Anda di halaman 1dari 23

PENGARUH PAPARAN BAHAN

INDUSTRI TERHADAP
KESEHATAN PEKERJA

Resy Diatul Mafizah


1810071020007
1. Diagnosis Klinis
• Anamnesis
Riwayat penyakit paru dan kesehatan umum
Riwayat penyakit terdahulu
Riwayat pekerjaan

• Pemeriksaan Fisik Thorax (Inspeksi, Palpasi,


Perkusi, Auskultasi)

• Pemeriksaan Penunjang (Rontgen thorax, Spirometri,


Uji Tuberkulin, Pemeriksaan sputum, CT-Scan)
Pemeriksaan Penunjang
Infiltrat pada apex paru2 TBC
Rontgen Paru Kalsifikasi kelenjar limfe hilus yang
tampak seperti “kalsifikasi kulit telur”
pada paru

CT Scan d/ pembanding dgn asbestosis

Tes fungsi paru Sebagai tes diagnostik


Pemeriksaan Penunjang
Pewarnaan gram BTA
Pemeriksaan Sputum Kultur bakteri

Tuberkulin test Pembacaan hasil 2-3 hri = (+)


diameter >10mm
2. Pajanan yang dialami
Jenis-jenis debu.

Debu non-fibrogenik
Debu yang tidak menimbulkan reaksi jaringan paru (debu, besi, timah, kapur).

Pada dosis tetap merangsang dan menimbulkan reaksi jaringan, memproduksi
lender banyak, menyebabkan perubahan jaringan retikulin, disebut
pneumoconiosis non-kolagen.
Debu fibrogenik

Adalah debu yang menimbulkan reaksi jaringan paru (fibrosis), juga disebut

pneumoconiosis kolagen seperti batubara, silica bebas dan asbes.

Berdasarkan sifat

Deposite particulate matter: debu yang sementara di udara, kemudian
mengendap karena gaya tarik bumi.
Suspended particulate matter: debu yang tetap di udara dan tidak mudah

mengendap.
Ukuran debu (debu yang mudah dihirup adalah 0,1-
10 mikron)
Debu 5-10 mikron tertahan di saluran napas atas
Debu 3-5 mikron tertahan di saluran napas tengah
Debu 1-3 mikron adalah paling berbahaya, karena
tertahan dan tertimbun di saluran napas kecil
Debu < 1 mikron tidak mudah mengendap
Debu 0,1-0,5 mikron melakukan gerakan Brown,
berdifusi keluar dan dapat memasuki alveoli, bila
membentur dinding alveoli akan tertimbun di sana.
 Asbes (asbestosis)
Semen asbes, pertambangan, pemrosesan serat asbes,
pembongkaran gedung dan renovasi bangunan
Dispnea progresif, ronki basah di basal pada inspirasi, jari
tabuh
Menyebabkan kanker paru, dan tumor ganas
mesothelioma.
 Batu bara (anthracosis/coal worker’s pneumoconiosis)
• Simple Coal Workers Pneumoconiosis (Simple CWP)
• Complicated Coal Workers Pneumoconiosis atau Fibrosis Masif
Progresif (PMF)
• Batuk, dahak berwarna hitam (melanoptisis). Kerusakan yang
luas  sesak napas yang makin bertambah, stadium lanjut 
kor hipertensi pulmonal, gagal ventrikel kanan dan gagal napas.

Coal Workers Pneumoconiosis PMF


Silika (silicosis) : Pertambangan, galian dll

Infeksi mikrobakteria– Silikotuberkulosis

• Silikosis Akut: bbrp minggu – 5 thn


• Silikosis Kronik: > 20 thn
• Silikosis Terakselerasi: 5-10 thn
3. Hubungan Pajanan dengan Penyakit
4. Jumlah Pajanan Cukup Besar dapat
mengakibatkan Penyakit

Observasi Tempat/Lingkungan Kerja


Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
5. Faktor individu
Status kesehatan pasien: tidak disebutkan jelas pada
skenario
ada riwayat alergi atau tidak?
tidak merokok, makanan gizi cukup, namun olahraga?
Status mental: tidak disebutkan
Higiene perorangan: tidak disebutkan
6. Faktor lain diluar pekerjaan
Hobi: kegiatan seseorang dapat mempengaruhi
keadaan kesehatannya, seperti berolahraga
Kebiasaan: tidak dijelaskan (merokok, minum
beralkohol, tidur telat)
Pajanan di rumah: tidak disebutkan
Pekerjaan sambilan: tidak disebutkan
7. Diagnosis Okupasi
Penyakit Akibat Kerja
Penyakit Akibat Hubungan Kerja
Penyakit Diperberat Kerja
Perlu data tambahan
Diagnosis Okupasi
Pneumokosis e.c silika
Silikosis kronis simplek, terjadi akibat pemaparan sejumlah kecil debu silika
dalam jangka panjang ( > 20 tahun). Nodul-nodul peradangan kronis dan jaringan
parut akibat silika terbentuk di paru-paru dan kelenjar getah bening dada.

Silikosis akselerata, terjadi setelah terpapar oleh sejumlah silika yang lebih
banyak selama waktu yang lebih pendek (5-10 tahun). Peradangan, pembentukan
jaringan parut dan gejala-gejalanya terjadi lebih cepat.

Silikosis akut, terjadi akibat pemaparan silikosis dalam jumlah yang sangat besar,
dalam waktu yang lebih pendek. Paru-paru sangat meradang dan terisi oleh
cairan, sehingga timbul sesak nafas yang hebat dan kadar oksigen darah yang
rendah.

Penderita silikosis mempunyai resiko 3 kali lebih besar untuk menderita


tuberkulosis.
Penatalaksanaan
Terapi Medikamentosa
Oksigen dan bronkodilator.
Berhenti merokok sangat direkomendasikan

Terapi Non Medikamentosa


Memberikan penyuluhan dan pengetahuan mengenai
bahaya dari debu-debu anorganik tersebut serta tentang
penggunaan APD yang benar
Memberi kebijakan untuk pindah bagian kerja selain di
bagian tambang
Pencegahan Primer
Penyuluhan
Memberi dan memfasilitasi dengan Alat Pelindung
Diri (APD)
Acara senam/olahraga secara teratur untuk pekerja
pabrik dan staff
Meningkatkan gizi para pekerja
Pencegahan Sekunder
Melalui peraturan dan administrasi yang
dibuat pemerintah, menteri, dan perusahaan
sendiri yang menjamin kesehatan dan
keselamatan tenaga kerja
Subsitusi dengan alat atau bahan lainnya
yang lebih aman
Penurunan kadar debu di udara tempat
kerja, memakai exhaust fan
Ventilasi yang baik, umum maupun lokal
Pencegahan Tersier
Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja juga berguna
untuk tidak menerima penderita-penderita dengan sakit
paru untuk ditempatkan pada tempat yang penuh debu.
Pemeriksaan berkala untuk menemukan penderita-
penderita pneumokoniosis sedini mungkin yang
kemudian dapat dipindahkan pekerjaan agar kecacatan
dapat dicegah.
Penatalaksanaan
Medikamentosa

TB Resistent  lini ke-2 (amikasin, kanamisin, kapreomisin, moksifloksasin,


gatifloksasin, siprofloksasin, etionamid, proteonamid, sikloserin).
Bagaimana prognosisnya?

• Prognosisnya jelek, lebih-lebih kalau ada infeksi


tuberkulosis (diagnosis sukar dan tentunya berakibat
pengobatan tidak tuntas). Usaha pencegahan
penyakit dilakukan dengan menghindari paparan
debu silika dan para pekerja memakai masker basah.
Kesimpulan
• Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan dapat disimpulkan
bahwa pasien di diagnosis secara okupasi menderita penyakit
akibat kerja pneumoconiosis et causa silica dan diagnosis
klinis yaitu TB Resisten karena pengobatan obat TB yang
pasien jalani selama 3 bulan tidak mendapatkan perbaikan.
• Diagnosis okupasi ditetapkan berdasarkan 7 langkah diagnosis
dimana didapatkan faktor-faktor penting seperti pekerjaan
pasien yang selama 10 tahun berada di tambang bagian
terowongan dimana rawan sekali terkena bahan-bahan
seperti silicon yang menyebabkan pasien terpapar terlalu
sering.

Anda mungkin juga menyukai