Anda di halaman 1dari 6

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BIOGRAFI MUHAMMAD ALI PASHA

MEISYAHIRA RISMA RAHMANDA / XI-MIPA 4 / ABSEN 19

Muhammad Ali Pasha


Muhammad Ali Pasha adalah seorang tokoh
pembaruan di Mesir yang
masih keturunan dari Turki.
Ia lahir di Kawalla, Yunani
pada tahun 1765 dan
meninggal tahun 1849 di
Mesir.
Ayahnya adalah
seorang pedagang dan
dapat dikatakan bahwa
Muhammad Ali lahir dalam
keadaan keluarga tidak
mampu sehingga ia tidak
pernah mengenyam
pendidikan yang
Lahir 1769 di
menjadikannya sebagai
Kavala
orang yang ummi (tidak
Meninggal 1849 di Kairo, dapat baca tulis). Tetapi
Mesir tidak ada yang menyangka
dengan latarbelakang yang
seperti ini, ia mampu
menjadi panglima dan tokoh
Dari keadaan Muhammad Ali Pasya yang demikian membuat ia
menjadi seorang pemuda yang giat bekerja dan cakap. Sifat
kecakapannya membuat ia lebih dikenal bahkan disayangi oleh
gubernur Ustman. Kecakapannya itu mulai muncul ketika ia berumur
dewasa dan bekerja sebagai pemungut pajak. Dari kecakapan dan
kesungguhannya dalam menjalankan amanat sebagai pemungut
pajak, gubernur Utsmani mengambilnya sebagai seorang menantu.
Setelah diambil menjadi menantu, ia ditugaskan menjadi seorang
wakil perwira yang memimpin pasukan militer untuk menggempur
pasukan Prancis dan berhasil.
Ketika Muhammad Ali Pasya berhasil mengusir pasukan
Napoleon sehingga pasukan Prancis meninggalkan Mesir tahun 1801.
Ia berisiatif untuk mengisi kekosongan kekuasaan yang ditinggalkan
oleh Napoleon, tetapi terjadi perebutan untuk mengisi kekosongan
tersebut antara lain adalah Khursyid Pasya (pimpinan kaum mamluk)
yang datang dari Istanbul, Turki, yang sebelumnya kaum mamluk
pergi meninggalkan Mesir karena diperangi dan dikejar-kejar oleh
pasukan Napoleon dan dipihak kedua adalah Muhammad Ali Pasya.
Muhammad Ali Pasya menggunakan siasat mengadu domba
antara pimpinan kaum mamluk dengan rakyat Mesir. Dengan
siasatnya ini, ia berhasil menghasud rakyat Mesir agar benci terhadap
kaum mamluk dan dari kebencian rakyat Mesir inilah yang
dimanfaatkan oleh Muhammad Ali untuk mengambil simpati rakyat
Mesir yang akhirnya membawanya menjadi penguasa Mesir. Akhirnya
pada tahun 1805 M, rakyat Mesir mengangkatnya sebagai Gubernur
Mesir.
Sebenarnya keberhasilan Muhammad Ali menjadi pemimpin di
Mesir tidaklah hanya karena siasat adu dombanya melainkan ia
membohongi dengan menyerang sekaligus mengepung pasukan
Sultan yang dikirim kepadanya. Invasi Prancis yang juga melemahkan
antara Mesir dan Utsmaniyah.
Akhirnya Muhammad Ali berhasil berkuasa didaerahnya dengan
memproklamirkan dirinya sebagai Pasya.

MENJADI GUBERNUR MESIR


Muhammad Ali Pasya berkuasa sekitar tahun 1804-
1849. Langkah pertama yang dilakukannya adalah
dengan menyingkirkan para pemimpin yang menentang
kebijakannya dengan memecatnya bahkan sampai
membunuhnya. Tidak hanya menyingkirkan para
pemimpin yang menentangnya, ia juga menyingkirkan
dan kemudian membasmi kaum mamluk. Genosida
terhadap kaum mamluk ini dikarenakan Muhammad Ali
Pasya mendengar adanya isu-isu yang berisi rencana
pembunuhan terhadapnya yang akan dilakukan kaum
mamluk. Dalam sebuah cerita disebutkan bahwa ia
menggunakan perangkap untuk membasmi kaum
mamluk dengan cara mengundang mereka dalam acara
pesta di istana. Ketika semua kaum mamluk hadir
didalam istana, Muhammad Ali memerintahkan penjaga
istana untuk menutup gerbang dan akhrinya semua kaum
mamluk yang berjumlah 470 orang dibantai disana.
Menurut sejarah versi Philip K. Hitti, kaum mamluk
dibantai diatas bukit dekat dengan istana. Hanya seorang
saja yang selamat dari peristiwa pembantaian itu.

Mendengar adanya seorang mamluk yang selamat,


Muhammad Ali Pasya mengirimkan pasukan untuk
mengejarnya. Sebagian kaum mamluk di Turki selamat
dengan berpindah ke Sudan tetapi kaum mamluk yang
berada di Mesir habis tidak tersisa. Setelah semua
saingannya telah tersingkirkan, maka mulailah
Muhammad Ali Pasya fokus dalam kepemimpinannya
dengan cara diktator. Kediktatorannya tampak dalam
keputusan-keputusan dan programnya yang merujuk
kepada secularism dan kegiatan Muhammad Ali Pasya
menumpas semua syaikh dan akademisi yang
melawannya yang terjadi pada tahun 1809 dan 1813.

Pada tahun 1811, Muhammad Ali melakukan


ekspansi ke wilayah Saudi Arabia dengan mengirimkan
pasukannya dengan misi utama adalah memerangi
Wahabi.[19] Penyerangannya terhadap Wahabi
dilakukannya karena ia takut gerakan tersebut akan
mengancam kedaulatan Turki Ustmani sebagai pelindung
kota Suci Makkah dan Madinah. Kemudian pada tahun
1822 pasukan Muhammad Ali bergabung dengan
pasukan Turki Utsmani yang masing-masing menaklukan
wilayah Creta dan berhasil mendudukinya tahun 1822
dan 1824. Muhammad Ali melanjutkan ekspansinya ke
Navarino tetapi akhirnya dikalahkan oleh pasukan
Prancis-Inggris-Rusia pada tahun 1827. Setelah menerima
kekalahan di Navarino Muhammad Ali pun
menginstruksikan pasukannya untuk mundur dan kembali
menjaga kedaulatan Mesir.

Sekularisme yang diterapkan Muhammad Ali Pasya


tampak dalam sikapnya yang tidak menghiraukan
nasihat-nasihat pada ‘ulama’ Mesir tentang hukum
shari’ah dalam masalah pemerintahan. Meskipun
Muhammad Ali tidak menaati dan menghiraukan fatwa
atau pendapat ‘ulama’, ia malah mengikuti para ‘ulama’
dalam menerapkan konsep shari’ah, moral dan lain
sebagainya dalam Pendidikan formal di Mesir.
Muhammad Ali membiarkan konsep shari’ah dan moral
diaplikasikan dan diimplementasikan dalam pendidikan.
Dalam konsep pembaruan Muhammad Ali Pasya, ia
menerapkan pendidikan militer karena ia percaya bahwa
kekuasaannya dapat bertahan dengan adanya kekuatan
militer. Kolonel Steve ditugaskan oleh Muhammad Ali
untuk membangun angkatan bersenjata Mesir yang
modern. Selain angkatan bersenjata, Steve juga
membuat angkatan Laut modern yang dilengkapi kapal
perang yang diimpor dari luar negeri dengan
persenjataan lengkap yang diproduksi didalam negeri.
Muhammad Ali bahkan mendatangkan tenaga-tenaga
militer dari Prancis dan ia membangun suatu angkatan
bersenjata yang disebut Nizam-I Jedid. Tidak sebatas
pembangunan militer, Muhammad Ali juga membangun
sekolah perwira angkatan laut di Iskandariyah. Selain
Pendidikan militer ia menerapkan Pendidikan Teknik dan
kedokteran, sekolah obat-obatan pada tahun 1829,
sekolah pertambangan pada tahun 1834, sekolah
pertanian tahun 1836, dan sekolah penterjemahan pada
tahun 1836. Muhammad Ali mendatangkan guru dari
Eropa untuk mengisi tenaga pengajar dalam sekolah-
sekolah yang didirikannya. Pada tahun 1822, ia juga
mendirikan satu unit percetakan Bulaq yang juga salah
satu titik vital dalam perkembangan produk-produk literer
dan kemajuan Mesir pada saat itu.

Adanya sekolah penterjemahan yang didirikan oleh


Muhammad Ali, sebanyak 311 pelajar dikirim ke Eropa
seperti ke Austria, Prancis, Ingris, dan Jerman yang
didanai oleh pemerintah langsung. Dari 311 pelajar
tersebut salah satunya adalah Rifa’ah al-T{aht{awi yang
belajar di Prancis dan seteah beberapa tahun sekolah
penterjemah berjalan, Muhamad Ali menunjuk Rifa’ah
untuk menjadi pimpinan sekolah ini. Dalam masa
kepemimpinan Rifa’ah, sekolah penterjemah berkembang
lebih baik dengan menggencarkan penterjemahan buku-
buku Barat, seperti buku filsafat, ilmu militer, ilmu fisika,
ilmu bumi, logika, antropologi, ilmu politik dan lain
sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai