Anda di halaman 1dari 4

Jalur Gerakan Masuknya Tentara Jepang ke Indonesia

Untuk memperkuat kedudukannya Jepang memperluas daerah


kekuasaannya ke berbagai wilayah Asia, salah satunya ke Indonesia. Jepang
masuk ke Indonesia melalui Asia Tengara, hal ini tentunya disambut baik oleh
bangsa Indonesia karena percaya Jepang dapat membebaskan mereka dari
Belanda. Alhasil, Jepang berhasil mengusir Belanda dari tanah nusantara. Dengan
berbagai propaganda Jepang berhasil merebut hati bangsa Indonesia, namun
lambat laun hal ini mulai berubah. Jepang mulai menunjukkan agresinya untuk
menguasai Indonesia

Peta Jalur Gerakan Masuknya Tentara Jepang ke Indonesia


Berikut ini peta jalur masuknya tentara Jepang ke Indonesia.

Peta Jalur Gerakan Masuknya Tentara Jepang ke Indonesia

Kronologi Masuknya Jepang ke Indonesia


Tanggal 8 Desember 1941 : secara tiba-tiba Jepang menyerbu ke Asia
Tenggara dan membom Pearl Harbor, yaitu pangkalan terbesar Angkatan Laut
Amerika di Pasifik. Lima jam setelah penyerangan atas Pearl Harbor itu,
Gubernur Jenderal Hindia Belanda Tjarda van Starkenborgh Stachhouwer
menyatakan perang terhadap Jepang.

Tanggal 11 Januari 1942 : Tentara Jepang mendarat di Tarakan, Kalimantan


timur, dan esok harinya (12 Januari 1942)
Komandan Belanda di pulau itu menyerah.

Tanggal 24 Januari 1942 : Balikpapan yang merupakan sumber minyak ke-2


jatuh ke tangan tentara Jepang

Tanggal 29 Januari 1942 : Pontianak berhasil diduduki oleh Jepang

Tanggal 3 Februari 1942 : Samarinda diduduki Jepang


Tanggal 5 Februari 1942 : Sesampainya di Kotabangun, tentara Jepang
melanjutkan penyerbuannya ke lapangan terbang
Samarinda II yang waktu itu masih dikuasai oleh
tentara Hindia Belanda (KNIL).

Tanggal 10 Februari 1942 : dengan berhasil direbutnya lapangan terbang itu,


maka dengan mudah pula Banjarmasin diduduki
oleh tentara Jepang

Tanggal 14 Februari 1942 : diturunkan pasukan paying di Palembang. Dua hari


kemudian (16 Februari 1942) Palembang dan
sekitarnya berhasil diduduki. Dengan jatuhnya
Palembang itu sebagai sumber minyak, maka
terbukalah Pulau Jawa bagi tentara Jepang. Di dalam
menghadapi ofensif Jepang, pernah dibentuk suatu
komando gabungan oleh pihak Serikat, yakni yang
disebut ABDACOM (American British Dutch
Australian Command) yang markas besarnya ada di
Lembang, dekat Bandung dengan panglimanya
Jenderal H. Ter Poorten diangkat sebagai panglima
tentara Hindia Belanda (KNIL). Pada akhir Februari
1942 Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Tjarda van
Starkenborgh telah mengungsi ke Bandung disertai
oleh pejabat-pejabat tinggi pemerintah. Pada masa
itu Hotel Homman dan Preanger penuh dengan
pejabat-pejabat tinggi Hindia Belanda.

Tanggal 1 Maret 1942 : tentara ke-16 Jepang berhasil mendarat di 3 tempat


sekaligus yaitu di Teluk Banten, di Eretan Wetan
(Jawa Barat), dan di Kragan (Jawa Tengah).

Tanggal 1 Maret 1942 : Jepang telah mendaratkan satu detasemen yang


dipimpin oleh Kolonel Toshinori Shoji dengan
kekuatan 5000 orang di Eretan, sebelah Barat
Cirebon. Pada hari yang sama, Kolonel Shoji telah
berhasil menduduki Subang. Momentum itu mereka
manfaatkan dengan terus menerobos ke lapangan
terbang Kalijati, 40 Km dari Bandung. Setelah
pertempuran singkat, pasukan-pasukan Jepang
merebut lapangan terbang tersebut.

Tanggal 2 Maret 1942 : tentara Hindia Belanda berusaha merebut Subang


kembali, tetapi ternyata mereka tidak berhasil.
Serangan balasan kedua atas Subang dicoba pada
tanggal 3 Maret 1942 dan sekali lagi, tentara Hindia
Belanda berhasil dipukul mundur.
Tanggal 4 Maret 1942 : untuk terakhir kalinya tentara Hindia Belanda
mengadakan serangan dalam usaha merebut Kalijati
dan mengalami kegagalan.

Tanggal 5 Maret 1942 : ibu kota Batavia (Jakarta) diumumkan sebagai ‘Kota
Terbuka’ yang berarti bahwa kota itu tidak akan
dipertahankan oleh pihak Belanda. Segera setelah
jatuhnya kota Batavia ke tangan mereka, tentara
ekspedisi Jepang langsung bergerak ke selatan dan
berhasil menduduki Buitenzorg (Bogor). Pada
tanggal yang sama, tentara Jepang bergerak dari
Kalijati untuk menyerbu Bandung dari arah utara.
Mula-mula digempurnya pertahanan di Ciater,
sehingga tentara Hindia Belanda mundur ke
Lembang dan menjadikan kota tersebut sebagai
pertahanan terakhir. Tetapi tempat ini pun tidak
berhasil dipertahankan sehingga pada tanggal 7
Maret 1942 dikuasai oleh tentara Jepang.

Tak lama sesudah berhasil didudukinya posisi


tentara KNIL di Lembang, maka pada tanggal 7
Maret 1942, psukan-pasukan Belanda di sekitar
Bandung meminta penyerahan lokal dari pihak
Belanda ini kepada Jenderal Imamura tetapi
tuntutannya adalah penyerahan total daripada semua
pasukan Serikat di Jawa (dan bagian Indonesia
lainnya). Jika pihak Belanda tidak mengindahkan
ultimatum Jepang, maka Kota Bandung akan di bom
dari udara Jenderal Imamura pun mengajukan
tuntutan lainnya agar Gubernur Jenderal Belanda
turut dalam perundingan di Kalijati yang diadakan
selambat-lambatnya pada hari berikutnya. Jika
tuntutan ini dilanggar, pemboman atas Kota
Bandung dari udara akan segera dilaksanakan.
Akhirnya pihak Belanda memenuhi tuntutan Jepang
dan keesokan harinya, baik Gubernur Jenderal
Tjarda van Starkenborgh Stachouwer maupun
Panglima Tentara Hindia Belanda serta beebrapa
pejabat tinggi militer dan seorang penerjemah pergi
ke Kalijati. Di sana mereka kemudian berhadapan
dengan Letnan Jenderal Imamura yang dating dari
Batavia (Jakarta). Hasil pertemuan antara kedua
belah pihak adalah kapitulasi tanpa syarat Angkatan
Perang Hindia Belanda kepada Jepang.
Dengan penyerahan tanpa syarat oleh Letnan
Jenderal H. Terpoorten, Panglima Angkatan Perang
Hindia Belanda atas nama Angkutan Perang Serikat
di Indonesia kepada tentara ekspedisi Jepang di
bawah Pimpinan Letnan Jenderal Hitoshi Imamura
pada tanggal 8 Maret 1942, berakhirlah
peemrintahan Hindia Belanda di Indonesia dan
dengan resmi mulailah kekuatan pendudukan Jepang
di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai