Anda di halaman 1dari 13

1.

Pneumokoniosis

Pneumokoniosis merupakan suatu penyakit akibat kerja yang dikarenakan oleh


pajanan debu. Diantaranya debu silika, asbes, batu bara, berillium. Penyebab dari silikosis
adalah inhalasi dari Kristal silica, biasanya di tempat kerja. pekerjaan tersering adalah
pertambangan, sand blasting dan pengeboran. Sedangkan untuk asbes adalah asbestosis.
Prevalensi untuk kasus pneumokoniosis terbanyak adalah silikosis, asbestosis dan
pneumokoniosis batubara. Data di Australia tahun 1979-2002 menyebutkan, terdapat
>1000 kasus pneumokoniosis terdiri atas 56% asbestosis, 38% silikosis dan 6%
pneumokoniosis batubara. Prevalensi pneumoconiosis batubara di berbagai pertambangan
di Amerika Serikat dan Inggris bervariasi (2,5- 30%) tergantung besarnya kandungan
batubara pada daerah pertambangan tersebut. Pencegahan adalah dengan menghindari
pajanan debu dan melakukan pemeriksaan kesehatan berkala pada para pekerja
khususnya pekerja tambang.

http://repository.uki.ac.id/1914/1/WASPADAPNEUMOKONIOSISPADAPEKERJA.pdf

2. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang disebabkan oleh debu
logam keras.

3. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang disebabkan oleh debu
kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis).
Penyakit Bisinosis Penyakit Bisinosis adalah penyakit pneumoconiosis yang
disebabkan oleh pencemaran debu napas atau serat kapas di udara yang kemudian
terhisap ke dalam paru-paru. Debu kapas atau serat kapas ini banyak dijumpai pada
pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan dan pergudangan kapas serta pabrik
atau bekerja lain yang menggunakan kapas atau tekstil; seperti tempat pembuatan kasur,
pembuatan jok kursi dan lain sebagainya. Masa inkubasi penyakit bisinosis cukup lama,
yaitu sekitar 5 tahun. Tanda-tanda awal penyakit bisinosis ini berupa sesak napas, terasa
berat pada dada, terutama pada hari Senin (yaitu hari awal kerja pada setiap minggu).
https://online-journal.unja.ac.id/kedokteran/article/view/2691
4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat perangsang yang
dikenal berada dalam proses pekerjaan
Asma Karena Pekerjaan adalah suatu penyakit saluran pernafasan yang ditandai
dengan serangan sesak nafas, bengek dan batuk, yang disebabkan oleh berbagai bahan
yang ditemui di tempat kerja. Gejala-gejala tersebut biasanya timbul akibat kejang pada
otot-otot yang melapisi saluran udara, sehingga saluran udara menjadi sangat sempit.
Penyebab Banyak bahan (alergen, penyebab terjadinya gejala) di tempat kerja
yang bisa menyebabkan asma karena pekerjaan. Yang paling sering adalah molekul
protein (debu kayu, debu gandum, bulu binatang, partikel jamur) atau bahan kimia
lainnya (terutama diisosianat). Angka yang pasti dari kejadian asma karena pekerjaan
tidak diketahui, tetapi diduga sekitar 2-20% asma di negara industri merupakan asma
karena pekerjaan. Para pekerja yang memiliki resiko tinggi untuk menderita asma karena
pekerjaan adalah; Pekerja plastic,pekerja logam, pekerja pembakaran, pekerja
penggilingan, pekerja pengangkut gandum, pekerja laboratorium, pekerja kayu, pekerja
di pabrik obat, pekerja di pabrik deterjen. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor
dari luar sebagai akibat penghirupan debu organic
https://online-journal.unja.ac.id/kedokteran/article/download/2691/7978/5342

5. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat penghirupan
debu organik
Pneumonitis Hipersensitivitas (Alveolitis Alergika Ekstrinsik, Pneumonitis
Interstisial Alergika, Pneumokoniosis Debu Organik) adalah suatu peradangan paru yang
terjadi akibat reaksi alergi terhadap alergen (bahan asing) yang terhirup. Alergen bisa
berupa debu organik atau bahan kimia (lebih jarang). Debu organik bisa berasal dari
hewan, jamur atau tumbuhan.
Penyebab Pneumonitis hipersensitivitas biasanya merupakan penyakit akibat
pekerjaan, dimana terjadi pemaparan terhadap debu organik ataupun jamur, yang
menyebabkan penyakit paru akut maupun kronik. Pemaparan juga bisa terjadi di rumah,
yaitu dari jamur yang tumbuh dalam alat pelembab udara, sistem pemanas maupun AC.
Penyakit akut bisa terjadi dalam waktu 4-6 jam setelah pemaparan, yaitu pada saat
penderita keluar dari daerah tempat ditemukannya alergen. Penyakit kronik bisa
menyebabkan terjadinya fibrosis paru (pembentukan jaringan parut pada paru). Contoh
dari pneumonitis hipersensitivitas yang paling terkenal adalah paru-paru petani (farmer's
lung), yang terjadi sebagai akibat menghirup bakteri termofilik di gudang tempat
penyimpanan jerami secara berulang. Secara umum, untuk terjadinya sensitivitas dan
penyakit ini, pemaparan terhadap alergen harus terjadi secara terus menerus dan sering.
https://online-journal.unja.ac.id/kedokteran/article/download/2691/7978/5342

6. Penyakit yang disebabkan oleh berillium atau persenyawaannya yang beracun.


Penyakit Beriliosis Udara yang tercemar oleh debu logam berilium, baik yang
berupa logam murni, oksida, sulfat, maupun dalam bentuk halogenida, dapat
menyebabkan penyakit saluran pernapasan yang disebut beriliosis. Selain dari itu,
pekerja-pekerja yang banyak menggunakan seng (dalam bentuk silikat) dan juga mangan,
dapat juga menyebabkan penyakit beriliosis yang tertunda atau delayed berryliosis yang
disebut juga dengan beriliosis kronis. Efek tertunda ini bisa berselang 5 tahun setelah
berhenti menghirup udara yang tercemar oleh debu logam tersebut. Jadi lima tahun
setelah pekerja tersebut tidak lagi berada di lingkungan yang mengandung debu logam
tersebut, penyakit beriliosis mungkin saja timbul
Penyebab Pemaparan berilium terutama terjadi melalui penghirupan asap atau
debu berilium dan kontak langsung melalui kulit yang terluka. Menghirup berilium (Be)
bisa menyebabkan 2 gejala paru-paru, yaitu pneumonitis kimia akut dan penyakit paru
granulomatosa yang disebut penyakit berilium kronis atau beriliosis. Beriliosis berbeda
dari penyakit akibat pekerjaan lainnya dimana masalah paruparu hanya timbul pada orang
yang sensitif terhadap berillium, yaitu sekitar 2% dari mereka yang kontak dengan
berillium dan gejalanya baru timbul setelah 10-20 tahun.
https://online-journal.unja.ac.id/kedokteran/article/download/2691/7978/5342

7. Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau persenyawaannya yang beracun.


Penyakit akibat kerja yang bisa mengakibatkan gangguan ginjal adalah terpapar bahan
kimia Kadmium. Kadmium sendiri sangat jarang ada di Indonesia. Tetapi tetap harus
dihindari dengan mencegah adanya pajanan bahan kimia Kadmium tersebut.
https://onlinelearning.uhamka.ac.id/pluginfile.php/769945/mod_resource/content/1/SESI
%209%20HAZARD%20BIOLOGIS%20%20PENYAKIT%20AKIBAT%20KERJA
%20%28PAK%29.pdf

8. Penyakit yang disebabkan oleh fosfor atau persenyawaannya yang beracun.

9. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun


Salah satu cara masuknya pajanan bahan kimia adalah dengan dihirup atau pernafasan.
Contoh senyawa yang sering terjadi adalah Krom. Krom sendiri dapat mengakibatkan
perforasi sekat hidung dimana penyakit ini tidak langsung menimbulkan gejala. Efek dari
bahan ini dapat dirasakan setelah bertahun-tahun terpapar bahan kimia tersebut.

https://onlinelearning.uhamka.ac.id/pluginfile.php/769945/mod_resource/content/1/SESI
%209%20HAZARD%20BIOLOGIS%20%20PENYAKIT%20AKIBAT%20KERJA
%20%28PAK%29.pdf

10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yang beracun.
Mangan sendiri adalah salah satu unsur kimia yang membahayakan. Banyak terpapar dari
aktifitas kita sehari-hari. Contoh yang paling sering ditemui adalah asap kendaraan
bermotor. Mangan dalah senyawa yang dapat mempengaruhi emosi seseorang. Mangan
juga dapat mengakibatkan penyakit syaraf yang serius dan penurunan derajat kesehatan.
https://onlinelearning.uhamka.ac.id/pluginfile.php/769945/mod_resource/content/1/SESI
%209%20HAZARD%20BIOLOGIS%20%20PENYAKIT%20AKIBAT%20KERJA
%20%28PAK%29.pdf

11. Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yang beracun.
Arsen adalah senyawa yang sering ada di udara yang kita hirup. Arsen sendiri mepunyai
berat masa yang lebih berat disbanding oksigen sehingga mudah terhirup dalam
kehidupan sehari-hari. Terlalu sering menghirup arsen akan membuat kita berisiko
terkena penyakit saraf dan hepatitis.
https://onlinelearning.uhamka.ac.id/pluginfile.php/769945/mod_resource/content/1/SESI
%209%20HAZARD%20BIOLOGIS%20%20PENYAKIT%20AKIBAT%20KERJA
%20%28PAK%29.pdf

12. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaannya yang beracun.
Air raksa anorganik dapat mempengaruhi perubahan perilaku yang disebut “Eretisme”.
Dengan karakteristik gugup, insomnia, kehilangan ingatan, mudah tersinggung dan rasa malu
berlebihan. Eretisme tidak umum ditemukan saat ini karena biasanya berhubungan dengan
paparan air raksa berkadar tinggi. Namun paparan uap air raksa berkadar rendah menimbulkan
gejala sukar konsentrasi dan gangguan fungsi kognitif ringan. Pekerja yang telah terpajan
terhadap neurotoksin pusat (misalnya pelarut) mungkin mengeluh adanya gangguan fungsi
kognitif tanpa tanda fisik lain.
http://repository.uki.ac.id/1718/1/GANGGUAN%20KESEHATAN%20AKIBAT
%20PAPARAN%20MERKURI%20PADA.pdf

13. Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaannya yang beracun.
14. Penyakit yang disebabkan oleh flour atau persenyawaannya yang beracun.
15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.
16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan hidrokarbon alifatik
atau aromatik yang beracun
17. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.
Benzena merupakan zat kimia yang penggunaannya cukup luas dan beragam. Di
Amerika Serikat benzena termasuk ke dalam daftar 20 bahan kimia terbesar yang
diproduksi dan digunakan secara luas. Benzena terbentuk secara alami dalam minyak
mentah pada tingkat 4 g/l, dan saat ini aktivitas manusia seringkali berhubungan dengan
penggunaan minyak bumi tersebut. Kegiatan ini meliputi pengolahan produk minyak
bumi, kokas batubara, produksi toluena, xilena, dan senyawa aromatik lainnya. Selain itu
benzena juga terdapat pada industri kimia, komponen bensin (gasoline), dan zat pelarut.
Penggunaan benzena yang semakin meningkat turut mempengaruhi konsentrasi
benzena di udara. Konsentrasi benzena yang ada di udara pedesaan rata-rata adalah 1
µg/M³, sedang di perkotaan sebesar 5-20 µg/M³.2 Seiring dengan banyaknya industri
yang memanfaatkan benzena, kemudian timbul beberapa masalah kesehatan yang
disebabkan pajanan benzena. Agency for Toxic Substance and Disease Register (ATSDR)
menyatakan bahwa benzena berdampak serius bagi kesehatan manusia. Pajanan benzena
pada manusia melalui inhalasi bersifat karsinogenik. Adanya pajanan benzena di
lingkungan kerja telah dikaitkan dengan peningkatan insiden leukemia myeloblastic atau
erythroblastic myeloid akut maupun kronis dan leukemia limfoid pada para pekerja.
Di antara sekian macam industri yang menggunakan benzena, industri percetakan
juga termasuk kedalamnya. Industri percetakan di Indonesia mulai dikenal antara tahun
1974 dan 1976. Di dalam bahan baku yang digunakan dalam produksi terkandung bahan-
bahan kimia yang salah satunya adalah benzena. Sumber-sumber benzena di percetakan
bisa berasal dari tabung tinta, silinder pada alat pencetak yang tidak tertutup, jaringan
kertas, tempat keluarnya kertas, tumpahan tinta, serta corong tempat mengisikan tinta.4
Selain dari uap benzena yang keluar dari mesin percetakan, pekerja juga dapat terpapar
benzena dari kegiatan yang mereka lakukan seperti saat menuangkan cairan pelarut untuk
membersihkan silinder atau tempat tinta.
https://media.neliti.com/media/publications/107607-ID-analisis-risisko-kesehatan-
pajanan-benze.pdf

18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau homolognya
yang beracun
19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya
20. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.
Alkohol meningkatkan aktivitas GABA dan juga sistem opioid endogen di otak, yang
menyebabkan eforia dan perasaan nyaman. Dengan meningkatkan sinyal GABA di otak, alkohol
juga berhubungan dengan koordinasi otot, bicara, penglihatan, dan perencanaan. Pada
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) edisi ke-5, gangguan yang berkaitan
dengan penggunaan alkohol dibagi menjadi: gangguan penggunaan alkohol ringan, sedang, dan
berat; intoksikasi alkohol dengan gangguan penggunaan ringan, penggunaan sedang atau berat,
dan tanpa penggunaan; putus alkohol tanpa gangguan persepsi dan dengan gangguan persepsi;
gangguan yang diinduksi alkohol lainnya; gangguan yang berkaitan dengan alkohol yang tidak
terspesifikasikan
Alkohol sering digunakan untuk menghilangkan efek yang tidak diharapkan dari NAPZA
lainnya atau digunakan untuk menggantikan NAPZA tertentu ketika NAPZA tersebut tidak
tersedia. Gejala gangguan perilaku menyimpang, depresi, cemas, dan insomnia seringkali
menyertai penggunaan alkohol dosis tinggi dan kadang-kadang mendahuluinya. Penggunaan
terus menerus dari alkohol dapat mengganggu kerja hampir seluruh organ, khususnya sistem
gastrointestinal, kardiovaskuler, sistem saraf pusat, dan sistem saraf tepi. Efek gastrointestinal
termasuk gastritis, ulkus pada lambung dan duodenum, dan/ atau pankreatitis (3, 4). Oleh
karena itu dalam penanganan kasus penggunaan alkohol, komorbiditas dengan gangguan-
gangguan tersebut perlu diperhatikan. Lebih lanut, individu dengan penggunaan alkohol dan
depresi memiliki tingkat kematian yang lebih besar daripada mereka yang memiliki kondisi
penyakit kronis somatik lainnya.
https://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Makalah-Kasus-Emergensi-
pada-Penggunaan-Alkohol.pdf

21. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan seperti
karbon monoksida, hidrogen sianida, hidrogen sulfida atau derivatnya yang beracun,
amoniak, seng, braso dan nikel
Pneumonitis Kimia adalah peradangan paruparu yang terjadi akibat menghirup
gas dan bahan kimia. Pneumonitis kimia akut menyebabkan edema (pembengkakan
jaringan paru) serta berkurangnya kemampuan paru dalam menyerap oksigen dan
membuang karbondioksida. Pada kasus yang berat, bisa terjadi kematian karena jaringan
paru mengalami kekurangan oksigen (hipoksia).
Pneumonitis kimia kronis bisa terjadi setelah pemaparan sejumlah kecil bahan
yang mengiritasi paru, tetapi berlangsung dalam waktu yang lama.
Hal tersebut menyebabkan peradangan dan bisa menyebabkan terbentuknya
jaringan parut (fibrosis), yang ditandai dengan menurunnya pertukaran oksigen serta
kekakuan jaringan paru. Jika tidak terkendali, pada akhirnya keadaan ini bisa
menyebabkan kegagalan pernafasan dan kematian.
Penyakit silo filler terjadi akibat menghirup udara yang mengandung nitrogen
dioksida yang dihasilkan dari makanan ternak basah. Pada penyakit ini, penimbunan
cairan mungkin tidak akan terjadi dalam waktu 12 jam setelah pemaparan. Penyakit silo
filler mungkin akan membaik dan muncul dalam waktu 10-14 hari kemudian. Bila
berulang, cenderung mengenai saluran pernafasan kecil.
Penyebab Berbagai bahan kimia di dalam lingkungan rumah tangga dan industri
bisa menyebabkan peradangan pada paru-paru, baik yang sifatnya akut maupun kronis.
Gas seperti klorin dan amonia mudah larut dan dengan segera akan mengiritasi hidung,
mulut dan tenggorokan. Jika gas terhirup dalam, maka bisa sampai di bagian bawah paru-
paru. Klorin merupakan gas yang sangat iritatif. Pemaparan klorin pada konsentrasi yang
berbahaya bisa terjadi di rumah (klorin terdapat dalam bahan pemutih pakaian), pada
kecelakaan di pabrik atau di dekat kolam renang.

https://online-journal.unja.ac.id/kedokteran/article/download/2691/7978/5342

22. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.


Kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan dan kenyamanan lingkungan pada tingkat dan waktu tertentu.Kebisingan yang sangat
kuat lebih besar dari 90 dB dapat menyebabkan gangguan fisik pada organ telinga.Gangguan
pendengaran akibat bising (GPAB) adalah gangguan pendengaran tipe sensorineural yang
disebabkan oleh pajanan bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang lama. GPAB bising
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti lain intensitas kebisingan, frekuensi kebisingan,
lamanya waktu pemaparan bising, kerentanan individu, jenis kelamin, usia, kelainan di telinga
tengah, area tempat kerja, lamanya bekerja dan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Tuli
akibat bising memiliki dampak bagi kehidupan. Diagnosis gangguan pendengaran akibat bising
didapatkan dari pemeriksaan pendengaran, audiometri nada murni dan hasil pemeriksaan
audiometri. Dampak gangguan pendengaran akibat bising ada dalam beberapa aspek yaitu
aspek fungsional, sosial dan emosional, serta aspek ekonomi. Beberapa cara dapat dilakukan
untuk pengendalian kebisingan itu antara lain, pengurangan kebisingan dengan pengawasan
kebisingan dapat berupa kegiatan sebagai berikut pemeriksaan kebisingan secara berkala,
penempatan penghalang pada jalan transmisi dan proteksi dengan alat pelindung diri (sumbat
atau tutup telinga).

https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/download/1699/pdf

23. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot, urat, tulang
persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi).
24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan lebih.
Tekanan udara yang tinggi dapat menyebabkan Caisson’s Disease. Hal ini sering terjadi
pada penyelam. Hal ini dapat dicegah dengan APD yang lengkap dan mengatur waktu
menyelam.
https://onlinelearning.uhamka.ac.id/pluginfile.php/769945/mod_resource/content/1/SESI
%209%20HAZARD%20BIOLOGIS%20%20PENYAKIT%20AKIBAT%20KERJA
%20%28PAK%29.pdf

25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi yang mengion.
Medan elektromagnetik (EMF) dihasilkan oleh perbedaan tegangan (medan listrik) atau
aliran arus listrik (medan magnet). Perbedaan tegangan atau arus listrik yang lebih tinggi
menyebabkan medan elektromagnetik yang lebih besar. Setiap orang terpapar pada
campuran kompleks medan elektromagnetik lemah di lingkungan tempat tinggal dan
pekerjaannya. Sebagian besar tempat kerja, seperti lingkungan kantor, hanya memiliki
medan elektromagnetik rendah yang dianggap tidak berbahaya. Di sisi lain, di beberapa
lingkungan kerja terdapat EMF yang lebih tinggi yang perlu diperhitungkan. Misalnya,
aktivitas pekerjaan yang dapat mengakibatkan paparan EMF lebih tinggi adalah
pengelasan listrik, pengeringan lem, perangkat pencitraan medis tertentu, penyegelan RF
(frekuensi radio), pemanasan induksi, dan proses elektrolisis. Selain itu,agen fisik yang
perlu dipertimbangkan. Tempat kerja seperti ini harus melakukan penilaian paparan untuk
memastikan bahwa paparan pekerja berada di bawah batas yang direkomendasikan.
Dalam situasi paparan berlebih yang sangat tinggi, individu dapat mengalami efek
kesehatan yang akut , seperti rangsangan saraf pada frekuensi rendah atau efek termal
pada frekuensi lebih tinggi. Risiko dan paparan di tempat kerja dapat dikurangi melalui
tindakan teknis yang tepat .
https://oshwiki.osha.europa.eu/en/themes/electromagnetic-fields
26. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi atau biologik.
27. Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak mineral,
antrasena, atau persenyawaan, produk atau residu dari zat tersebut.
28. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.
Asbestosis ditunjukkan dengan plak di atas diafragma (pencitraan dengan sinar-x)
Penyakit Asbestosis adalah penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh debu atau serat
asbes yang mencemari udara. Asbes adalah campuran dari berbagai macam silikat,
namun yang paling utama adalah Magnesium silikat.
Debu asbes banyak dijumpai pada pabrik dan industri yang menggunakan asbes,
pabrik pemintalan serat asbes, pabrik beratap asbes dan lain sebagainya. Debu asbes yang
terhirup masuk ke dalam paru-paru akan mengakibatkan gejala sesak napas dan batuk-
batuk yang disertai dengan dahak. Ujung-ujung jari penderitanya akan tampak
membesar/melebar. Apabila dilakukan pemeriksaan pada dahak maka akan tampak
adanya debu asbes dalam dahak tersebut. Pemakaian asbes untuk berbagai macam
keperluan kiranya perlu diikuti dengan kesadaran akan keselamatan dan kesehatan
lingkungan agar jangan sampai mengakibatkan asbestosis ini.
Penyebab Menghirup serat asbes bisa menyebabkan terbentuknya jaringan parut
(fibrosis) di dalam paru-paru. Jaringan paru-paru yang membentuk fibrosis tidak dapat
mengembang dan mengempis sebagaimana mestinya. Beratnya penyakit tergantung
kepada lamanya pemaparan dan jumlah serat yang terhirup. Pemaparan asbes bisa
ditemukan di industri pertambangan dan penggilingan, konstruksi dan industri lainnya.
Pemaparan pada keluarga pekerja asbes juga bisa terjadi dari partikel yang terbawa ke
rumah di dalam pakaian pekerja. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh asbes
diantaranya:
a) Plak pleura
b) Mesotelioma maligna
c) Efusi pleura.

https://online-journal.unja.ac.id/kedokteran/article/download/2691/7978/5342

29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang didapat dalam
suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminasi khusus.
30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi atau
kelembaban udara tinggi.
Para pekerja lapangan terutama pekerja konstruksi, industri minyak dan gas bumi
(migas), dan galangan kapal tentu sudah terbiasa bekerja di lingkungan yang panas dalam
waktu lama
Lingkungan kerja yang tidak nyaman seperti temperatur yang melebihi nilai ambang
batas (NAB) mengakibatkan panas yang dapat mempengaruhi performa kerja dan juga
kesehatan tubuh pekerja. Bila pekerja yang terpapar panas tidak mampu menjaga atau
mengatur suhu normal dalam tubuhnya, hal ini bisa memicu timbulnya heat stress. Lebih
fatal lagi, bila dibiarkan tanpa penanganan serius bisa mengakibatkan kematian.
Para pekerja lapangan terutama pekerja konstruksi, industri minyak dan gas bumi
(migas), dan galangan kapal tentu sudah terbiasa bekerja di lingkungan yang panas dalam
waktu lama.
Tekanan panas atau heat stress dapat dikatakan sebagai reaksi fisik dan fisiologis pekerja
terhadap suhu yang berada di luar kenyamanan bekerja. Suhu yang dimaksud adalah suhu
panas yang ekstrem. Paparan panas di lingkungan kerja bisa berasal dari:
Suhu dan kelembaban tinggi, paparan sinar matahari secara langsung
1) Gerakan atau aliran udara yang terbatas
2) Kerja fisik yang berat
3) Panas metabolisme tubuh
4) Pakaian kerja
5) Tingkat aklimatisasi
Faktor iklim kerja dan non iklim tersebut yang dapat meningkatkan risiko pekerja terkena
heat stress. Sebetulnya heat stress terjadi apabila tubuh pekerja sudah tidak mampu lagi
menyeimbangkan suhu tubuh normal karena besarnya paparan panas dari luar.
Sederhananya, heat stress bisa terjadi ketika tubuh gagal mengendalikan suhu internal.
Jika tubuh terpapar panas, maka sistem yang ada di dalam tubuh akan mempertahankan
suhu tubuh internal agar tetap berada pada suhu normal (36-37,5°C) dengan cara
mengeluarkan keringat dan mengalirkan darah lebih banyak ke kulit.
Dalam kondisi demikian, jantung bekerja keras memompa darah ke kulit bagian luar
(permukaan tubuh) dan kelenjar keringat terus mengeluarkan cairan yang mengandung
elektrolit ke permukaan kulit dan penguapan keringat menjadi cara efektif untuk
mempertahankan suhu tubuh agar tetap normal.

Sumber: esaunggul.ac.id

Namun, jika suhu di luar dan kelembaban terlampau tinggi, maka keringat tidak dapat
menguap dan tubuh akan gagal mempertahankan suhu internalnya, dalam kondisi inilah
tubuh mulai terganggu. Kondisi ini mempengaruhi kemampuan seseorang untuk bekerja
di lingkungan panas.

Dengan banyaknya darah mengalir ke kulit, maka pasokan darah ke otak, otot-otot aktif
dan organ tubuh lainnya menjadi berkurang, sehingga kelelahan dan permasalahan
kesehatan akibat panas pun lebih cepat terjadi. Kegagalan tubuh menyeimbangkan suhu
tubuh internal ini yang pada akhirnya bisa memicu timbulnya heat stress pada pekerja.

https://www.safetysign.co.id/news/328/Heat-Stress-Penyakit-Mematikan-Akibat-
Paparan-Panas-Ini-Penting-Diwaspadai-Pekerja

31. Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk bahan obat.
Perusahaan farmasi merupakan salah satu usaha di bidang ekonomi yang memiliki peran
vital dalam perekonomian nasional, hal tersebut sangat membuat sektor industri Farmasi
memiliki persaingan yang sangat ketat dalam dunia usaha. Namun di sisi lain farmasi
dinilai sangat menguntungkan bagi investor. Bagi investor
yang mencari keuntungan perlu memperhatikan laporan keuangan yang menjadi
informasi bagi investor, hal-hal untuk mendapatkan keuntungan yaitu profitabilitas. PT
Sampharindo Retroviral Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
industri farmasi, dengan produk yang dihasilkan antara lain Telavir 600 mg, Telado,
Lopivia 100/25 dan Lopivia 200/50, serta Nocovir 75. Perusahaan ini memiliki faktor-
faktor dan potensi bahaya yang dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan atau penyakit
akibat kerja.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/ieoj/article/download/35950/27701

Anda mungkin juga menyukai