Judul ..............................................................................................................i
Daftar isi.........................................................................................................1
BAB I : PENDAHULUAN............................................................................2
2.1 Asbestosis.........................................................................................5
2.2 Silikosis............................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................21
1
BAB I
PENDAHULUAN
Berbagai macam penyakit yang timbul akibat kerja, organ paru dan
saluran nafas merupakan organ dan sistem tubuh yang paling banyak terkena oleh
pajanan bahan-bahan yang berbahaya di tempat kerja. Penyakit paru akibat kerja
merupakan penyakit atau kelainan paru yang terjadi akibat terhirupnya partikel,
kabut, uap atau gas yang berbahaya saat seseorang sedang bekerja. Tempat
tertimbunnya bahan-bahan tersebut pada saluran pernafasan atau paru dan jenis
penyakit paru yang terjadi tergantung pada ukuran dan jenis yang terhirup.
Beberapa jenis partikel yang di antaranya bisa menyebabkan penyakit paru yaitu
partikel organik dan anorganik. Selain itu gas dan bahan aerosol lain seperti gas
dari hidrokarbon, bahan kimiawi insektisida, serta gas dari pabrik plastik dan hasil
pembakaran plastik. Masa waktu untuk timbulnya penyakit ini cukup lama, waktu
yang terpendek adalah lima tahun. Partikel anorganik yang jika terhirup dalam
2
jumlah banyak dapat pula menimbulkan gangguan paru, hal ini banyak terjadi
pada pekerja di pabrik semen, asbes, keramik dan tambang.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sesudah debu inorganik dan bahan pertikel terinhalasi akan melekat pada
permukaan mukosa saluran napas (bronkiolus respira-torius, duktus alveolaris dan
alveolus) karena tempat tersebut basah sehingga mudah ditempeli debu. Pada
awalnya paru memberikan respons berupa inflamasi dan fagositosi s terhadap
debu tadi oleh makrofag alveolus. Makrofrag memfagositosis debu dan membawa
partikel debu ke bronkiolus terminalis. Di situ dengan gerak mukosiliar debu
diusahakan keluar dari paru. Sebagian partikel debu diangkut ke pembulub limfe
sampai limfonodi regional di hilus paru. Bila paparan debu banyak, di mana gerak
mukosiliar sudah tidak mampu bekerja, maka debu/partikel akan tertumpuk di
permukaan mukosa saluran napas, akibatnya partikel debu akan tersusun
membentuk anyaman kolagen dan fibrin dan akibatnya paru (saluran napas)
menjadi kaku sehingga compliance paru menurun.
4
masing berdiameter 1 cm, membentuk bangunan seperti sarang lebah.
Pada kasus berat dan umumnya yang terjadi pada asbestosis terjadi
penebalan fibrotik dan kalsifikasi pleura membentuk fibrocalcific pleural plaques.
Kelainan patologis ini sering juga mengenai diafragma. Beberapa bahan iritan
dalam lingkungan ada pula yang bersifat karsinogenik. Secara umum dapat
dikatakan bahwa pneumokoniosis menimbulkan penyakit paru restriktif Oleh
karena debu inorganik dan baban-bahan partikel dapat tertumpuk di saluran napas
kecil, yang dapat menimbulkan inflamasi kronis, atau pembengkakan di situ,
maka dapat terjadi obstruksi bronkus atau timbul penyakit paru obstruktif. Dapat
pula pada suatu kasus pneumokoniosis terdapat kombinasi kelainan obstruktif dan
restriktif. Beberapa penyakit paru akibat paparan debu. inorganik, meliputi:
asbestosis, silikosis, coal workers' pneumokoniosis, beryl-liosis, bauxite
pneumokoniosis, siderosis dan lain-lain.
2.1 Asbestosis
5
tergantung pada banyaknya debu yang terpapar. Bila timbunan debu asbestos
sedikit, reaksi jaringan terbatas dan penyakit yang timbul (asbestosis) dapat ringan
atau tidak progresip. Bila banyak debu tertimbun, maka reaksi jaringan amat
hebat, sehingga timbul penyakit paru kronis progresif. Kelihatannya terdapat
hubungan antara dosis paparan debu dengan respons paru yang timbul. Prevalensi
timbulnya asbestosis parenkimal paru meningkat sebanding dengan lama dan
intensitas paparan debu asbestos. Kelainan paru yang sering terjadi adalah pada
lobus bawah paru. Mekanisme selular timbulnya fibrosis atau karsinoma paru
tidak jelas. Reaksi pleura dapat berupa : reaksi eksudatif difus, pleural plaques
pada pleura parietalis atau mesotelioma maligna.
a. Penyebab
b. Gejala Klinis
Gejala asbestosis muncul secara bertahap dan baru muncul hanya setelah
terbentuknya jaringan parut dalam jumlah banyak dan paru-paru kehilangan
elastisitasnya. Gejala pertama adalah sesak napas ringan dan berkurangnya
kemampuan untuk melakukan gerak badan. Sekitar 15% penderita, akan
mengalami sesak napas yang berat dan mengalami kegagalan pernapasan.
Mesotelioma yang disebabkan oleh asbes bersifat ganas dan tidak dapat
disembuhkan. Mesotelioma umumnya muncul setelah terpapar krokidolit, satu
dari 4 jenis asbes. Amosit, jenis yang lainnya, juga menyebabkan mesotelioma.
Krisotil mungkin tidak menyebabkan mesotelioma tetapi kadang tercemar oleh
6
tremolit yang dapat menyebabkan mesotelioma. Mesotelioma biasanya terjadi
setelah pemaparan selama 30-40 tahun.
c. Diagnosa
d. Pengobatan
2.2 Silikosis
7
dapat bersatu, membentuk massive conglomerate lesion, jaraug membentuk
kavitas (kecuali bila ada infeksi tuberculosis bersama).
Nodul merupakan bentuk akhir respons paru (pertahanan makrofag
alveolus terhadap paparan debu silika di jaringan paru. Pada silikosis cepat,
perkembangan penyakit sama dengan pada silikosis kronis tetapi jalannya lebib
cepat. Sering terjadi infeksi tuberkulosis, dan juga sering terjadi autoimun disease
(skleroderma). Pada silikosis akut terjadi gambaran klinik kurang dari 5 tahun
sesudah paparan masif debu silika. Gejala predominan pada paru bagian bawah.
Histopatologis mirip dengan pulmonary alveolar proteinosis. Kelainan
ekstrapulmonal dapat mengenai ginjal dan hati. Penyakit dapat mengalami
progresivitas dan timbul gagal napas dan berakhir kematian.
a. Manifestesi Klinik
silikosis ada dua bentuk, yaitu 1). Silikosis simpel (simple silicosis) dan
2). Silikosis kumpleks. Silikosis simpel, biasanya asimtomatik, bila ada
sputum/batuk mungkin karena pengaruh rokok atau debu lain. Kelainannya pada
basal paru. Gejalanya dapat progresif adanya batuk, sesak napas, serta kelainan
faal paru tipe restriktif Pasien mempunyai risiko tinggi terjadi infeksi (terutama
infeksi tuberkulosis). Mekanisme timbulnya infeksi tuberkulosis belum jelas. Bila
penyakitnya memberat dapat timbul sesak napas saat aktivitas. Nodul silikosis
terjadi terutama di lobus atas paru dan dapat mengalami kalsifikasi. Silikosis
kompleks merupakan lanjutan dari silikosis simpel, bila penyakit mengalami
progresivitas atau menderita infeksi tuberkulosis atau jamur paru. Pada keadaan
ini noduls silikosis yang sebelumnaya terpisah dapat bergabung menjadi satu
(membentuk massa fibrosis yang besar), dapat menyebabkan distorsi paru.
Silikosis kompleks dapat menjadi fibrosis masif progresif, sering menimbulkan
kelainan faal paru tipe campuran (restriktif dan obstruktif). Reaksi pleura dapat
timbul dekat nodul yang besar tadi. Kelenjar limfe hilus dapat membesardan
kalsifikasi.
8
b. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan atas dasar: 1). Adanya riwayat inhalasi debu silika,
2). Adanya gambaran radiologis abnormal, dan 3). Adanya kelainan faal paru
(restriktif, obstruktif atau campuran). Problem diagnostik adalah bila timbul
komplikasi (timbulnya infeksi pyogenik, jamur atau tuberkulosis) dan pada
keadaan lanjut dapat timbul penyakit kolagen (skleroderna, rematoid artritis).
c. Pengobatan
Pengobatan definitif tephadap silikosis tidak ada. Bila terdapat infeksi sekunder
berikan terapi yang sesuai. Infeksi piogenik berikan antibiotik yang sesuai secara
empirik, infeksi jamur paru berikan obat anti jamur, dan terhadap tuberkulosis
paru berikan obat antituberkulosis dosis dan lamanya disesuaikan dengan
kategorinya. Prognosisnya jelek, lebih-lebih kalau ada infeksi tuberkulosis
(diagnosis sukar dan tentunya berakibat pengobatan tidak tuntas). Usaha
pencegahan penyakit dilakukan dengan menghindari paparan debu silika dan para
pekerja sulit bekerja memakai masker basah.
9
nodul terdiri atas makrofag yang memuat debu, fibroblas ekstraselular, sisa sel,
serabut retikulin dan sedikit kolagen, coal macula dapat terletak di sekitar bronkus
atau bronkiolus dan sering berhubungan dengan timbulnya emfisema. Pada
complicated CWF juga terdapat coal mocula besar, warna hitam dan ukuran lebih
dari satu cm. Letak coal macula di segmen posterior lobus atas dan segmen
superior lobus bawah. Bila ukuran coal macula lebih dari 3 cm disebut lesi masif
atau progressive masive fibrosis (PMF), dengan inti terdiri dari debu, jaringan
kolagen dan protein dan tepinya ada lapisan kapsul.
a. Manifestasi klinis
b. Diagnosis
c. Pengobatan
Pengobatan spesifik tidak ada. Bila ada infeksi tuberkulosis harus diobati
secara tuntas. Pencegahan perlu dilakukan dengan menganjurkan pekerja saat
bekerja memakai masker basah.
10
2.4. Berylliosis
a. Gejala klinis
b. Diagnosis
11
tepi terhadap berilium bila hasilnya positif dapat. membantu diagnosis beriliosis
kronis.
c. Pengobatan
2.5. Byssinosis
a. Epidemiologi
b. Patogenesis
12
penyebab timbulnya kelainan paru tadi. Para ahli telah yakin bahwa endotoksin ini
adalah sebagai penyebabnya dikuatkan oleh percobaanpercobaan simulasi yang
telah dikerjakan pada pekerja atau hewan coba di laboratorium.
c. Gambaran Klinis
Ciri gambaran klinis penyakit ini adalah para pekerja pabrik tekstil yang
sensitif akan merasakan sesak napas (napas pendek) setiap kembali ke tempat
kerja sesudah beberapa hari tidak bekerja atau tiap hari Senin sesudah satu hari
sebelumnya (Minggu) libur. Biasanya timbul demam selain sesak napas, dan
kadang-kadang gejala menetap untuk hari-hari berikutnya. Telah diketahui bahwa
pada para pekerja yang terdapat lebih banyak gejala (paru) yang dialami akan
mempercepat penurunan fungsi parunya. Selain itu lama kerja dan tingkat kadar
debu kapas yang memberikan paparan terdapat korelasi dengan timbulnya
byssinosis. Paparan asap rokok diketahui mempunyai efek sinergis terhadap
timbulnya byssinosis apabila terjadi bersama pada para pekerja yang sedang
mendapat paparan debu kapas. Efek asap rokok terhadap timbulnya gangguan
fungsi paru telah lama diketahui, tetapi bagaimana penjelasannya belum diketahui
bahwa pada 7% pekerja pabrik yang terpapar debu kapas menderita obstruksi
saluran napas yang ireversibel. Pada byss/nosts terdapat penurunan nilai KVP
maupun VEP^, dan ciri ini jelas terlihat apabila pemeriksaan dilakukan pada hari
Senin saat kembali bekerja di lingkungan pabrik tekstil sesudah libur hari Minggu.
Mekanisme dari kejadian ini belum jelas. Gambaran histopatologis yang
ditemukan pada byssinosis mirip dengan pengaruh asap rokok yang menginduks i
terjadinya bronkitis , yaitu terjadinya hiperplasia kelenjar mukus dan infiltrasi sel
polimorfonuklear neutrofil di dinding bronkus.
d. Pengobatan
13
tertentu. Tidak ada obat spesifik untuk byssinosis dan bila ada tanda-tanda
obstruksi bronkus dapat diberikan bronkodilator.
Definisi Farmers' lung disease iaIah penyakit paru pada para petani padi
dan gandum, akibat paparan debu jerami. Yang berperan pada penyakit ini adalah
jamur Thermophilic actinomycetes vulgaris terdapat pada jerami yang sedang
membusuk. Penyakit ini banyak timbul apabila pengolahan jerami pasca panen
kurang baik dan jamur tadi berkembang biak dalam jumlah banyak. Bagassosis
iaIah penyakit paru pada para petani/ pekerja pabrik tebu atau pabrik kertas yang
mendapat paparan sisa/debu batang tebu (bagasse). Yang berperanan terhadap
timbulnya penyakit ini adalah Thermophilic actinomycetes sacchariyang hidup
subur pada alas batang tebu. Kedua penyakit tersebut termasuk pneumonitis
hipersensitif akibat inhalasi debu organis (jerami padi dan gandum dan sisa batang
tebu) yang menimbulkan reaksi sensitisasi pada tubuh terpapar.
a. Gambaran Klinik
Gejala klinik yang khas pada farmers' lung atau bagassosis terjadi akibat
paparan intermiten debu organik pada jerami gandum atau padi dan sisa batang
tebu yang telah diperas gulanya. Gejala muncul 4-8 jam sesudah paparan pada
individu yang sensitif, yaitu timbul gejala seperti infeksi paru akut: batuk, sesak
napas tanpa mengi, demam, menggigil, diaforesis (berkeringat), malaise, mual dan
sakit kepala. Pada pemeriksaan fisis ditemukan takikardia, takipnea, sianosis,
ronki basah di basal kedua paru. Gejala tersebut umumnya menetap selama 12-18
jam dan menghilang secara spontan bila paparan terhenti. Serangan berulang
dapat disertai dengan anoreksia, berat badan menurun. Pada waktu demam dapat
disertai kenaikan hemoglobin, leukositosis dan kenaikan teter antibodi terhadap
antigen. Pada penyakit yang ringan gambaran foto toraks masih normal. Pada
penyakit yang berat, bisa ditemukan dua bentuk gambaran radiologis. Bentuk
pertama : tampak gambaran nodul-nodul kecil terpencar di kedua lapangan paru
dan agak kurang pada bagian apek dan basal. Nodul nodul kecil tadi ukurannya
bervariasi dari satu sampai beberapa milimeter, dengan batas tidak tegas. Bentuk
14
kedua : tampak bayangan berawan di intersitial kedua paru. Bila paparan debu
jerami telah terhenti, kelainan foto toraks dapat kembali normal dalam beberapa
minggu. Pada pasien periode akut yang tanpa gejala, baik pada farmers'lung
maupun bagassosis biasanya mempunyai faal paru normal. Umumnya sesudah
terjadi paparan debu bagi pasien yang sensitif, akan terjadi perubahan faal paru
pada 8-12 jam kemudian. Perubahan parameter faal paru yang terjadi adalah : nilai
KVP dan VEP, menurun (meskipun nilai VEP/KVP hanya menurun sedikit), arus
puncak ekspirasi (APE) dan komplaiens paru menurun, rasio ventilasi/perfusi
terganggu, kapasitas difusi menurun dan hipoksemia. Pada beberapa pasien
farmers' lung maupun bagassosis dapat menjadi kronis menyerupai bronkitis
kronis dan bila paparan debu terus berlangsung akan mendatangkan kondisi
penyakit menjadi irreversibel (fibrosis paru).
b. Pengobatan
c. Prognosis
Prognosis penyakit akut adalah baik karena gejala dan kelainan dapat
kembali normal (sesudah pengobatan). Penyakit yang kronis prognosisnya kurang
baik.
15
berbahan bakar batubara. Masa inkubasi penyakit ini antara 2 – 4 tahun. Seperti
halnya penyakit silicosis dan juga penyakit-penyakit pneumokonisosi lainnya,
penyakit antrakosis juga ditandai dengan adanya rasa sesak napas. Penyakit ini
memerlukan waktu yang cukup lama untuk menjadi berat, dan relatif tidak begitu
berbahaya. Sebenarnya antara antrakosis murni dan silikoantraksosi sulit
dibedakan, kecuali dari sumber penyebabnya. sedangkan paenyakit
tuberkolosilikoantrakosis lebih mudah dibedakan dengan kedua penyakit
antrakosis lainnya. Perbedaan ini mudah dilihat dari fototorak yang menunjukkan
kelainan pada paru-paru akibat adanya debu batubara dan debu silikat, serta juga
adanya baksil tuberculosis yang menyerang paru-paru.
a. Penyebab
b. Gejala
c. Diagnosa
16
d. Pengobatan
Tidak ada pengobatan khusus untuk penyakit ini, selain untuk mengobati
komplikasinya (gagal jantung kanan atau tuberkulosis paru). Jika terjadi gangguan
pernafasan, maka diberikan bronkodilator dan ekspektoran. Dianjurkan untuk
menghindari pemaparan lebih lanjut.
a. Penyebab
Berbagai bahan kimia di dalam lingkungan rumah tangga dan industri bisa
menyebabkan peradangan pada paru-paru, baik yang sifatnya akut maupun kronis.
Gas seperti klorin dan amonia mudah larut dan dengan segera akan mengiritasi
hidung, mulut dan tenggorokan. Jika gas terhirup dalam, maka bisa sampai di
bagian bawah paru-paru. Klorin merupakan gas yang sangat iritatif. Pemaparan
klorin pada konsentrasi yang berbahaya bisa terjadi di rumah (klorin terdapat
17
dalam bahan pemutih pakaian), pada kecelakaan di pabrik atau di dekat kolam
renang.
b. Gejala
Gejala dari pneumonitis kimia akut: - Rasa aneh di dada (seperti terbakar)
- Gangguan pernafasan - Batuk - Suara pernfasan abnormal. Gejala pada
pneumonitis kronis: - Sesak nafas ketika melakukan kegiatan ringan - Takipneu
(pernafasan cepat) - Dengan/tanpa batuk.
c. Diagnosa
d. Pengobatan
a. Penyebab
18
maupun AC. Penyakit akut bisa terjadi dalam waktu 4-6 jam setelah pemaparan,
yaitu pada saat penderita keluar dari daerah tempat ditemukannya alergen.
Penyakit kronik bisa menyebabkan terjadinya fibrosis paru (pembentukan jaringan
parut pada paru). Contoh dari pneumonitis hipersensitivitas yang paling terkenal
adalah paru-paru petani (farmer's lung), yang terjadi sebagai akibat menghirup
bakteri termofilik di gudang tempat penyimpanan jerami secara berulang. Secara
umum, untuk terjadinya sensitivitas dan penyakit ini, pemaparan terhadap alergen
harus terjadi secara terus menerus dan sering.
b. Gejala
c. Diagnosa
d. Pengobatan
19
BAB III
PENUTUP
20
DAFTAR PUSTAKA
Setiawati Siti, Idruz, Aru, dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam jilid II
Edisi V. Jakarta: Internal Publishing
21