Anda di halaman 1dari 10

TOKOH PEMBAHARU ISLAM DARI MESIR

MUHAMMAD ALI PASHA (1765-1849)

Muhammad Ali Pasya adalah orang Turki kelahiran.Dia bekerja sebagai


pemungut pajak.Karena prestasi kerjanya yang baik ia menjadi kesayangan
Gubernur setempat dan kemudian menjadi menantu Gubernur
tersebut.Kemudian dia menjadi anggota militer dan menunjukkan kecakapan
dalam menjalankan tugas dan diangkat menjadi perwira.
Dia adalah salah satu perwira yang turut dikirim ke Mesir untuk menghadapi
tentara Napoleon.Dalam pertempuran dengan tentara Napoleon tahun
1801,Muhammad Ali Pasya menununjukan keberanian yang luar biasa dan
diangkat menjadi kolonel.
Setelah kepergian tentara Napoleon ,Kaum Mamluk kembali ke Mesir untuk
mengambil kekuasaan.Sementara itu juga dikirim Pasya dari
Turki.Muhammad Ali Pasya mengadu domba keduanya dan berhasil
menumpas mereka.Ia kemudian mengangkat dirinya sendiri menjadi Pasya di
Mesir.

PEMBAHARUAN PEMIKIRANNYA :

a. Politik Luar Negeri


Menyadari ketertinggalan bangsa Mesir dari peradapan barat,maka
hubungan dengan negara-negara barat harus diperbaiki.Dia
mengirimkan 311 mahasiswa (1813-1849) untuk belajar di Itali,Perancis
,Inggris dan Austria.Mereka belajar tentang ilmu-ilmu
kemiliteran,kedokteran,arsitek dan obat-obatan.

b. Politik Dalam Negeri


1) Membangun kekuatan Militer
Dia menyadari bahwa kekuasaannya hanya dapat dipertahankan
dan dibesarkan dengan kekuatan militer.Pada tahun 1815,untuk
pertama kalinya dibangun sekolah militer di Mesir dengan
mendatangkan instruktur dari Barat.
2) Ekonomi
Mesir adalah negara pertanian,untuk mempertinggi hasil pertanian
dilakukan perbaikan irigasi,penanaman bibit kapas dari India dan
Sudan,mendatangkan ahli pertanian barat dan memperbaiki
pengangkutan.

3) Pendidikan
Meskipun Muhammad Ali Pasya buta huruf,namun dia mengerti
tentang pentingnya pendidikan.Maka dibangunlah berbagai sekolah
seperti sekolah teknik, sekolah kedokteran,pertambangan,pertanian
dan sekolah penerjemah dengan mendatangkan guru-guru dari
barat.Sekolah penerjemah ini yang kemudian memperlancar
penerjemahan berbagai buku dalam bahasa Arab.
4) Pemerintahan
Muhammad Ali Pasya memerintah dengan diktaktor,dia memiliki
penasehat tetapi putusan terakhir tetap ditangannya.

AL TAHTAWI(1801-1873)

Al Tahtawi adalah pimpinan mahasiswa yang diutus Muhammad Ali


Pasya ke Perancis.Ketika beumur 16 tahun,ia belajar di Kairo selama lima
tahun .Kemudian mengajar di Al Ahzar selama dua tahun hingga pada tahun
1824 diangkat menjadi imam tentara dan dua tahun setelahnya baru dikirim
ke Perancis.
Selama di Perancis dia belajar bahasa Perancis dan berhasil
menerjemahkan dua belas buku.Diantaranya buku sejarah Alexander
Makedonia,buku pertambangan,adat-istiadat berbagai bangsa,akhlak dan
sebagainya.
Setelah kembali ke Kairo,dia menjadi pengajar bahasa Perancis dan
penerjemah di Sekolah Kesehatan.Dua tahun setelahnya dipindah di sekolah
Artileri untuk memimpin menerjemahkan buku teknik dan kemiliteran[3].Dia
juga pernah menjabat kepala sekolah penerjemah.Menerjemahkan Undang-
undang Perancis dalam Bahasa Arab dan karya-karya ilmu
Khaldun.Memimpin surat kabar Waqaiul Misriyah yang tidak hanya berisi
berita tetapi juga kemajuan ilmu pengetahuan barat.

PEMBAHARUAN PEMIKIRANNYA :
Al-Tahtawi bukanlah seorang yang sekuler.Dia menghendaki Mesir
maju seperti barat,namun tetap dijiwai oleh agama dalam segala aspek.Salah
satu jalan untuk kesejahteraan adalah dengan berpegang dengan Agama dan
akhlak.Oleh karenanya pendidikan adalah penting untuk membentuk
manusia berkepribadian dan patriotik (hubbul wathan).Dia juga mencetuskan
emansipasi pendidikan bagi wanita,agar mereka bisa mendidik anak-
anaknya,menjadi pathner suami dalan kehidupan intelek dan sosial serta
dapat pula bekerja.
Dalam hal agama,Dia menghendaki agar para ulama mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan tidak menutup pintu ijtihad.

TOKOH PEMBAHARU ISLAM DI PAKISTAN

MUHAMMAD IQBAL

Muhammad Iqbal berasal dari keluarga golongan menengah di Punjab dan


lahir di Sialkot pada tahun 1876. Untuk meneruskan studi ia kemudian pergi
ke Lahore dan belajar di sana sampai ia memperoleh gelar keserjanaan M.A.
di tahun 1905 ia pergi ke Negara Inggris dan masuk ke Universitas
Cambridge untuk mempelajari falsafat. Dua tahun kemudian ia pindah ke
Munich di Jerman dan di sinilah ia memperoleh gelar Ph.D. dalam tasawuf.
Pada tahun 1908 ia berada kembali di Lahore dan disamping pekerjaannya
sebagai pengacara ia menjadi dosen falsafat. Kemudian ia memasuki bidang
politik dan ia ditahun 1930 dipilih menjadi presiden Liga Muslimin. Di tahun
1933 ia diundang ke Afghanistan untuk membicarakan pembentukan
Universitas Kabul. Dalam usia 62 tahun ia meninggal di tahun 1938.[1]
PEMBAHARUAN PEMIKIRANNYA :

Sebagaimana para pembaharu lain, Iqbal juga beranggapan bahwa


kemunduran umat Islam yang berlangsung sangat panjang disebabkan oleh:
1) Kebekuan dalam pemikiran umat Islam, hukum dalam Islam telah
bersifat statis, padahal menurutnya Hukum dalam Islam sebenarnya tidak
bersifat statis, tetapi dapat berkembang sesuai dengan perkembangan
zaman, dan pintu ijtihad tidak pernah tertutup.
2) Ajaran zuhud yang terdapat dalam tasawuf. Sikap zuhud dalam
tasawuf mengajarkan bahwa perhatian kita harus dipusatkan kepada
tuhan dan apa-apa yang berada di balik alam materi. Ajaran itu akhirnya
menyebabkan umat Islam kurang memperhatikan soal-soal
kemasyarakatan.
3) Runtuhnya Baghdad sebagai pusat kemajuan pemkiran umat Islam
pada pertengahan abad ke-13. Untuk mengelakan perpecahan yang lebih
parah, kaum konservatif merasa perlu mempertahankan keseragaman
hidup sosial umat Islam. Oleh karena itu mereka menolak pembaruan
dalam bidang syariat dan menganjurkan untuk berpegang teguh pada
hukum yang telah ditentukan ulama terdahulu. Dengan kata lain, mereka
menganggap pintu ijtihad telah tertutup.

PEMIKIRAN IQBAL TENTANG SUMBER HUKUM ISLAM


a. Alquran
Sebagai seorang Islam yang di didik dengan cara kesufian
(mizan,1944:44) , Iqbal percaya kalau al-Quran itu memang benar
diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad dengan perantara
Malaikat Jibril dengan sebenar-benar percaya, kedudukannya adalah
sebagai sumber hukum yang utama dengan pernyataannya The Quran
is a book which emphazhise deed rather than idea (al Quran adalah
kitab yang lebih mengutamakan amal daripada cita-cita) . Namun
demikian dia menyatakan bahwa bukanlah al Quran itu suatu undang-
undang. Dia dapat berkembang sesuai dengan perubahan zaman, pintu
ijtihad tidak pernah tertutup.
Tujuan sebenarnya Alquran menurut Iqbal adalah membangkitkan
kesadaran manusia yang lebih tinggi dalam hubungannya dengan Tuhan
dan alam semesta, Quran tidak memuatnya secara detail maka manusia
itu sendirilah dituntut mengembangkannya. Ini didalam rumusan fiqh
dikembangkan dalam prinsip ijtihad, oleh iqbal disebut prinsip gerak
dalam struktur Islam. Disamping itu Alquran memandang bahwa
kehidupan adalah satu proses cipta yang kreatif dan progresif. Oleh
karenanya, walaupun Alquran tidak melarang untuk mempertimbangkan
karya besar ulama terdahulu, namun masyarakat juga harus berani
mencari rumusan baru secara kreatif dan inovatif untuk menyelesaikan
persoalan-persoalan yang mereka hadapi.. Akibat pemahaman yang
kaku terhadap pendapat ulama terdahulu, maka ketika masyarakat
bergerak maju, hukum tetap berjalan di tempatnya.
Akan tetapi, kendatipun Iqbal sangat menghargai perubahan dan
penalaran ilmiah dalam memahami Alquran, namun dia melihat ada
dimensi-dimensi didalam Alquran yang sudah merupakan ketentuan yang
baku dan tidak dapat dirubah serta harus dikonservasikan, sebab
ketentuan itu berlaku konstan. Dia begitu terobsesi untuk menyadarkan
umat islam untuk lebih progresif dan dinamis dari keadaan statis dan
stagnan dalam menjalani kehidupan duniawi. [2]
Karena berdasarkan pengalaman, agama Yahudi dan Kristen telah
gagal menuntun umat manusia menjalani kehidupan. Kegagalan Yahudi
disebabkan terlalu mementingkan segi-segi legalita dan kehidupan
duniawi. Sedangkan Kristen gagal dalam memberikan nilai-nilai kepada
pemeliharaan negara, undang-undang dan organisasi, karena lebih
mementingkan segi-segi ritual dan spritual saja. Dalam kegagalan kedua
agama tersebut al-Quran berada ditengah-tengah dan sama-sama
mementingkan kehidupan individual dan sosial, ritual dan moral. Al-
Quran mengajarkan keseimbangan kedua sisi kehidupan tersebut, tanpa
membeda-bedakannya. Baginya antara politik pemerintahan dan agama
tidak ada pemisahan sama sekali, inilah yang dikembangkannya dalam
merumuskan ide berdirinya negara Pakistan yang memisahkan diri dari
India yang mayoritas Hindu.
Pandangan Iqbal tentang kehidupan yang seimbang antara moral
dan agama ; etik dan politik ; ritual dan duniawi, sebenarnya bukanlah hal
yang baru dalam pemikiran Islam. Namun, dalam perjalanan sejarah,
pemikiran demikian terkubur bersama arus kehidupan politik umat Islam
yang semakin memburuk, terutama sejak keruntuhan dan kehancuran
Bagdad, 1258. sehingga masyarakat Islam tidak mampu lagi menangkap
visi dinamis dalam doktrin Islam (al-Quran).
Akhirnya walaupun tidak ditegaskan kedalam konsep oleh para
mullah lahirlah pandangan pemisahan antara kehidupan dunia dan
agama yang menyeret umat untuk meninggalkan kehidupan duniawi,
akibatnya, hukum pun menjadi statis dan al-Quran tidak mampu di
jadikan sebagai referensi utama dalam hal menjawab setiap
problematika.
Inilah yang terjadi dalam lingkungan sosial politik umat Islam. Oleh
sebab itu, Iqbal ingin menggerakkan umat Islam untuk kreatif dan
dinamis dalam menghadapi hidup dan menciptakan perubahan-
perubahan dibawah tuntunan ajaran al Quran. Nilai-nilai dasar ajaran al
Quran harus dapat dikembangkan dan digali secara serius untuk
dijadikan pedoman dalam menciptakan perubahan itu. Kuncinya adalah
dengan mengadakan pendekatan rasional al Quran dan mendalami
semangat yang terkandung didalamnya, bukan menjadikannya sebagai
buku Undang-undang yang berisi kumpulan peraturan-peraturan yang
mati dan kaku.
Akan tetapi, kendatipun Iqbal sangat menghargai perubahan dan
penalaran ilmiah dalam memahami al Quran, namun ia melihat ada
dimensi-dimensi didalam al Quran yang sudah merupakan ketentuan
yang baku dan tidak dapat dirubah serta harus di konservasikan
( pertahankan), sebab ketentuan itu berlaku konstan.

b. Al-Hadis
Sejak dulu hadist memang selalu menjadi bahan yang menarik
untuk dikaji. Baik umat Islam maupun kalangan orientalis. Tentu saja
maksud dan titik berangkat dari kajian tersebut berbeda pula. Umat Islam
didasarkan pada rasa tanggung jawab yang begitu besar terhadap ajaran
Islam. Sedangkan orientalis mengkajinya hanya untuk kepentingan
ilmiah. Bahkan terkadang hanya untuk mencari kelemahan ajaran Islam
itu lewat ajaran Islam itu sendiri.[3]
Iqbal setuju dengan pendapat Syah Waliyullah tentang hadist, yaitu
cara Nabi dalam menyampaikan Dawah Islamiyah adalah memperhatikan
kebiasaan, cara-cara dan keganjilan yang dihadapinya ketika itu. Selain
itu juga Nabi sangat memperhatikan sekali adat istiadat penduduk
setempat. Dalam penyampaiannya Nabi lebih menekankan pada prinsip-
prinsip dasar kehidupan sosial bagi seluruh umat manusia, tanpa terikat
oleh ruang dan waktu. Jadi peraturan-peraturan tersebut khusus untuk
umat yang dihadapi Nabi. Untuk generasi selanjutnya, pelaksanaannya
mengacu pada prinsip kemaslahatan. Dari pandangan ini Iqbal
menganggap wajar saja kalau Abu hanifah lebih banyak mempergunakan
konsep istihsan dari pada hadist yang masih meragukan kualitasnya. Ini
bukan berarti hadist-hadist pada zamannya belum dikumpulkan, karena
Abdul Malik dan Al Zuhri telah membuat koleksi hadist tiga puluh tahun
sebelum Abu Hanifah wafat. Sikap ini diambil Abu Hanifah karena ia
memandang tujuan-tujuan universal hadist daripada koleksi belaka.
Oleh karenanya, Iqbal memandang perlu umat Islam melakukan
studi mendalam terhadap literatur hadist dengan berpedoman langsung
kepada Nabi sendiri selaku orang yang mempunyai otoritas untuk
menafsirkan wahyu-Nya. Hal ini sangat besar faedahnya dalam
memahami nilai hidup dari prinsip-prinsip hukum Islam sebagaimana
yang dikemukakan al Quran.
Pandangan Iqbal tentang pembedaan hadist hukum dan hadist
bukan hukum agaknya sejalan dengan pemikiran ahli ushul yang
mengatakan bahwa hadist adalah penuturan, perbuatan dan ketetapan
Nabi saw, misalnya yang berkaitan dengan hukum, seperti mengenai
kebiasaan-kebiasaan Nabi yang bersifat khusus untuknya, tidak wajib
diikuti dan diamalkan.

TOKOH PEMBAHARU ISLAM DARI INDIA

SAYYID AHMAD KHAN

Dilahirkan di Delhi tanggal 17 oktober 1817. Nenek moyangnya berasal


dari semenanjung Arab yang kemudian hijrah ke Heart, Persia (Iran), karena
tekanan politik pada zaman dinasti Umayyah. Dan menurut keterangan
Ahmad Khan berasal dari keturunan Husain, cucu Nabi Muhammad melalui
Fatimah bin Ali. Neneknya Sayyid Hadi, adalah pembesar Istana dizaman
Alamghir II (1754-1759). Ayahnya bernama Al-muttaqi, seorang ulama yang
saleh. Ahmad khan mendapat pendidikan tradisional dalam pengetahuan
agama. Selain bahasa arab, ia juga belajar bahasa Persia dan sejarah. Ahmad
khan orang yang rajin membaca dan selalu memperluas pengetahuan
dengan menelaah berbagai bidang ilmu pengetahuan. Sewaktu berusia 18
th, ahmad khan memasuki lapangan pekerjaan pada serikat India Timur.
Kemudian bekerja sebagai hakim. Di tahun 1846, ia pulang kembali ke Delhi.
Ia pulang kembali untuk meneruskan studi. Selain pekerjaan itu, ia juga amat
cakap dalam menulis dan mengarang. Salah satu karyanya yang
mengantarkan namanya menjadi terkenal adalah Ahtar Al-Sanadid.
Di masa pemberontakan 1857, ia banyak berusaha untuk mencegah
terjadinya kekerasan, sehingga ia dikatakan telah banyak menolong orang
inggris dan dianggap telah banyak berjasa bagi mereka. Atas jasanaya
tersebut, ia dianugerahi gelar Sir di depan namanya, sedangkan hadiah yang
diberikan dalam bentuk lain ia tolak. Hubungan dengan pihak Inggris menjadi
baik dan ini dipergunakan untuk kepentingan umat Islam India.
Sayyid Ahmad Khan berpendapat bahwa peningkatan kedudukan umat
Islam India, dapat diwujudkan hanya dengan bekerja sama dengan Inggris.
Inggris telah merupakan penguasa yang teruat di India dan menentang
kekuasaan itu tidak akan membawa kebaikan bagi umat Islam India. Hal ini
akan membuat mereka tetap mundur dan akhirnya akan jauh ketinggalan
dari masyarakat Hindhu India.

PEMBAHARUAN PEMIKIRANNYA :
Sayyid Ahmad Khan memiliki ide-ide yang cemerlang untuk
membangkitkan ummat Islam India dari keterpurukan. Diantara ide-ide yang
cemerlang itu adalah sebagai berikut:
1. Sayyid Ahmad Khan berpendapat bahwa peningkatan kedudukan
ummat Islam India, dapat diwujudkan dengan bekerjasama dengan
Inggris. Inggris merupakan penguasa terkuat di India, dan menentang
kekuasaan itu tidak membawa kebaikan bagi umat Islam India. Hal ini
akan membuat mereka tetap mundur dan akhirnya akan jauh ketinggalan
dari masyarakat Hindu India. Disamping itu dasar ketinggian dan
kekuatan barat, termasuk didalamnya Inggris, ialah ilmu pengetahuan
dan teknologi modern. Untuk dapat maju, umat Islam harus menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi modern itu. Jalan yang harus ditempuh
ummat Islam untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi modern
yang diperlukan itu bukanlah kerjasama dengan Hindu dalam menentang
Inggris tetapi memperbaiki dan memperkuat hubungan baik dengan
Inggris. Ia berusaha meyakinkan pihak Inggris bahwa dalam
pemberontakan 1857, ummat Islam tidak memainkan peranan utama.
Atas usaha-usahanya dan atas sikap setia yang ia tunjukkan terhadap
Inggris Sayyid Ahmad Khan akhirnya berhasil dalam merubah pandangan
Inggris terhadap ummat Islam India. Dan sementara itu kepada ummat
Islam ia anjurkan supaya jangan mengambil sikap melawan, tetapi sikap
berteman dan bersahabat dengan Inggris. Cita - citanya untuk menjalani
hubungan baik antara Inggris dan umat islam, agar ummat islam dapat di
tolong dari kemunduranya , dapat di wujudkan di masa hidupnya.
2. Sayyid Ahmad Khan melihat bahwa ummat Islam India mundur karena
mereka tidak mengikuti perkembangan zaman. Peradaban Islam klasik
telah hilang dan telah timbul peradaban baru di barat. Dasar peradaban
baru ini ialah ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan
teknologi modern adalah hasil pemikiran manusia. Oleh karena itu akal
mendapat penghargaan tinggi bagi Sayyid Ahmad Khan. Tetapi sebagai
orang Islam yang percaya kapada wahyu, ia berpendapat bahwa
kekuatan dan kebebasan akal mempunyai batas, ia percaya pada
kebebasan dan kemerdekaan manusia dalam menentukan kehendak dan
melakukan perbuatan. Alam, berjalan dan beredar sesuai dengan hukum
alam yang telah ditentukan Tuhan. Segalanya dalam alam terjadi menurut
hukum sebab akibat. Tetapi wujud semuanya tergantung pada sebab
pertama yaitu Allah SWT. Kalau ada sesuatu yang putus hubungannya
dengan sebab pertama, maka wujud sesuatu itu akan lenyap.
3. Sayyid Ahmad Khan menolak faham Taklid bahkan tidak segan-segan
menyerang faham ini. Sumber ajaran Islam menurut pendapatnya
hanyalah Al Quran dan Al Hadist. Pendapat ulama di masa lampau tidak
mengikat bagi ummat Islam dan diantara pendapat mereka ada yang
tidak sesuai lagi dengan zaman modern. Pendapat serupa itu dapat
ditinggalkan. Masyarakat manusia senantiasa mengalami perubahan dan
oleh karena itu perlu diadakan ijtihad baru untuk menyesuaikan
pelaksanaan ajaran-ajaran Islam dengan suasana masyarakat yang
berubah itu. Dalam mengadakan ijtihad, ijma dan qiyas baginya tidak
merupakan sumber ajaran Islam yang bersifat absolute. Hadits juga tidak
semuanya diterimanya karena ada hadits buat-buatan. Hadits dapat ia
terima sebagai sumber hanya setelah diadakan penelitian yang seksama
tentang keasliannya.
4. Yang menjadi dasar bagi sistem perkawinan dalam Islam, menurut
pendapatnya, adalah sistem monogamy, dan bukan sistem poligami
sebagaimana telah dijelaskan oleh ulama-ulama dizaman itu. Poligami
tidak dianjurkan tetapi dibolehkan dalam kasus-kasus tertentu. Hukum
pemotongan tangan bagi pencuri bukan suatu hukum yang wajib
dilaksanakan, tetapi hanya merupakan hukum maksimal yang dijatuhkan
dalam keadaan tertentu. Disamping hukum potong tangan terdapat
hukum penjara bagi pencuri. Perbudakan yang disebut dalam Al Quran
hanyalah terbatas pada hari-hari pertama dari perjuangan Islam. Sesudah
jatuh dan menyerahnya kota Makkah, perbudakan tidak dibolehkan lagi
dalam Islam. Tujuan sebenarnya dari doa ialah merasakan kehadiran
Tuhan, dengan lain kata doa diperlukan untuk urusan spiritual dan
ketenteraman jiwa. Faham bahwa tujuan doa adalah meminta sesuatu
dari Tuhan dan bahwa Tuhan mengabulkan permintaan itu, ia tolak.
Kebanyakan doa yang demikian, ia menjelaskan tidak pernah dikabulkan
Tuhan.
5. Dalam ide politik, Sayyid Ahmad Khan, berpendapat bahwa ummat
Islam merupakan satu ummat yang tidak dapat membentuk suatu Negara
dengan ummat Hindu. Ummat Islam harus mempunyai Negara tersendiri,.
Bersatu dengan ummat Hindu dalam satu Negara akan membuat
minoritas Islam yang rendah kemajuannya, akan lenyap dalam mayoritas
ummat Hindu yang lebih tinggi kemajuannya.

Anda mungkin juga menyukai