian
dalam arti menata aturan, main, struktur, dan personel yang mengisi
struktur dan menjalankan aturan main tersebut. Di atas semuanya adalah
pemimpin yang memimpin implementasi aransemen yang sudah disusun.
Terakhir, agar terjadi keonsistensi implementasi Iungsi dari perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan, makan diperlukan pengendalian.
Berdasarkan hal tersebut, sebenarnya ada satu Iungsi yang
tersembunyi dalam setiap Iungsi, yaitu kepemimpinan. Selalu harus ada
individu yang memimpin perencanaan, pengorganisasian, (apalagi)
kepemimpinan, dan pengendalian. Pemimpin, menurut Drucker, adalah
individu yang make things happen. Ia adalah yang membuat sesuatu
menjadi sesuatu itu sendiri. Membuat organisasi menjadi sebuah
organisasi yang sungguh-sungguh. Pemimpin adalah individu manusianya,
sementara kepemimpinan adalah siIat yang melekat kepadanya sebagai
pemimpin.
Gary Yukl (1998) melakukan klasiIikasi deIinisi pemimpin dan
kepemimpinan, yaitu:
1. Pendekatan berdasarkan ciri
Pendekatan ini menekankan kepada atribut-atribut pribadi para
pemimpin. Dasar dari pendekatan ini adalah asumsi bahwa beberapa
orang merupakan pemimpin dengan beberapa ciri yang tidak dimiliki
oleh orang lain. Teori kepemimpinan ini pada tahap awal (1930-1940)
gagal menemukan garansi mengenai ciri-ciri kepemimpinan yang
berhasil, karena hanya mengacu kepada unsur-unsur yang alamiah.
Teori-teori selanjutnya menekankan kepada upaya untuk mencari
korelasi yang signiIikan tentang atribut pemimpin dan kriteria
keberhasilan seorang pemimpin. Dalam kelompok ini antara lain
terdapat teori kepemimpinan karismatik dan transIormasional.
2. Pendekatan berdasarkan perilaku
Pendekatan ini merupakan kritisi terhadap generasi pertama, yaitu
pendekatan berdasarkan ciri. Sebagaimana namanya, pendekatan ini
sangat diwarnai oleh psikologi dengan Iokus menemukan dan
mengklasiIikasikan perilaku-perilaku yang membantu pengertian kita
tentang kepemimpinan. Di dalam pendekatan antara lain terdapat teori-
teori tentang kepemimpinan kelompok.
3. Pendekatan pengaruh kekuasaan
Pendekatan ini mencoba memperoleh pengertian tentang kepemimpinan
dengan mempelajari proses mempengaruhi antara para pemimpin dan
para pengikutnya. Para teoritikus dalam lingkungan pendekatan ini
mencoba menjelaskan eIektivitas kepemimpinan dalam kaitannya
dengan jumlah dan jenis kekuasaan yang dipunyai seorang pemimpin
dan cara kekuasaan tersebut. Dalam kelompok ini terdapat antara lain
teori-teori kepemimpinan otoriter-demoktratik-bebas (lai:es faire).
4. Pendekatan situasional
Pendekatan ini menekankan pada pentingnya Iaktor-Iaktor kontekstual,
seperti siIat pekerjaan yang dilaksanakan oleh unit pemimpin, siIat
lingkungan eksternal, dan karakteristik para pengikut. Teori-teori dalam
kelompok ini sering diidentiIikasi ke dalam teori kontigensi yang dapat
dikontraskan dengan teori universal tentang kualitas umum
kepemimpinan yang eIektiI.
5. Pendekatan krisis
Seorang pemimpin dalam masa krisis harus melakukan konsentrasi
untuk mengonsolidasikan seluruh sumber dayanya agar tidak tercerai-
berai. Ini menjadi pelajaran yang baik, karena tidak jarang terjadi ketika
melihat bahwa pada waktu mengalami krisis, terdapat pemimpin yang
justru berlarian ke sana kemari dan tidak Iokus pada konsolidasi sumber
daya organisasi.
Kelima pendekatan tersebut bersiIat saling melengkapi satu sama
lain. Bahwa seorang pemimpin harus mempunyai kualitas kepemimpinan
yang berbasiskan ciri universal seorang pemimpin, mempunyai perilaku
pemimpin ketika berada dalam kelompok kerja, menggunakan Iormat
kekuasaan-pengaruh dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya, dan
selalu menekankan perlunya konteks ruang dan waktu di mana
kepemimpinan dilaksanakan.
Pemahaman tersebut membawa kita pada kenyataan bahwa
kepemimpinan adalah sebuah kualitas. Ini perlu dipahami karena dalam
praktik keseharian ada pendapat bahwa kepemimpinan adalah bakat. Ini
adalah keyakinan dari mereka yang menganut prinsip natural leader,
bahwa kepemimpinan itu sudah melekat dalam diri individu. Di dunia
bisnis kita mengenal Henry Ford pendiri Ford, George Eastman pendiri
Kodak, hingga William Soerjadjaya pendiri Astra. Mereka adalah natural
leader. Mereka memulai bisnis dari nol dan setahap demi setahap menjadi
besar, bahkan menjadi raksasa. Namun, ketika organisasinya menjadi
besar, para natural leader ini apabila tidak siap untuk mengadakan
penyesuaian terhadap kemajuan perusahaannya, cenderung gagal
mempertahankan keberhasilannya. Orang-orang yang memimpin dengan
gaya tersebut ada yang menyebutnya sebagai intuitive leader (Allen,
1958).
Allen mendeskripsikan tujuh siIat dari kepemimpinan intuitiI ini,
yaitu:
Mengedepankan kepentingan sendiri;
Membuat semua keputusan secara sendirian;
Lebih menyukai pekerjaan-pekerjaan atau solusi-solusi teknis;
Lebih suka memberi tahu daripada mendengarkan;
Menjalankan organisasi sesuai dengan selera pribadi;
Memonopoli ganjaran; dan
Mengontrol dengan cara melakukan inspeksi.
Kualitas kepemimpinan seperti ini pada akhirnya mempunyai
kendala yang serius dalam melanjutkan pengembangan organisasi, bahkan
kadang kala gagal mempertahankan kebesaran organisasi.
Oleh karena itulah, Allen mengajukan usulan yang sangat
bermanIaat agar para pemimpin yang berbasiskan intuisi tersebut
melakukan transIormasi menjadi kepemimpinan manajemen (management
leadership), dengan tujuh karakteristik, yaitu:
Mengedepankan kepentingan kelompok;
Pembuatan keputusan dalam sebuah tim;
Fokus kepada tugas manajerial (bukan teknikal);
KomunikatiI;
Menjalankan organisasi sesuai dengan kerja dan tujuan yang hendak
dicapai;
Setiap prestasi diberi ganjaran; dan
Mengontrol dengan cara memberikan eksepsi.
Mengombinasikan kecakapan kepemimpinan dan manajerial
menghasilkan kompetensi yang optimal untuk mencapai hasil, seperti
ilustrasi yang dibuat oleh llen Management System berikut ini.











Apa yang dikemukakan Allen tidak berbeda dengan pemikiran Peter
Drucker. Kepemimpinan dekat dengan kewirausahaan. Manajer identik
dengan manajemen. Kata Drucker, Anda akan sukses memimpin jika
memiliki kemampuan manajerial. Namun, jika Anda menjadi manajer
tanpa kecakapan pemimpin, Anda akan sangat mudah terjebak menjadi
seorang birokrat.
Pemahaman ini membawa kita pada pemikiran bahwa bukan tidak
mungkin Anda salah seorang born leader, artinya begitu lahir Anda diberi
anugerah kecakapan memimpin. Sesungguhnya Anda tidak cukup hanya
memimpin dengan kecakapan alam atau kecakapan intuitiI tersebut. Anda
harus belajar bahwa kecakapan itu tidak cukup, karena Anda harus belajar
menjadi seorang pemimpin proIesional. Pemimpin proIesional tidak lain
dari seorang management leader. Seorang pemimpin alam adalah pribadi
yang diberi ervoor oleh Tuhan untuk lebih dahulu memiliki kecakapan
memimpin dibanding yang lain. Apabila ia tidak mau belajar untuk
meningkatkan kemampuan kepemimpinannya menjadi pemimpin yang
proIesional, yang bersangkutan mengabaikan Tuhan karena telah menyia-
nyiakan karunia yang diberikan oleh-Nya.
Sampai di sini jelaslah kiranya, bahwa kepemimpinan adalah sebuah
seni daripada ilmu. Kepemimpinan akhirnya adalah sebuah style atau gaya
daripada sebuah paradigma, karena kepemimpinan adalah sesuatu yang
bermakna apabila dipraktikkan daripada diwacanakan.
Penelitian-penelitian dan teori-teori kepemimpinan dapat
diklasiIikasikan sebagai pendekatan-pendekatan psikologi, perilaku, dan
situasional (contingency) dalam studi kepemimpinan. Pendekatan pertama
memandang kepemimpinan sebagai suatu kombinasi siIat-siIat (traits)
yang tampak. Pendekatan kedua bermaksud mengidentiIikasi perilaku-
perilaku (behavior) pribadi yang berhubungan dengan kepemimpinan
eIektiI. Pandangan ketiga menganggap bahwa kondisi yang menentukan
eIektivitas kepemimpinan bervariasi dengan situasi, seperti tugas-tugas
yang memerlukan ketrampilan dan pengharapan bawahan lingkungan
organisasi, pengamalan masa lalu pemimpin dan bawahana, dan
sebagainya Djokosantoso Moeljono (2003:26-32)}.

. Sumber-sumber Pemimpin dan Kepemimpinan

Hal-hal yang menjadikan seseorng menjadi pemimpin adalah
sebagai berikut:
1. Tradisi/ warisan: seseorang menjadi pemimpin karena warisan atau
keturunan, misalnya raja atau ratu inggris, dan belanda.
2. Kekuatan pribadi baik karena alasan Iisik maupun karena
kecakapannya.
3. Pengangkatan atasan: seseorang menjadi pemimpin karena diangkat
oleh pihak atasannya.
4. Pemilihan: seseorang menjai pemimpin karena berdasar konsep
penerimaan (acceptance theory) anda memjadi pemimpin dan kami
akan menaati instruksi anda.

Pemimpin hasil pemilihan biasanya lebih baik karena pemilih akan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Keinginan untuk Memimpin
Kualitas ini dapat diketahui hanya oleh pengetahuan calon yang baik.
diskusi tentang management, permasalahan-permasalahan yang ada
serta minatnya untuk memecahkan masalah: keinginan lebih penting
dari pada kecakapan.
2. Kecerdasan
Ketetapan ini mungkin ditetapkan dari nilai-nilai ijazah, karya-karya
ilmiah pada masa-masa silam dan juga melalui psikologi
3. Kecakapan untuk Membuat Uraian yang Logis
Kecakapan ini dapat di lihat dengan memperhatkan kerja calon,
apakah kerjanya baik secara obyektiI, rasional serta ideal yang di ukur
menurut metode ilmiah.
4. Kecakapan untuk Berkomunikasi
Penilaian kemampuan calon melalui bahasa. suatu catatan yang
penting mengenai tata bahasa dan ejaan, pemilihan kata-kata, alunan
kata-kata, kejelasan berbicara, ekspresi serta kemampuan untuk
mempertahankan minat selama memberikan penjelasan-penjelasan.
5. Akal Budi
Perhatian calon mengenai kebenaran-kebenaran moral, hukum atau
kejujuran serta tanggung jawab dalam penggunaan waktu dan
perlengkapan kantor, laporan keuangan dll.
6. Pengetahuan Umum
Peniaian tentang calon apakah mempunyai pengetahuan yang luas
baik tentang perusahaan yang ia jalankan maupu tentang hal-hal di
luar perusahaan. hal ini akan mempengaruhi pendelegasian
wewenang.
7. Pengetahuan Khusus
Artinya apakah calon mempunyai pengetahuan khusus tentang
perusahaan yang akan dipimpinnya, sehingga apabila ia dilimpahi
wewenang ia akan mampu memjalankannya.
8. Kecakapan Memjalin Hubungan
Dapat bergaul secara luwes baik terhadap atasan, maupun terhadap
bawahan dan rekan-rekannya.

E. ungsi dan Metode Kepemimpinan

ungsi Kepemimpinan

Menurut Veitzhal Rivai (2004:96), Iungsi kepemimpinan , yaitu:
(a) menciptakan visi dan rasa komunitas; (b) membantu mengembangkan
komitmen daripada sekedar memenuhinya; (c) menginspirasi kepercayaan,
mengintegrasikan pandangan yang berlainan; (d) mendukung pembicaraan
yang cakap melalui dialog; (e) membantu menggunakan pengaruh mereka;
(I) memIasilitasi; (g) memberi semangat pada yang lain; (h) menopang
tim; dan (i) bertindak sebagai model.
Sedangkan Iungsi kepemimpinan menurut Adair (2008:11), yaitu:
1. Perencanaan yaitu mencari semua inIormasi yang tersedia,
mendeIinisikan tugas, maksud atau tujuan kelompok, membuat rencana
yang dapat terlaksana (dalam rangka membuat keputusan yang tepat).
2. Pemrakarsaan yaitu memberikan pengarahan pada kelompok mengenai
sasaran dan rencana, menjelaskan mengapa menetapkan sasaran atau
rencana merupakan hal penting, membagi tugas pada anggota
kelompok, dan menetapkan standar kelompok.
3. Pengendalian yaitu memelihara antara kelompok, mempengaruhi
tempo, memastikan semua tindakan diambil dalam upaya meraih
tujuan, menjaga relevansi diskusi, dan mendorong kelompok
mengambil tindakan/keputusan.
4. Pendukung yaitu mengungkapkan pengakuan terhadap orang dan
kontribusi mereka, memberi semangat pada kelompok/individu,
menciptakan semangat tim, meredakan tegangan dengan humor,
merukunkan perselisihan atau meminta orang lain menyelidikinya.
5. PenginIormasian yaitu memperjelas tugas dan rencana, memberi
inIormasi baru pada kelompok, menerima inIormasi dari kelompok, dan
membuat ringkasan atas usul dan gagasan yang masuk akal.
6. Pengevaluasian yaitu mengevaluasi kelayakan gagasan, menguji
konsekuensi solusi yang diusulkan, mengevaluasi prestasi kelompok,
dan membantu kelompok mengevaluasi sendiri prestasi mereka
berdasarkan standar yang ada.
Menurut James F. Stoner, agar kelompok dapat beroperasi secara
eIektiI, seorang pemimpin mempunyai dua Iungsi pokok yaitu:
1. %ask Related/Problem Solving Function. Pemimpin memberikan saran
dalam pemecahan masalah serta memberikan sumbangan inIormasi dan
pendapat.
2. roup Maintenance Function/Social Function. Pemimpin membantu
kelompok beroperasi lebih lancar, memberikan persetujuan atau
melengkapi anggota kelompok lain, misalnya menjembatani kelompok
yang sedang berselisih pendapat, memperhatikan diskusi-diskusi
kelompok.
Secara umum ada dua Iungsi penting seorang pemimpin:
1. Fungsi Tugas
Berhubungan dengan sesuatu yang harus dilaksanakan untuk
memilih dan mencapai tujuan-tujuan secara rasional. Adapun Iungsi
tugas pemimpin, yaitu:
a. Menciptakan kegiatan: menetapkan diskripsi pekerjaan secara jelas
untuk bawahannya.
b. Mencari inIormasi secara cepat, tepat, dan akurat.
c. Memberi inIormasi kepada bawahannya sehingga karyawan
mendapat inIormasi yang dibutuhkannya.
d. Memberi pendapat dan nasihat kepada bawahan, baik diminta
maupun tidak dimita jika memang dirasa perlu.
e. Menjelaskan apa saja yang dirasa belum jelas oleh bawahannya.
I. Mengoordinasikan agar organisasi bisa berjalan secara eIektiI dan
eIisien dalam mencapai tujuan-tujuannya.
g. Meringkaskan atau menyimpulkan semua yang telah disepakati
sehingga bawahan bisa mencapai pemahaman yang sama tentang
sesuatu hal.
h. Menguji kelayakan: jika organisasi berencana untuk melaksanakan
berbagai program, terlebih dulu pemimpin harus menguji
layak/tidaknya program tersebut.
i. Mengevaluasi atau mengendalikan orang/kegiatan dengan harapan
semua kegiatan/orang dalam organisasi bergerak ke tujuan yang
telah ditetapkan dan dapat segera ditanggulangi jika ada
penyimpangan.
j. Mendiagnosis gejala persoalan sebelum permasalahan muncul agar
tindakan preventiI bisa dilakukan.

2. Fungsi Pemeliharaan
Berhubungan dengan kepuasan emosi yang diperlukan untuk
mengembangkan dan memelihara kelompok, masyarakat atau untuk
keberadaan organisasi. Adapun Iungsi pemeliharaan seorang pemimpin,
yaitu:
a. Mendorong semangat agar karyawan selalu bergairah dan
bersemangat dalam bekerja.
b. Menetapkan standar. Tanpa standar kinerja yang jelas, karyawan
tidak akan tahu apakah dia sudah bekerja dengan baik atau belum.
c. Mengikuti: pemimpin tidak boleh lepas tangan begitu saja setelah
tugas didistribusikan, dia tetap harus memantau bawahannya.
d. Mengekspresikan perasaan: perasaan senang/tidak senang dengan
apa yang dilakukan bawahan perlu diekspresikan si pemimpin
dengan baik sehingga bawahab bisa menangkap maksud dan
keinginan pemimpinnya dengan baik.
e. Mengambil konsensus.
I. Menciptakan keharmonisan.
g. Mengurangi ketegangan.

Metode Kepemimpinan
Ordweay Tead (Kartini Kartono, 2001:56) mengemukakan 7
metode kepemimpinan yang mempengaruhi tindakan-tindakan setiap
pemimpin yang sukses, yaitu:
1. Metode I, memberi perintah. Perintah timbul dari situasi Iormal dan
inIormal. Perintah biasanya sudah tercakup dalam tugas, kewajiban, dan
tanggung jawab yang harus dilakukan oleh setiap individu anggota
kelompok.
2. Metode II, memberikan celaan dan pujian. Celaan harus diberikan
secara objektiI dan tidak disertai dengan emosi negatiI. Celaan
sebaiknya berupa teguran dan dilakukan secara rahasia dengan nada
suara yang menyenangkan agar tidak menimbulkan rasa dendam dan
sakit hati. Celaan bertujuan agar orang yang melanggar atau berbuat
kesalahan menyadari kekeliruannya dan bersedia memperbaiki
perilakunya. Sedangkan pujian diberikan agar bisa memberikan
semangat, kegairahan kerja, tenaga baru, dan dorongan emosional yang
segar.
3. Metode III, memupuk tingkah laku pribadi yang benar. Pemimpin harus
bersiIat objektiI dan jujur. Ia juga harus menjauhkan diri dari rasa pilih
kasih atau Iavoritisme karena hal ini bisa menurunkan moral anggota
masyarakat lainnya.
4. Metode IV, peka terhadap saran-saran. Pemimpin harus luwes dan
terbuka. Dia harus menghargai pendapat-pendapat orang lain untuk
kemudian mengombinasikannya dengan ide-ide sendiri.
5. Metode V, memperkuat rasa kesatuan kelompok. Tim kerja merupakan
kunci untuk menuju operasi yang sukses, diawali mulai unit terkecil
hingga yang terbesar harus menjadi satu kesatuan hingga memiliki satu
visi dan misi yang pada akhirnya akan mempermudah pencapaian
tujuan yang diinginkan.
6. Metode VI, kembangkan rasa tanggung jawab di kalangan masyarakat.
Penyampaian kekuasaan yang disertai dengan pertanggungjawaban
akan mengembangkan rasa kepercayaan bersama dan rasa hormat
diantara yang dipimpin dan yang memimpin.
7. Metode VII, buat putusan yang bernilai dan tepat pada waktunya.
Seorang pemimpin harus dapat berpikir logis pada keadaan yang sangat
gawat dan memutuskan dengan cepat suatu tindakan yang diperlukan
untuk mengambil kesempatan yang ada pada waktu itu.

. Sifat-Sifat, Perilaku, dan Kepemimpinan yang Efektif

Sifat-Sifat Kepemimpinan
SiIat-siIat kepemimpinan menurut beberapa ahli manajemen yaitu:
1. Ordway Tead mengemukakan 10 siIat yang perlu dimiliki seorang
pemimpin:
a) Energy Iisik dan mental
b) Bersemgat untuk mencapai tujuan
c) Ramah-tamah dan kasih sayingJujur, dapat dipercaya
d) Memiliki keahlian teknis
e) Bergairah dalam pekerjaan
I) Kecerdasan dan sangup mengambil keputusan
g) Kecakapan mengajar
h) Ketegasan dan konsisten
i) Setia terhadap organisasi
j)
2. Certer I. Benard mengemukakan bahwa kepemimpinan mempunyai 2
aspek:
a) Keunggulan seseorang dalam lapangan teknik kepemimpinan,
seorang yang menonjol dalam kualitas Iisik, keahlian, teknologi,
kecerdasan, pengetahuan, ingatan, dan daya proyeksi, akan
menimbulkan kekaguman dan akan dapat memimpin bawahannya
b)Keunggulan seseorang dalam kesetiaan terhadap tujuan,
kesanggupan menghadapi tantangan dan keberanian, perasaan
tanggung jawab.

3. Harold Koontz dan Cyril O`Donnel menyebutkan bahwa seorang
pemimpin harus:
a) Memiliki kecerdasan melebihi orang-orang yang dipimpinnya
b) Memiliki perhatian terhadap kepentingan yang menyeluruh
c) Memiliki kelancaran bicara
d) Matang dalam berpikir dan emosi
e) Menghayati kepentingan kerja sama

4. George R. Terry mengemukakan 8 ciri dari pemimpin:
a) Energi. Mempunyai kekuatan mental Iisik
b) Stabilitas emosi
c) Human relationship
d) Personal motivation
e) Communication skill
I) Teaching skill
g) Social skill
h) Technical competent
Kelemahan teori-teori siIat ini adalah siIat tersebut bersiIat
kondisional artinya tidak berlaku untuk semua situasi. 2 bentuk pembeda
dalam pendekatan siIat:
a) Pemimpin dan Bukan Pemimpin
Tampilan Iisik tidak mencerminkan kepribadian sehingga tidak bisa
memprediksi seseorang yang mempunyai siIat kepemimpinan yang
eIektiI.
b) Pemimpin EIektiI dan Tidak EIektiI
Pemimpin eIektiI memperoleh hasil yang signiIikan, berhasil
mengatasi kendala serius, dan banyak membawa perubahan kepada
organisasi dan sebaliknya.

Perilaku Kepemimpinan
Pendekatan perilaku memusatkan perhatiannya pada 2 aspek
perilaku kepemimpinan, yaitu:
1. Fungsi kepemimpinan, yaitu aktivitas yang dipertahankan oleh
kelompok dan berkaitan dengan tugas yang harus dilaksanakan oleh
pemimpin atau seseorang yang lain agar kelompok dapat berIungsi
secara eIektiI. Fungsi kepemimpinan berhubungan dengan :
a. Tugas : pemecahan masalah;
b. Memelihara kelompok (sosial): menengahi konIlik, individu
merasa dihargai dan berguna
2. Gaya kepemimpinan, yaitu berbagai pola perilaku yang disukai oleh
pemimpin dalam proses mengarahkan dan mempengaruhi pengikut.
Gaya kepemimpinan cenderung diekspresikan dalam dua gaya
kepemimpinan, yaitu:
a. Task-oriented: pemimpin mengawasi bawahan secara ketat untuk
memastikan apakah tugas dilaksanakan dengan memuaskan.
Pelaksanaan tugas lebih ditekankan daripada pertumbuhan
anggota atau kepuasan pribadi.
b. Employee-oriented: pemimpin menekankan pada memotivasi
ketimbang mengendalikan karyawan. Para anggota diizinkan
untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan yang akan
berpengaruh juga kepada mereka.

Kepemimpinan yang Efektif
Menurut Made Pidarta (1988: 173), pemimpin yang eIektiI adalah
pemimpin yang tinggi dalam kedua dimensi kepemimpinan dan memiliki
perIorma tinggi dalam perencanaan dan Iungsi-Iungsi manajemen. 2
Dimensi kepemimpinan tersebut adalah:
1. Kepemimpinan yang berorientasi pada tugas
Pemimpin ini tidak mengikuti perkembangan dan kemajuan
lingkungan sehingga organisasi menjadi usang dan ketinggalan jaman.
2. Kepemimpinan yang berorientasi pada hubungan antar manusia
Pemimpin berasumsi bila para personalia diperlakukan dengan baik,
maka tujuan organisasi kependidikan akan tercapai namun manusia
tidak selalu beritikad baik walaupun diperlakukan secara baik karena
hal ini akan menyebabkan kemunduran.
Jadi, kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang
mengintegasikan orientasi tugas dengan orientasi antar hubungan manusia.
Maka tujuan organisasi akan tercapai tepat pada waktunya sebab
kepemimpinan yang eIektiI dapat melaksanakan Iungsi-Iungsi manajemen
dengan baik termasuk melaksanakan perencanaan dengan baik pula.
Kepemimpinan yang eIektiI selalu memanIaatkan kerja sama dengan
bawahan untuk mencapai citacita organisasi. Dnegan cara seperti itu,
pemimpin akan banyak mendapat bantuan pikiran, semangat, dan tenaga
dari bawahan yang akan menimbulkan semangat bersama dan rasa
persatuan, sehingga memudahkan proses pendelegasian dan pemecqahan
masalah yang semuanya memajukan organisasi atau perusahaan.

. Tipe, 1enis, aya Kepemimpinan
G.R. Terry mengemukakan tentang tipe-tipe kepemimpinan
sebagai berikut:
1. Kepemimpinan Pribadi (Personal Leadership)
Dalam tipe ini pimpinan mengadakan hubungan langsung dengan
bawahannya, sehingga timbul hubungan pribadi yang intim.
2. Kepemimpinan Non-Pribadi (on-Personal Leadership)
Dalam tipe ini pimpinan tidak mengadakan hubungan langsung
dengan bawahannya, sehingga antara atasan dan bawahan tidak timbul
kontak pribadi. Hubungan antara pimpinan dengan bawahannya
melalui perencanaan dan instruksi-instruksi tertulis.
3. Kepemimpinan Otoriter (uthoritarian Leadership)
Dalam tipe ini pimpinan memperlakukan bawahannya secara
sewenang-wenang, karena menganggap diri orang paling berkuasa,
bawahannya digerkkan dengan jalan paksa, sehingga para pekerja
dalam melakukan pekerjaannya bukan karena ikhlas, melainkan
karena takut.
4. Kepemimpinan Kebapakan (Paternal Leadership)
Dalam tipe ini pimpinan memperlakukan bawahannya seperti anak
sendiri, sehingga para bawahannya tidak berani mengambil keputusan,
segala sesuatu yang pelik diserahkan kepada bapak pimpinan untuk
menyelesaikannya. Dengan demikian bapak sangat banyak
pekerjaannya yang menjadi tanggung jawab anak buahnya.
5. Kepemimpinan Demokratis (emocratic Leadership)
Dalam tipe ini pimpinan selalu mengadakan musyawarah dengan para
bawahannya untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaannya yang
sukar, sehingga para bawahannya merasa dihargai pikiran dan
pendapatnya serta mempunyai pengalaman yang baik di dalam
menghadapi segala persoalan yang rumit. Dengan demikian para
bawahannya bergerak itu bukan atas rasa paksaan, tetapi karena
kesadaran tanggung jawab yang timbul atas tugas-tugasnya.
6. Kepemimpinan Bakat (ndigenous Leadership)
Dalam tipe ini pimpinan dapat menggerakkan bawahannya karena
mempunyai bakat untuk itu, sehingga para bawahannya senang
mengikutinya, jadi tipe ini lahir karena pembawaaannya sejak lahir
seolah-olah ditakdirkan untuk memimpin dan diikuti oleh orang lain.
Dalam tipe ini pemimpin tidak akan susah menggerakkan
bawahannya, karena para bawahannya akan selalu menurut
kehendaknya.
Berbagai macam jenis kepemimpinan:
1. Kepemimpinan Transaksional
Kepemimpinan ini berIokus pada transaksi antar pribadi, antara
manajemen dan karyawan, dua karakteristik yang melandasi
kepemimpinan transaksional, yaitu:
a. Para pemimpin menggunakan penghargaan kontigensi untuk
memotivasi para karyawan.
b. Para pemimpin melaksanakan tindakan korektiI hanya ketika para
bawahan gagal mencapai tujuan kinerja.


2. Kepemimpinan Kharismatik
Kepemimpinan ini menekankan perilaku pemimpin yang simbolis,
pesan-pesan mengenai visi dan memberikan inspirasi, komunikasi non
verbal, daya tarik terhadap nilai-nilai ideologis, stimulasi intelektual
terhadap para pengikut oleh pemimpin, penampilan kepercayaan diri
sendiri dan untuk kinerja yang melampaui panggilan tugas.
3. Kepemimpinan Visioner
Kepemimpinan ini merupakan kemampuan untuk meciptakan dan
mengartikulasikan suatu visi yang realistis, dapat dipercaya, atraktiI
dengan masa depan bagi suatu organisasi atau unit organisasi yang
terus tumbuh dan meningkat.
4. Kepemimpinan Tim
Menjadi pemimpin eIektiI harus mempelajari ketrampilan, seperti
kesabaran untuk membagi inIormasi, percaya kepada orang lain,
menghentikan otoritas dan memahami kapan harus melakukan
intervensi.
Macam-macam gaya kepemimpinan menurut House (Robbins
2001:52) antara lain:
1. Kepemimpinan DirektiI
Kepemimpinan ini membuat bawahan agar tahu apa yang diharapkan
pimpinan dari mereka, menjadwalkan kerja untuk dilakukan, dan
memberi bimbingan khusus mengenai bagaimana menyelesaikan
tugas.
2. Kepemimpinan yang Mendukung
Kepemimpinan ini bersiIat ramah dan menunjukkan kepedulian akan
kebutuhan bawahan.
3. Kepemimpinan PartisipatiI
Kepemimpinan ini berkonsultasi dengan bawahan dan menggunakan
saran mereka sebelum mengambil suatu keputusan.
4. Kepemimpinan Berorientasi Prestasi
Kepemimpinan ini menetapkan tujuan yang menantang dan
mengharapkan bawahan untuk berprestasi pada tingkat tertinggi
mereka.

. Kepemimpinan Transformasional
Pemimpin transIormasional merupakan agen perubahan yang
berIungsi sebagai peran katalis perubahan bukan sebagai pengontrol
perubahan. Seorang pemimpin tranIormasional memiliki visi yang jelas,
gambaran holistik tentang bagaimana organisasi di masa depan ketika
semua tujuan dan sasarannya telah tercapai (Covey, 1989; Peters, 1992)
Bass dan Avolio (1994) mengusulkan 4 dimensi dengan konsep 4I,
yang artinya:
1. 'I pertama adalah idealized inIluence,yaitu saling berbagi resiko
melalui pertimbangan atas kebutuhan yang dipimpin di atas kebutuhan
pribadi, dan perilaku moral serta etis.
2. 'I yang kedua adalah inspirational motivation, perilaku yang mampu
mengartikulasikan ekspektasi yang jelas dan perilaku yang mampun
mendemonstrasikan komitmen terhadap sasaran organisasi. Semangat
ini dibangkitkab melalui antusisme dan optimisme.
3. 'I yang ketiga adalah intellectual simulation, menggali ide-ide baru
dan solusi yang kreatiI dari orang-orang yang dipimpinnya dan
mendorong pendekatan baru dalam melakukan pekerjaan.
4. 'I yang keempat adlaah individualized consideration, pemimpin yang
selalu mendengarkan dengan penuh perhatian, dan memberikan
perhatian khusus kepada kebutuhan prestasi dan kebutuhan dari orang-
orang yang dipimpinnya.

. Kepemimpinan Visioner
Menurut Stephen Covey (1997), pemimpin yang berhasil di abad 21
adalah yang mempunyai visi, keberanian, serta kerendahan hati untuk terus
menerus belajar dan mengasah kecakapan dan emosinya. Visi merupakan
pernyataan tujuan organisasi; sebuah masa depan organisasi yang lebih
baik, lebih berhasil, karena itu visi merupakan kunci energi manusia, kunci
atribut pemimpin dan pembuat kebijakan. Kemampuan pemimpin dalam
merumuskan visi dipengaruhi oleh pengalaman kerja, pendidikan,
pengalaman proIesional, interaksi dan komunikasi internasional, berbagai
pertemuan keilmuan, dan berbagai kegiatan intelektual lainnya yang
membentuk pola pikir (mindset).
Kepemimpinan visioner adalah kemampuan pemimpin untuk
menciptakan dan mengartikulasikan suatu visi yang realistik, dapat
dipercaya, atraktiI tentang masa depan bagi suatu organisasi atau unit
organisasional yang terus betumbuh dan meningkat sampai saat ini
(Robbins, 2001:195). Komariah (2005:121) juga mengungkapkan bahwa
kepemimpinan visioner (visionary leadership) dapat diartikan sebagai
kemampuan pemimpin dalam mencipta, merumuskan, mengomunikasikan,
menyosialisasikan, mentransIormasikan dan mengimplementasikan
pemikiran-pemikiran ideal, yang berasal dari dirinya atau sebagai hasil
interaksi sosial diantara angota organisasi dan stakeholders yang diyakini
sebagai cita-cita organisasi di masa depan yang harus dicapai melalui
komitmen sebuah personil.
Senge mengungkapkan bahwa kepemimpinan visioner adalah
kemampuan pemimpin untuk mencetuskan ide atau gagasan suatu visi
selanjutnya melalui dialog yang kritis dengan unsur pemimpin
lainnyamerumuskan masa depan organisasi yang dicita-citakan yang harus
dicapai melalui komitmen semua anggota organisasi melalui proses
sosialisasi, transIormasi, implementasi gagasan-gagasan ideal oleh
pemimpin organisasi.
Setelah visi teridentiIikasi dan ditentukan, maka pemimpin harus
mampu memperagakan visi agar dapat diterima oleh anggota dan dapat
diterima oleh anggota dan dapat dilaksanakan. Keterampilan yang
diperlukan dalam memaksimalkan peran visioner adalah:
1. Kemampuan untuk menjelaskan kepada orang lain: Pemimpin
menjelaskan visi dilihat dari segi tindakan-tindakan yang dituntut dan
sasaran-sasaran melalui komunikasi lisan dan tertulis yang jelas.
2. Mampu untuk mengungkapkan visi tidak hanya secara verbal
melainkan melalui perilaku pemimpin s
3. Mampu memperluas visi kepada konteks kepemimpinan yang lebih
luas, ini berarti merupakan kemampuan untuk mengurutkan aktivitas-
aktivitas sehingga visi dapat diterapkan pada berbagai situasi
pekerjaan pada suatu organisasi.
Komitmen perilaku kepemimpinan visioner menurut James M.
Kouzes and Bary Z. Posner antara lain:
1. Mencari peluang-peluang yang menantang: pemimpin visioner
pikirannya terus bekerja, bekerja keras menciptakan suatu yang baru
yang dapat ditiru dan dan diikuti oleh pengikutnya dalam menjawab
gelombang perubahan yang terjadi. Cara menciptakan operasionalisasi
kerja adalah:
a. Memperlakukan setiap penugasan kerja sabagai suatu kondisi
yang menggairahkan dan penuh dengan harapan untuk dapat
menemukan rahasia sukses masa depan.
b. Secara aktiI memiliki kepedulian dan mempertanyakan arti setiap
kondisi 'status quo atau kemampuan yang statis dan secara
sungguh-sungguh selalu mencari strategi maupun cara yang tepat
untuk mengubah keadaan sehingga dapat merencanakan
perubahan atau peluang baru.
2. Berani mencoba dan bersedia tanggung resiko: memiliki tekad yang
kuat dan keikhlasan yang paling dalam untuk berusaha belajar dari
keberhasilan dan kegagalan, meskipun terpaksa harus membayar
harga pengalaman dengan mahal dan konsekuensi yang besar. Nilai-
nilai yang terkandung dalam konsep ini:
a. Menciptakan mekanisme guna menampung ide-ide inovatiI
b. Mulai melakukan percobaan dalam skala kecil
c. Membentuk kelompok kerja inovatiI
d. Menghargai setiap pekerjaan
e. Menganalisa hasil percobaan-percobaan
I. Membina mental berni mencoba
3. Memimpin masa depan: Pemimpin harus menampilkan pribadi yang
memancarkan suatu visi atau pandangan ke depan tentang gambaran
wujud masa depan dengan kuat. Prinsip pengembangan komitmen:
a. Mawas diri (mengenali diri secara benar)
b. Menetapkn masa depan yang diharapkan
c. Merencanakan apa yang belum pernah dipikirkan orang lain
d. Melatih intuisi dan ketajaman rasa
e. Selalu berorientasi ke depan
4. Membina kesamaan visi: menggalang kerjasama atau mengupayakan
agar orang-orang bersedia untuk bekerja dalam satu kata dan semangat
kebersamaan. Prinsip membina kerjasama adalah meningkatkan
keterpaduan potensi organisasi melalui penyamaan tujuan dan
membina saling percaya diantara anggota organisasi. Hal-hal yang
perlu diperhatikan:
a. Menciptakan kebersamaan
b. Menciptakan peluang interaksi
c. Menciptakan keterbukaan
d. Tidak terpaku kegagalan lama
e. Melibatkan pihak lain dalam setiap proses
I. Mengembangkan suasana saling percaya
5. Memperkuat mitra kerja: pemimpin berkewajiban membagi atau
memberikan kekuasaan dan inIormasi yang dimilikinya agar semua
pihak yang terlibat dalam proses pembaharuan mempunyai kekuatan
atau sumber daya gerak pembaharuan yang sama. Upaya yang dapat
dikembangkan:
a. Mengenal setiap mitra kerja
b. Mengembangkan kemampuan hubungan antar pribadi
c. Melayani pihak lain dengan tulus
d. Mengembangkan keleluasaan pihal lain untuk bertanggung jawab
e. Mengembangkan keterbukaan inIormasi bagi semua
I. Membina kemitraan dengan meberikan dukungan
6. Menunjukkan keteladanan: pemimpin mempunyai kewajiban untuk
membuat orang lain dapat berbuat dengan memberikan contoh bagi
pertumbuhan selanjutnya. Kemungkinan yang dapat dilakukan:
a. Jangan melewatkan setiap peluang yang ada
b. Menciptakan lebih banyak peluang untuk penyebaran visi dan jiwa
pembaharuan
c. Memelihara citra sebagai pemimpin yang konsisten dalam
merealisasikan visinya
d. Menjadikan setiap peluang sebagai kesempatan belajar
7. Merencanakan keberhasilan bertahap: pemimpin berkewajiban pula
untuk membuat rencana secara bertahap sesuai dengan peluang dan
kemampuan yang mungkin dilakukan dalam setiap laju
perkembangan. Hal-hal yang dapat dilakukan:
a. Membuat rencana dengan cermat
b. Menciptakan model-model pembaharuan
c. Selesaikan setiap tahapan pembaharuan dengan tuntas
d. MemanIaatkan proses penerimaan inovasi dengan wajar
e. Berikan kesempatan untuk bebas memilih
8. Menghargai setiap peran individu: pemimpin harus harus mampu
menghargai setiap peran yang telah dimainkan oleh semua pihak
dengan ikut andil dalam menciptakan keberhasilan. Hal yang harus
diperhatikan:
a. Tetapkan ukuran kinerja
b. Ciptakan mekanisme pengukurn hasil kerja pembaharuan
c. Ciptakan sistem penghargaan yang kreatiI
d. Usahakan keberhasilan diketahui secara benar
e. Pantau para pembaharu yang berhasil secara benar
I. Membantu penyebarluasan keberhasilan inovatiI


9. Mensyukuri setiap keberhasilan
Burt Nanus menytakan ada empat peran yang harus dimainkan
oleh pemimpin visioner dalam melaksanakan kepemimpinannya,
yaitu:
a. Peran penentu arah
Sebagai penentu arah, seorang pemimpin menyampaikan visi,
mengomunikasikannya, memotivasi pekerja dan rekan, serta
meyakinkan orang bahwa apa yang dilakukn adalah hal yang benar,
dan mendukung partisipasi pada seluruh tingkat dan pada seluruh
tahap usaha menuju masa depan.
b. Agen perubahan
Para pemimpin yang eIektiI harus secara konstan menyesuaikan
terhadap perubahan ini dan berpikir ke depan tentang perubahan
potensial dan yang dapat diubah. Hal ini menjamin bahwa pemimpin
disediakan untuk seluruh situasi atau peristiwa-peristiwa yang dapat
mengancam kesuksesan organisasi saat ini dan juga masa depan.
c. Juru bicara
Seorang pemimpin eIektiI adalah juga seorang yang mengetahui dan
menghargai segala bentuk komunikasi tersedia, guna menjelaskan dan
membangun dukungan untuk suatu visi masa depan.
d. Pelatih
Seorang pemimpin harus menggunakan kerjasama kelompok untuk
mencapai visi yang dinyatakan. Seorang pemimpin mengoptimalkan
kemampuan seluruh 'pemain untuk bekerja sama, mengoordinir
aktivitas atau usaha mereka, ke arah 'pencapaian kemenangan, atau
menuju pencapaian suatu visi organisasi. Pemimpin sebagai pelatih,
menjaga pekerja untuk memusatkan pada realisasi visi dengan
pengarahan, memberi harapan, dan membangun kepercayaan di antara
pemain yang penting bagi organisasi dan visinya untuk masa depan.
Dalam buku Manejemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan
dengan pengarang Rivai, dijelaskan bahwa peranan pemimpin adalah
menyusun arah perusahaan, mengomunikasikan dengan karyawan,
memotivasinya, dan melakukan tinjauan jangka panjang. Para manajer
memainkan peranan kunci dalam pembentukan harapan dan penerapan
perubahan, bahkan mereka sering gagal melakukan peranan potensialnya
secara penuh sebagai pemimpin. Oleh karena itu perlu:
1. Memahami dan menghargai di mana perusahaan berada dan tidak salah
menduga pentingnya nilai-nilai yang telah diterima, tradisi dan cara-cara
melakukan sesuatu.
2. Mendukung karyawan yang sedang melawan budaya lama dan yang
memiliki gagasan yang lebih baik untuk masa depan
3. Temukan unit-unit baru dalam perushaan dengan melakukan sesuatu yang
tepat dan moal yang bai, biaya rendah, kualitas tinggi, dan inovasi.
4. Komunikasikan dan hiduplah dengan sebuah visi dan menggunakannya
sebagai kontek bagi pengkomunikasian keputusan, dan kegiatan
5. Rayakan keberhasilan
Ada beberapa kualitas kepemimpinan yang mungkin dapat diusahakan
dalam penyeleksian manajer-manajer dan dikembangkan dalam
mempersiapkan manajer bagi tugas masa depan. Para pemimpin lazimnya
berbeda dalam hal:
1. Menentang status quo: mereka dengan rasa ingin tahu yang besar, berani,
terang-terangan, dan bertindak untuk mengubah cara yang sudah dilakukan
2. Terinspirasi visi yang tersebar: mereka meneriakkan visi, seperangkat
sasaran yang tepat, dan berkelakuan dengan cara konsisten bersama
karyawan
3. Menanggulangi kerancuan, ketidakpastian, dan kompleksitas: mereka
bertidak secara menyenangkan dalam organisasi yang Ileksibel dan
berubah
4. Sungguh-sungguh perhatian terhadap orang-orang: mereka sensitiI pada
orang-orang, mereka mendengarkannya, memberi mereka perhatian, dan
menjada agar mereka termotivasi
5. Menyadari diri sendiri: mereka tahu kekuatan dan keterbatasan mereka
sendiri dan memiliki tingkat kerendahan hati yang mendorong untuk
belajar terus.

Anda mungkin juga menyukai