Anda di halaman 1dari 7

Biografi Singkat Dewi Sartika

Raden Dewi Sartika dilahirkan di Bandung, tanggal 4 Desember 1884. Ia terkenal dengan julukan
“Djuragan Dewi” atau “Djuragan Ageung”. Ayahnya adalah seorang patih, berkedudukan di Bandung
dan namanya Raden Somanagara, sedangkan ibunya bernama Raden Aju Radjapermas.

Suasana masyarakat Bandung saat Raden Dewi Sartika dilahirkan dan dibesarkan adalah suasana yang
masih feudal-kolonial. Saat itu juga terjadi tindakan melawan ketidakadilan pemerintahan feudal-
kolonial, salah satunya adalah adanya peristiwa peletakan bom di bawah panggung pacuan kuda di
Tegallega, di mana saat itu para pembesar kolonial akan hadir di pacuan itu, dan akan diledakkan saat
pacuan berlangsung.

Saat bom ditemukan dan telah diadakan pengusutan, bukti mengarah kepada ayah Raden Dewi Sartika.
Saat pengusutan berlangsung Patih Somanagara dipindahkan ke Mangunredja, Priangan Timur. Setelah
dinyatakan bersalah Raden Somanagara dibuang ke Ternate hingga meninggal dunia di sana.
Raden Dewi Sartika pada awalnya disekolahkan oleh ayahnya di sekolah Belanda, namun sekolah
tersebut tidak bisa meluluskannya karena saat itu ayahnya menjalani pembuangan. Dan tidak ada sekolah
yang saat itu terbuka pintunya bagi anak seorang buangan.

Raden Dewi Sartika kemudian dirawat oleh bapak-tuanya Patih Aria Tjitjalengka. Di dalam keluarga
inilah ia melanjutkan pendidikannya, baik dalam pekerjaan kerajinan kewanitaan, maupun dalam hal
perkembangan intelektualnya.

Raden Dewi Sartika adalah seorang gadis yang periang, rajin dan suka bergaul dengan anak-anak rakyat,
sabar dan tidak suka berselisih. Ia mempunyai kebiasaan bermain-main guru dan sekolah ketika selesai
melaksanakan tugasnya.

Di belakang dapur kepatihan ia mengajar menulis dan membaca teman-teman sesama gadis, anak-anak
pembantu rumah tangga Kepatihan. Dan anak-anak rakyat sekeliling kepatihan itu yang termasuk
temannya. Batu tulis yang digunakan saat itu adalah pecahan genting. Papan tulis menggunakan papan-
papan yang ada, sedangkan kapur tulis yang digunakan adalah arang kayu. Bakat mengajarnya sudah
tampak saat ia masih gadis kecil dan kemudian berkembang saat ia dewasa.

Ketika remaja, Raden Dewi kembali ke ibunya di Bandung. Ia berpikir bagaimana caranya agar bisa
mendirikan sebuah sekolah, dimana ia berkesempatan memberikan pelajaran kepada gadis-gadis, baik
anak-anak golongan priyayi, maupun anak-anak dari golongan rakyat. Ia ingin memberikan kemajuan
kepada kaum wanita, yang di zamannya, yakni zaman feudal-kolonial, sangat dibelakangkan, jika
dibandingkan dengan pendidikan kaum pria saat itu.

Jalanpun terbuka, ketika keinginannya sampai kepada Bupati Bandung R.A.A. Martanagara. Dengan
pertolongan Bupati ini, dan bantuan pembesar-pembesar yang berwajib saat itu, maka pada tanggal 16
Januari 1904, Raden Dewi mulai membuka sekolah gadis pertama di Priangan (Bandung), bahkan yang
pertama di Indonesia, dengan mengambil tempat di ruangan persidangan kabupaten sebelah barat.
Dibuka sekaligus kelas satu dan kelas dua dengan tiga orang guru. Sekolah itu bernama “Sakola Istri”.

Padatahun 1905, karena kekurangan ruangan maka “Sakola Istri” dipindahkan ke suatu tempat di luar
halaman kabupaten, di jalan yang kemudian bernama DJalan Raden Dewi.

Di sekolah tersebut, para gadis tidak hanya mendapat pelajaran yang bersifat umum saja tetapi juga
kerajinan tangan wanita yang saat itu bermanfaat bagi rakyat seperti menjahit menisi, menambal,
menyulam, dan merenda.

Pada tahun 1906, Raden Dewi Sartika, menikah dengan Raden Kanduruan Agah Suriawinata, yang masih
kaum kerabatnya guru di sekolah Karangpamulangan di Bandung. Dengan bantuan moril suaminya ini
maka semakin berkembang pula cita-cita dari Raden Dewi.

Sekolah yang semula dinamakan “Sakola Istri” itu pada tahun 1910 diganti namanya dengan “Sakola
Kautamaan Istri” dan mata pelajarannya ditambah dengan memasak, mencuci, menyetrika, dan
membatik. Perhatian dari pihak berwajib saat itu kian bertambah. Murid-murid tidak hanya terbatas pada
gadis-gadis yang berada di Bandung dan sekitarnya tetapi datang pula dari Sumatera. Beberapa gadis
datang dari Bukittinggi untuk belajar dan kemudian diaplikasikan kembali di kampung halamannya
dengan mendirikan sekolah keutamaan istri.

Sekolah gadis ini menyebar ke beberapa tempat di Jawa Barat, Garut, Purwakarta, dan Tasikmalaya.
Karena baktinya kepada bangsa dalam usahanya mengangkat kaum wanita ketingkatan yang lebih baik,
maka pemerintah saat itu memberikan penghargaan dan tanda-tanda jasa kepada Raden Dewi. Nama
sekolahnya kemudian menjadi “Sakola Raden Dewi”

Pada tanggal 16 Januari 1939, Raden Dewi Sartika menghadiri perayaan ke-35 tahun berdirinya sekolah
yang ia idam-idamkan bagi kemajuan kaum wanita. Perayaan ini mendapat sangat banyak perhatian baik
dari kalangan masyarakat di Jawa Barat maupun dari kalangan pemerintah.

Enam bulan kemudian, tanggal 25 Juli 1939, Raden Dewi Sartika ditimpa musibah. Ia ditinggal oleh
suaminya yang telah memberikan bimbingan dan dukungan yang menghasilkan tercapainya cita-citanya.
Raden Agah Suriawinata meninggal dunia saat itu.

Di saat Belanda menyerah kepada Jepang tahun 1942, Sekolah Raden Dewi dibubarkan oleh Jepang dan
diganti dengan Sekolah Gadis. Pada tahun 1946 saat peristiwa Bandung Lautan api, gedung sekolah saat
itu terhindar dari bahaya api.

Raden Dewi sekeluarga saat itu meninggalkan Bandung, mengungsi ke Tjiparaj, sebelah tenggara
Bandung, kemudian karena adanya pertempuran berpindah lagi ke Garut, dan dari sini berpindah ke
daerah pegunungan di sebelah selatan Tjiamis, yakni di Tjineam.
Sementara itu keadaan Raden Dewi telah menjadi lemah. Di Tjineam ini ia menderita sakit keras, dan
dirawat di rumah sakit darurat Republik Indonesia, di mana ia kemudian menyusul suaminya pulang
menghadap Ilahi.

Raden Dewi Sartika meninggal pada hari Kamis, tanggal 11 September 1947, pukul 09.00 pagi.
Dimakamkan di tempat itu, lalu dipindahkan ke Bandung, sisa-sisa jasadnya diperistirahatkan untuk
selama-lamanya berdekatan dengan peristirahatan sang suami -kawan seperjuangan. Hal ini terjadi di
tahun 1951
Biografi Soekarno
 Nama lengkap : Ir. Soekarno
 Nama panggilan : Bung Karno
 Nama kecil : Kusno
 Tempat, tanggal lahir : Blitar, 6 Juni 1901
 Agama : Islam
 Nama Isteri :
 Fatmawati
 Hartini
 Ratna Sari Dewi
 Nama Anak :
 Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati, Guruh (dari Fatmawati)
 Taufan, Bayu (dari Hartini)
 Kartika (dari Ratna Sari Dewi)
 Pendidikan :
 HIS di Surabaya
 Hoogere Burger School (HBS)
 Technische Hoogeschool (THS) di Bandung
 Meninggal : 21 Juni 1970
 Dimakamkan : Blitar, Jawa-Timur
Bung Karno adalah nama populer dari Soekarno. Lahir pada 6 Juni 1901 di Blitar, Jawa Timur. Ketika
Soekarno kecil, ia tidak tinggal bersama dengan orang tuanya yang berada di Blitar. Ia tinggal bersama
dengan kakeknya yang bernama Raden Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa Timur. Soekarno bahkan
sempat mengenyam sekolah disana walau tidak sampai selesai, karena harus ikut bersama dengan
orang tuanya yang pada waktu itu pindah ke Mojokerto. Di Mojokerto, Soekarno kemudian
disekolahkan di Eerste Inlandse School dimana ayahnya juga bekerja disitu sebagai guru. Akan tetapi
kemudian ia dipindahkan pada tahun 1911 ke ELS yang setingkat sekolah dasar untuk dipersiapkan
masuk di HBS yang ada di Surabaya. Setelah tamat dan bersekolah di HBS tahun 1915, Soekarno
kemudian tinggal di rumah Haji Oemar Said Tjokroaminoto atau HOS Cokroaminoto yang merupakan
sahabat dari ayah Soekarno. Darisanalah Soekarno kenal dengan dunia perjuangan yang membuatnya
menjadi pejuang sejati.
Biografi Soekarno : Momen Bersejarah 17 Agustus 1945
Presiden Soekarno saat proklamasi kemerdekaan RI. Sumber: Republika
Pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia dari penjajahan Jepang dimana pada tanggal ini juga diperingati sebagai Hari Kemerdekaan
Indonesia yang juga membuat Soekarno diangkat menjadi presiden pertama Indonesia. Dalam biografi
Soekarno, ia berhasil membentuk pancasila dengan timnya sebagai dasar negara Indonesia.
Dengan proklamasi kemerdekaan ini juga membuat kawannya Mohammad Hatta dinobatkan sebagai
wakil presiden pertama Indonesia mendampingi Soekarno. Diluar sosoknya sebagai Bapak Bangsa
Indonesia, tidak banyak orang yang tahu jika Soekarno pernah menikah sebanyak sembilan kali.
Kharisma yang luar biasa dimiliki oleh Soekarno melalui penuturan orang – rang yang dekat
dengannya membuat wanita cantik terkesima dan kemudian dijadikan istri Soekarno. Beliau tertarik
dengan wanita sederhana dan sopan. Salah satu istrinya Fatmawati pernah bertanya pada presiden
Soekarno mengenai wanita yang berpenampilan seksi. Beliau menjawab bahwa wanita yang
penampilannya sopan dan sederhana lebih menarik dan lebih ia sukai. Menurut Soekarno kecantikan
seorang wanita terlihat dari keaslian, tutur bahasanya, sikapnya dan kesederhanaan yang terpancar dari
dalam dirinya.
Itulah biografi Soekarno yang dapat menjadi teladan atas perjuangan sejak kecil sampai menjadi bapak
presiden pertama Indonesia yang dikenal dunia. Semoga biografi Soekarno ini dapat bermanfaat dan
membuatmu makin mengagumi sosok bapak presiden pertama kita ya. Ikuti terus
artikel biodata lainnya hanya di AkuPaham.
Bertahun-tahun dijajah oleh para penjajah, pada akhirnya Indonesia pun bisa mengumandangkan
kemerdekaan. Kemerdekaan Indonesia yang bertepatan dengan tanggal 17 Agustus puluhan tahun
silam tentu tidak akan bisa dilepaskan dari jasa para pahlawan yang telah gugur dalam
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia ini. Salah satu pahlawan pemberani yang namanya tidak akan
pernah bisa dilepaskan dari sisi kemerdekaan negeri ini adalah Ir Soekarno. Proklamator sekaligus
Presiden Indonesia yang pertama ini memang memberikan begitu banyak pengaruh hingga akhirnya
Indonesia bisa merdeka. Sebagai bangsa yang menghargai pahlawannya, ada baiknya kita bisa
mengetahui biografi Soekarno, Sang Proklamator.
Masa kecil Ir Soekarno
Soekarno Kecil
Biografi Soekarno tentu harus diawali dari masa kecilnya lebih dulu sehingga Anda bisa mengenal
lebih dalam. Terlahir di Blitar tanggal 6 Juni 1901 dengan nama Kusno Sosrodihardjo. Masa kecil
Presiden Soekarno bersama kedua orang tuanya di Blitar tidak dihabiskan dalam waktu lama. Ayahnya
adalah Raden Soekemi Sosrodihardjo yang merupakan seorang guru di Jawa, tepatnya di Surabaya.
Sedangkan Ibunya adalah Ida Ayu Nyoman Rai yang asalnya dari Buleleng, Bali. Selanjutnya Beliau
tinggal dengan kakeknya yang bernama Raden Hardjoko yang ada di Tulung Agung, Jawa Timur.
Beliau sempat bersekolah di sana meski tidak hingga selesai lantaran kembali ikut orang tuanya ke
Mojokerto.
Pendidikan Ir Soekarno
Soekrno Muda 1922
Mengenal biografi Soekarno, tentu tak lengkap jika tak tahu tentang riwayat pendidikannya. Saat di
Mojokerto, ayah Ir Soekarno nmenyekolahkan Soekarno kecil di tempat sang ayah menjadi guru.
Tetapi di tahun 1911 ayahnya memindahkan Soekarno ke sekolah ELS atau Europeesche Lagere
School yang bertujuan agar nantinya Soekarno bisa mudah masuk ke HBS atau Hogere Burger School
yang ada di Surabaya. Tamat sekolah di Hogere Burger School di tahun 1915, Soekarno selanjutnya
tinggal bersama Haji Oemar Said Tjokroaminoto atau kini banyak yang lebih mengenal dengan nama
H.O.S Cokroaminoto dimana beliau ini adalah teman dari ayah Soekarno yang juga dikenal pendiri
Serikat Islam.
Biografi Soekarno tentang pendidikan masih berlanjut dimana saat di rumah Cokroaminoto, Soekarno
yang masih muda pun mulai belajar dalam dunia politik. Soekarno muda juga belajar untuk pidato
dengan cara melakukannya sendiri di kamarnya di depan cermin. Di sekolahnya, Hogere Burger
School, Soekarno pun memperoleh banyak sekali ilmu terkait banyak hal. Setelah menyelesaikan
pendidikan di Hogere Burger School di tahun 1921, kemudian Soekarno pindah ke Bandung lalu
tinggal bersama Haji Sanusi yang kemudian melanjutkan sekolah ke THS atau Technische Hooge
School di jurusan teknik sipil dimana saat ini sudah menjadi ITB lalu kemudian bisa lulus di tanggal 25
Mei 1926 sehingga mendapatkan gelar Insinyur atau Ir.
Biografi Soekarno di masa pergerakan nasional
Biografi Soekarno memasuki masa pergerakan nasional dimana di tahun 1926 Soekarno muda
mendirikan Algemene Studie Club yang ada di Bandung. Ternyata organisasi ini jadi awal mula
mendirikannya Partai Nasional Indonesia dimana didirikan di tahun 1927. Selanjutnya aktivitas
Soekarno di Partai Nasional Indonesia pun menyebabkannya ditangkap oleh Belanja pada Desember
1929 lalu memunculkan pledoi fenomenal saat itu yaitu Indonesia Menggugat. Beliau kemudian
dibebaskan saat 31 Desember 1931.
Selanjutnya Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia atau Partindo pada Juli 1932 dimana partai
ini adalah pecahan Partai Nasional Indonesia. Karena aktivitasnya ini, Soekarno pun kembali ditangkap
pada Agustus 1933 lalu diasingkan ke Flores. Pada kondisi ini, Soekarno pun hampir dilupakan para
tokoh nasional karena lokasinya yang jauh dan terasing. Meski begitu, semangat Soekarno pun tidak
pernah runtuh meski dalam pengasingan yang bisa tersirat dari setiap surat ke Ahmad Hassan yang
merupakan Guru Persatuan Islam. Biografi Soekarno masih berlanjut dalam masa pengasingan yang
dipindahkan ke Provinsi Bengkulu di tahun 1938. Soekarno pun bisa bebas di masa penjajahan Jepang
di tahun 1942.
Biografi Soekarno di masa penjajahan Jepang
Soekarno pada Jaman Penjajahan Jepang
Ketika awal masa penjajahan Indonesia oleh Jepang sekitar tahun 1942 sampai 1945, pemerintah
Kepang masih belum memperhatikan tokoh dari pergerakan Indonesia. Hal ini bisa terlihat dari
Gerakan 3A yang tokohnya adalah Shimizu dan Mr. Syamsuddin dimana mereka berdua kurang
populer. Tapi pada akhirnya pada masa pemerintahan Jepang, tokoh Indonesia ini kemudian mulai
diperhatikan lalu dimanfaatkan juga mulai dari Soekarno, Moh Hatta dan masih banyak lagi beserta
organisasinya, sehingga diusahakan bisa menarik perhatian dari penduduk Indonesia.
Masih berlanjut biografi Soekarno saat masa penjajahan Jepang dimana disebutkan ragam organisasi
mulai dari Jawa Hokokai, BPUPKI, Pusat Tenaga Rakyat (Putera) hingga PPKI dengan tokoh mulai
dari Soekarno, Moh Hatta, Ki Hajar Dewantara, hingga K.H Mas Mansyur dan tokoh yang lainnya
yang aktif dalam aktivitas pergerakan nasional. Akhirnya, para tokoh nasional ini kemudian bekerja
sama bersama pemerintah Jepang dalam mencapai kemerdekaan Indonesia. Meski begitu, tetap ada
yang melakukan gerakan bawah tanah yaitu Amir Sjarifuddin dan Sutan Syahrir, mengingat mereka
menganggap jika Jepang merupakan fasis berbahaya.
Soekarno di antara para pemimpin dunia
Soekarno bersama John F. Kennedy saat berkunjung ke Amerika Serikat
Di tahun 1943, Hideko Tojo yang merupakan Perdana Menteri Jepang mengundang para tokoh
Indonesia yakni Soekarno, Moh Hatta hingga Ki Bagoes Hadikoesoemo menuju Jepang dan langsung
diterima oleh Kaisar Hirohito. Bintang kekaisaran yaitu Ratna Suci pun diberikan kepada ketiga tokoh
tersebut oleh Kaisar Hirohito. Penganugerahan ini pun menjadikan pemerintahan pendudukan Jepang
kaget lantaran karena adanya penganugerahan bintang itu maka ketiga tokoh dari Indonesia tersebut
sudah dianggap sebagai keluarga dari Kaisar Jepang itu.
Namun saat Agustus 1945 beliau kembali diundang Marsekal Terauchi yang merupakan pimpinan
Angkatan Darat di wilayah Asia Tenggara di daerah Vietnam dimana menyatakan jika proklamasi
Indonesia adalah urusan dari rakyat Indonesia. Tetapi karena banyaknya Soekarno berhubungan dengan
pemerintahan Jepang dan badan organisasi Jepang menjadikan Soekarno pun justru dituduh Belanda
sudah bekerja sama dengan pihak Jepang misalnya dalam kasus romusha.
Biografi Soekarno di masa perang revolusi
Menjelang persiapan Proklamasi kemerdekaan RI, Soekarno pun mulai mempersiapkan segalanya
bersama para tokoh nasional. Setelah sudah BPUPKI selesai, terbentuklah Panitia Kecil yang
beranggotakan 8 orang resmi dan Panitia Kecil yang beranggorakan sembilan orang dimana disebut
Panitia Sembilan dan menghasilakan piagam yang dikenal dengan Piagam Jakarta dan juga PPKI.
Soekarno dan Moh Hatta pun mendirikan Negara Indonesia yang berdasar Pancasila beserta UUD
1945.
Menjelang pembacaan teks proklamasi, Presiden Soekarno menyatakan jika meski beberapa tokoh
bekerja sama dengan pihak Jepang, namun sebetulnya rakyat Indonesia tetap mengandalkan
kekuatannya sendiri dalam mengusahakan kemerdekaan. Dalam biografi Soekarno, disebutkan jika
beliau amat aktif dalam usaha persiapan kemerdekaan misalnya dengan merumuskan Pancasila, UUD
1945 hingga dasar pemerintahan Indonesia hingga perumusan naskah proklamasi kemerdekaan juga.
Beliau sempat juga dibujuk untuk bisa menyingkir ke Rengasdengklok sehingga ada peristiwa
Rengasdengklok yang selalu disebutkan dalam sejarah bangsa Indonesia.
Setelah pertemuannya dengan Marsekal Terauchi di Vietnam, maka terjadilah peristiwa
Rengasdengklok di tanggal 16 Agustus 1945 dimana Soekarno dan Moh Hatta yang dibujuk pemuda
menyingkir ke asrama pasukan PETA di Rengasdengklok. Tokoh pemuda pembujuk Soekarno dan
Moh Hatta diantaranya adalah Soekarni, Wikana, Singgih hingga Chairul Saleh. Pemuda ini menuntut
Soekarno dan Moh Hatta untuk bisa segera memproklamasikan kemerdekaan RI lantaran Indonesia
sedang terjadi kevakuman kekuasaan.
Kevakuman kekuasaan ini sebetulnya terjadi lantaran Jepang sudah mengaku menyerah dan pasukan
sekutu pun belum tiba. Meski begitu Soekarno dan Moh Hatta tetap menolak karenalasannya adalah
masih menunggu kejelasan dari penyerahan Jepang ini. Alasan lain ini adalah karena Soekarno sedang
menunggu tanggal tepat yaitu 17 Agustus 1945 dimana saat itu sedang bertepatan bulan Ramadhan
dimana diyakini sebagai bulan turun wahyu untuk kaum muslim yaitu Al-Qur’an sehingga proklamasi
pun tetap dilakukan di tanggal 17 Agustus 1945.
Selanjutnya di tanggal 18 Agustus 1945, PPKI kemudian mengangkat Presiden dan Wakil Presiden RI
yang pertama yaitu Soekarno dan Moh Hatta. Pengangkatan ini kemudian dikukuhkan di tanggal 29
Agustus 1945 oleh KNIP. Baru sebentar jadi Presiden, Soekarno di tanggal 19 September 1945 sudah
mampu menyelesaikan masalah tanpa adanya pertumpahan darah yang ada di Lapangan Ikada dimana
ada 200 ribu lebih rakyat Jakarta yang berencana bentrok dengan pasukan Jepang dengan senjata yang
masih lengkap.
Ketika sekutu datang dengan pimpinan saat itu adalah Letjen. Sir Phillip Christison, mereka pun
akhirnya mengakui dengan de facto kedaulatan Indonesia setelah adanya pertemuan dengan Presiden
Soekarno. Presiden pun berusaha keras untuk bisa menyelesaikan krisis yang saat itu terjadi di
Surabaya. Tetapi karena adanya provokasi dari pasukan Belanda dan membonceng sekutu di bawah
Inggris, pada akhirnya peristiwa 10 November 1945 tetap meledak yang akhirnya menggugurkan
pahlawan Brigadir Jendral A.W.S Mallaby.
Provokasi yang terus terjadi di Jakarta masa itu membuat kondisi pemerintahan cenderung sulit. Karena
itu Presiden Soekarno pun memutuskan memindah Ibukota yang awalnya di Jakarta kemudian pindah
ke Yogyakarta yang diikuti oleh Wakil Presiden beserta pejabat tinggi lain. Kedudukan Presiden
Soekarno berdasar UUD 1945 saat itu adalah selaku kepala pemerintahan namun juga kepala negara.
Namun selama adanya revolusi saat itu, sistem pemerintahannya berubah menjadi semi presidensiil
dimana Presiden Soekarno adalah kepala negara lalu Sutan Syahrir menjadi Perdana menteri yakni
kepala pemerintahannya. Hal ini adalah jalan agar Indonesia menjadi negara yang lebih demokratis.
Namun perlu diketahui juga karena meski sistem pemerintahannya berubah, ketika revolusi
kemerdekaan kedudukan dari Presiden Soekarno sendiri tetap yang paling penting, terutama ketika
menghadapi peristiwa Madiun di tahun 1948 dan Agresi Militer Belanda II saat itu yang menjadikan
Presiden dan Wakil Presiden beserta pejabat tinggi ditahan oleh Belanda. Meski saat itu sudah dibentuk
Pemerintahan Darurat RI yang ketuanya adalah Sjarifuddin Prawiranegara, namun kenyatan yang ada
dunia internasional tetap mengakui jika Soekarno dan Moh Hatta adalah pemimpin sesungguhnya di
Indonesia sehingga dari kebijakannya saja yang mampu menyelesaikan sengketa yang ada antara
Indonesia dan Belanda.
Biografi Soekarno di masa kemerdekaan
Presiden Soekarno saat proklamasi kemerdekaan RI. Sumber: Republika
Setelah pemerintahan Belanda mengakui kedaulatan Indonesia, Presiden Soekarno pun diangkat
sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat sdengan Mohamad Hatta sebagai Perdana menterinya.
Lalu jabatan Presiden RI diberikan kepada Mr Assaat dimana dikenal sebagai RI Jawa-Yogya saat itu.
Meski begitu, karena tuntutan Indonesia menjadi yang ingin Indonesia kembali menjadi negara
kesatuan, maka 17 Agustus 1950 RIS diubah kembali menjadi RI dan Soekarno kembali menjadi
Presiden RI. Saat itu Indonesia sedang mengalami jatuh bangun kabinet dimana Presiden Soekarno
kurang percaya pada sistem multipartai dan menyebut sebagai penyakit kepartaian.
Selain itu, Presiden Soekarno juga memberikan banyak gagasan di dunia internasional karena
keprihatinan pada nasib bangsa di Asia-Afrika yang banyak belum merdeka dan belum memiliki hak
menentukan nasib sendiri. Hal ini juga yang menjadikan Presiden Soekarno mengambil inisiatif
mengadakan Konferensi Asia Afrika di tahun 1955 saat itu di Bandung. Di Konferensi tersebut, para
pimpinan negara ini kemudian membocarakan berbagai macam persoalan mulai dari ketimpangan,
kekhawatiran kemunculan perang nuklir, ketidakadilan badan-badan internasional dalam hal
pemecahan konflik dan banyak lagi menjadi hal yang dibicarakan di sana.
Bersama dengan Presiden Gamal Abdel Nasser (Mesir), Josip Broz Tito (Yugoslavia), U Nu (Birma),
Mohammad Ali Jinnah (Pakistan) dan Jawaharlal Nehru (India), Presiden Soekarno mengadakan
Konferensi Asia Afrika dan membuahkan Gerakan Non Blok. Atas jasanya ini, banyak negara di
kawasan Asia dan Afrika yang bisa mendapatkan kemerdekaan. Meski begitu tak sedikit juga yang
mengalami konflik panjang lantaran ketidakadilan. Atas jasa besarnya inilah tak heran jika banyak
penduduk di kawasan Asia dan Afrika yang mengenal Soekarno. Untuk bisa menjalankan politik bebas
aktif dunia internasional, maka Presiden Soekarno juga berkunjung ke beberapa negara dan bertemu
para pimpinan negara lain seperti John Fitzgerald Kennedy (Amerika Serikat), Nikita Khruschev (Uni
Soviet), Mao Tse Tung (RRC) hingga Fidel Castro (Kuba).
Masa jatuhnya sang Presiden
Soekarno Lengser dari Istana Kepresidenan
Meski banyak sekali jasa dari Presiden Soekarno, namun beliau juga mengalami masa jatuh dimana
dimulai sejak beliau berpisah dengan Wakil Presiden Moh Hatta di tahun 1956 karena pengunduran diri
Moh Hatta dari dunia politik Indonesia. Belum lagi dengan banyaknya pemberontakan dari separatis
dan terjadi di wilayah Indonesia. Puncak pemberontakan ini pun terjadi dengan adanya G 30 S PKI
dimana menjadikan Presiden Soekarno tidak mampu memenuhi impiannya untuk menjadikan bangsa
Indonesia sejahtera serta makmur.
Setelah itu Soekarno mengalami pengucilan yang dilakukan oleh Presiden pengganti yaitu Soeharto.
Soekarno yang sudah tua pun kerap sakit dan akhirnya wafat di tanggal 21 Juni 1970 di Jakarta
tepatnya di Wisma Yaso. Jenazah beliau dikuburkan di Blitar dan sampai saat ini menjadi ikon Blitar.
Tiap tahun, jutaan wisatawan kerap dikunjungi wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri, apalagi
saat ada haul Bung Karno.
Penghargaan yang diperoleh Soekarno
Penghargaan Presiden Soekarno pada 24 Mei 2956 di New York, Amerika Serikat.
Semasa hidup, Soekarno memperoleh banyak penghargaan mulai dari gelar Doktor Honoris Causa
yang didapat dari 26 universitas dari dalam dan luar negeri. Beliau juga mendapatkan penghargaan
berupa bintang kelas satu yakni The Order of the Supreme Companions yang diberikan Thabo Mbeki
yakni Presiden Afrika Selatan karena mampu mengembangkan solidaritas secara internasional demi
bisa melawan bentuk penindasan dari negara maju. Itulah sekelumit biografi Soekarno, sang
Proklamator kebanggaan Indonesia yang bisa dijadikan bahan pembelajaran untuk seluruh rakyat
Indonesia atas kegigihan, semangat dan kecerdasannya demi membangun negara.

Anda mungkin juga menyukai