MAKALAH
“Hadits Ahkam Tentang Pernikahan”
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
NAMA : EGA MAWARNI
NIM : 08.17.229
SEMESTER : IX
PRODI : EKONOMI SYARIAH/ ESKLUSIF
Puji dan syukur dengan hati yang tulus dan pikiran yang jernih ke hadirat Allah SWT.
Karena dengan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyusun makalah ini
sehinga dapat hadir di hadapan pembaca sekalian.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhamad SAW Beserta keluarga dan
para Sahabatnya sekalian, yang dengan penuh kesetiaan dan telah mengorbankan jiwa raga
maupun hartanya demi tegaknya syiar Islam yang pengaruh dan manfaatnya masih dapat kita
rasakan pada saat sekarang ini.
Makalah yang berada di hadapan kita pembaca ini membahas tentang “Hadits
Ahkam Tentang Pernikahan ”. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan dapat
menambah wawasan bagi kita semua.
Kepada para pembaca yang membahasa makalah ini kami sampaikan terima kasih.
Saran dan keritik dari para pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini
dan demi bertambahnya wawasan kami sebagai Mahasiswa.
Akhinya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua . Amin ya Rabbal
aalamiin.
i
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH………………………………………………..1
B. RUMUSAN MASALAH………………………………………………………….1
BAB II
PEMBAHASAN
A. HADITS DAN TERJEMAHANNYA…………………………………………….2
B. PENGERTIAN PERNIKAHAN…………………………………………………..3
C. HADIST ABU HURAIRAH TENTANG KATEGORI PEMILIHAN JODOH….4
D. HADIST AISYAH TENTANG NIKAH SEBAGAI SUNNAH NABI…………..7
E. HADIS ABDULLAH BIN MAS’UD TENTANG ANJURAN
UNTUK MENIKAH………………………………………………………………8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN………………………………………………………………..….10
B. SARAN……………………………………………………………………………10
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dibalik anjuran Nabi kepada umatnya untuk menikah, pastilah ada hikmah yang
bisa diambil. Diantaranya yaitu agar bisa menghalangi mata dari melihat hal-hal yang
tidak di ijinkan syara’ dan menjaga kehormatan diri dari jatuh pada kerusakan
seksual.Islam sangat memberikan perhatian terhadap pembentukan keluarga hingga
tercapai sakinah, mawaddah, dan warahmah dalam pernikahan. Dalam makalah ini,
pemakalah akan membahas tentang pernikahan baik dari segi pengertian, hukum,
rukun, syarat, dan lain-lainnya berdasarkan hadits Nabi.
B. RUMUSAN MASALAH
1
BAB II
PEMBAHASAN
ُصلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل تُ ْن َك ُح ْال َمرْ أَة ِ ع َْن أَبِي هُ َر ي َْر ةَ َر
َ ض َي هللاُ َع ْنهُ َع ِن النَّبِ ِّي
ُ (اَ ْخ َر َجه ك ْ َت ال ِّد ْي ِن ت َِر ب
َ ت يَدَا ْ َِالَ رْ بَ ٍع لِ َما لِهَا َولِ َح َسبِهَا َولِ َج َمالِهَا َولِ ِد ْينِهَا ف
ِ ظفَرْ بِ َذا
ْ
)حِ َ ب النِّكاِ البُ َخا ِريُّ فِ ْي ِكتَا
ِ َ ب النِّكا
)ح ِ ِكتَا
2
3. Hadis Abdullah bin Mas’ud Tentang Anjuran Untuk Menikah.
Artinya: Dari Abdirrahman bin Yazid, Abdullah berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi
wa Sallama bersabda pada kami: "Wahai generasi muda, barangsiapa diantara kamu
telah mampu berkeluarga, maka hendaknya ia menikah, karena menikah dapat
menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Barangsiapa belum mampu
hendaknya berpuasa, sebab puasa dapat mengendalikanmu." (H.R. Imam Muslim).
B. PENGERTIAN PERNIKAHAN
Menurut istilah hukum islam, pernikahan menurut syara’ yaitu akad yang
ditetapkan syara’ untuk membolehkan bersenang-senang antara laki-laki dengan
perempuan dan menghalalkan bersenang-senangnya perempuan dengan laki-laki.
Abu yahya zakariya Al-Anshary mendefinisikan, nikah menurut istilah syara’
ialah akad yang mengandung ketentuan hukum kebolehan hubungan seksual
dengan lafadz nikah atau dengan kata-kata yang semakna dengannya.
3
Dari pengertian diatas, pernikahan mengandung aspek akibat hukum,
melangsungkan pernikahan ialah saling mendapat hak dan kewajian serta
bertujuan mengadakan hubungan pergaulan yang dilandasi tolong menolong.
Karena pernikahan terkandung adanya tujuan/maksud mengharap keridhaan
Allah SWT.1
Dari hadist diatas ,dapat dilihat bahwa Nabi membagi faktor seorang lelaki
memilih istri, yaitu:
1. Berdasarkan kekayaan
2. Berdasarkan Nasabnya
3. Berdasarkan kecantikannya
4
4. Berdasarkan Agamanya
Ada riwayat tentang sifat wanita yang baik, Nasai meriwayatkan hadist
Abi Huraira r.a. ia berkata : “dikatakan hai Rasulullah : wanita mana yang baik
? Beliau bersabda: Wanita yang baik, apabila dilihat menyenangkannya,
apabila disuruh mematuhinya, tidak menyalahi pada dirinya dan hartanya
dengan yang tidak disukai.”
5
karena ia teman berbaringnya, ibu bagi anak-anaknya, kepercayaan terhadap
harta dan rumahnya dan dirinya sendiri. 3
6
c. Lelaki yang berpengetahuan Luas
Diatas, terdapat satu criteria yang berlaku bagi kedua pihak,yakni calon
suami dan istri, yaitu kafa’ah ( kesejerajatan ). Yang di maksud kafa’ah ialah
kesepadanan antara calon istri dan keluarga dengan calon istri dan keluargany.
Segolongan fuqaha sepakat bahwa kafa’ah yang berlaku hanya dalam hal
agama,namun dalam mahdzab maliki, kemerdekaan juga ikut
dipertimbangkan. Ada juga beberapa suqaha yang berpendapat bahwa
nasab,kekayaan dan keselamatan dari cacat termasuk dalam lingkup kafa’ah
7
a. Golongan orang yang berhasrat untuk berumah tangga serta mempunyai
belanja untuk itu. Golongan ini dianjurkan untuk menikah.
b. Golongan yang tidak mempunyai hasrat untukmenikah dan tidak punya
belanja. Golongan ini di makruhkan untuk menikah.
c. Golongan yang berhasrat untuk menikah tetapi tidak punya belanja. Golongan
inilah yang disuruh puasa untuk mengendalikan syahwatnya.
5 Teuku Muhammad Harbi As shidiqy. Mutiara Hadits 5. (Semarang :PT. Pustaka Rizki Putra,2003),hal 5
6 Muhyidin an-Nawawi, Shahih Muslim ‘Ala Syarhin Nawawi, (Beirut, Lebanon: Dar al-Kotob al-Ilmiyah,
1995), hlm. 147-149
8
mempunyai penghasilan untuk membelanjai rumah tangga serta berkeinginan
hidup berumah tangga hendaklah menikah, tidak boleh membujang. Mereka yang
tidak sanggup memelihara rumah tangga, atau tidak mempunyai kemampuan
untuk menikah hendaklah dia berpuasa, karena puasa baginya sama dengan
mengebirikan (mensterilkan) diri. Maka tidak halal beristri bagi orang yang
merasa tidak sanggup memberi nafkah atau mas kawin, atau sesuatu hak istri
sebelum dia menerangkan kepada istri tentang keadaannya, dan hendaklah dia
menerangkan pula tentang keadaan kesehatan badannya, seandainya dia
mempunyai penyakit yang menghalangi persetubuhan. 7
1. Tujuan Perkawinan
7 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Mutiara Hadits Jilid 5, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra,
2003), hal. 5-6
9
e. Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang tentram
atas dasar cinta dan kasih sayang.8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. PENUTUP
Demikian makalah yang dapat penulis sajikan, kritik dan saran yang konstruktif
sangatlah penulis harapkan demi tercapainya suatu makalh yang baik. Semoga makalah
ini dapat berguna bagi kita semua dan dapat memperkaya khazanah intelektual kita.
10
DAFTAR PUSTAKA
Asy Shidiqy, Teuku Muhammad Hasbi. 2003. Mutiara Hadits 5. Semarang : PT. Pustaka
Rizki Putra
Junaidi, Didi. 2000.Membina Rumah Tangga Islami dibawah Ridho Illahi. Bandung : Pustaka
Setia
an-Nawawi, Muhyidin. 1995. Shahih Muslim ‘Ala Syarhin Nawawi. Beirut, Lebanon: Dar al-
Kotob al-Ilmiyah.
11