GAPI
(Gabungan Politik Indonesia)
GAPI
● GAPI (Gabungan Politik Indonesia) merupakan sebuah asosiasi yang
memayungi sejumlah partai dan perkumpulan di Indonesia.
DASAR-
DASAR
Hak penentuan: nasib sendiri, persatuan nasional, demokrasi dalam urusan
politik, ekonomi dan sosial serta kesatuan aksi.
● Dalam anggaran dasarnya, GAPI secara umum menjunjung persatuan nasional namun
tidak akan ikut campur dalam partai anggotanya.
AWAL BERDIRI
• PPPKI -> Bapeppi -> GAPI
• Parindra (Partai Indonesia Raya) dan PSII (Partai Syarikat Islam Indonesia) membentuk
Badan Perantaraan Partai-partai Politik Indonesia atau Bapeppi pada 4 Mei 1938.
• Namun lagi-lagi Bapeppi gagal sehingga MH Thamrin yang berasal dari Parindra
mengusulkan pembentukan badan Konsentrasi Nasional baru yang dinamakan
Gabungan Politik Indonesia (GAPI).
LATAR BELAKANG
GAPI
• Kegagalan petisi Soetardjo (15 Juli 1936) pada Ratu Wilhelmina yang berisi
permohonan agar dilakukannya musyawarah antara berbagai wakil Indonesia
dan Belanda.
•
“
• Parindra (Partai Indonesia Raya)
Gerindo (Gerakan Rakyat Indonesia)
• PII (Partai Islam Indonesia)
• PPKI (Persatuan Partai Katolik Indonesia)
• PSII (Persatuan Sarekat Islam Indonesia)
• Persatuan Minahasa
“
• Persatuan Pasundan
4 Juli 1939
Membicarakan aksi GAPI yang bersemboyan “Indonesia Berparlemen.”
20 September 1939
Mengeluarkan pernyataan yang dikenal sebagai Manifest GAPI.
12 Desember 1939
Tidak kurang dari 100 tempat di Indonesia mengadakan rapat untuk
mempropagandakan tujuan GAPI.
25 Desember 1939
Peresmian Comite Parlemen Indonesia.
● Tujuan KRI : Indonesia Raya yang bertemakan untuk kesejahteraan
Kongres rakyat Indonesia dan kesempurnaan cita-citanya, dengan sasaran
pertamanya adalah Indonesia berparlemen penuh.
Rakyat
Indonesia
Hasil KRI :
● Penetapan bendera Merah Putih dan lagu Indonesia Raya sebagai bendera
23-25 Desember dan lagu persatuan Indonesia.
1939 di Gedung ● Peningkatan pemakaian bahasa Indonesia.
Permufakatan ● Anggota dari Kongres Rakyat Indonesia itu ialah perkumpulan-
perkumpulan dan partai-partai.
● Aksi Indonesia Berparlemen terus dijalankan.
Penolakan Aksi “Indonesia Berparlemen” oleh Belanda
10 Februari 1940
Pada awal Februari 1940, Menteri Welter mengatakan bahwa bahwa aksi
“Indonesia Berparlemen” tidaklah perlu, karena selama Belanda masih memegang
penuh tanggung jawab kebijakan politik dan ketatanegaraan di Indonesia, maka
selama itu pula tidak diperbolehkannya pembentukan parlemen di Indonesia.
• Tuntutan GAPI hanya didukung oleh SDAP (Partai Buruh Sosial-Demokrat), sedangkan
partai lain menolak dengan alasan yang sama seperti pemerintah Belanda.
• Karena gagasan aksi yang ditolak, pada 5 Maret 1940 GAPI melancarkan manifesto yang
menyatakan bahwa aksi “Indonesia Berparlemen” perlu ditingkatkan dan bagaimanapun
parlemen harus diteruskan sampai berhasil.
RESOLUSI GAPI SAAT BELANDA
DIKUASAI JERMAN
Agustus 1940
GAPI menuntut diadakannya perubahan ketatanegaraan di Indonesia dengan menggunakan hukum
tatanegara dalam masa genting (Nood Staatsrecht) yang berisi:
1. Mendesak pemerintah, supaya membentuk parlemen dengan jalan mengubah Dewan Rakyat
(Volksraad) yang ada sekarang, dengan melakukan pemilihan anggota-anggotanya berdasarkan
atas suatu aturan dan pemilihan tersebut dipilih langsung oleh rakyat
2. Juga supaya mengubah kedudukan kepala-kepala departemen, sehingga mereka itu menjadi
menteri-menteri yang bertanggungjawab pada parlemen itu.
KOMISI VISMAN
14 September 1940
Tujuan lain dari pembentukan komisi ini adalah untuk memperlihatkan kepada bangsa
Indonesia bahwa sebenarnya pemerintah Belanda memperhatikan gagasan-gagasan yang
diusung oleh kaum nasionalis.
Pertemuan Wakil-wakil GAPI dan Komisi
Visman
14 Februari 1941
Tujuan awal dari pertemuan itu awalnya adalah menyampaikan tuntutan GAPI, tapi ternyata pertemuan
ini tidak menghasilkan apapun, malah pertemuan ini ramai dibicarakan kalangan pergerakan sehingga
muncul anggapan GAPI tidak lagi radikal.
Keinginan GAPI agar tuntutannya didengar sempat mendapat harapan saat menteri jajahan Welter
datang berkunjung ke Indonesia pada April 1941. Kunjungan itu berubah menjadi sebuah kekecewaan
karena Welter tidak memberikan solusi ke arah perubahan ketatanegaraan.
Dalam kongres ini menghasilkan pembentukan Majelis Rakyat
Kongres Indonesia.
Rakyat
Indonesia
13-14 April Tujuan Majelis Rakyat Indonesia : sebagai badan
perwakilan rakyat Indonesia yang berlandaskan
1941 di
demokrasi
Yogyakarta