Anda di halaman 1dari 32

PENGANTAR PRAKTIKUM

DASAR-DASAR BUDIDAYA

Oleh :
AMALIA ZAHRAH, S.Pi., Gr.

1
KARTU KENDALI PRAKTIKUM DASBUD

NAMA :
KELAS :
NO. ABSEN :

No Tanggal Praktikum Materi Praktikum Paraf Guru

Jember, 2020

Amalia Zahrah,S.Pi.,Gr.

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Sepintas tentang Praktikum


Praktikum ichthyologi mencakup taksonomi, anatomi, dan ekologi ikan, bertujuan
untuk menambah pengetahuan mahasiswa tentang ikan dan melengkapi teori yang
pernah diperoleh pada saat kuliah, membaca buku tetang perikanan atau dari
informasi-informasi lain.
Taksonomi dapat disebut sistematika, identifikasi atau determinasi ikan yaitu
ilmu tentang klasifikasi organisme atau penyusunan klasifikasi. Penyusunan
organisme tersebut berdasarkan pada morfologi, fisiologi, genetika, dan ekologi.
Anatomi mempelajari bagian-bagian tubuh ikan seperti otot, rangka,
kulit/integumen dan turunannya alat pencernaan, alat pernafasan, peredaran darah,
sistem urogenetalia dan sistem syaraf. Semua bagian-bagian tubuh tersebut dipelajari
secara terpisah dan mendalam.
Ekologi ikan mempelajari lingkungan hidup ikan baik intra specifik maupun inter
specifik. Disamping itu juga dipelajari aktivitas harian ikan, yaitu jumlah waktu yang
dipergunakan untuk aktivitas biologis tertentu selama 24 jam. Jarak edar dan
perwilayahan juga perlu dipelajari Karena membantu menentukan tempat hidup ikan
dalam suatu wilayah tertentu.

1.2 Tata Tertib Praktikum Dasar-dasar Budidaya


1. Praktikan harus datang 15 (lima belas) menit sebelum praktikum dimulai.
2. Praktikan memakai pakaian kerja.
3. Praktikan tidak boleh makan, minum, selama praktikum berlangsung.
4. Menyediakan alat tulis berupa pensil, penghapus, penggaris, dan pensil warna
bila perlu.
5. Mengerjakan semua tugas yang telah ditentukan dalam praktikum.
6. Mengkonsultasikan hasil praktikum kepada guru pembimbing.
7. Setelah praktikum selesai, alat-alat dikembalikan dalam keadaan bersih.
8. Mengumpulkan laporan praktikum tepat pada waktunya.
9. Ketentuan-ketentuan yang belum diatur akan ditentukan kemudian.

3
BAB II
IDENTIFIKASI IKAN

Identifikasi berasal dari kata “to identify” (inggris), yang artinya kurang lebih
memberikan gambaran tentang identitas suatu hal atau dapat pula diartikan
menerangkan identitas tentang suatu jasad. Identifikasi dimaksudkan sebagai suatu
usaha manusia untuk mempelajari, meneliti, menguraikan dan menganalisa identitas
dari seekor ikan sehingga dapat ditentukan sifat atau ciri-ciri ikan tersebut dan pada
akhirnya menentukan nama ilmiah dari organism yang diidentifikasi tersebut.
Identifikasi dalam praktikum ini dilakukan berdasarkan sifat meristik, seperti
jumlah jari-jari sirip, jumlah sisik, jumlah vertebrae, dan sebagainya. Sifat morfometrik,
yaitu ukuran atau perbandingan ukuran bagian-bagian tubuh. Berdasarkan sifat
meristik dan morfometrik yang diperoleh sehingga akan didapat keterangan-
keterangan yang penting untuk mengenal nama jenis dan klasifikasi ikan contoh,
dengan menyesuaikan keterangan sifat yang diperoleh dengan sifat-sifat yang
dijelaskan dalam buku-buku identifikasi ikan. Untuk mempermudah penentuan jenis
dan klasifikasi digunakan beberapa istilah dari sifat meristik dam morfometrik yang
seragam sebagai berikut:

a. Sirip
Pada pokoknya jenis sirip ikan ada 2 macam yakni sirip tunggal seperti
sirip ekor, sirip punggung, dan sirip dubur serta sirip berpasangan seperti sirip dada
dan sirip perut. Berdasarkan letaknya sirip ikan diberi nama dan dilambangkan
dengan huruf awal dari nama sirip tersebut. Misalnya, P (sirip pectoral=sirip dada),
A (sirip anal=sirip dubur)

b. jari-jari sirip
Jari-jari sirip ikan terdiri dari 3 jenis yang dapat dilihat secara visual dengan
menggunakan loupe atau mikroskop yakni:
• Jari-jari keras, berbentuk duri, tajam keras, tidak berbuku, tidak beruas, dan
pejal. Dalam penulisan jumlah dinyatakan dengan angka romawi besar.
• Jari-jari lunak, dapat dibengkokkan berbuku-buku (beruas-ruas), biasanya
bercabang pada bagian ujungnya. Dalam penulisan jumlahnya dinyatakan
dengan angka arab atau biasa.
• Jari-jari lunak mengeras, berbentuk seperti duri dengan bagian atasnya
bergerigi halus. Tidak keras, tidak bercabang serta beruas-ruas. Dalam
penulisannya jumlahnya dinyatakan dengan angka romawi kecil.

4
Rumus sirip yaitu rumus yang menggambarkan bentuk dan jumlah jari-jari
sirip. Untuk menghitung jari-jari sirip yang berpasangan dilakukan pada sirip yang
terletak di sisi sebelah kiri.
Cara penulisan rumus sirip adalah:
• Tulis lambang dari sirip yang dimaksud misal D,P,A,C.
• Tulis jumlah jari-jari sirip yang terdapat berturut-turut yaitu jari-jari keras, jari-
jari lunak mengeras, dan jari-jari lunak dibelakangnya sesuai dengan aturan
penulisan. Contoh: D IV,iii,7.
• Jika dari sejumlah sampel ikan jumlah jari-jari siripnya bervariasi, dapat ditulis
jumlah paling sedikit dan paling banyak. Contoh: D III-IV, iii-iv, -10.
• Jika jenis ikan tersebut memiliki 2 sirip dorsal dapat ditulis: D1 VI,ii. D2 I,8-10.

c. Sisik
Salah satu derivate kulit yang utama adalah sisik. Tidak semua spesies
ikan mempunyai sisik, misalnya Lele (tidak bersisik). Ada pula beberapa spesies
ikan yang bersisik sebagian atau di bagian tertentu di tubuhnya, misalnya dari
golongan Polyodon atau Sturgeon sisiknya yang berbentuk duri itu hanya terdapat
di dada dan di atas sirip ekor. Pada Sculpins (Cottidae) terlihat tidak bersisik, di
dasar sirip pectoral dan kepalanya bertebaran bintik-bintik yang diduga merupakan
modifikasi dari sisik. Sejenis ikan mas (ikan mas kaca) hanya mempunyai
beberapa sisik luar yang terpisahkan dengan jarak yang cukup jauh.
Sisik terbukti mempunyai banyak modifikasi yang merupakan karakteristik
tersendiri pada masing-masing spesies. Beberapa macam tipe sisik antara lain
placoid, ganoid, ctenoid, cycloid, dan cosmoid.
Fungsi sisik antar lain:
1. Dapat dipergunakan untuk mengklasifikasi jenis ikan
2. Digunakan dalam taksonomi
3. Untuk menentukan umur ikan
4. Untuk mengetahui siklus hidup ikan

5
6
Sifat morfometrik
Menunjukkan ukuran perbandingan dari ukuran bagian-bagian tubuh yang bersifat
karakteristik. Bagian tubuh yang diukur yaitu:
1. TL (Total Length) : adalah panjang total tubuh, jarak antara bagian
teranterior kepala sampai bagian terposterior dari
caudal
2. FL (Forked Length) : jarak antara bagian teranterior kepala dengan lekukan
ekor (bila caudal ikan tersebut berbentuk forked)
3. SL (Standard Length) : jarak antara bagian teranterior kepala dengan pangkal
ekor (batas terakhir ekor dapat digerakkan)
4. PreDL (Pre Dorsal Length) : jarak antara bagian teranterior kepala sampai bagian
amterior dasar sirip dorsal
5. OrbL (Orbital Length) : jarak antara kedua bagian terluar kelopak mata
6. EyeL (Eye Length) : garis tengah dari rongga mata (Biasanya berwarna
gelap)
7. CpedL (Caudal Peduncle L): jarak antara pangkal ekor dengan bagian terposterior
dasar sirip anal
8. Panjang Rahang Atas : panjang bagian atas rahang ikan
9. Panjang Rahang Bawah : panjang bagian bawah rahang ikan
10. HdL (Head Length) : jarak antara bagian teranterior kepala dengan bagian
terposterior operculum
11. SntL (Snouth Length) : jarak antara bagian teranterior kepala dengan bagian
teranterior kelopak mata
12. Post Orbital Length : jarak antara bagian terposterior kelopak mata dengan
bagian operculum terposterior
13. Tinggi Kepala : jarak terbesar antara dorsal dan ventral bagian kepala
14. Tinggi Badan : jarak terbesar antara dorsal dan ventral bagian tubuh
ikan
15. Tinggi Pipi : jarak antara rongga mata dengan bagian teranterior
operculum
16. Tinggi Bawah Mata : jarak antara kelopak mata bawah dengan rahang
bawah
17. Tebal kepala/ badan : jarak terbesar penampang ikan pada bagian kepala/
badan
18. Panjang Dasar Sirip D/ A : jarak antara ujung anterior dasar sirip sampai bagian
posterior dasar sirip.

7
19. Tinggi Sirip D/ A : panjang terbesar menurut arah jari-jari sirip dari
panngkal ke ujung sirip
20. Panjang Sirip P/ V : panjang terbesar menurut arah jari-jari sirip dari ujung
sampai pangkal

Gambar 1. Pengukuran morfometrik dan identifikasi ikan

d. Bentuk-Bentuk Tubuh Ikan

Gambar 2. Bentuk compressed

8
Gambar 3. Bentuk Torpedo

Gambar 4. Bentuk Depressed

Gambar 5. Bentuk Campuran

9
Gambar 6. Bentuk Anguiliform

e. Bagian-Bagian Tubuh Ikan

Gambar 7. Bagian Tubuh Ikan Secara Keseluruhan

10
f. Sirip pada Ikan

Gambar 8. Macam-Macam Sirip Dorsal Gambar 9. Macam-Macam Sirip


Pectoral, Ventral dan Anal

g. Tipe Ekor Ikan

DIPHYCERCAL
PROTOCERCAL
HOMOCERCAL HETEROCERCAL

Gambar 10. Tipe ekor ikan

h. Bentuk Ekor Ikan

(E-dukasi news, 2010)

Gambar 11. Bentuk ekor ikan

11
i. Sirip Tambahan

Gambar 12. Macam-macam sirip tambahan

k. Bentuk dan Letak Mulut

Inferior
Terminal

Superior

Gambar 13. Bentuk dan letak mulut pada ikan

12
l. Posisi sirip Perut Terhadap Dada

abdominal

Thoracic

jugular

m. Macam-Macam Sisik Dasar Ikan

Ctenoid

Sikloid

Ganoid

13
n. Gigi

Gigi merupakan alat bantu pencernaan secara mekanis. Tipe gigi sangat
menetukan kebiasaan makan (feeding habits) dan kebiasaan makanan (food habits)
pada ikan. Ikan yag mempunyai tipe gigi canine biasanya merupakan jenis ikan
predator / pemangsa dan pemakan daging.
Banyak dari ilmuwan membagi tipe gigi pada ikan. Menurut May dan Maxwell
(1986) dalam Kottelat et.al..(1993), tipe gigi pada ikan dibedakan menjadi 6 yaitu (a)
tricuspid, (b) conical, (c) canine, (d) incisor, (e) viliform, dan (f) molariform. Selain
keenam tipe gigi tersebut di atas pada beberapa ikan dilengkapi dengan gigi tambahan
diantaranya gigi langit-langit (palatine teeth), gigi pharynx (pharengeal teeth) dan lidah.
Pada jenis ikan-ikan tertentu memiliki lebih dari satu ipe gigi.

Molariform
Incisor

Viliform Canines

Gambar 14. Jenis-jenis gigi ikan

14
BAB III. SISTEMATIKA

Pemberian batasan-batasan dari kategori-kategori penamaan sangat bersifat


subyektif, sehingga baik jumlah kategori maupun penentuan kategori-kategori lebih
tinggi oleh para ahli taksonomi berbeda-beda. Para ahli ini masing-masing mempunyai
pengikut-pengikut di kalangan yang sangat luas., sehingga sistematika yang dietapkan
oleh para ahli itunmerupakan sistematika yang umum dipakai di Negara-negara atau
kelompok Negara-negara tertentu.
Sistem Boulenger, seorang ahli taksonomi di Inggris,umumnya dipergunakan
di daerah Inggris Raya dan bekas jajahannya. Sistem Schultz banyak dipergunakan di
Jerman dan bekas jajahan Jerman, di samping sistem Bleeker. System Bleeker sendiri
umum digunakan di Belanda, Belgia, Perancis, dan bekas jajahannya. Sedangkan di
Amerika Serikat lebih banyak menggunakan sistem H. H. Newman.
Dalam publikasi tentang ikan dari daerah Indonesia pada umumnya
dipergunakan klasifikasi Bleeker yang telah diperbaiki dan dilengkapi oleh Sunier,
Weber, dan de Beaufort. Berikut ini beberapa klasifikasi menurut Bleeker hingga
tingkat family:
Kelas : Pisces
Sub kelas : Elasmobranchi
Ordo : Selachii
Family : Notidanidae
Family : Heterodontidae
Family : Rhinidae
Family : Scylliidae
Family : Pristiophoridae
Family : Carcharidae
Family : Sphyrnidae
Family : Spinacidae
Family : Cetorhinidae
Family : Lamnidae
Family : Rhynodontidae
Ordo : Batoeidei
Family : Pristidae
Family : Rhynobatidae
Family : Myliobatidae
Family : Torpenidae

15
Family : Raiidae
Family : Trygonidae
Sub kelas : Chondrostei
Sub kelas : Dipnoi
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Heterosomata
Family : Psettodidae
Family : Soleidae
Family : Bothidae
Family : Pleuronectidae
Ordo : Apodes (11 family)
Ordo : Synbranchoidea
Family : Synbranchdae
Ordo : Solenicthyes
Family : Aulostomatidae
Family : Macrorhamphosidae
Family : Syngnathidae
Family : Centriscidae
Family : Solenotomidaes
Ordo : Microcyprini (3 family)
Ordo : Synentognathi
Sub ordo : Scombresocoidea
Family : Belonidae
Sub ordo : Exocoetidae
Family : Hemirhamphidae
Family : Exocoetidae
Ordo : Heteromi (3 family)
Ordo : Berycomorphi (6 family)
Ordo : Plecognathi
Family : Ostraciontidae
Family : Triacanthidae
Family : Triodontidae
Family : Balistidae
Family : Molidae
Family : Tetradontidae
Family : Diodontidae
Family : Triacanthoididae

16
Family : Monacanthidae
Ordo : Percesoces
Family : Polynemidae
Family : Sphyraenidae
Family : Mugilidae
Family : Atherinidae
Ordo : Anacanthini (3 family)
Ordo : Allotriognathi (3 family)
Ordo : Ostariophysi
Sub ordo : Cyprinoidea
Family : Homalopteridae
Family : Cobitidae
Family : Cyprinidae
Sub ordo : Siluroidea
Family : Clariidae
Family : Siluridae
Family : Plotosidae
Family : Chacidae
Family : Pangasidae
Family : Doiicthyidae
Family : Bagaridae
Family : Ariidae
Family : Bagridae
Family : Akysidae
Ordo Malacopterygii
Family : Elopsidae
Family : Notopteridae
Family : Albulidae
Family : Osteoglossidae
Family : Alepocephalidae
Family : chanidae
Family : Clupeidae
Family : Stomiatidae
Ordo : Myctophodidea (1 family)
Ordo : Labyrinthici
Sub ordo : Ophiocephaloidei
Family : Ophiocephalidae

17
Sub ordo : Anabantoidei
Family : Anabantidae
Family : Luciocephalidae
Ordo : Percomorphi
Sub ordo : Kurtoidea
Family : Kurtidae
Sub ordo : Percoidea
Divisi : Callionymiformes
Family : Callionymidae
Divisi : Perciformes
Family : Cepolidae
Family : Pseudoplesiopidae
Family : Bathyclupeidae
Family : Coryphaenidae
Family : Menidae
Family : Malacanthidae
Family : Sciaenidae
Family : Serranidae
Family : Centropomidae
Family : Toxotidae
Family : Kyphosidae
Family : Lutjanidae
Family : Nandidae
Family : Monodactylidae
Family : Pempheridae
Family : Emmelichthyidae
Family : Leiognathidae
Family : Chaetodontidae
Family : Lobotidae
Family : Sparidae
Family : Plesiopidae
Family : Theraponidae
Family : Priacanthidae
Family : Kuhliidae
Sub devisi : Carangi
Family : Carangidae
Family : Pomatomidae

18
Family : Muilidae
Family : Rachycentridae
Family : Lactariidae
Family : Apogonidae
Family : Sillaginidae
Devisi : Chiasmodontiformes
Family : Chamsodontidae
Family : Chiasmodontidae
Devisi : Trachiniformes
Family : Hemerocoetidae
Family : Pinguipedidae
Family : Trichonotidae
Family : Opisthognathidae
Family : Uranoscopidae
Devisi : Pomacentriformes
Family : Pomacentridae
Devisi : Cirrhitoidea
Family : Cirrhitidae
Devisi : Labriformes
Family : Labridae
Family : Scaridae
Sub ordo : Acanthuroidea
Family : Acanthuridae
Sub ordo : Scombroidae
Family : Histiophoridae
Family : Trichiuridae
Family : Gempylidae
Family : Scomberidae
Sub ordo : Stromatoidea
Family : Stromateidae
Sub ordo : Siganoidea
Family : Siganidae
Ordo : Blennoidea (8 Family)
Ordo : Opisthomi (1 Family)
Ordo : Gobioidea
Family : Gobiidae
Family : Taenioididae

19
Family : Eleotridae
Family : Rhyacichthyidae
Ordo : Scleroparei (10 Family)
Ordo : Hypostornides (1 Family)
Ordo : Pediculati (10 Family)
Ordo : Discocephali (1 Family)
Ordo : Xenopterygii (1 Family)

20
BAB. IV ANATOMI IKAN

A. Alat Pembau.
Alat pembau berupa nostril. Terletak dekat mata di bagian depan dan belakang
nostril terdapat olfactory rosette, berbentuk agak melingkar.

Gambar15. Nostril dengan Bagian-bagiannya

21
B. Alat Pernafasan.
Alat pernafasan ikan secara umum adalah insang. Namun beberapa jenis ikan
memiliki alat pernafasan tambahan seperti labirint, aborescent organ (lele) dan kulit.
Bentuk insang ikan berbeda menurut kebiasaan makanannya seperti golongan
karnivora akan berbeda bentuk insangnya dengan golongan herbivora.

Gambar 16. Bentuk Struktur di Bawah Penutup Insang/ Gill Cover

Pada gambar diatas terlihat bahwa ada empat bagian dari gill arch didalam
scombrisds. Di belakang gill rakers, tepatnya diantara gill rakers terdapat gill teeth.

22
Mempunyai struktur pendek, tumpul. Penghitungan seperti pada gill rakers dimana
teeth yang berada di upper limb dijumlah dengan teeth pada bagian lower limb dari
arch tersebut.

Gambar 17. Bagian Lower Limb dari Gill Arch Dilihat dari Atas

Alat Pernafasan Tambahan

Gambar 18. A. Labyrinth B. Airsuc lung C. Aborescent organ

C. Urat Daging / otot


Sistem otot dan rangka pada ikan sangat menetukan dalam pergerakan dan
bentuk tubuh. Secara umum sistem otot ikan dibagi 3 macam, yaitu: otot rangka
(striated muscle), otot halus(smooth muscle), dan otot jantung (cardiac muscle). Pada
jenis ikan lamprey dan hagfish susunan ototnya sederhana karena tidak membutuhkan
jenis-jenis otot untuk menggerakkan siri-sirip berpasangan. Pada

23
golongan aghnata dan gnatostomata, otot rangka mempunyai arti penting dalam
pergerakan dan pembentukan tubuh.

Gambar 19. Irisan Otot Ikan Secara Horisontal

Catatan : Pola penyebaran otot merah dan putih pada potongan tubuh ikan,
memperlihatkan variasi karakteristik pada spesies atau kelompok spesies dan dapat
digunakan sebagai petunjuk tambahan pada identifikasi spesies, khususnya spesies
yang mulai punah.

Gambar 20. Irisan Otot Ikan Secara Vertikal

Penyebaran otot merah (bagian yang putih) dan otot putih (bagian yang abu-abu). 3
gambar menunjukkan potongan tubuh ikan dari kiri ke kanan
a. Belakang anterior potongan ekor.
b. Bagian tengah tubuh.
c. Tepi bagian belakang tutup insang

24
D. Rangka
Pada klass pisces, berdasarkan asal dan proses terbentuknya dibagi menjadi
dua macam yaitu tulang rawan (Elasmobranchi) dan tulang sejati (Teleostei). Masing-
masing jenis tulang tersebut tersusun dalam satu system rangka dimana berdasarkan
fungsinya, rangka pada ikan dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
- Axial : memberikan bentuk tubuh
- Visceral : tempat melekatnya otot/daging
- Appendicular : melindungi tubuh
Pembahasan sistem rangka pada praktikum sebatas pada axial khususnya
bagi vertebrata. Sedangkan jenis rangka yang lain akan dibahas lanjut dalam
perkuliahan.

Gambar 21. Rangka Perut dan Kepala Ikan

25
Gambar 22. Rangka Sirip Dorsal dan Sirip Ekor

E. Alat Pencernakan
Sebagaimana halnya pada vertebrata yang lain, ikan juga membutuhkan nutrisi
untuk pertumbuhan dan mempertahankan hidupnya. Makanan masuk kedalam alat
pencernaan melalui mulut. Setiap spesies mempunyai bentuk dan letak mulut yang
bermacam-macam sesuai dengan kebiasaan mencari makan dan makanannya.
Mengenai bentuk dan letak mulut akan dibahas lebih dalam pada praktikum.
Gigi dan jari-jari tapis insang terletak dalam rongga mulut. Kedua organ
tersebut sangat membantu ikan dalam mencerna makanan. Pada jenis ikan karnivora,
gigi berperan dalam menyobek dan memotong makanan/mangsa.
Golongan ikan pemakan plankton, gill filament digunakan sebagai
pengumpul/penyaring plankton sebelum akhirnya melewati oesophagus untuk dicerna
dalam lambung. Oesophagus pada ikan merupakan pembuluh yang pendek sehingga
kadang-kadang sulit untuk diamati. Tidak ada proses pencernaan dalam

26
oesophagus, makanan lewat begitu saja menuju lambung. Proses enzimatis terjadi
lebih dominan dibanding proses mekanis pada lambung. Hasil pencernaan ini
disalurkan ke usus dengan diatur oleh pylorus. Setelah makanan diserap dalam usus
akan di keluarkan melalui anus.
Pada beberapa jenis ikan dilengkapi denga pyloric caeca. Panjang pendeknya
usus dipengaruhi oleh kebiasaan makanan. Jenis-jenis ikan Elasmobranchi
mempunyai perbedaan usus ikan-ikan Teleostei dimana perbedaan ini akan dibahas
lebih lanjut dalam praktikum.

Gambar 23. Alat Pencernaan Pada Ikan

F. Sistem Peredaran Darah


Pada ikan, sistem peredaran darahnya sangat sederhana dibandingkan
dengan vertebrata lainnya. Jantung ikan terletak antara kepala dengan badan sebelah
bawah. Bagian jantung paling belakang disebut sinus venosus sebagai ruang
penerima darah dari seluruh tubuh. Selanjutnya disebut atrium, berdinding lebih tebal
dari sinus venosus. Bagian depan atrium mempuntai katup untuk mencegah agar
darah yang keluar dari ruang tersebut tidak kembali. Ventrikel merupakan didepan
ruang atrium yang mempunyai dinding paling tebal dan selalu berdenyut memompa
darah ke seluruh tubuh, bagian ini pun dilengkapi katup pada
bagian depannya.

28
Gambar 17. Bagan Jantung Ikan

G. Sistem Urogenitalia
Merupakan bagian dari sistem ekskresi (urinaria) denga sistem genitalia.
Sistem urinaria terdiri dari sepasang ginjal yang terletak di sebelah dorsal rongga perut
di bawah vertebratae berikut saluran-salurannya. Ginjal dapat berupa pronephros
yang berhubungan dengan rongga abdomen, sedangkan mesonephros yang tidak
berhubungan dengan rongga abdomen merupakan salah satu alat pengeluaran hasil
metabolisme. Saluran dari ginjal adalah ureter yang yang masing- masing terletak di
sisi abdomen sebelah dorsal menuju posterior, bertemu di kantong urine sebelum
dikeluarkan melalui urethra di porus urogenetalia.
Sistem genital jantan terdiri dari sepasang testis yang terletak di sebelah
ventral vesica natatoria, vasa efferent di dekat oesophagus yang mengalirkan sperma,
sinus urogenitalia untuk mengalirkan sperma dan ductus spermaticus yang membesar
dibelakangnya, yang bersatu pada vesica seminalis sebagai kantong penyimpanan
sperma, sinus urogenitalia untuk mengeluarkan sperma melalui porus urogenitalia.
Selain genital betina pada ikan Telestei terdiri dari sepasang ovarium yang terletak di
sebelah ventral oviduct atau saluran yang ujungnya bersatu, berakhir pada porus
urogenitalia. Pada ikan Elasmobranchhi ovarium tunggal, oviduct terletak kira-kira
sekitar oesophagus, dan ujung oviduct menyempit, terdapat uterus, tempat
penyimpanan telur yang sudah dibuahi

29
Gambar 18. Ovari Ikan
A. Teleost (Umum) B. Ikan Trout (Young, 1962)

H. Otak/ Sistem Syaraf


Syaraf merupakan organ yang paling tinggi spesialisasinya dibanding organ
lain. Pada waktu ikan masih embrio, organ yang pertama kali berkembang secara
sempurna adalah otak. Otak ikan dewasa lunak, berwarna putih keabu-abuan dan
dilindungi oleh tulang tengkorak yang keras dan kuat.
Secara garis besar otak ikan dibedakan menjadi 5 bagian besar yaitu :
• Procencephalon (bagian muka) Telencephalon
Diencephalon
• Mesencephalon (bagian tengah)
• Rhombencephalon (bagian belakang) Iencephalon
Myelencephalon
Organ syaraf pada ikan bertulang-tulang rawan (Elasmobranchi) berbeda
dengan golongan ikan bertulang sejati (Teleostei). Pada ikan hiu, bagian lobus
olfactorius lebih besar dibandingkan dengan lobus opticusnya demikian sebaliknya
pada ikan jenis Teleostei. Hal inilah yang menyebabkan bahwa indra pembau ikan hiu
lebih peka dibandingkan indra penglihatannya. Gambar 13 menunjukan gambar otak
ikan A : Lamprey, B : Hiu, C : Morrnyrid dan D : ikan mas.

30
Gambar 19. Otak Ikan
A. dari samping B. Otak ikan teleostei
B. (dari atas) C. otak ikan elasmobranchia (dari atas)

Gambar 20. Mata Ikan

31
32
33

Anda mungkin juga menyukai