Anda di halaman 1dari 6

Nama : BELLI YATRA

Bp. : 1910023810156
UAS : ETIKA ADMINISTRASI PUBLIK (MWA 116)
Dosen : BERIAN HARIADI, SH, M.Si

1. Sistem moral merupakan kebutuhan manusia dalam keberlanjutan peradaban negara-


bangsa maupun masyarakat-bangsa, karena manusia tidak saja sebagai makhluk bermoral
tetapi juga makhluk etis. Jelaskan pengertian etika, moral dan akhlaq menurut pendapat
saudara dengan merujuk kepada minimal 2 pendapat ahli, dan bagaimana hubungan
ketiganya ?
Jawaban :
a. Akhlak
Menurut HA Musthofa seperti dikutip Zahruddin AR dan Hasanuddin Sinaga
bahwa secara etimologi, kata akhlak adala jamak dari kata Khuluq yang berarti budi
pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Bentukan definisi akhlak muncul sebagai
mediator yang menjembatani komunikasi antara Khaliq (Pencipta) dan makhluk
(yang diciptakan) secara timbal balik yang kemudian disebut hablum minallah dan
pola hubungan antara sesama manusia dan mahluk lainnya yang disebut hablum
minannas.
Sedangkan menurut Ibnu Miskawih, akhlak merupakan keadaan jiwa
seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui
pertimbangan pikiran lebih dulu
Jadi beberapa pendapat para ahli, saya menyimpulkan bahwa akhlak itu
adalah suatu perbuatan baik atau buruk kepada tuhan alam dan manusia lainnya yang
dilakukan secara berulang-ulang. Untuk memberi penilaian baik atau buruknya
akhlak seseorang dapat dilihat dari perbuatan yang sudah menjadi sebuah
kebiasaannya.
b. Etika
Menurut Robert C Soimon seperti dikutip M Amin Syukur, etika merupakan
disiplin ilmu yang mempelajari nilai-nilai hidup manusia yang sesungguhnya dan
hukum tingkah laku.
Sedangkan Menurut Ahmad Amin, etika merupakan suatu ilmu yang
menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh
setengah manusia kepada lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia
didalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus
diperbuat.
Dari beberapa pendapat para ahli, saya menyimpulkan bahwa etika itu adalah
sebuah cara pandang manusia tentang tingkah laku yang baik dan buruk yang menjadi
tolak ukur dengan pendekatan rasional dan filosofis.
c. Moral
Menurut Burhanuddin Salam menyatakan bahwa Moralitas merupakan
system nilai tentang bagaimana kita harus hidup secara baik sebagai manusia. Sistem
nilai ini terkandung dalam ajaran berbentuk petuah-petuah, nasehat, wejangan,
peraturan, perintah dan semacamnya yang diwariskan secara turun temurun melalui
agama atau kebudayaan tertentu.
Sedangkan Menurut Zahrudin AR dan Hasanuddin Sinaga moral ialah sesuai
dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan
wajar.
Dari pendapat para ahli, penulis menyimpulkan bahwa moral adalah suatu
system nilai tentang baik atau buruknya perbuatan manusia.
d. Hubungan Etika, Moral dan Akhlak
Apabila etika dan moral dihubungkan maka dapat dikatakan bahwa antara
etika dan moral memiliki obyek yang sama yaitu sama-sama membahas tentang
perbuatan manusia untuk selanjutnya di tentukan posisinya baik atau buruk. Tolak
ukur yang digunakan dalam moral untuk mengukur tingkah laku manusia adalah adat
istiadat, kebiasaan dan lainnya yang berlaku dimasyarakat.

2. Perbuatan yang bernilai belum tentu bernilai. Max Scheler dan Emmanuel Kant
memandang masalah nilai ini berbeda
a. Coba jelaskan perbedaan pandangan dari kedua ahli tersebut!
b. Berikan contoh kasus dan analisis terkait dengan pendapat para ahli tersebut
Jawaban :
a. Menurut Max Scheler, sebuah tindakan bernilai secara moral bukan karena
merupakan kewajiban, melainkan merupakan kewajiban karena bernilai secara moral.
sedangkan Kant berpendapat bahwa tindakan baik manusia didasarkan pada
kewajiban, Manusia bukanlah roh murni, ia juga mahluk alami yang memiliki
dorongan dan terikan hawa nafsu, emosi, kecendrungan dan dorongan-dorongan
batin. karena itu manusia tidak hanya tertarik untuk melakukan perbuatan baik,
namun ia juga tertarik melakukan perbuatan jahat. Itulah sebabnya akal budi praktis
menyatakan diri dalam bentuk kewajiban. Seseorang dikatakan berkehandak baik
apabila ia berkehendak untuk melakukan kewajiban.
b. Contoh kasusnya di kenagarian Abai, adanya tradisi batombe, batombe yang berguna
bagi kehidupan masyarakat nagari abai didalam acara alek atau resepsi sebuah
pernikahan. Kualitas batombe terdapat pada syair-syair sebagai media utamanya.
Nilai-nilai pada batombe ada tiga pendekatan yaitu subjektivitas, objektivitas logis
dan objektivisme metafisik. Melalui tiga pendekatan ini menggambarkan keterkaitan
antara pengalaman seorang atau pelaku yang melakukan nyanyian batombe ini.
Sesuai dengan pandangan max scheler nyanyian batombe ini bukanlah serta merta
suatu kewajiban biasa melainkan sebuah kewajiban karena menyadari manfaat
nyanyian batombe sebagai khas budaya di Kenagarian Abai.
Kualitas pada nyanyian batombe adalah nilai. Batombe disebut sebagai hal bernilai
yang membawa kualitas nilai. Penangkapan nilai yang terdapat pada nyanyian
batombe tergantung dari pengapresiasi batombe. Harus diketahui bahwa nilai
merupakan hal yang berbeda dan tidak tergantung pada batombe Nilai pada nyanyian
batombe bersifat mutlak dan tidak akan pernah berubah. Perubahan dari cara
mengalunkan merupakan suatu hal yang wajar dan sama sekali tidak mempengaruhi
nilai nyanyian batombe. Dalam hal perbedaan pandangan mengenai subjektivitas dan
objektivitas nilai. Max Scheler berpendapat bahwa nilai itu berada secara objektif dan
tersusun secara hierarkis (bersifat objektif), namun penangkapan dan perwujudan nilai
tergantung pada subjek (bersifat subjek). Dalam pengertian sehari-hari, nilai sering
dikacaukan dengan hal yang bernilai. Antara nilai dan hal yang bernilai telah
dibedakan secara jelas oleh Max Scheler. Nilai adalah kualitas yang membuat suatu
hal menjadi hal yang bernilai, sedangkan hal yang bernilai merupakan suatu hal yang
membawa kualitas nilai. Dengan demikian, nilai dapat kita pahami sebagai yang
berbeda dan tidak tergantung pada hal yang bernilai. Meskipun dapat terwujud dalam
dunia indrawi yang bersifat empiris, namun nilai memiliki dunianya sendiri yang
keberadaannya tidak tergantung pada keberadaan dan perubahan dunia empiris.

3. Etika moral ini terwujud dalam bentuk kehendak manusia berdasarkan kesadaran, dan
kesadaran adalah suara hati nurani, jelaskan maksud dari kalimat diatas berikut contoh.
Jawaban :
Hati nurani berarti kesadaran moral yang tumbuh dan berkembang dalam hati
manusia. suara hati menilai suatu tindakan manusia benar atau salah,baik atau buruk. Hati
nurani tampil sebagai hakim yang baik dan jujur, walaupun dapat keliru.
Contohnya, seseorang dalam keadaan sangat lapar dan melihat di depannya ada
sebuah roti yang bukan miliknya, dalam hal ini hati nurani memberikan sinyal dan sebuah
pertimbangan yaitu memberikan saran dan menganjurkan untuk tidak mengambil roti
tersebut. Tapi, semua itu kembali kepada subjek (pengetahuan) karena subjeklah yang
memutuskan untuk mengambil roti tersebut atau tidak.
Setelah tindakan dilakukan maka hati nurani bekerja untuk mempengaruhi
subjektif, jika subjek tetap mengambil roti tersebut maka hati nuraninya akan
menghukum (misalnya berupa penyesalan). Jika dia tidak mengambil roti tersebut maka
hati nuraninya akan memberikan penghargaan, misalnya rasa damai.

4. Kebebasan dan tanggung jawab adalah dua kata yang bermakna tautologis, jelaskan
Apa maksudnya tautologis itu dan berikan contoh minimal 3 buah
Jawaban :
Menurut KBBI dapat diartikan sebagai suatu pengulangan pernyataan, gagasan,
atau kata yang berlebih dan sebenarnya tidak diperlukan karena memiliki makna yang
sama. Jadi, tautologi adalah suatu gaya bahasa yang menggunakan pengulangan atau
menggunakan kata dimana memiliki makna serupa atau sama agar memberikan kesan
penegasan yang lebih.
Contohnya :
a. Dengan menggunakan krim ini kulit wajahmu akan terlihat lebih sehat, lebih
cerah dan lebih merona
b. Mari kita ciptakan negara yang damai. Negara yang tidak mengenal pertikaian.
Negara yang mencintai perbedaan.
c. Bukan berarti aku tidak peduli pada perasaanya. Bukan, sungguh bukan demikian!

5. Dalam masyarakat Indonesia banyak terjadi pertentangan-pertentangan antara nilai-nilai


adat kebudayaan dan nilai etika. Coba carikan contoh kasus pertentangan antara budaya
dan etika dan berikan analisis saudara .
Jawaban :
Budaya pegawai yang melaksanakan pelayanan pada masyarakat sudah menjadi
karakter dan berulang yaitu berdasarkan prosedur atau Standar Operasional Pelayanan
(SOP), sedangkan masyarakat suka mengambil jalan pintas ingin cepat, mudah, dan tidak
bertele tele, akibatnya sering terjadi menyalahi prosedur dengan menyuap petugas, atau
mencari jalan lain melalui pejabat atau orang terdekat, walaupun menghalalkan segala
cara.
Bagi pegawai atau pejabat yang memiliki integritas moralitas yang baik tidak
akan tergoda, tetapi bagi pegawai atau pejabat yang moralitasnya rendah dengan iming-
iming yang menggiurkan sering terjadi suap. Serta tidak menutup kemungkinan
tertangkap tangan dan merugikan dirinya sendiri karena sanksi hukum yang menjeratnya.
Budaya pegawai yang suka memperlambat pelayanan masyarakat, dengan berbagai dalih
sarana prasarananya belum ada, petugasnya belum datang dan lain sebagainya, sehingga
membuat kesal masyarakat yang membutuhkan pelayanan.
Hal ini sering terjadi dan diekspos melalui LSM, media, sehingga citra PNS
mendapat sorotan kurang enak dari masyarakat. Budaya pegawai yang suka menunda-
nunda pekerjaan, padahal pekerjaan tersebut bisa diselesaikan dengan cepat, tetapi
karakter mereka sudah terbentuk seperti itu dan ini menjadi presiden buruk bagi instansi
pemerintah dalam memberikan pelayanan pada masyarakat. Kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) Pegawai Negeri Sipil yang kurang siap memberikan pelayanan dengan
menggunakan e pelayanan, sehingga bukan cepat malahan memperlambat pelayanan.
Solusi yang harus segera dilakukan oleh pemerintah yaitu meningkatkan
kompetensi sumber daya manusia yang memiliki kemampuan terutama dalam pelayanan
modern dengan menggunakan e pelayanan, penyediaan sarana prasarana yang menunjang
kegiatan e pelayanan, dan tingkat kesejahteraan PNS perlu disesuaikan dengan
perkembangan kebutuhan pegawai, jangan sampai pegawai mencari tambahan dengan
menghalalkan segala cara.
Peran pemerintah untuk membangun moralitas pegawai dengan peran pemuka
agama supaya lebih religius dan tahu batal dan haram. Etika atau aturan yang berlaku
secara formal dan non formal pada instansi pemerintah dalam memberikan pelayanan
pada masyarakat.
a. Dari contoh kasus diatas yang nilai yang bertentangan adalah pegawai
rendahnya moralitas individu dan etika yang tidak baik kurangnya ilmu agama
yang menghalalkan segala cara sehingga akhlaknya yang berkurang.
b. Minimnya Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Pegawai Negeri Sipil yang
kurang siap dan rendahnya moralitas sehingga mudahnya diimingi dengan
uang atau apapun hal yang menguntungkannya pada saat itu. Itu disebabkan
Budaya pegawai yang suka menunda-nunda pekerjaan, padahal pekerjaan
tersebut bisa diselesaikan dengan cepat makanya masyarakat suka mengambil
jalan pintas ingin cepat dengan cara menyuap pegawai.

Anda mungkin juga menyukai