Anda di halaman 1dari 10

Klasifikasi penyakit akibat kerja

Dalam melakukan tugasnya di perusahaan seseorang atau sekelompok pekerja berisiko


mendapatkan kecelakaan atau penyakit akibat kerja. WHO membedakan empat kategori
Penyakit Akibat Kerja, yaitu:
1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya Pneumoconiosis.
2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya Karsinoma Bronkhogenik.
3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara faktor-faktor penyebab
lainnya, misalnya Bronkhitis khronis.
4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada sebelumnya, misalnya
asma.

Beberapa jenis penyakit pneumoconiosis yang banyak dijumpai di daerah yang memiliki banyak


kegiatan industri dan teknologi, yaitu:

Penyakit Silikosis
Penyakit Silikosis disebabkan oleh pencemaran debu silika bebas, berupa SiO2 yang
terhisap masuk ke dalam paru-paru dan kemudian mengendap.  Debu silika bebas ini banyak
terdapat di pabrik besi dan baja, keramik, pengecoran beton, bengkel yang mengerjakan besi
(mengikir, menggerinda, dll). Selain dari itu, debu silika juka banyak terdapat di tempat di
tempat penampang bijih besi, timah putih dan tambang batubara.
Pemakaian batubara sebagai bahan bakar juga banyak menghasilkan debu silika bebas
SiO2. Pada saat dibakar, debu silika akan keluar dan terdispersi ke udara bersama – sama dengan
partikel lainnya, seperti debu alumina, oksida besi dan karbon dalam bentuk abu.
Debu silika yang masuk ke dalam paru-paru akan mengalami masa inkubasi sekitar 2
sampai 4 tahun. Masa inkubasi ini akan lebih pendek, atau gejala penyakit silicosis akan segera
tampak, apabila konsentrasi silika di udara cukup tinggi dan terhisap ke paru-paru dalam jumlah
banyak. Penyakit  silicosis ditandai dengan sesak nafas yang disertai batuk-batuk. Batuk ini
seringkali tidak disertai dengan dahak. Pada silicosis tingkah sedang, gejala sesak nafas yang
disertai terlihat dan pada pemeriksaan fototoraks kelainan paru-parunya mudah sekali diamati.
Bila penyakit silicosis sudah berat maka sesak nafas akan semakin parah dan kemudian
diikuti dengan hipertropi jantung sebelah kanan yang akan mengakibatkan kegagalan kerja
jantung.
Tempat kerja yang potensial untuk tercemari oleh debu silika perlu mendapatkan
pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan yang ketat sebab penyakit silicosis
ini belum ada obatnya yang tepat. Tindakan preventif lebih penting dan berarti dibandingkan
dengan tindakan pengobatannya. Penyakit silicosis akan lebih buruk kalau penderita sebelumnya
juga sudah menderita penyakit TBC paru-paru, bronchitis, astma broonchiale dan penyakit
saluran pernapasan lainnya.
Pengawasan dan pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerja akan sangat
membantu pencegahan dan penanggulangan penyakit-penyakit akibat kerja. Data kesehatan
pekerja sebelum masuk kerja, selama bekerja dan sesudah bekerja perlu dicatat untuk
pemantulan riwayat penyakit pekerja kalau sewaktu – waktu diperlukan.

Penyakit Asbestosis
Penyakit Asbestosis adalah penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh  debu atau serat
asbes yang mencemari udara. Asbes adalah campuran dari berbagai macam silikat, namun yang
paling utama  adalah Magnesium silikat. Debu asbes banyak dijumpai pada pabrik dan industri
yang menggunakan asbes, pabrik pemintalan serat asbes, pabrik beratap asbes dan lain
sebagainya.
Debu asbes yang terhirup masuk ke dalam paru-paru akan mengakibatkan gejala sesak napas dan
batuk-batuk yang disertai dengan dahak. Ujung-ujung jari penderitanya akan tampak membesar /
melebar. Apabila dilakukan pemeriksaan pada dahak  maka akan tampak adanya debu asbes
dalam dahak tersebut. Pemakaian asbes untuk berbagai macam keperluan kiranya perlu diikuti
dengan kesadaran akan keselamatan dan kesehatan lingkungan agar jangan sampai
mengakibatkan asbestosis ini.

Penyakit Bisinosis
Penyakit Bisinosis adalah penyakit pneumoconiosis yang disebabkan oleh pencemaran
debu napas atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap ke dalam paru-paru. Debu kapas
atau serat kapas ini banyak dijumpai pada pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan
dan pergudangan kapas serta pabrik atau bekerja lain yang menggunakan kapas atau tekstil;
seperti tempat pembuatan kasur, pembuatan jok kursi dan lain sebagainya.
Masa inkubasi penyakit bisinosis cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun. Tanda-tanda awal
penyakit bisinosis ini berupa sesak napas, terasa berat pada dada, terutama pada hari Senin (yaitu
hari awal kerja pada setiap minggu). Secara psikis setiap hari Senin bekerja yang menderita
penyakit bisinosis merasakan beban berat pada dada serta sesak nafas. Reaksi alergi akibat
adanya kapas yang masuk ke dalam saluran pernapasan juga merupakan gejala awal bisinosis.
Pada bisinosis yang sudah lanjut atau berat, penyakit tersebut biasanya juga diikuti dengan
penyakit bronchitis kronis dan mungkin juga disertai dengan emphysema.

Penyakit Antrakosis
Penyakit Antrakosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu
batubara. Penyakit ini biasanya dijumpai pada pekerja-pekerja tambang batubara atau pada
pekerja-pekerja yang banyak melibatkan penggunaan batubara, seperti pengumpa batubara pada
tanur besi, lokomotif (stoker) dan juga pada kapal laut bertenaga batubara, serta pekerja boiler
pada pusat Listrik Tenaga Uap berbahan bakar batubara.
Masa inkubasi penyakit ini antara 2 – 4 tahun. Seperti halnya penyakit silicosis dan juga
penyakit-penyakit pneumokonisosi lainnya, penyakit antrakosis juga ditandai dengan adanya rasa
sesak napas. Karena pada debu batubara terkadang juga terdapat debu silikat maka penyakit
antrakosis juga sering disertai dengan penyakit silicosis. Bila hal ini terjadi maka penyakitnya
disebut silikoantrakosis. Penyakit antrakosis ada tiga macam, yaitu penyakit antrakosis murni,
penyakit silikoantraksosis dan penyakit tuberkolosilikoantrakosis.
Penyakit antrakosis murni disebabkan debu batubara. Penyakit ini memerlukan waktu
yang cukup lama untuk menjadi berat, dan relatif tidak begitu berbahaya. Penyakit antrakosis
menjadi berat bila disertai dengan komplikasi atau emphysema yang memungkinkan terjadinya
kematian. Kalau terjadi emphysema maka antrakosis murni lebih berat daripada silikoantraksosis
yang relatif jarang diikuti oleh emphysema. Sebenarnya antara antrakosis murni dan
silikoantraksosi sulit dibedakan, kecuali dari sumber penyebabnya. Sedangkan paenyakit
tuberkolosilikoantrakosis lebih mudah dibedakan dengan kedua penyakit antrakosis lainnya.
Perbedaan ini mudah dilihat dari fototorak yang  menunjukkan kelainan pada paru-paru akibat
adanya debu batubara dan debu silikat, serta juga adanya baksil tuberculosis yang menyerang
paru-paru.
Penyakit Beriliosis
Udara yang tercemar oleh debu logam berilium, baik yang berupa logam murni, oksida,
sulfat, maupun dalam bentuk halogenida, dapat menyebabkan penyakit saluran pernapasan yang
disebut beriliosis. Debu logam tersebut dapat menyebabkan nasoparingtis, bronchitis dan
pneumonitis yang ditandai dengan gejala sedikit demam, batuk kering dan sesak napas. Penyakit
beriliosis dapat timbul pada pekerja-pekerja industri yang menggunakan logam campuran
berilium, tembaga, pekerja pada pabrik fluoresen, pabrik pembuatan tabung radio dan juga pada
pekerja pengolahan bahan penunjang industri nuklir.
Selain dari itu, pekerja-pekerja yang banyak menggunakan seng (dalam bentuk silikat)
dan juga mangan, dapat juga menyebabkan penyakit beriliosis yang tertunda atau delayed
berryliosis  yang disebut juga dengan beriliosis kronis. Efek tertunda ini bisa berselang 5 tahun
setelah berhenti menghirup udara yang tercemar oleh debu logam tersebut. Jadi lima tahun
setelah pekerja tersebut tidak lagi berada di lingkungan yang mengandung debu logam tersebut,
penyakit beriliosis  mungkin saja timbul. Penyakit ini ditandai dengan gejala mudah lelah, berat
badan yang menurun dan sesak napas. Oleh karena itu pemeriksaan kesehatan secara berkala
bagi pekerja-pekerja yang terlibat dengan pekerja  yang menggunakan logam tersebut perlu
dilaksanakan terus – menerus.

Penyakit Akibat Kerja


Adapun beberapa penyakit akibat kerja, antara lain:

Penyakit Saluran Pernafasan


PAK pada saluran pernafasan dapat bersifat akut maupun kronis. Akut misalnya asma akibat
kerja. Sering didiagnosis sebagai tracheobronchitis akut atau karena virus. Kronis, missal:
asbestosis. Seperti gejala Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD). Edema paru akut.
Dapat disebabkan oleh bahan kimia seperti nitrogen oksida.

Penyakit Kulit
Pada umumnya tidak spesifik, menyusahkan, tidak mengancam kehidupan, kadang sembuh
sendiri. Dermatitis kontak yang dilaporkan, 90% merupakan penyakit kulit yang berhubungan
dengan pekerjaan. Penting riwayat pekerjaan dalam mengidentifikasi iritan yang merupakan
penyebab, membuat peka atau karena faktor lain.

Kerusakan Pendengaran
Banyak kasus gangguan pendengaran menunjukan akibat pajanan kebisingan yang lama, ada
beberapa kasus bukan karena pekerjaan. Riwayat pekerjaan secara detail sebaiknya didapatkan
dari setiap orang dengan gangguan pendengaran. Dibuat rekomendasi tentang pencegahan
terjadinya hilangnya pendengaran.

Gejala pada Punggung dan Sendi


Tidak ada tes atau prosedur yang dapat membedakan penyakit pada punggung yang berhubungan
dengan pekerjaan daripada yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Penentuan kemungkinan
bergantung pada riwayat pekerjaan. Artritis dan tenosynovitis disebabkan oleh gerakan berulang
yang tidak wajar.
Kanker
Adanya presentase yang signifikan menunjukan kasus Kanker yang disebabkan oleh pajanan di
tempat kerja. Bukti bahwa bahan di tempat kerja, karsinogen sering kali didapat dari laporan
klinis individu dari pada studi epidemiologi. Pada Kanker pajanan untuk terjadinya karsinogen
mulai > 20 tahun sebelum diagnosis.

Coronary Artery Disease


Oleh karena stres atau Carbon Monoksida dan bahan kimia lain di tempat kerja.

Penyakit Liver
Sering di diagnosis sebagai penyakit liver oleh karena hepatitis virus atau sirosis karena alkohol.
Penting riwayat tentang pekerjaan, serta bahan toksik yang ada.

Masalah Neuropsikiatrik
Masalah neuropsikiatrik yang berhubungan dengan tempat kerja sering diabaikan. Neuro pati
perifer, sering dikaitkan dengan diabet, pemakaian alkohol atau tidak diketahui penyebabnya,
depresi SSP oleh karena penyalahgunaan zat-zat atau masalah psikiatri. Kelakuan yang tidak
baik mungkin merupakan gejala awal dari stres yang berhubungan dengan pekerjaan. Lebih dari
100 bahan kimia (a.I solven) dapat menyebabkan depresi SSP. Beberapa neurotoksin (termasuk
arsen, timah, merkuri, methyl, butyl ketone) dapat menyebabkan neuropati perifer. Carbon
disulfide dapat menyebabkan gejala seperti psikosis.

Penyakit yang Tidak Diketahui Sebabnya

Alergi dan gangguan kecemasan mungkin berhubungan dengan bahan kimia atau
lingkungan. Sick building syndrome. Multiple Chemical Sensitivities (MCS), mis: parfum,
derivate petroleum, rokok.

Perawatan dan pengobatan


Dalam melakukan penanganan terhadap penyakit akibat kerja, dapat dilakukan duamacam terapi,
yaitu:

1. Terapi medikamentosa Yaitu terapi dengan obat obatan :


1. Terhadap kausal (bila mungkin)
2. Pada umumnya penyakit kerja ini bersifat irreversibel, sehingga terapi sering kali hanya
secara simptomatis saja. Misalnya pada penyakit silikosis (irreversibel), terapi hanya
mengatasi sesak nafas, nyeri dada2.
3. Terapi okupasia
1. Pindah ke bagian yang tidak terpapar
2. Lakukan cara kerja yang sesuai dengan kemampuan fisik
a. Berdasarkan Perpres No.7 Tahun 2019 Penyakit Akibat Kerja meliputi jenis
penyakit:yang disebabkan pajanan faktor yang timbul dari aktivitas pekerjaan;
b. Berdasarkan sistem target organ
c. Kanker akibat kerja; dan
d. Spesifik lainnya.

Jenis Penyakit Akibat Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Presiden ini.

1. Penyakit Yang Disebabkan Pajanan Faktor Yang Timbul Dari Aktivitas Pekerjaan Penyakit
Akibat Kerja pada klasifikasi jenis I ini sebagai berikut:
a. Penyakit yang disebabkan oleh faktor kimia, meliputi:
1) penyakit yang disebabkan oleh berillium dan persenyawaannya
2) penyakit yang disebabkan oleh cadmium atau persenyawaannya
3) penyakit yang disebabkan oleh fosfor atau persenyawa€rnnya
4) penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya
5) penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya
6) penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya
7) penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaannya
8) penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaannya
9) penyakit yang disebabkan oleh fluor atau persenyawaannya
10) penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfide
11) penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan hidrokarbon alifatik
atau aromatic
12) penyakit yang disebabkan oleh benzene atau homolognya
13) penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzene atau homolognya
14) penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya
15) penyakit yang disebabkan oleh alcohol, glikol, atau keton
16) penyakit yang disebabkan oleh gas penyebab asfiksia seperti karbon monoksida,
hydrogen sulfida, hidrogen sianida atau derivatnya
17) penyakit yang disebabkan oleh acrylonitrile
18) penyakit yang disebabkan oleh nitrogen oksida
19) penyakit yang disebabkan oleh vanadium atau persenyawaannya
20) penyakit yang disebabkan oleh antimon atau persenyawaannya
21) penyakit yang disebabkan oleh hexane
22) penyakit yang disebabkan oleh asam mineral
23) penyakit yang disebabkan oleh bahan obat
24) penyakit yang disebabkan oleh nikel atau persenyawaannya
25) penyakit yang disebabkan oleh thalium atau persenyawaannya
26) penyakit yang disebabkan oleh osmium atau persenyawaannya
27) penyakit yang disebabkan oleh selenium atau persenyawaannya
28) penyakit yang disebabkan oleh tembaga atau persenyawaannya
29) penyakit yang disebabkan oleh platinum atau persenyawaannya
30) penyakit yang disebabkan oleh timah atau persenyawaannya
31) penyakit yang disebabkan oleh zinc atau persenyawaannya;
32) penyakit yang disebabkan oleh phosgene
33) penyakit yang disebabkan oleh zat iritan kornea seperti benzoquinone
34) penyakit yang disebabkan oleh isosianat
35) penyakit yang disebabkan oleh pestisida
36) penyakit yang disebabkan oleh sulfur oksida
37) penyakit yang disebabkan oleh pelarut organic
38) penyakit yang disebabkan oleh lateks atau produk yang mengandung lateks; dan
39) penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lain di tempat kerja yang tidak disebutkan di
atas, di mana ada hubungan langsung antara paparan bahan kimia dan penyakit yang
dialami oleh pekerja yang dibuktikan secara ilmiah dengan menggunakan metode yang
tepat;

b. Penyakit yang disebabkan oleh faktor fisika, meliputi:


1) kerusakan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan;
2) penyakit yang disebabkan oleh getaran atau kelainan pada otot, tendon, tulang,
sendi, pembuluh darah tepi atau saraf tepi;
3) penyakit yang disebabkan oleh udara bertekanan atau udara yang didekompresi;
4) penyakit yang disebabkan oleh radiasi ion;
5) penyakit yang disebabkan oleh radiasi optik, meliputi ultraviolet, radiasi
elektromagnetik (visible light), infra merah, termasuk laser;
6) penyakit yang disebabkan oleh pajanan temperatur ekstrim; dan
7) penyakit yang disebabkan oleh faktor fisika lain yang tidak disebutkan di atas, di
mana ada hubungan langsung antara paparan faktor fisika yang muncul akibat
aktivitas pekerjaan dengan penyakit yang dialami oleh pekerja yang dibuktikan
secara ilmiah dengan menggunakan metode yang tepat;

c. penyakit yang disebabkan oleh faktor biologi dan penyakit infeksi atau parasit,
meliputi:
1) brucellosis;
2) virus hepatitis
3) virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia (human immunodeficiency
virus);
4) tetanus;
5) tuberkulosis;
6) sindrom toksik atau inflamasi yang berkaitan dengan kontaminasi bakteri atau
jamur;
7) anthrax,
8) leptospira; dan
9) penyakit yang disebabkan oleh faktor biologi lain di tempat kerja yang tidak
disebutkan di atas, di mana ada hubungan langsung antara paparan faktor biologi
yang muncul akibat aktivitas pekerjaan dengan penyakit yang dialami oleh pekerja
yang dibuktikan secara ilmiah dengan menggunakan metode yang tepat.

2. Penyakit Berdasarkan Sistem Target Organ, Penyakit Akibat Kerja pada klasifikasi jenis II
ini sebagai berikut:
a. penyakit saluran pernafasan, meliputi:
1) pneumokoniosis yang disebabkan oleh debu mineral pembentuk jaringan parut,
meliputi silikosis, antrakosilikosis, dan asbestos;
2) siliko tuberkulosis;
3) pneumokoniosis yang disebabkan oleh debu mineral non-fibrogenic;
4) siderosis;
5) penyakit bronkhopulmoner yang disebabkan oleh debu logam keras;
6) penyakit bronkhopulmoner yang disebabkan oleh debu kapas, meliputi bissinosis,
vlas, henep, sisal, dan ampas tebu atau bagassosis;
7) asma yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi atau zat iritan yang dikenal yang
ada dalam proses pekerjaan;
8) alveolitis alergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat
penghirupan debu organik atau aerosol yang terkontaminasi dengan mikroba, yang
timbul dari aktivitas pekerjaan;
9) penyakit paru obstruktif kronik yang disebabkan akibat menghirup debu batu bara,
debu dari tambang batu, debu kayu, debu dari gandum dan pekerjaan perkebunan,
debu dari kandang hewan, debu tekstil, dan debu kertas yang muncul akibat
aktivitas pekerjaan;
10) penyakit paru yang disebabkan oleh aluminium;
11) kelainan saluran pernafasan atas yang disebabkan oleh sensitisasi atau iritasi zat
yang ada dalam proses pekerjaan;
12) penyakit saluran pernafasan lain yang tidak disebutkan di atas, di mana ada
hubungan langsung antara paparan faktor risiko yang muncul akibat aktivitas
pekerjaan dengan penyakit yang dialami oleh pekerja yang dibuktikan secara
ilmiah dengan menggunakan metode yang tepat;

b. penyakit kulit, meliputi:


1) dermatosis kontak alergika dan urtikaria yang disebabkan oleh faktor penyebab
alergi lain yang timbul dari aktivitas pekerjaan yang tidak termasuk dalam
penyebab lain;
2) dermatosis kontak iritan yang disebabkan oleh zat iritan yang timbul dari aktivitas
pekerjaan, tidak termasuk dalam penyebab lain; dan
3) vitiligo yang disebabkan oleh zat penyebab yang diketahui timbul dari aktivitas
pekerjaan, tidak temasuk dalam penyebab lain;

c. gangguan otot dan kerangka, meliputi:


1) radial styloid tenosynovitis karena gerak repetitif, penggunaan tenaga yang kuat
dan posisi ekstrim pada pergelangan tangan
2) tenosynovitis kronis pada tangan dan pergelangan tangan karena gerak repetitif,
penggunaan tenaga yang kuat dan posisi ekstrim pada pergelangan tangan;
3) olecranon bursitis karena tekanan yang berkepanjangan pada daerah siku;
4) prepatellar bursitis karena posisi berlutut yang berkepanjangan;
5) epicondylitis karena pekerjaan repetitif yang mengerahkan tenaga;
6) meniscus lesions karena periode kerja yang panjang dalam posisi berlutut atau
jongkok;
7) carpal tunnel syndrome karena periode berkepanjangan dengan gerak repetitif yang
mengerahkan tenaga, pekerjaan yang melibatkan getaran, posisi ekstrim pada
pergelangan tangan, atau 3 (tiga) kombinasi diatas; dan
8) penyakit otot dan kerangka lain yang tidak disebutkan diatas, dimana ada
hubungan langsung antara paparan faktor yang muncul akibat aktivitas pekerjaan
dan penyakit otot dan kerangka yang dialami oleh pekerja yang dibuktikan secara
ilmiah dengan menggunakan metode yang tepat;
d. gangguan mental dan perilaku, meliputi:
1) gangguan stres pasca trauma; dan
2) gangguan mental dan perilaku lain yang tidak disebutkan diatas, dimana ada
hubungan langsung antara paparan terhadap faktor risiko yang muncul akibat
aktivitas pekerjaan dengan gangguan mental dan perilaku yang dialami oleh
pekerja yang dibuktikan secara ilmiah dengan menggunakan metode yang tepat.

3. Penyakit Kanker Akibat Kerja, Penyakit Akibat Kerja pada klasifikasi jenis III ini, yaitu
kanker yang disebabkan oleh zat berikut:
a. asbestos;
b. benzidine dan garamnya
c. bis-chloromethyl ether
d. persenyawaan chromium VI
e. coal tars, coal tar pitches or soots
f. beta-naphthylamine
g. vinyl chloride;
h. benzene

4. Penyakit Spesifik Lainnya


Penyakit spesihk lainnya merupakan penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau proses
kerja, dimana penyakit tersebut ada hubungan langsung antara paparan dengan penyakit
yang dialami oleh pekerja yang dibuktikan secara ilmiah dengan menggunakan metode
yang tepat. Contoh penyakit spesifik lainnya, yaitu nystagmus pada penambang.

2. Pekerja yang didiagnosis menderita Penyakit Akibat Kerja berdasarkan surat keterangan
dokter berhak atas manfaat JKK meskipun hubungan kerja telah berakhir. Hak atas manfaat
JKK diberikan apabila Penyakit Akibat Kerja timbul dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga)
tahun terhitung sejak hubungan kerja berakhir.
3. Diagnosis menderita Penyakit Akibat Kerja berdasarkan surat keterangan dokter merupakan
diagnosis jenis Penyakit Akibat Kerja yang dilakukan oleh:
a. dokter; atau
b. dokter spesialis, yang berkompeten di bidang kesehatan kerja.
4. Dalam hal terdapat jenis Penyakit Akibat Kerja yang belum tercantum dalam Lampiran
penyakit tersebut harus memiliki hubungan langsung dengan pajanan yang dialami pekerja,
Penyakit tersebut harus dibuktikan secara ilmiah dengan menggunakan metode yang tepat
dan dilakukan oleh dokter atau dokter spesialis yang berkompeten di bidang kesehatan kerja.
5. Penyakit Akibat Kerja yang selanjutnya disingkat PAK (Occupational Disease) yaitu
penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja yang dalam Peraturan
Presiden Nomor 7 Tahun 2019 disebut Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja.
6. Sebagai bahan pertimbangan dalam menganalisis dan menetapkan apakah PAK
(Occupational Disease) atau penyakit akibat hubungan kerja (Work Related Disease)
diperlukan data pendukung antara lain:
1) Data hasil pemeriksaan kesehatan awal (sebelum tenaga kerja di pekerjakan di
perusahaan yang bersangkutan);
2) Data hasil pemeriksaan kesehatan berkala (pemeriksaan yang di lakukan secara periodik
selama tenaga kerja bekerja di perusahaan yang bersangkutan);
3) Data hasil pemeriksaan khusus (pemeriksaan dokter yang merawat tenaga kerja tentang
riwayat penyakit yang di deritanya);
4) Data hasil pengujian lingkungan kerja oleh Pusat Keselamatan dan Kesehatan Kerja
beserta balai-balainya, atau lembaga-lembaga lain yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi;
5) Data hasil pemeriksaan kesehatan tenaga kerja secara umum di bagian tersebut;
6) Riwayat pekerjaan tenaga kerja;
7) Riwayat kesehatan tenaga kerja;
8) Data medis/rekam medis tenaga kerja;
9) Analisis hasil pemeriksaan lapangan oleh Pengawas Ketenagakerjaan; dan/atau
10) Pertimbangan medis dokter penasehat.

Contoh penyakit karena kerja yang disebut pemicu dari lingkungan kerja:

Aspek fisik
– Suara tinggi yang bising melalui ambang batas normal bisa mengakibatkan ketulian
– Tempratur tinggi bisa mengakibatkan hyperpireksi, heat cramp, heatstres.
– Radiasi sinar elektromagnetik, radioaktif bisa mengakibatkan katarak, tumor dan sebagainya.
– Desakan udara yang tinggi bisa mengakibatkan coison disease
– Getaran bisa mengakibatkan gangguan proses metabolism polineurutis, masalah syaraf.
– Penerangan yang kurang bisa mengakibatkan kerusakan pandangan.

Aspek Kimia
– Beberapa bahan kimia yang masuk lewat aliran pernapasan yang bisa membuat resikonya
alergi, iritasi, korosif, asphyxia.
– Debu yang bisa menyebabkan pneumoconioses dan sebagainya
– Uap serta gas beracun yang bisa mengakibatkan keracunan

Aspek Biologis
– Seperti bakteri, viral diseases, parasitic diseases dan sebagainya

Aspek Ergonomi
– Tempat kerja, alat kerja yang tidak ergonomis, langkah kerja yang salah, konstruksi yang salah
hingga bisa mempunyai dampak kelelahan pada tubuh.
– Angkat beban yang berat
– Tempat statis
– Tempat membungkuk yang tidak ergonomis
Aspek Mental Psikologis
– Jalinan kerja, organisasi kerja, komunikasi social
– Beban kerja mental keadaan penyakita pasien.
– Kerja shift
Usaha pencegahan akibat kekurangan segi teknis di bidang konstruksi dapat dilakukan dengan
desain kerja yang baik dan organisasi / pengaturan kerja. Pencegahan penyakit akibat
kerja dapat dilakukan dalam tiga cara:

a. Pencegahan primer
Pencegahan primer adalah usaha atau tindakan para pekerja agar tidak terpajan zat-zat
berbahaya. Usaha itu antara lain:
1. Membuat Undang-undang dan peraturan menyangkut penyakit akibat kerja
2. Memodifikasi alat industri
3. Substitusi. Yaitu dengan mengganti bahan-bahan yang membahayakan dengan bahan
yang tidak berbahaya, tanpa mengurangi hasil pekerjaan maupun mutunya.
4. Ventilasi
5. Baik secara umum maupun secara lokal yaitu dengan udara bersih yang dialirkan ke
ruang kerja dengan menghisap udara keluar ruangan.
6. Alat Pelindung Diri. Alat ini dapat berbentuk pakaian, topi, pelindung kepala, sarung
tangan, sepatu yang dilapisi baja bagian depan untuk menahan beban yang berat, masker
khusus untuk melindungi pernafasan terhadap debu atau gas berbahaya, kaca mata
khusus dsb.
7. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja. Hal ini meliputi pemeriksaan kesehatan sebelum
bekerja dan pemeriksaan secara berkala untuk mencari faktor penyebab yang
menimbulkan gangguan maupun kelainan kesehatan terhadap tenaga kerja.
8. Latihan dan informasi sebelum bekerja
9. Agar pekerja mengetahui dan berhati-hati terhadap berbagai kemungkinan adanya
bahaya.
10. Pendidikan dan penyuluhan tentang K3, Dilaksanakan secara teratur.

b. Percegahan sekunder
Pencegahan sekunder diperlukan untuk mendeteksi dini penyakit akibat kerja. Pencegahan
sekunder antara lain bisa dilakukan seperti:
1. Penyuluhan
2. Identifikasi zat berbahaya
3. Pemerikasaan kesehatan berkala
4. Surveilans penyakit akibat kerja

c. Pencegahan tersier
Yaitu mencegah terjadi kecacatan pada pekerja yang sudah terkena penyakit akibat kerja.
Hal ini bisa dilakukan antara lain sbb:
1. Mengistrahatkan pekerja
2. Melakukan pemindahan pekerja dari tempat yang terpajan
3. Melakukan pemeriksaan berkala untuk evaluasi penyakit.

Anda mungkin juga menyukai