Anda di halaman 1dari 10

14 Organisasi Pergerakan Nasional

Masa pergerakan nasional (1908 - 1942), dibagi dalam tiga tahap berikut.

1. Masa pembentukan (1908 - 1920) berdiri organisasi seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, dan
Indische Partij.
2. Masa radikal/nonkooperasi (1920 - 1930), berdiri organisasi seperti Partai Komunis Indonesia
(PKI), Perhimpunan Indonesia (PI), dan Partai Nasional Indonesia (PNI).
3. Masa moderat/kooperasi (1930 - 1942), berdiri organisasi seperti Parindra, Partindo, dan
Gapi. Di samping itu juga berdiri organisasi keagamaan, organisasi pemuda, dan organisasi
perempuan.
Baca juga: Kronologis peristiwa rengasdengklok

1. Budi Utomo (BU)

Pada awal abad XX sudah banyak mahasiswa di kota-kota besar terutama di Pulau Jawa.
Sekolah kedokteran bernama STOVIA (School tot Opleideing van Inlandsche Aartsen) terdapat
di Jakarta. Para tokoh mahasiswa kedokteran sepakat untuk memperjuangkan nasib rakyat
Indonesia dengan memajukan pendidikan rakyat. Pada tanggal 20 Mei 1908 sebuah organisasi
bernama Budi Utomo dibentuk di Jakarta. Ketua Budi Utomo adalah dr Sutomo, dan tonggak
berdirinya Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 dikenang sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Tokoh lain pendiri Budi Utomo adalah Gunawan, Cipto Mangunkusumo, dan R.T. Ario
Tirtokusumo.

Baca juga: Potensi sumber daya manusia indonesia

Pada mulanya Budi Utomo bukanlah sebuah partai politik. Tujuan utamanya adalah kemajuan
bagi Hindia Belanda. Hal ini terlihat dari tujuan yang hendak dicapai yaitu perbaikan pelajaran di
sekolah-sekolah, mendirikan badan wakaf yang mengumpulkan tunjangan untuk kepentingan
belanja anak-anak bersekolah, membuka sekolah pertanian, memajukan teknik dan industri,
menghidupkan kembali seni dan kebudayaan bumi putera, dan menjunjung tinggi cita-cita
kemanusiaan dalam rangka mencapai kehidupan rakyat yang layak.
Dalam perkembangannya, di tubuh Budi Utomo muncul dua aliran berikut.

a. Pihak kanan, berkehendak supaya keanggotaan dibatasi pada golongan terpelajar saja, tidak
bergerak dalam lapangan politik dan hanya membatasi pada pelajaran sekolah saja.
b. Pihak kiri, yang jumlahnya lebih kecil terdiri dari kaum muda berkeinginan ke arah gerakan
kebangsaan yang demokratis, lebih memerhatikan nasib rakyat yang menderita.

Adanya dua aliran dalam tubuh Budi Utomo menyebabkan terjadinya perpecahan. Dr. Cipto
Mangunkusumo yang mewakili kaum muda keluar dari keanggotaan. Akibatnya gerak Budi
Utomo semakin lamban. Berikut ini ada beberapa faktor yang menyebabkan semakin lambannya
Budi Utomo.

a. Budi Utomo cenderung memajukan pendidikan untuk kalangan priyayi daripada penduduk
umumnya.
b. Lebih mementingkan pemerintah kolonial Belanda daripada kepentingan rakyat Indonesia.
c. Menonjolnya kaum priyayi yang lebih mengutamakan jabatan menyebabkan kaum terpelajar
tersisih. Ketika meletus Perang Dunia I tahun 1914, Budi Utomo mulai terjun dalam bidang
politik.

Pada tahun 1935 Budi Utomo mengadakan fusi ke dalam Partai Indonesia Raya (Parindra).
Sejak itu BU terus mengalami kemerosotan dan mundur dari arena politik.

2. Sarekat Islam (SI)

Pada mulanya Sarekat Islam adalah sebuah perkumpulan para pedagang yang bernama
Sarekat Dagang Islam (SDI). Pada tahun 1911, SDI didirikan di kota Solo oleh H. Samanhudi

sebagai suatu koperasi pedagang batik Jawa. Garis yang diambil oleh SDI adalah kooperasi,
dengan tujuan memajukan perdagangan Indonesia di bawah panji-panji Islam. Keanggotaan SDI
masih terbatas pada ruang lingkup pedagang, maka tidak memiliki anggota yang cukup banyak.
Oleh karena itu agar memiliki anggota yang banyak dan luas ruang lingkupnya, maka pada
tanggal 18 September 1912, SDI diubah menjadi SI (Sarekat Islam). Organisasi Sarekat Islam
(SI) didirikan oleh beberapa tokoh SDI seperti H.O.S Cokroaminoto, Abdul Muis, dan H. Agus
Salim. Sarekat Islam berkembang pesat karena bermotivasi agama Islam. Latar belakang
ekonomi berdirinya Sarekat Islam adalah:

a. perlawanan terhadap para pedagang perantara (penyalur) oleh orang Cina,


b. isyarat pada umat Islam bahwa telah tiba waktunya untuk menunjukkan kekuatannya
c. membuat front melawan semua penghinaan terhadap rakyat bumi putera.
Tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan anggaran dasarnya adalah:
a. mengembangkan jiwa berdagang,
b. memberi bantuan kepada anggotanya yang mengalami kesukaran,
c. memajukan pengajaran den semua yang mempercepat naiknya
derajat bumi putera,
d. menentang pendapat-pendapat yang keliru tentang agama Islam,
e. tidak bergerak dalam bidang politik, dan
f. menggalang persatuan umat Islam hingga saling tolong menolong.

Pada tanggal 29 Maret 1913, para pemimpin SI mengadakan pertemuan dengan Gubernur
Jenderal Idenburg untuk memperjuangkan SI berbadan hukum. Jawaban dari Idenburg pada
tanggal 29 Maret 1913, yaitu SI di bawah pimpinan H.O.S Cokroaminoto tidak diberi badan
hukum. Ironisnya yang mendapat pengakuan pemerintah colonial Belanda (Gubernur Jenderal
Idenburg) justru cabang-cabang SI yang ada di daerah. Ini suatu taktik pemerintah colonial
Belanda dalam memecah belah persatuan SI. Bayangan perpecahan muncul dari pandangan
yang berbeda antara H.O.S Cokroaminoto dengan Semaun mengenai kapitalisme. Menurut
Semaun yang memiliki pandangan sosialis, bergandeng dengan kapitalis adalah haram. Dalam
kongres SI yang dilaksanakan tahun 1921, ditetapkan adanya disiplin partai rangkap anggota.
Setiap anggota SI tidak boleh merangkap sebagai anggota organisasi lain terutama yang
beraliran komunis. Akhirnya SI pecah menjadi dua yaitu SI Putih dan SI Merah.

a. SI Putih, yang tetap berlandaskan nasionalisme dan Islam. Dipimpin oleh H.O.S.
Cokroaminoto, H. Agus Salim, dan Suryopranoto yang berpusat di Yogyakarta.

b. SI Merah, yang berhaluan sosialisme kiri (komunis). Dipimpin oleh Semaun, yang berpusat di
Semarang. Dalam kongresnya di Madiun, SI Putih berganti nama menjadi Partai Sarekat Islam
(PSI). Kemudian pada tahun 1927 berubah lagi menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII).
Sementara itu, SI Sosialis/Komunis berganti nama menjadi Sarekat Rakyat (SR) yang
merupakan pendukung kuat Partai Komunis Indonesia (PKI).

3. Indische Partij (IP)

Indische Partij adalah partai politik pertama di Indonesia. menunjukkan para pendiri Indische
Partij yang terkenal dengan sebutan tiga serangkai E.F.E. Douwes Dekker (Danudirjo Setiabudi),
R.M. Suwardi Suryaningrat, dan dr. Cipto Mangunkusumo. Indische Partij dideklarasikan tanggal
25 Desember 1912.

Tujuan Indische Partij sangat jelas, yakni mengembangkan semangat nasionalisme bangsa
Indonesia. Keanggotaannya pun terbuka bagi semua golongan tanpa memandang suku, agama,
dan ras.

Pada tahun 1913 terdapat persiapan pelaksanaan perayaan 100 tahun pembebasan Belanda
dari kekuasaan Perancis. Belanda meminta rakyat Indonesia untuk turut memperingati hari
tersebut. Para tokoh Indische Partij menentang rencana tersebut. Suwardi Suryaningrat menulis
artikel yang dimuat dalam harian De Expres, dengan judul Als Ik een Nederlander was
(Seandainya aku orang Belanda). Suwardi mengecam Belanda, bagaimana mungkin bangsa
terjajah (Indonesia) disuruh merayakan kemerdekaan penjajah. Pemerintah Belanda marah
dengan sikap para tokoh Indische Partij. Akhirnya Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo, dan
Suwardi Suryaningrat ditangkap dan dibuang ke Belanda.

4. Perhimpunan Indonesia

Pada tahun 1908 di Belanda berdiri sebuah organisasi yang bernama Indische Vereeniging.
Pelopor pembentukan organisasi ini adalah Sutan Kasayangan Soripada dan RM Noto Suroto.
Para mahasiswa lain yang terlibat dalam organisasi ini adalah R. Pandji Sosrokartono,
Gondowinoto, Notodiningrat, Abdul Rivai, Radjiman Wediodipuro (Wediodiningrat), dan Brentel.
Tujuan dibentuknya Indische Vereeniging adalah Indonesia merdeka, memperoleh suatu
pemerintahan Indonesia yang bertanggung jawab kepada seluruh rakyat. Kedatangan tokohtokoh Indische Partij seperti Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat, sangat
mempengaruhi perkembangan Indische Vereeniging. Masuk konsep Hindia Bebas dari

Belanda, dalam pembentukan negara Hindia yang diperintah oleh rakyatnya sendiri. Perasaan
anti-kolonialisme semakin menonjol setelah ada seruan Presiden Amerika Serikat Woodrow
Wilson tentang kebebasan dalam menentukan nasib sendiri pada negara-negara terjajah (The
Right of Self Determination).

5. Partai Komunis Indonesia (PKI)

Partai Komunis Indonesia (PKI) secara resmi berdiri pada tanggal 23 Mei 1920. Berdirinya PKI
tidak terlepas dari ajaran Marxis yang dibawa oleh Sneevliet. Ia bersama teman-temannya
seperti Brandsteder, H.W Dekker, dan P. Bergsma, mendirikan Indische Social Democratische
Vereeniging (ISDV) di Semarang pada tanggal 4 Mei 1914. Tokoh-tokoh Indonesia yang
bergabung dalam ISDV antara lain Darsono, Semaun, Alimin, dan lain-lain.

PKI terus berupaya mendapatkan pengaruh dalam masyarakat. Salah satu upaya yang
ditempuhnya adalah melakukan infiltrasi dalam tubuh Sarekat Islam. Organisasi PKI makin kuat
ketika pada bulan Februari 1923 Darsono kembali dari Moskow. Ditambah dengan tokoh-tokoh
Alimin dan Musso, maka peranan politik PKI semakin luas.

Pada tanggal 13 November 1926, Partai Komunis Indonesia mengadakan pemberontakan di


Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Pemberontakan ini sangat sia-sia karena
massa sama sekali tidak siap di samping organisasinya masih kacau. PKI telah mengorbankan
ribuan orang yang termakan hasutan untuk ikut serta dalam pemberontakan. Dampak buruk
lainnya yang menimpa para pejuang pergerakan di tanah air adalah berupa pengekangan dan
penindasan yang luar biasa dari pemerintah Belanda sehingga sama sekali tidak punya ruang
gerak. Walaupun PKI dinyatakan sebagai partai terlarang tetapi secara ilegal mereka masih
melakukan kegiatan politiknya. Semaun, Darsono, dan Alimin meneruskan propaganda untuk
tetap memperjuangkan aksi revolusioner di Indonesia.

6. Partai Nasional Indonesia (PNI)

Berdirinya partai-partai dalam pergerakan nasional banyak berawal dari studie club. Salah
satunya adalah Partai Nasional Indonesia (PNI). Partai Nasional Indonesia (PNI) yang lahir di
Bandung pada tanggal 4 Juli 1927 tidak terlepas dari keberadaan Algemeene Studie Club.
Lahirnya PNI juga dilatarbelakangi oleh situasi sosio politik yang kompleks. Pemberontakan PKI
pada tahun 1926 membangkitkan semangatuntuk menyusun kekuatan baru dalam menghadapi
pemerintah kolonial Belanda. Rapat pendirian partai ini dihadiri Ir. Soekarno, Dr. Cipto

Mangunkusumo, Soedjadi, Mr. Iskaq Tjokrodisuryo, Mr. Budiarto, dan Mr. Soenarjo. Pada awal
berdirinya, PNI berkembang sangat pesat karena didorong oleh faktor-faktor berikut.

a. Pergerakan yang ada lemah sehingga kurang bisa menggerakkan massa.


b. PKI sebagai partai massa telah dilarang.
c. Propagandanya menarik dan mempunyai orator ulung yang bernama Ir. Soekarno (Bung
Karno).
Untuk mengobarkan semangat perjuangan nasional, Bung Karno mengeluarkan Trilogi sebagai
pegangan perjuangan PNI. Trilogi tersebut mencakup kesadaran nasional, kemauan nasional,
dan perbuatan nasional.
Tujuan PNI adalah mencapai Indonesia merdeka. Untuk mencapai tujuan tersebut, PNI
menggunakan tiga asas yaitu self help (berjuang dengan usaha sendiri) dan nonmendiancy,
sikapnya terhadap pemerintah juga antipati dan nonkooperasi. Dasar perjuangannya adalah
marhaenisme.

7. Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI)

PPPKI dibentuk di Bandung pada tanggal 17 - 18 Desember 1927. Beranggotakan organisasiorganisasi seperti Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII), Budi Utomo (BU), PNI, Pasundan,
Sumatranen Bond, Kaum Betawi, dan Kaum Studi Indonesia. Tujuan dibentuknya PPPKI yaitu:
a. menghindari segala perselisihan di antara anggota-anggotanya;
b. menyatukan organisasi, arah, serta cara beraksi dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia
c. mengembangkan persatuan kebangsaan Indonesia.
Pembentukan organisasi PPPKI sebagai ide persatuan sejak awal mengandung benih-benih
kelemahan dan keretakan. Berikut ini ada beberapa faktor yang menyebabkan keretakan
tersebut.
a. Masing-masing anggota lebih mementingkan loyalitas pada masing-masing kelompoknya.
b. Kurangnya kontrol pusat terhadap aktivitas lokal.
c. Perbedaan gaya perjuangan di antara organisasi-organisasi anggota PPKI tersebut.

8. Partai Indonesia (Partindo)

Ketika Ir. Soekarno yang menjadi tokoh dalam PNI ditangkap pada tahun 1929, maka PNI pecah
menjadi dua yaitu Partindo dan PNI Baru. Partindo didirikan oleh Sartono pada tahun 1929.
Sejak awal berdirinya Partindo memiliki banyak anggota dan terjun dalam aksi-aksi politik

menuju Indonesia Merdeka. Dasar Partindo sama dengan PNI yaitu nasional. Tujuannya adalah
mencapai Indonesia merdeka. Asasnya pun juga sama yaitu self help dan nonkooperasi.
Partindo semakin kuat setelah Ir. Soekarno bergabung ke dalamnya pada tahun 1932, setelah
dibebaskan dari penjara. Namun, karena kegiatan-kegiatannya yang sangat radikal
menyebabkan pemerintah melakukan pengawasan yang cukup ketat. Karena tidak bisa
berkembang, maka tahun 1936 Partindo bubar.

9. Partai Indonesia Raya (Parindra)

Partai Indonesia Raya (Parindra). Parindra didirikan di kota Solo oleh dr. Sutomo pada tanggal
26 Desember 1935. Parindra merupakan fusi dan Budi Utomo dan Persatuan Bangsa Indonesia
(PBI). Tujuan Parindra adalah mencapai Indonesia Raya. Asas politik Parindra adalah insidental,
artinya tidak berpegang pada asas kooperasi maupun nonkooperasi.
Sikapnya terhadap pemerintah tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi, jadi luwes.
Tokoh-tokoh Parindra yang terkenal dalam membela kepentingan rakyat di volksraad adalah
Moh. Husni Thamrin.
Parindra berjuang agar wakil-wakil volksraad semakin bertambah sehingga suara yang
berhubungan dengan upaya mencapai Indonesia merdeka semakin diperhatikan oleh
pemerintah Belanda. Perjuangan Parindra dalam volksraad cukup berhasil, terbukti pemerintah
Belanda mengganti istilah inlandeer menjadi Indonesier.

10. Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo)

Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) didirikan di Jakarta pada tanggal 24 Mei 1937 oleh orangorang bekas Partindo. Tokoh-tokohnya antara lain Sartono, Sanusi Pane, dan Moh. Yamin.
Dasar dan tujuannya adalah nasional dan mencapai Indonesia Merdeka. Gerindo juga menganut
asas incidental yang sama dengan Parindra. Tujuan Gerindo antara lain:
a. mencapai Indonesia Merdeka,
b. memperkokoh ekonomi Indonesia,
c. mengangkat kesejahteraan kaum buruh, dan
d. memberi bantuan bagi kaum pengangguran.

11. Gabungan Politik Indonesia (Gapi)

Pada tanggal 15 Juli 1936, partai-partai politik dengan dipelopori oleh Sutardjo Kartohadikusumo
mengajukan usul atau petisi, yaitu permohonan supaya diselenggarakan suatu musyawarah

antara wakilwakil Indonesia dan negara Belanda di mana anggotanya mempunyai hak yang
sama.
Tujuannya adalah untuk menyusun suatu rencana pemberian kepada Indonesia suatu
pemerintah yang berdiri sendiri. Namun usul tersebut ditolak oleh pemerintah kolonial Belanda.
Adanya kekecewaan terhadap keputusan pemerintah Belanda tersebut, atas prakarsa Moh.
Husni Thamrin pada tanggal 21 Mei 1939, dibentuklah Gabungan Politik Indonesia (Gapi).
Berikut ini ada beberapa alasan yang mendorong terbentuknya Gapi.
a. Kegagalan petisi Sutarjo. Petisi ini berisi permohonan agar diadakan musyawarah antara
wakil-wakil Indonesia dan Belanda. Tujuannya adalah agar bangsa Indonesia diberi
pemerintahan yang berdiri sendiri.
b. Kepentingan internasional akibat timbulnya fasisme.
c. Sikap pemerintah yang kurang memerhatikan kepentingan bangsa Indonesia.
Tujuan Gapi adalah menuntut pemerintah Belanda agar Indonesia mempunyai parlemen sendiri,
sehingga Gapi mempunyai semboyan Indonesia Berparlemen. Tuntutan Indonesia Berparlemen
terus diperjuangkan dengan gigih. Akhirnya pemerintah Belanda membentuk komisi yang dikenal
dengan nama Komisi Visman karena diketuai oleh Dr. F.H.Visman. Tugas komisi ini adalah
menyelidiki dan mem-pelajari perubahan-perubahan ketatanegaraan.
Namun, setelah melakukan penelitian, Komisi Visman mengeluarkan kesimpulan yang
mengecewakan bangsa Indonesia. Menurut komisi tersebut, sebagian besar rakyat Indonesia
berkeinginan hidup dalam ikatan Kerajaan Belanda. Gapi menolak keputusan tersebut, sebab
dianggap hanya rekayasa Belanda dan bertentangan dengan keinginan rakyat Indonesia.

12. Organisasi Keagamaan

Muhammadiyah adalah organisasi Islam modern yang didirikan di Yogyakarta pada tanggal 18
November 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan. Muhammadiyah berarti umat Muhammad atau
pengikut Muhammad. Dengan nama ini memiliki harapan dapat mencontoh segala jejak
perjuangan dan pengabdian Nabi Muhammad.
Di samping Muhammadiyah, gerakan keagamaan lain yang memiliki andil bagi kemajuan
bangsa antara lain, berikut ini.
a. Jong Islamienten Bond, berdiri tanggal 1 Januari 1925 di Jakarta.
b. Nahdlatul Ulama (NU), berdiri pada tanggal 31 Januari 1926 di Surabaya, Jawa Timur.
c. Nahdlatul Wathan, berdiri tahun 1932 di Pacor, Lombok Timur.

13. Organisasi Pemuda dan Wanita

Perkumpulan pemuda yang pertama berdiri adalah Tri Koro Dharmo. Organisasi ini berdiri pada
tanggal 7 Maret 1915 di Jakarta atas petunjuk Budi Utomo. Diprakarsai oleh dr. Satiman
Wirjosandjojo, Kadarman, dan Sunardi. Mereka mufakat untuk mendirikan organisasi
kepemudaan yang anggotanya berasal dari siswa sekolah menengah di Jawa dan Madura.
Perkumpulan ini diberi nama Tri Koro Dharmo yang berarti tiga tujuan mulia (sakti, budhi, bakti).

Organisasi kepemudaan lainnya yang bersifat kedaerahan banyak bermunculan seperti


Pasundan, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa, Jong Batak, Jong Ambon, Jong Celebes,
Timorees Ver Bond, PPPI (Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia), Pemuda Indonesia, Jong
Islamienten Bond, kepanduan, dan sebagainya.

Di samping gerakan para pemuda, kaum wanita juga tidak mau ketinggalan. Pergerakan wanita
dipelopori oleh R.A.Kartini dari Jepara dengan mendirikan Sekolah Kartini. Perkumpulan wanita
yang didirikan sebelum tahun 1920 antara lain Putri Mardika yang didirikan atas bantuan Budi
Utomo. Perkumpulan ini bertujuan untuk memajukan pengajaran terhadap anak-anak
perempuan dengan cara memberi penerangan dan bantuan dana, mempertinggi sikap yang
merdeka, dan melenyapkan tindakan malu-malu yang melampaui batas.

Perkumpulan Kautamaan Istri didirikan pada tahun 1913 di Tasikmalaya, lalu pada tahun 1916 di
Sumedang, Cianjur, dan tahun 1917 di Ciamis, menyusul di Cicurug
tahun 1918. Tokoh Kautamaan Istri yang terkenal adalah Raden Dewi Sartika.
Di Yogyakarta pada tahun 1912 didirikan perkumpulan wanita yang benafaskan Islam dengan
nama Sopa Tresna, yang kemudian pada tahun 1914 menjadi bagian wanita dari
Muhammadiyah dengan nama Aisyah. Di Yogyakarta selain Aisyah juga
ada perkumpulan wanita yang bernama Wanito Utomo, yang mulai memasukkan perempuan ke
dalam kegiatan dasar pekerjaan ke arah emansipasi.

Di samping R.A.Kartini dan Dewi Sartika, masih terdapat seorang tokoh wanita yaitu Ibu Maria
Walanda Maramis dari Minahasa. Beliau mendirikan perkumpulan yang bernama Percintaan Ibu

Kepada Anak Temurunnya (PIKAT) pada tahun 1917. PIKAT dalam kegiatannya mendirikan
Sekolah Kepandaian Putri.

14. PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia)

Sumpah pemuda, tidak dapat lepas dari organisasi kepemudaan yang bernama PPPI
(Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia) yang didirikan pada tahun 1926. PPPI mendapat
dukungan dari sejumlah organisasi kepemudaan seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond,
Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Minahasa, Jong Batak, dan Jong Islamienten Bond dengan
penuh keyakinan ingin mencapai tujuannya yaitu persatuan Indonesia. Para pemuda ini
menginginkan suatu upaya penyatuan peletakan dasar untuk kemerdekaan dengan menentang
ketidakadilan yang dialami selama masa penjajahan.

Anda mungkin juga menyukai