Anda di halaman 1dari 9

1. Definisi Pneumokoniosis adalah sekumpulan penyakit yang disebabkan oleh penimbunan debu di dalam jaringan paru-paru.

Salah satu jenis dari pneumokoniosis adalah silikosis. Silikosis merupakan suatu penyakit saluran pernafasan akibat inhalasi dari silikon dioksida (Si2) atau silika yang menyebabkan peradangan dan pembentukan jaringan parut pada paru-paru. Penyakit silikosis terbagi menjadi 3 jenis yaitu silikosis akut, silikosis akselerata dan silikosis kronis simplek.

Gambar 1

2. Toksikan/Kontaminan penyakit Silika bebas yang merupakan komponen utama pasir dan batu masuk ke dalam saluran pernapasan biasanya terjadi karena peledakan, penggerindaan,

penghancuran,pengeboran,dan penggilingan batuan. Bisa juga terdapat dari usaha komersial yang menggunakan granit,batu pasir serta pasir giling atau pembakaran diatomit. Silika adalah kristal yang sangat keras yang biasanya menempel di batu atau tanah atau terdapat ada juga yang terdapat di udara bebas. Jenis silika bebas adalah kuarsa,tridimit dan kristobalit.

3. Mekanisme Pajanan (Patogenesis) Partikel Silikat berukuran sangat kecil, kurang dari satu mikron setelah terhirup melalui pernapasan akan mengendap di ujung akhir saluran pernapasan bronkiolus, saluran alveolus, dan alveoli paru-paru (lihat gambar). Permukaan partikel silikat tersebut akan

menyebabkan produksi hidrogen, hidrogen peroksida, dan radikal bebas senyawa oksigen lainnya. Semua radikal bebas ini akan merusak lapisan lemak dinding sel tubuh yang sehat dan mematikan protein-protein penting untuk metabolisme sel normal. Sistem pertahanan tubuh kita tentunya akan berespons terhadap kehadiran partikel asing tersebut. Tubuh akan mengeluarkan makrofag (sel antibodi tubuh) dari paru-paru yang selanjutnya diikuti pelepasan senyawa antibodi interleukin (IL-1 dan B-4). Pelepasan senyawa ini akan membuat tubuh merespons dengan peningkatan suhu tubuh sehingga gejala yang dirasakan adalah demam. Faktor-faktor pertahanan tubuh seperti faktor pertumbuhan alfa akan menginduksi pembelahan sel tipe 2 pada paru-paru sehingga terjadi pembelahan sel fibroblas dan memproduksi nodular-nodular dengan ukuran mikroskopik (silikosis noduler simplek). Semakin lama semakin banyak pula nodul yang terbentuk, kemudian bergabung menjadi nodul yang lebih besar (silikosis konglomerata).

Gambar 2

Nodul-nodul tersebut akan tertimbun dalam jaringan paru sehingga terjadi fibrosis

paru. Fibrosis adalah kelainan di mana paru-paru menjadi mengeras dan membentuk gambaran seperti skar luka. Kelainan inilah yang akan membantu penegakan diagnosis karena akan terlihat jelas sebagai gambaran putih, bulat beraturan dengan ukuran tertentu pada foto rontgen paru. Selama perkembangan penyakit ini, aliran udara di alveolus paruparu akan terbatas. Pergantian oksigen dan karbondioksida di paru menjadi tidak efektif,

akibatnya akan ditemukan gejala sesak diikuti batuk-batuk. Timbunan silika juga menyebabkan menyempitnya saluran bronchial yang merupakan sebab utama dari dyspnea.

4. Pekerja beresiko Penyakit silikosis terjadi karena inhalasi dan retensi debu yang mengandung kritalin silikon dioksida (Si2) atau silika bebas. Silika adalah unsur utama dari pasir, sehingga pemaparan biasanya terjadi pada: - Pekerja tambang lgam dan batubara - Penggali terowongan untuk membuat jalan - Pekerja pemotong batu dan granit - Pembuat keramik dan batubara - Penuangan besi dan baja - Industri yang memakai silika sebagai bahan baku, misalnya pabrik amplas, gelas dan tembikar - Pembuat gigi enamel - Pekerja di pabrik semen. - Pekerja pengecoran logam , dan pembuat tembikar. Biasanya gejala timbul setelah pemaparan selama 20-30 tahun. Tetapi pada peledakan pasir, pembuatan terowogan dan pembuatan alat pengampelas, dimana kadar silika yang dihasilkan sangat tinggi, gejala dapat timbul dalam waktu kurang dari 10 tahun.

5. Gejala dan tanda 1. Silikosis Akut Terjadi akibat pemaparan silikosis dalam jumlah yang sangat besar, dalam waktu cepat. Paru-paru sangat meradang dan terisi oleh cairan, sehingga timbul sesak nafas yang hebat dan kadar oksigen darah yang rendah. Gejala lain yang dapat timbul pada penderita silikosis akut adalah demam, batuk, dan penurunan berat badan . Keadaan faal paru adalah restriksi berat dan hipoksemi yang diikuti oleh kapasitas difusi. Pada kondisikondisi ekstrim dapat terjadi kesulitan bernafas dan batuk kering dalam beberapa minggu setelah paparan. Dada sesak dan ketidakmampuan bekerja timbul dalam beberapa bulan, kematian akibat kegagalan pernafasan atau kor pulmonale mungkin terjadi dalam 1-3 tahun. Pada pemeriksaan ditemukan gerakan dada yang terbatas, sianosis serta ronchi pada akhir inspirasi, dan dengan kelainan fungsi paru restriktif serta berkurangnya pertugas gas. Radiografi memprlihatkan bayangan- bayangan perifer seperti kapas,yang

secara bertahap mengeras dan menjadi linear. Seringkali bayangan- bayangan ini tidak diketahui bahkan pada saat otopsi,hal ini karena kematian makrofag dan reaksi selular seringkali terjadi dalam alveoli tanpa pembentukan nodul-nodul tipikal. Partikel-partikel silika yang refraktil ganda yang sangat banyak dalam jaringan paru.

2. Silikosis Akselerata Terjadi setelah terpapar oleh sejumlah silika yang lebih banyak selama waktu yang lebih pendek (4-8 tahun). Peradangan, pembentukan jaringan parut dan gejala-gejalanya terjadi lebih cepat, fibrosis masif dan sering terjadi mycobacterium tipikal atau atipik. Fibrosis ini terjadi akibat pembentukan jaringan parut dan menyebabkan kerusakan pada struktur paru yang normal. Biasanya penderita mengalami gagal nafas akibat hipoksemia.

3. Silikosis Kronis Simplek Terjadi akibat pemaparan sejumlah kecil debu silika dalam jangka panjang (lebih dari 20 tahun). Pemerikaan dengan sprirometri dapat ditemukan adanya tanda restriksi dan

obstruksi paru. Nodul-nodul peradangan kronis dan jaringan parut akibat silika terbentuk di paru-paru dan kelenjar getah bening dada. Pada pemeriksaan spirometri Kerusakan di paru-paru bisa mengenai jantung dan menyebabkan gagal jantung yang bisa berakibat fatal jika terpapar oleh organisme penyebab tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosis) karena penderita silikosis mempunyai resiko 3 kali lebih besar untuk menderita tuberkulosis. Mekanisme yang mungkin menyebabkan peningkatan kerentanan penderita sikosis terhadap tuberkulosis adalah sebagai berikut : a. Partikel Silika yang ditimbun di Alveoli akan dimakan makrofag tetapi karena efek tosik silika maka makrofag cepat mati dan partikel Silika akan terlepaske jaringan ekstraselular. Partikel silika akan dimakan oleh makrofag lain ang kemudian akan terbunuh pula. b. Silika dengan dosis subletal juga mengganggu kesanggupan makrofag untuk menghambat pertumbuhan kuman tuberkulosis karena makrofag adalah faktor utama dalam membuat daya tahan terhadap tuberkulosis sehingga alasan meningkatnya kerentanan penderita silikosis terhadap tuberkulosis menjadi jelas

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosa penderita silikosis :


Rontgen dada (terlihat gambaran pola nodul dan jaringan parut) Tes fungsi paru dengan spirometri

Tes PPD (untuk TBC).

Gambaran radiologis - Small-Round opacities - Kadang disertai large opacities - Distorsi organ intratoraks - Hilus tertarik ke atas - Emfisema kompensatorik di basal kedua paru - EGG shell calcification

6. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita silikosis yaitu: Infeksi mikobakterium dan bakteri oportunis lainnya Komplikasi sistem imun Komplikasi ginjal Kanker Pneumotoraks

7. Pencegahan dan penanggulangan

a. Promotif Pada promotif dapat dilakukan penyuluhan kepada tenaga kerja seperti penggunaan Alat Plindung Diri (APD) saat bekerja, penyuluhan mengenai kesehatan para tenaga kerja berdasarkan pekerjaan yang dilakukannya. Kepada pekerja perlu diberi penyuluhan mengenai kebersihan perorangan, makanan yang nilai gizinya sesuai dengan jenis pekerjaan, gerak badan untuk kesehatan (olahraga), pertolongan pertama pada kecelakaan, dan perilaku dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

b. Preventif Pengawasan terhadap di lingkungan kerja dapat membantu mencegah terjadinya silikosis Tindakan preventif dapat dilakukan dengan cara memperhatikan ventilasi baik lokal maupun umum. Ventilasi umum antara lain dengan mengalirkan udara ke ruang kerja melalui pintu dan jendela dan ventilasi lokal berupa pipa keluar stempat. Pengendalian debu silika apat menjadi hal yang penting dalam usaha mencegah terjadinya silikosis.

Pastikan kadar silika selalu di bawah ambang batas dengan cara dust sampling (uji debu) perlu dilakukan berkala untuk memantau kadar silika pada suatu area kerja. Jika kadar silika diambang batas, tindakan perbaikan mesti dilakukan. Tindakan pencegahan paling umum adalah dengan membasahi permukaan tanah dan bijih. Mesin-mesin yang berpotensi menimbulkan debu (mis: belt conveyor) juga mesti diberi pelindung agar debu tidak tersebar. Sedang di tambang bawah tanah, ventilasi yang cukup merupakan prasyarat yang penting untuk mengurangi kadar debu. Agar perlindungan menjadi maksimal, pekerja mesti dibekali denan respirator (masker anti debu). Respirator dilengkapi denga filter hingga mampu mencegah partikel debu terhirup ke dalam paru-paru. Pengendalian debu di lingkungan kerja dapat dilakukan terhadap 3 hal yaitu pencegahan terhadap sumbernya, media pengantar (transmisi) dan terhadap manusia yang terkena dampak. a. Pencegahan terhadap sumber - Isolasi sumber agar tidak mengeluarkan debu di ruang kerja dengan local exhauster atau dengan melengkapi water sprayer pada cerobong asap. - Subtitusi alat yang mengeluarkan debu dengan yang tidak mengeluarkan debu. b. Pencegahan terhadap transmisi Upaya paling praktis dalam pencegahan debu adalah menggunakan air. Air dapat digunakan untuk menyemprot coal face dan loose rock, dan pada permukaan setelah blasting, dumping, atau berbagai rock handling process. Akan tetapi, banyak pekerjaan underground kekurangan supply air yang cukup. - Memakai metode basah yaitu penyiraman lantai dan pengeboran basah ( Wet Drilling) - Dengan alat berupa Scrubber, Elektropresipitator, dan Ventilasi Umum. Ventilasi yang baik penting untuk mengeliminasi debu. Setiap tempat kerja seharusnya memiliki supply udara bersih untuk mengencerkan atau mengangkut airborne dus c. Pencegahan terhadap tenaga kerja Perlengkapan yang dipakai untuk melindungi pekerja terhadap bahaya kesehatan yang ada di lingkungan kerja. Antara lain dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa masker. Penggunaan APD merupakan alternatif lain untuk melindungi pekerja dari bahaya kesehatan, APD juga harus sesuai dan adekuat. Pre-worker check up

Semua pekerja harus menjalani pemeriksaan medis sebelum bekerja dan berkala dengan mengutamakan upaya untuk mendeteksi pre-eksisting lung disease dan perkembangan silikosis. Penerangan sebelum kerja Suatu penjelasan agar pekerja mematuhi dan mentaati peraturan dan undang-undang yang berlaku serta tahu adanya bahaya kesehatan di lingkungan kerja,sehingga dapat bekerja lebih berhati-hati. Pembatasan waktu selama pekerja terpajan terhadap zat tertentu yang berbahaya dapat menurunkan risiko terkenanya bahaya kesehatan di lingkungan kerja. Kebersihan perorangan dan pakaiannya, merupakan hal yang penting, terutama untuk para pekerja yang dalam pekerjaanya berhubungan dengan bahan kimia serta partikel lain. Pemeriksaan kesehatan berkala Pemeriksaan ini bertujuan untuk menemukan dan mencegah penyakit. Untuk penambang pasir lakukan pemeriksaan setiap 6 bulan sekali dan untuk pekerja lain dapat dilakukan selama 2-5 tahun sekali. Jika foto rontgen terdapat silika di dalam paru-paru, maka hindari pemaparan terhadap silika. Prioritas diberikan kepada pekerja yang : - Bekerja di lingkungan berbahaya - Dipindahkan dari suatu pekerjaan ke pekarjaan lain - Menderita penyakit menahun - Perlu diperiksa atas permintaan dokter keluarganya atau keinginan sendiri - Bekerja lagi setelah penyakitnya sembuh - Akan berhenti bekerja

c. Kuratif Tidak ada pengobatan khusus untuk silikosis. Untuk mencegah semakin memburuknya penyakit, sangat penting untuk menghilangkan sumber pemaparan. Terapi suportif terdiri dari obat penekan batuk, bronkodilator dan oksigen. Jika terjadi infeksi, bisa diberikan antibiotik. Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah: - membatasi pemaparan terhadap silika - berhenti merokok - menjalani tes kulit untuk TBC secara rutin.

Penderita silikosis memiliki resiko tinggi menderita Tuberkulosis (TBC), sehingga dianjurkan untuk menjalani tes kulit secara rutin setiap tahun. Silika diduga mempengaruhi sistem kekebalan tubuh terhadap bakteri penyebab TBC. Jika hasilnya positif, diberikan obat anti TBC.

d. Rehablitatif Pengobatan definitif terhadap silikosis tidak ada. Bila terdapat infeksi sekunder berikan terapi yang sesuai. Infeksi pyogenik berikan antibiotik yang sesuai secara empirik, infeksi jamur paru berikan obat anti jamur, dan terhadap tuberkulois paru berikan obat anti tuberkulosis dosis dan lamanya sesuaikan dengan kategorinya. - Disability limitation (membatasi kemungkinan cacat) Memeriksa dan mengobati tenaga kerja secara komprehensif, mengobati tenaga kerja secara sempurna, pendidikan kesehatan. Pindah ke bagian yang tidak terpapar. Lakukan cara kerja yang sesuai dengan kemampuan fisik. - Rehabilitasi (pemulihan kesehatan) Rehabilitasi dan mempekerjakan kembali para pekerja yang menderita cacat. Sedapat mungkin perusahaan mencoba menempatkan karyawan-karyawan cacat di jabatanjabatan yang sesuai.

DAFTAR PUSTAKA

Susanto, Agus. (2009).Silikosis.Jakarta: Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK UI-RS Persahabatan

Anonim. (2009). Silikosis. diakses dari www.medicatherapy.com , pada tanggal 21 April 2011 Afidah,N., Riyani, A. (2009). Silikosis. Semarang: Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Keolahragaan UNS

Anda mungkin juga menyukai