Mohammad Husni Thamrin seorang tokoh yang memiliki peran penting dalam
perjuangan kemerdekaan Indonesia. Tokoh Betawi kelahiran Sawah Besar, Jakarta 16
Februari 1894. Ayahnya Tabri Thamrin, - ayahnya adalah seorang wedana di masa
pemerintahan Gubernur Jenderal Van der Wijck. Thamrin menempuh pendidikan
hingga HBS (setingkat SMA), kemudian dia bekerja di kantor kepatihan. Prestasinya
yang baik membuat dia dipindahkan ke kantor Residen, dan akhirnya di perusahaan
pelayaran Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM).
Thamrin berperan aktif dalam kegiatan Partai Indonesia Raya (Parindra) yang didirikan
oleh dr. Sutomo. Setelah dr. Sutomo meninggal, Thamrin diangkat menjadi ketua
Parindra. Sementara itu perjuangan dalam Volksraad tetap dilanjutkan. Pada tahun
1939, Thamrin mengajukan mosi tentang penggunaan kata-kata “Indonesia”,
“Indonesisch” dan “Indonesier” sebagai pengganti kata-kata “Indie”, “Nederland Indisch”
dan “Inlander” dalam undang-undang, ordonansi, dan sebagainya.
Mosi itu ditolak oleh Pemerintah Belanda walaupun mendapat dukungan sebagian
besar anggota Volksraad. Sejak itu, rasa tidak senangnya terhadap pemerintah jajahan
semakin besar. Akibatnya, Pemerintah Belanda mencurigai dan mengawasi tindak-
tanduknya. Tanggal 6 Januari 1941, Thamrin dikenakan tahanan rumah dengan
tuduhan bekerja sama dengan pihak Jepang. Walau dalam keadaan sakit, teman-
temannya dilarang berkunjung. Tanggal 11 Januari 1941, Thamrin meninggal dunia dan
dimakamkan di Pekuburan Karet, Jakarta.
Cara Thamrin berjuang adalah sebuah hal yang patut diteladani. Walaupun menduduki
jabatan, ia tetap dengan teguh memperjuangkan nasib bangsanya. Ia adalah contoh
pejuang yang lahir dari lokal, tetapi memiliki misi dan visi nasional. Sebagai bentuk
penghargaan, nama Husni Thamrin diabadikan untuk nama jalan, gedung dan sebuah
patung. Bahkan jalan MH. Thamrin berlokasi di Jantung Kota Jakarta
https://smartcity.jakarta.go.id/blog/74/mengenang-mohammad-husni-thamrin