Verdi Danutirto
102012018
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara no.6
Jakarta 11510
filipusverdi@gmail.com
Pendahuluan
Kemajuan sektor industri di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun, peningkatan ini
sejalan dengan peningkatan taraf ekonomi negara. Meskipun perkembangan industri yang pesat
dapat meningkatkan taraf hidup, tetapi berbagai dampak negatif juga bisa terjadi pada
masyarakat
Salah satu dampak negatif adalah timbulnya penyakit akibat kerja, terutama kerja
yang menahun, yang dapat menjadi ancaman serius. Salah satunya pneumokoniosis.1
Pneumokoniosis adalah penyakit paru menahun yang disebabkan karena menghirup
berbagai bentuk partikel debu, khususnya di perindustrian. Tingkat keparahan dan jenis
pneumokoniosis tergantung pada partikel debu, misalnya, sejumlah kecil zat tertentu, seperti
abses dan silika, dapat menyebabkan reaksi yang serius. Jenis paling umum pneumokoniosis
adalah pneumokoniosis pekerja batu bara, silikosis, dan asbestosis. Prevalensi berkisar antara
3,9-0,8 kasus per 1000 pemeriksaan medis.2
Debu yang non-fibrogenik (tidak menimbulkan reaksi jaringan paru) contohnya debu
besi, kapur, timah. Debu-debu ini dulunya dianggap tidak merusak paru, di sebut juga debu
inert. Namun akhir-akhir ini diketahui bahwa tidak ada debu yang benar-benar inert. Dalam
jumlah banyak semua debu bersifat merangsang dan menimbulkan reaksi walau ringan. Reaksi
itu dapat berupa produksi lendir yang berlebih, bila terus menerus berlangsung dapat terjadi
hiperplasia kelenjar mukus. Jaringan paru juga dapat berubah dengan terbentuknya jaringan ikat
retikulin. Penyakit ini disebut pneumokoniosis non-kolagen. Sedang debu fibrogenik dapat
menimbulkan reaksi jaringan paru sehingga terbentuk fibrosis (jaringan parut). Penyakit ini
1
disebut Pneumokoniosis kolagen. Yang termasuk debu fibrogenik adalah debu silika bebas debu
batu bara, dan asbes.
Skenario
Seorang laki-laki pekerja tambang usia 45 tahun datang ke klinik perusahaan dengan keluhan
batuk sejak 1 tahun terakhir. Pasien batuk terus menerus disertai lender, ada bercak darah, ada
keringat malam, demam, berat badan menurun drastis. Kerja di tambang sudah 10 tahun, bukan
perokok. Diberi obat anti TBC selama 3 bulan belum ada perbaikan.
Diagnosis Penyakit Akibat Kerja
Untuk dapat mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja (PAK) pada individu perlu dilakukan
suatu
pendekatan
sistematis
untuk
mendapatkan
informasi
yang
diperlukan
dan
Diagnosis Klinis
Anamnesis
Ada keluhan: sesak napas, batuk, batuk berdahak, mengi, kesulitan bernapas
Ada riwayat merokok
Masalah pernapasan sebelumnya dan obat yang dikonsumsi
Apakah ada hari-hari tidak dapat masuk kerja dan alasannya
Kapan keluhan-keluhan mulai dan apakah ada hubungannya dengan pekerjaan
kardiorespirasi
Paparan bahan-bahan yang pernah diterimanya: kebisingan, getaran, radiasi, zat
kimiawi, debu organik dan fibrogenik
Riwayat pekerjaan5
kesehatannya
Tugas tambahan lainnya
Paparan lain diluar tempat kerja
Penyakit-penyakit yang ada hubungannya dengan paparan bahan ditempat kerja atau
lingkungan
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik tergantung dari stadium penyakit tersebut.7-9
Inspeksi
Bentuk dada
Normal: diameter Anterior Posterior transversal = 1:2
Pigeon chest/dada burung: sternum menonjol kedepan, diameter Anterior-
Palpasi
Nyeri dada tekan :kemungkinan fraktur iga
Taktil fremitus
Letakkan tangan sama dengan cara pemeriksaan ekspansi dada
Anjurkan pasien menyebut tujuh-tujuh / enem-enam, rasakan getaran
3
Suara tambahan
C. Pemeriksaan Penunjang
Rontgen thorax:
4
Dokter mungkin memesan x-ray dada jika memiliki salah satu dari gejala berikut:8
batuk terus-menerus
Dada cedera
Nyeri dada
Batuk darah
Kesulitan bernapas
Hal ini juga dapat dilakukan jika Anda memiliki tanda-tanda tuberkulosis , kanker paru-paru ,
atau dada atau penyakit paru-paru. Sebuah rontgen thorax seri (diulang) dapat digunakan untuk
mengevaluasi atau memantau perubahan ditemukan pada dada x-ray sebelumnya.9
Test Spirometri
Dalam tes spirometri, anda bernapas ke dalam mulut yang terhubung ke sebuah alat yang
disebut spirometer. Spirometer mencatat jumlah dan laju udara yang anda hirup masuk dan
keluar selama periode waktu.
dengan normal dan tenang.
Diagnosa jenis tertentu dari penyakit paru-paru (terutama asma , bronkitis , dan
emfisema)
mengeluarkan napas, dan seberapa cepat, spirometri dapat mengevaluasi berbagai penyakit paruparu. Volume paru-paru mengukur jumlah udara di paru-paru tanpa paksa meniup. Beberapa
5
penyakit paru-paru (seperti emfisema dan bronkitis kronis) dapat membuat paru-paru berisi
udara terlalu banyak.
dan asbestosis ) membuat paru-paru terluka dan lebih kecil sehingga mereka berisi udara terlalu
sedikit.10 Pengujian kapasitas difusi memungkinkan dokter untuk memperkirakan seberapa baik
paru-paru memindahkan oksigen dari udara ke dalam aliran darah.
2
Asbes
Asbes merupakan campuran fibrosa silikat yang sangat resisten terhadap
degradasi. Serat-seratnya mempunyai lebar 1-2m, tetapi panjangnya sampai 50 m
(asbes biru) atau 2 cm (asbes putih). Oleh karena itu, asbes mudah terperangkap dalam
paru. Asbes biru jauh lebih berbahaya. Adanya asbes dalam gedung dan interval panjang
antara pajanan dan perkembangan penyakit terkait asbes akan terjadi sewaktu-waktu.
Badan asbes (serat yang dilapisi protein) dalam paru merupakan indikasi adanya pajanan,
tetapi bukan penyakit. Jenis dan luas penyakit sebagian besar bergantung pada pajanan.
Asbestosis adalah penyakit paru fibrosis yang berkembang sampai 10 tahun setelah
pajanan berat. Pasien datang dengan dispnea progresif, ronki basah di basal pada inspirasi
dan kadang-kadang jari tabuh. Terdapat defek restriktif dungsi paru dengan bayangan
difus bergaris-garis pada foto toraks dan menebalnya pleura viseralis. Paru sarang lebah
sering menonjol pada lobus bawah.11-13
Batu bara
Penyakit terjadi akibat penumpukan debu batubara di paru dan menimbulkan reaksi
jaringan terhadap debu tersebut. Penyakit ini terjadi bila paparan cukup lama , biasanya
setelah pekerja terpapar >10 tahun. Berdasarkan gambaran foto Thorax dibedakan atas
bentuk simple dan complicated. Simple Coal Workers Pneumoconiosis (Simple CWP)
terjadi karena inhalasi debu batubara saja. Gejalanya hampir tidak ada, dan bila paparan
tidak berlanjut maka penyakit ini tidak akan memburuk. Penyakit ini dapat berkembang
menjadi bentuk complicated. Complicated Coal Workers Pneumoconiosis atau Fibrosis
Masif Progresif (PMF) ditandai adanya daerah fibrosis yang luas hampir selalu terdapat
di lobus atas. Pada daerah fibrosis dapat timbul kavitas dan ini bisa menyebabkan
6
pneumotoraks; foto thorax pada PMF sering mirip tuberkulosis, tetapi sering ditemukan
bentuk campuran karena terjadi emfisema. Tidak ada korelasi antara kelainan faal paru
dan luasnya lesi pada foto thorax. Gejala awal biasanya tidak khas. Batuk dan sputum
menjadi lebih sering, dahak berwarna hitam (melanoptisis).
menimbulkan sesak napas yang makin bertambah, pada stadium lanjut terjadi kor
hipertensi pulmonal, gagal ventrikel kanan dan gagal napas.
Silika
Pada silikosis, inhalasi berlebih atau dalam jangka waktu lama dari partikel silica
bebas (silicon dioksida) pada rentang 0,3-5 mm menyebabkan terbentuknya bulatan kecil
yang opak (nodul silikotik) di sepanjang paru. Prevalensinya tergolong rendah di negara
maju. Kalsifikasi di hilus paru bagian tepi (eggshell kalsifikasi) merupakan temuan
radiografi yang tidak umum namun dapat menunjukkan adanya suatu silikosis. Silikosis
simpel biasanya asimptomatik dan tidak memberikan gejala pada pemeriksaan faal paru.
Pada silikosis yang berat, dapat ditemukan densitas bergumpal di paru bagian atas dan
sering disertai dengan sesak serta obstruksi dan restriksi paru.
meningkat pada pasien dengan silikosis.
Insidens TB paru
melakukan tes tuberculin dan foto radiologi toraks. Pekerjaan yang merupakan risiko
meliputi pekerja pertambangan, tukang batu, pembuat amplas, pengecor logam, dan
pekerja di pabrik kaca. Secara klinis terdapat 3 bentuk silikosis, yakni silikosis akut,
silikosis kronik, silikosis terakselerasi.
Silikosis Akut
Penyakit dapat timbul dalam beberapa minggu, bila pekerja terpapar dengan
konsentrasi sangat tinggi. Perjalanan penyakit sangat khas, yaitu gejala sesak napas yang
progresif, demam, batuk dan penurunan berat badan setelah paparan silika konsentrasi
tinggi dalam waktu relatif singkat. Lama paparan silika berkisar antara beberapa minggu
hingga 4 atau 5 tahun.
Kelainan pada penyakit ini mirip dengan pneumokoniosis pekerja tambang batubara,
yakni terdapat nodul yang biasanya dominan di lobus atas. Bentuk silikosis kronik paling
sering ditemukan, terjadi setelah paparan 20 hingga 45 tahun oleh kadar debu yang relatif
rendah. Pada stadium simple, nodul di paru biasanya kecil dan tanpa gejala/ minimal.
Walaupun paparan tidak ada lagi, namun kelainan paru dapat menjadi progresif sehingga
terjadi fibrosis yang masif.
Pada silikosis kronik yang sederhana, foto toraks menunjukkan nodul terutama di
lobus atas dan mungkin disertai kalsifikasi. Pada bentuk lanjut terdapat massa yang besar
yang tampak seperti sayap malaikat (angels wing). Sering terjadi reaksi pleura pada lesi
besar yang padat. Kelenjar hilus biasanya membesar dan membentuk bayangan egg shell
calcification. Jika fibrosis masif progresif terjadi, volume paru berkurang dan bronkus
mengalami distorsi.
biasanya disertai batuk dan produksi sputum. Sesak pada awalnya terjadi saat aktivitas,
kemudian pada waktu istirahat dan akhirnya timbul gagal kardiorespirasi.
Silikosis Terakselerasi
Bentuk kelainan ini serupa dengan silikosis kronik, hanya saja perjalanan penyakit
lebih cepat dari biasanya, menjadi fibrosis masif, sering terjadi infeksi mikobakterium
tipikal/atipik. Setelah paparan 10 tahun sering terjadi hipoksemia yang berakhir dengan
gagal napas.
Makrofag atau dust cell ini akan memfagosit debu, kemudian akan di dorong keluar
oleh silia bronkiolar dan keluar melalui sputum.
Setelah
penetrasi, sebagian debu ini akan dibawa oleh cairan interstitial dan cairan limfe ke
limfonodus terdekat.
kemanapun lagi), jika tidak terfagosit oleh makrofag, maka akan merangsang
pembentukan agregat nodul yang kemudian akan mengalami kolagenasi dan hialinasi
membentuk fibrosis sebagai respon tubuh. Fibrosis ini bersifat menarik jaringan
sekitar.
Sebenarnya, jika debunya adalah debu dari batu bara, maka jarang menimbulkan
batuk yang produktif.
Namun, lama-kelamaan, jika debu semakin menumpuk, maka dapat terjadi batuk
produktif di mana sputum yang dihasilkan akan sangat kental karena mengandung
partikel yang berat dan hanya dapat dikeluarkan melalui batuk yang kencang.
Pada silicosis, debu silica bersifat toksik sehingga bila difagosit oleh makrofag
dapat membuat makrofag mati.
Oleh
makrofag merupakan bagian dari mekanisme defense awal, dan makrofag banyak
yang mati, orang yang terpapar dengan debu silica akan menjadi rentan untuk terkena
infeksi oleh bakteri, virus, dll.
4
Untuk menegakkan diagnosis penyakit akibat kerja, harus ditinjau dari tempat
atau lingkungan pasien bekerja. Pada penyakit pneumokoniosis dapat dilihat bagaimana
pekerja tambang mendapatkan pajanan berupa debu asbes/batu bara/silika yang
terhirup/terhisap selama durasi jam bekerja.
Faktor Individu
Diagnosis Okupasi
Setelah menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat suatu keputusan
Seperti telah
10
Suatu
Memberi dan memfasilitasi para pekerja pabrik dengan Alat Pelindung Diri (APD)
b. Sekunder
Melalui peraturan dan administrasi yang dibuat pemerintah, menteri, dan perusahaan
sendiri yang menjamin kesehatan dan keselamatan tenaga kerja
Subsitusi dengan bahan lainnya yang lebih aman bagi kesehatan pekerja
Penurunan kadar debu di udara tempat kerja, misal memakai exhaust fan
Ventilasi yang baik baik umum maupun local
o Ventilasi umum: mengalirkan udara ke ruang kerja melalui pintu dan jendela
o Ventilasi local: pompa ke luar setempat yaitu dengan menghisap debu dari
sumber debu yang dihasilkan dan mengurangi sedapat mungkin debu didaerah
kerja para pekerja. Ini manfaatnya besar dalam melindungi pekerja.
c. Tersier
debu.
Pemeriksaan berkala untuk menemukan penderita-penderita pneumokoniosis sedini
mungkin yang kemudian dapat dipindahkan pekerjaan agar kecacatan dapat dicegah.
Prognosis
Gejala biasanya membaik setelah menghentikan paparan debu.
menyebabkan fungsi paru-paru berkurang. Gejala simtomatik dapat diberikan terapi simtomatik.
Bila ada kecurigaan tuberculosis, segera terapi dengan obat anti tuberculosis.
Kesimpulan
Sebenarnya, jika debunya adalah debu dari batu bara, batuk yang terjadi adalah batuk
non-produktif. Namun, lama-kelamaan, jika debu semakin menumpuk, maka dapat terjadi batuk
12
produktif di mana sputum yang dihasilkan akan sangat kental karena mengandung partikel yang
berat dan hanya dapat dikeluarkan melalui batuk yang kencang.
Pada silicosis, debu silica bersifat toksik sehingga bila difagosit oleh makrofag dapat
membuat makrofag mati dan menurunkan sistem imun tubuh. Orang yang terpapar dengan debu
silica akan menjadi rentan untuk terkena infeksi oleh bakteri, virus, terutama infeksi
Mycobacterium.
Asbestosis seperti halnya silikosis, dapat berkembang walaupun sudah disingkirkan dari
pajanan. Pengobatan bersifat simtomatis. Tindakan pencegahan dimulai dari tindakan substitusi
asbes menggunakan bahan lain, penutupan lokasi pengolahan, pemasangan ventilasi lokal, dan
proteksi respirasi. Pasien yang terpajan disarankan untuk berhenti merokok untuk memperkecil
efek gabungan terhadap paru dan risiko kanker paru.
Daftar Pustaka
1
Kleiner AI, Makotchenko VM, Efremova VA, Kashin LM, Mangasarova SN, Klimenko TA.
Epidemiology of pneumoconiosis and dust bronchitis in machine-building industry workers. Gig
Tr Prof Zabol. 1991;(7):10-2.
3
4
Ridley J. Iktisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Erlangga: Jakarta. 2006. Hal : 253-6
K3 SP ITB. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Edisi Januari 2009. Tersedia dari
URL
http://kesehatandankeselamatankerja.blogspot.com/2009/01/pengertian-kesehatan-dan-
Sumamur, PK. Higine Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Sagung Seto: Jakarta .2009. Hal: 24559.
Yunus F. Dampak Debu Industri pada Paru Pekerja dan Pengendaliannya. Cermin Dunia
Kedokteran :Jakarta.2007. Hal : 45-50.
Rahmatullah P. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Pneumonitis dan Penyakit Paru Lingkungan.
502
Ridley J. Iktisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Erlangga : Jakarta. 2006. Hal : 253-6
13
10 MedicaStore. Penyakit Paru dan Saluran Nafas: Pneumokoniosis. Edisi 2008. Tersedia dari
http://medicastore.com/penyakit/424/Pneumokoniosis_(Penyakit_Paru-paru_Hitam).html.
Diunduh tanggal 11 Oktober 2015.
11 McPhee SJ, Papadakis MA. Occupational Pulmonary Disease. In: Current Medical Diagnose and
Treatment. New York: Mc Graw Hill; 2009. p 271-3
12 Faunci et al. Environmental Lung Diseases. In: Harisons Manual of Medicine. New York: Mc
Graw Hill; 2009. p 756-9
13 Jeremy et al. Penyakit paru terkait lingkungan dan pekerjaan. In: At a Galance Sistem Respirasi.
Jakarta: Erlangga Medical Series; 2008. p 70-1
14 Khan FJ. Coal workers pneumoconiosis treatment and management. Edisi 2014. Tersedia di
http://emedicine.medscape.com/article/297887-treatment. Diunduh 12 Oktober 2015.
15 Rahmatullah P. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Pneumonitis dan Penyakit Paru Lingkungan.
Jilid II Edisi keempat. FKUI : Jakarta. 2007. Hal 103-6.
14