Anda di halaman 1dari 46

Penyakit Paru akibat Kerja

Nina Marlina
SMF Paru RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Lampung
Pneumokoniosis
• Pneumokoniosis merupakan penyakit paru akibat kerja yang
disebabkan oleh deposisi debu di dalam paru  reaksi jaringan
paru akibat pajanan debu tersebut.
• Reaksi utama akibat pajaran debu di paru adalah FIBROSIS.
• Faktor utama yang berperan pada patogenesis pneumokoniosis
adalah karakteristik partikel debu, jumlah, lama pajanan dan
respons saluran napas terhadap partikel debu.
• Data prevalensi pneumokoniosis bervariasi pada tiap Negara di
dunia, data Surveillance of Work-related and Occupational Disease
(SWORD) di Inggris tahun 1990-1998 menunjukkan kasus
pneumokoniosis sebesar 10% di Kanada, kasus pneumokoniosis
pada tahun 1992-1993 sebesar 10%, sedangkan data di Afrika
Selatan tahun 1996-1999 sebesar 61%.
• Jumlah kasus kumulatif pneumokoniosis di Cina dari tahun 1949-
2001 mencapai 569.129 kasus dan sampai tahun 2008 mencapai
10/963 kasus.
• Data di Amerika Serikat, kematian akibat pneumokoniosis tahun
1968-2004 mengalami penurunan, pada tahun 2004 ditemukan
sebanyak 2.531 kasus kematian.
• Pajanan debu di lingkungan kerja dapat menimbulkan berbagai
penyakit paru kerja yang mengakibatkan gangguan fungsi paru dan
kecacatan.
• Meskipun angka kejadiannya tampaknya lebih kecil dibandingkan
dengan penyakit-penyakit utama penyebab cacat yang lain,
terdapat bukti bahwa penyakit ini mengenai cukup banyak orang,
khususnya di Negara yang sedang giat mengembangkan industri
Pemeriksaan tempat kerja
• Debu organik (kapas)
• Debu organik dapat menyebabkan penyakit pernafasan, antaranya
bisinosis. Ini karena kepekaan dari saluran nafas bagian bawah terutama
alveoli terhadap debu meningkat. Kepekaan inilah yang mengakibatkan
penyempitan saluran nafas, hingga dapat menghambat aliran udara yang
keluar masuk paru dan akibatnya sesak napas.
• Banyak jenis debu organik dihasilkan misalnya pada industri tekstil mulai
dari proses awal yakni pembuatan biji kapas sampai penenunan. Masa
atau waktu untuk timbulnya penyakit ini cukup lama, dengan waktu yang
terpendek adalah 5 tahun. Gejala khas yang muncul dari penyakit ini
adalah merasa berat di dada atau sesak. Berdasarkan penelitian, angka
kesakitan bisa mencapai 60% dan angka tertinggi terjadi pada mereka
yang bekerja di bagian pemintalan.
• Debu (particulate) termasuk kategori aerosol dibagi menjadi dua,
yaitu padat (solid) dan cair (liquid). Debu terdiri atas partikel padat
dapat dibedakan lagi menjadi tiga macam, yakni dust, fumes, dan
smoke. Dust merupakan partikel padat yang dihasilkan dengan
proses grindling, blasting, drilling, dan puveiring, berukuran mulai
dari sub mikroskopik sampai yang besar. Yang berbahaya adalah
ukuran yang bisa terhisap kedalam sistem pernafasan, umumnya
lebih kecil dari 100 mikron.
• Pabrik tekstil dalam hal ini mengeluarkan bahan pencemar debu.
Bila berhadapan dengan bahan pencemar debu (bentuk partikel)
maka yang perlu dievaluasi adalah komposisi kimiawi dari debu
tersebut; tentang ukuran aerodinamik partikel debu tersebut,
karena hal ini berhubungan dengan deposisi di dalam saluran nafas;
serta kadar dari debu tersebut, hal ini berhubungan dengan Nilai
Ambang Batas (NBA).
Hubungan pajanan dengan penyakit
bisinosis dan penyakit kerja lainnya
• Partikel debu dapat menimbulkan penyakit atau tidak bergantung kepada:
a. Ukuran partikel debu
Bila diameter 2- 10 mikron, ia akan tertahan dan melekat pada
dinding saluran pernafasan bagian atas.
Sedang yang berukuran 3-5 mikron akan masuk lebih dalam dan
tertimbun pada saluran nafas bagian tengah.
Partikel debu yang berukuran 1-3 mikron akan masuk lebih dalam lagi
sampai ke alveoli dan mengedap.
Sedangkan yang ukurannya lebih kecil dari 1 mikron, tidak
mengendap di alveoli karena teramat ringan dan pengaruh
adanya peredaran udara.
b. Distribusi dari partikel debu yang terinhalasi
.
Ukuran partikel debu
c. Kadar dan lamanya paparan
Biasanya diperlukan kadar yang tinggi untuk dapat mengalahkan
kerja eskalator silia dengan waktu paparan yang lama. Pada
bisinosis, memerlukan waktu paparan selama 5 tahun
d. Sifat debu
Bahan-bahan tertentu terutama debu organik seperti serat
kapas dapat menimbulkan bisinosis.
e. Kerentanan individu
Hal ini sulit diperkirakan karena individu yang berbeda dengan
paparan yang sama akan menimbulkan rekasi yang berbeda.
Diperkirakan dalam paparan terhadap bahan kimia dan debu
dapat merusak epitelium saluran nafas, sensitasi reseptor
sensoris sehingga dapat meningkatkan refleks
bronkokonstriksi.
F. Pembersihan partikel debu
Terdapat dua mekanisme pembersihan partikel debu, yaitu
mukosiliaris dan pengaliran limfatik.
Efisiensi mekanisme ini bervariasi tiap individu.
Pembersihan partikel tergantung dari mana partikel tersebut
didepositkan.
Partikel yang tertinggal di atas mukus siliaris epitelium, sistem silia
akan mendorong partikel tersebut ke faring, kemudian akan ditelan atau
dibatukkan keluar bersama mukus.
Partikel yang tertimbun pada daerah distal, pada saluran nafas yang
tidak mengandung silia dibersihkan lebih lambat, partikel ini akan
difagositir oleh makrofag kemudian dibawa ke saluran nafas yang dilapisis
epitel bersilia sehingga ikut terbang melalui mukus.
Sebagian partikel akan tertinggal di parenkim paru atau dibawa oleh
makrofag melalui sistem limfatik
Pencegahan
• Banyak kasus paru akibat kerja  gangguan
fungsi paru berat  kecacatan.

• Ada dua faktor yang membuat penyakit ini dapat


dicegah.
• Pertama yaitu bahan penyebab yang dapat
diidentifikasi, diukur, dan dikontrol.
• Kedua yaitu populasi yang berisiko mudah untuk
didatangi dan diawasi secara teratur serta
diobati.
Pneumokoniasis
Pneumokoniasis
• Penilaian dampak paparan debu
1. sumber paparan/ jenis pabrik,
2. lamanya paparan,
3. paparan dari sumber yang lain,
4. pola aktivitas sehari-hari serta
5. penilaian terhadap faktor penyerta (umur,
gender, etnis, kebiasaan merokok dan faktor
alergen)
Pneuomokoniasis
• Umumnya penyakit paru akibat kerja berlangsung kronis menetap
kadang-kadang sulit diketahui kapan mulainya, terpapar oleh polutan jenis
apa atau saat pekerja bekerja di bagian mana dari tempat kerjanya
mendapatkan paparan.
• Lebih-lebih kalau pekerja juga seorang perokok.
• Pasien umumnya mengeluh sesak napas, batuk-batuk, mengi, batuk
mengeluarkan dahak.
• Pasien penyakit paru kerja umumnya mengeluh penyakit paru (asma)
timbul atau makin berat apabila is berada di tempat kerja dan mengurang
lagi apabila keluar dari tempat tersebut.
• Karena polutan berefek tidak hanya pada paru tetapi juga pada organ di
luar paru, maka pasien juga bisa mengeluh akibat proses-proses-di luar
paru yang mungkin timbul (kulit, mata dll)

Bisinosis
• Bisinosis, disebut juga brown lung disease atau Monday fever, merupakan
penyakit paru kerja yang disebabkan oleh paparan debu kapas dari suatu
lingkungan kerja dengan ventilasi yang tidak adekuat.
• Bisinosis telah dikenal lebih dari 100 tahun namun bahan spesifik yang
menyebabkan bisinosis sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.
• Teori tentang mekanisme debu kapas dapat menimbulkan gangguan
saluran napas antara lain teori alergi atau imunologi, teori pelepasan
histamine dan mediator lainnya, mekanisme kemotaktik, aktivasi
endotoksin dari kuman gram negatif serta teori enzim.
• Etiologi maupun pathogenesis bisinosis mungkin disebabkan
multikomponen berbagai agen yang saling memperberat satu sama lain,
mencakup aspek farmakologis, fisiologis dan imunologis.
PENYAKIT SUMBER PAPARAN ANTIGEN UTAMA
FARMER’S LUNG JERAMI BERJAMUR SACCAROPOLYSPORA
RECTIFIRGULA
BAGASOSIS SERAT GULA TEBU THERMOACTINOMYCES
JAMURAN SACCHARI
GRAIN HANDLER’S LUNG GABAH JAMURAN S. RECTIFIRGULA, T.
VULGARIS
HUMIDIFIER /AC LUNG SISTEM PENGATURAN S. RECTIFIRGULA, T.
UDARA YANG VULGARIS
TERKONTAMINASI
BIRD BREEDER’S LUNG BURUNG DARA/UNGGAS PROTEIN
BURUNG/BINATANG
CHEESE’S WORKER LUNG KEJU JAMURAN PENICILLIUM CASEI
MALT WORKER’S LUNG GANDUM JAMURAN ASPERGILLUS CLAVATUS
PAPRIKA SPLITTER’S LUNG DEBU PAPRIKA MUCOR STOLONIVER
MOLLUSK SHELL DEBU KERANG KERANG LAUT
HYPERSENSITIFITY
Epidemiologi bisinosis
• Pekerja-pekerja yang bekerja di lingkungan pabrik tekstil, yang mengolah
kapas sejak penguraian kapas, pembersihan, pemintalan dan
penenunan,semuanya termasuk mempunyai risiko timbulnya bissinosis.
• Penelitian tentang prevalensi Bisisnosis yang dilakukan pada karyawan
pabrik tekstil di berbagai negara bervariasi antara 1-88% dan pada
umumnya bergantung pada kadar debu lingkungan kerja dan lamanya
paparan.
• Penderita bisinosis lebih banyak dialami kaum wanita dibanding pria, ini
disebabkan wanita lebih sering bekerja atau lebih mempunyai bakat untuk
bekerja dibidang tekstil.
• Umur penderita 20-50 tahun. Tenaga kerja pada industri busana, biasanya
lebih banyak terdiri atas karyawan wanita yang memang sangat cocok
untuk pekerjaan di garmen atau industri busana lainnya.
Definisi

• Penyakit Bisinosis adalah penyakit paru akibat kerja dengan


karakterisasi penyakit saluran udara akut atau kronis yang
dijumpai pada pekerja pangolahan kapas, rami halus
• Dalam literatur yang lain bisinosis di defenisikan sebagai
penyakit pneumoconiosis yang disebabkan oleh
pencemaran debu napas atau serat kapas di udara yang
kemudian terhisap ke dalam paru-paru.
• Debu kapas atau serat kapas ini banyak dijumpai pada
pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan dan
pergudangan kapas serta pabrik atau bekerja lain yang
menggunakan kapas atau tekstil; seperti tempat
pembuatan kasur, pembuatan jok kursi dan lain sebagainya
Etiologi

• Penyebab yang sebenarnya tidak diketahui tapi secara


umum diterima bahwa penyakit ini disebabkan pajanan
terhadap kapas, rami halus
• Ada beberapa bukti bahwa debu Boni dapat juga
mengakibatkan keadaan yang sama.
• Pekerja kapas yang paling berisiko adalah mereka yang
berada di kamar peniup dan penyisir tempat pajanan
terhadap debu kapas mentah paling tinggi.
• Mereka yang bertanggung jawab untuk membersihkan
mesin peniup ( mesin penyisir, misalnya pembersih dan
penggiling memiliki risiko yang paling tinggi)
Klasifikasi
• Bisinosis Akut
Mengacu pada keluhan akut gejala saluran napas yang tampak pada orang
terpajan debu kapas pertama kali, menunjukkan penurunan fungsi paru.

Berhubungan dengan reaktiviti jalan napas yang terjadi tahun pertama bekerja
di tempat ini.

• Bisinosi kronis
Bentuk klasik bisisinosis
Ditandai rasa berat di dada dan sesak napas yang bertambah berat pada hari
pertama masuk kerja dalam satu minggu
Awitan gejala terjadi setelah pajanan debu kapas selama beberapa tahun,
biasanya setelah lebih 10 tahun dan jarang terjadi pada pekerja dengan masa
kerja kurang dari 10 tahun
Diagnosis

• Diagnosis Bisinosis ditegakkan atas dasar gejala subjektif, gejala dini


berupa rasa dada tertekan dan atau sesak nafas yang ditemukan
pada hari kerja pertama sesudah libur akhir minggu yang disebut
Monday feeling, Monday morning fever, Monday morning
asthma.
• Keluhan ini diduga karena terjadi obstruksi saluran napas, obstruksi
yang terjadi ini disebut obstruksi akut.
• Bila pekerja tidak dipindahkan dari lingkungan yang berdebu maka
obstruksi akut yang mula-mula reversibel akan menetap.
• Obstruksi yang dapat ditemukan pada pekerja sebelum mereka
bekerja pada hari pertama setelah istirahat pada hari libur disebut
obstruksi kronis.
iagnosis

• Penentuan diagnosa penyakit bisinosis yang


merupakan salah satu penyakit yang terjadi
akibat kerja adalah dengan melakukan
berbagai tahap, mulai dari metode anamnesis
atau wawancara pada pasien, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang
Anamnesis

• Riwayat penderita sangat penting dalam memperkirakan lingkungan


atau pekerjaan sebagai faktor yang menimbulkan paparan pada
penderita.
• Yang perlu ditanyakan adalah riwayat penyakit sekarang (sudah
berapa lama bekerja, riwayat pekerjaan sebelumnya), riwayat
penyakit terdahulu yang pernah dideritai oleh pasien, dan riwayat
penyakit keluarga.

• Pertanyaan kepada pekerjaan-pekerjaan spesifik, termasuk


kontaminasi bahan-bahan spesifik, penggunaan alat-alat proteksi
pernafasan, besar dan ventilasi ruangan kerja, adanya pekerja-
pekerja lain yang mempunyai keluhan yang sama.
• Untuk bisinosis sendiri beberapa pertanyaan yang
umum untuk ditanyakan adalah apakah adanya
keluhan seperti demam, sesak nafas, dan adanya
rasa tertekan pada dada.
• Gejala yang timbul ini biasanya terjadi pada hari
pertama kerja atau biasanya pada hari senin.
Keluhan biasanya timbul sekitar 2-4jam setelah
terpajan dengan debub kapas, dan biasanya akan
berkurang pada hari- hari berikutnya
Gejala klinis
• Sesak napas
• Nyeri dada
• Wheezing
• Batuk
• Brown lung akibat penyempitan/obstruksi
saluran napas  fibrosis
• Kematian akibat infeksi atau gagal napas
Gejala
• Debu kapas dapat menyebabkan iritasi saluran napas dengan
keluhan berupa batuk kering yang awalnya masih dapat hilang bila
pekerja dipindahkan dari tempat berdebu kapas.
• Gejala lain adalah rasa berat atau sempit di dada (chest tightness),
batuk dan sesak napas saat hari pertama kembali masuk kerja
setelah istirahat akhir pekan, mill fever dan weaver cough yang bisa
terjadi sendiri-sendiri atau bersamaan.
• Mill fever atau factory fever ditandai dengan meriang, batuk, lemah
dan pilek pada pajanan debu kapas pertama kali.
• Gejala biasanya ringan dan hilang dalam beberapa jam tetapi dapat
juga berlangsung beberapa hari dan hilang meskipun pajanan tetap
berlangsung.
• Weaver cough adalah gejala seperti asma reaksi lambat tetapi
disertai panas dan lemah, terjadi pada penenun yang menggunakan
kanji.
Gejala klinis
• Masa inkubasi penyakit bisinosis cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun.
• Gambaran klinis bisinosis ditandai dengan gejala berupa berat atau sempit di dada
(chest tightness), batuk dan sesak napas saat hari pertama masuk kerja setelah
istirahat akhir pekan.
• Gejala yang timbul seperti batuk kering, millfever, weaver cough bisa terjadi
sendiri-sendiri atau bersamaan.

• Timbul rasa berat di dada atau napas pendek pada hari pertama kembali
bekerja
• Penurunan kapasitas ventilasi pada hari pertama bekerja
• Meningkatnya prevalensi bronkitis : batuk menetap dan sputum
• Terdapat mill fever syndrome yang terjadi pada hari pertama bekerja
atau ketika kembali dari cuti yang lama. Gejala demam disertai linu dan
nyeri yang mirip dengan demam akibat endotoksin Gram negatif.
Derajat bisinosis
Schilling membagi bisinosis berdasarkan gejala klinis:

- Derajat C 0 Tidak ada keluhan dada terasa berat atau


sesak napas

- Derajat C ½ Kadang timbul perasaan dada tertekan atau


keluhan akibat iritasi saluran napas pada hari
pertama kembali bekerja
- Derajat C 1 Keluhan timbul setiap hari pertama bekerja
- Derajat C 2 Keluhan timbul pada hari pertama kembali
bekerja dan hari kerja lainnya
- Derajat C 3 Derajat C 2 disertai gangguan atau penurunan
fungsi paru yang menetap

Sedang WHO membuat klasifikasi bisinosis sebagai berikut:

- Derajat B 1 Rasa tertekan di dada dan atau sesak napas


pada hari pertama kembali bekerja
- Derajat B 2 Rasa tertekan di dada dan atau sesak napas
pada hari pertama kembali bekerja dan pada
hari-hari bekerja selanjutnya
Kriteria Sesak Napas menurut
American Thoracic Society
0 tidak ada Tidak ada sesak nafas kecuali exercise berat
1 ringan Rasa nafas pendek bila berjalan cepat mendatar atau
mendaki
2 sedang
Berjalan lebih lambat dibandingkan orang lain
sama umur karena sesak atau harus berhenti untuk bernafas
saat berjalan mendatar
3 berat
Berhenti untuk bernafas setelah berjalan 100
meter/beberapa menit, berjalan mendatar
4 Sangat berat
Terlalu sesak untuk keluar rumah, sesak saat mengenakan atau
melepaskan pakaian
Pemeriksaan fisik

• Pasien umumnya mengeluh sesak napas, batuk-batuk


mengi, batuk mengeluarkan dahak.
• Pasien penyakit paru kerja umumnya mengeluh penyakit
paru timbul atau makin berat pabila ia berada ditempat
kerja dan mengurang lagi apabila keluar dari tempat
tersebut.
• Khusus pada penderita bisinosis keluhan biasanya timbul
pada hari pertama setelah libur kerja.
• Kelainan fisis paru yang dijumpai pada pemeriksaan fisis
pasien adalah bervariasi, mengingat perubahan fisis
individu yang terpapar sangat bervariasi.
Pemeriksaan fisik
• Pada penyakit bisinosis biasanya ada gambaran obstruksi saluran
napas yang ditandai dengan adanya mengi, ekspirasi diperpanjang,
rongki kering dan adanya sesak napas.
• Biasanya timbul demam selain sesak napas, dan kadang-kadag
gejala menetap untuk hari-hari berikutnya.
• Pada awal gejala yang timbul berupa pilek dan batuk kering.
• Gejala klinis dan pemeriksaan fisik yang timbul akan hilang apabila
pasien meninggalkan pekerjaannya dan pada gejala yang awal
hanya ditemukan pada hari pertama kerja.
• Pada hari berikutnya tidak ditemukan gelala klinis lagi. Umumnya
tidak ditemukan kelainan pada bisinosis derajat C1/2 sampai C2,
kecuali kadang-kadang terdengar ronki ekspirrasi.
• Kelainan suara napas baru ditemukan pads deraiat C3
Pemeriksaan penunjang

• Foto toraks
• CT scan toraks
• Laboratorium (test alergi dll)
• Lung function tests (spirometri)
• Histopatologi / Biopsi
Pemeriksaan Penunjang

• Rontgen paru
Pemeriksaan rontgen paru menunjukkan infiltrate tidak nyata di
beberapa tempat, mirip dengan edema paru atau bulatan opak kecil
yang luas
• Kejadian kronis dan berulang- ulang akan menjurus terbentuknya
fibrosis interstitialis kronis.
• Gambaran radiologi dari bisinosis tidak memberikan gambaran yang
khas. Pada stadium dini tidak ditemukan kelainan radialogi paru.
Pada stadium C1 - C3 gambaran yang mungkin didapatkan adalah
gambaran bronkitis kronik dan empisema. Hal ini tidak dapat
dibedakan. Hal yang dapat membedakannya adalah adanya r-iwayat
Monday tightness dan riwayat pajanan debu kapas atau bahan
lainnya yang dapat menyebabkan bisinosis.
Gambaran ground glass opacity pada
bisinosis
Bisinosis
Test Fungsi Paru

• Tes fungsi paru saat istirahat (spirometri, volume


paru, kapasitas difusi),merupakan tes diagnostik
yang penting untuk menentukan status fungsi paru
pasien dengan penyakit paru kerja, terlebih pada
proses interstitial.
• Spirometri merupakan suatu proses untuk
mengukur seberapa besar ventilasi yang terjadi
pada paru-paru.
• Untuk mengetahui volume udara yang terdapat di
dalam paru
• Dalam pencatatan mengunakan spirometer terdapat 3 volum yang
tercatat, yaitu volum tidal, volum cadangan inspirasi, volume
cadangan ekspirasi.
• Dan terdapat satu jenis volume yang tidak dapat tercatat
mengunakan spirometer yaitu volum residu.
• Volum tidal adalah jumlah udara yang keluar masuk paru-paru
dalam keadaan normal.
• Volume cadangan inspirasi adalah volume udara ekstra yang masih
dapat dihirup setelah inspirasi tidal.
• Volume cadangan ekspirasi adalah volume udara yang masih dapat
dikeluarkan oleh paru-paru setelah melakukan ekspirasi dalam
keadaan normal.
• Sedangkan volume residu adalah volume minimal yang terdapat
dalam paru-paru, dan tidak dapat dikeluarkan oleh proses
pernafasan.
• Dengan mengabungkan beberapa volume
diatas dapat diperlihatkan beberapa kapasitas
paru-paru. Kapasitas tersebut antara lain,
kapasitas inspirasi, kapasitas residu fungsional,
kapasitas vital, dan kapasitas paru total.
Kapasitas inspirasi merupakan volume tidal
ditambah dengan volume inspirasi
• Dengan mengabungkan beberapa volume diatas dapat diperlihatkan beberapa
kapasitas paru-paru. Kapasitas tersebut antara lain, kapasitas inspirasi, kapasitas
residu fungsional, kapasitas vital, dan kapasitas paru total.
• Kapasitas inspirasi merupakan volume tidal + volume inspirasi  menunjukan
volume udara yang dihirup seseorang setelah ekspirasi normal sampai dengan
volume maksimum dari paru-paru tersebut.
• Kapasitas residu fungsional : volume cadangan inspirasi + volume residu 
menjelaskan udara yang masih terdapat dalam paru-paru saat akhir ekspirasi.
• Berikutnya adalah kapasitas vital paru-paru, kapasitas ini adalah kapasitas yang
dimungkinkan dikeluarkan atau dimasukkannya udara oleh kemampuan otot-otot
pada rongga dada.
• Oleh karena itu, kapasitas ini merupakan penjumlahan dari seluruh volume paru
yang telah disebutkan diatas, keculai volume residu.
• Kapasitas yang berikutnya dalah volume residu, volume ini adalah volume total
dari paru-paru. Kapasitas ini merupakan penjumlahan kapasitas yang telah
disebutkan diatas.
• Perubahan pada fungsi paru merupakan suatu penanda
yang pasti pengaruh debu kapas terhadap sistem
pernapasan.
• Karakteristik yang khas pada penderita kelainan ini
adalah adalah adanya penurunan kapasitas vital paru
dan volume ekspirasi paksa dari paru.
• Kelainan ini bertambah parah bersamaan dengan
bertambahnya lama kerja.
• Kelainan ini timbul pada hari pertama kerja dan akan
hilang beberapahari.
• Mekanisme toleransi munkin saja terjadi tetapi dengan
mekanisme yang tidak jelas.
• Beberapa penelitian menunjukan perubahan dari ukuran
saluran pernapasan bagian distal, ini menunjukan
perjalanan penyakit dari saluran napas distal.
• Penurunan dari FEV1 pada jangka waktu yang lama akan 
penurunan fungsi paru pada pekerja secara permanen.
• Pada keadaan yang lanjut akan terjadi kombinasi dari
gangguan obstruktif dan restriktif.
• Pada penelitian yang dilakukan Fishwick dan Pickering
menunjukan bahwa gangguan bronkus yang dialami pekerja
sebesar 78%. Dan pada pekerja yang tidak berhubungan
dengan tekstil hanya 17% yang mengalami gangguan
bronkus.
Histopatologi
• Gambaran histopatologis yang ditemukan pada
bisinosis mirip dengan pengaruh asap rokok yang
menginduksi terjadinya bronkitis, yaitu terjadinya
hiperplasia kelenjar mukus dan infiltrasi sel
polimorfonuklear neutrofil di dinding bronkus.
• Penelitian pada beberapa binatang menunjukan
adanya komponen debu yang dapat merangsang
datangnya netrofil ke bronkus. Sebagai tambahan,
komponen dari debu kapas juga dapat mernagsang sel
paru seperti sel mast dan macrophag untuk
menghasilkan zat yang dapat merangsang netrofil.
Pengobatan

• Pengobatan awal adalah bronkodilator untuk


mengatasi penyempitan saluran napas. Apabila
kelainannya berlanjut menjadi bronkhitis atau
emfisema maka penatalaksanaan yang diberikan
seperti penyakit paru obstruktif pada umumnya.
• Tindakan yang paling penting adalah
memindahkan mereka yang terkena bisinosis dari
pabrik tekstil atau setidaknya memindahkan dari
bagian pabrik yang terkena pajanan debu kapas
(stop being exposed)
Pengobatan

• stop being exposed to the dust.


• Menurunkan level debu di pabrik dengan ventilasi yang
baik
• Obat2 seperti bronkodilator dan kortikosteroid pada
kasus yang berat
• Stop merokok
• Oksigen terapi bila ditemukan kadar oksigen yang
rendah dalam darah
• Chest fisioterapi sangat membantu bila terjadi
penyakit paru kronikg disease.
Prognosis

• Symptoms usually improve after stopping


exposure to the dust.
• Continued exposure can lead to reduced lung
function.
• In the United States, worker's compensation
may be available to people with byssinosis.

Anda mungkin juga menyukai